Melihat Cara BTPN Syariah Berdayakan Perempuan Inklusi dari Aceh Hingga Kupang

Bank BTPN Syariah punya model bisnis unik yang berbeda dengan kebanyakan perbankan. Salah satu segmen bisnisnya adalah menyalurkan pembiayaan tanpa agunan kepada perempuan dari keluarga prasejahtera produktif.

Mengapa BTPN Syariah masuk ke segmen ini? Mengutip dari data Badan Pusat Statistik, terdapat 45 juta masyarakat prasejahtera produktif dan sebanyak 23 juta di antaranya adalah perempuan. Kriteria kelompok prasejahtera produktif ini adalah pengeluaran harian di bawah $2 dan 78% berada di Jawa dan Sumatera.

Menurut riset internal BTPN Syariah, kelompok usaha ini kesehariannya bekerja sebagai pedagang, memproduksi barang, dan beternak. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pendidikan anak, dan memperbaiki tempat tinggal.

“Kelas prasejahtera produktif yaitu masyarakat yang sudah berusaha tapi tidak layak melakukan transaksi perbankan. Kami bantu mereka supaya bisa mendapatkan layanan perbankan dan jadi orang yang layak masuk dunia perbankan di kemudian hari,” jelas Direktur Bisnis BTPN Syariah Dwiyono Bayu Winantio, yang akrab dipanggil Iin.

Nasabah yang datang dari kelompok ini kini sudah tersebar di seluruh pelosok negeri, salah satunya di Aceh sejak 2013. Salah satu nasabah yang DailySocial.id temui di kota Serambi Mekah itu adalah Ita Risna yang kini menjadi nasabah inspiratif. Di tokonya berlokasi di Aceh Utara, Ita memproduksi dan menjual kue tradisional dodol, serta oleh-oleh khas Aceh, seperti meusekat, peunajoh, keukarah, dan halua breuh.

Sebelum bertemu BTPN Syariah, Ita mengaku harus pinjam uang sana-sini dari saudara dan kerabat demi terus menghidupi usahanya. Kemudian pada 2016 ia bertemu dengan petugas lapangan BTPN Syariah setelah mendapat informasi dari kawannya.

“Tahun pertama saya dapat modal Rp5 juta karena waktu itu lagi butuh modal buat beli bahan baku. Dikasih pembiayaan dan dibimbing bagaimana caranya, prosesnya. Tahun kedua pembiayaan naik jadi Rp15 juta. Saya beli mesin untuk membantu pengolahan supaya jadi lebih ringan,” ujar Ita.

Nasabah pembiayaan BTPN Syariah Ita Risna / BTPN Syariah

Seiring dengan pesatnya usaha kue dodolnya, Ita mendapat pembiayaan dari BTPN Syariah hingga Rp30 juta saat pandemi di 2020. Kini bisnis Ita berhasil meraup omzet Rp60 juta per bulan dengan keuntungan bersih Rp6 juta-Rp7 juta dan mempekerjakan delapan orang karyawan. Bahkan kue dodol buatan Ita sudah diekspor ke Malaysia.

“Kalau bicara Covid-19, kami jatuh bangun. Di awal Covid-19, kami sempat rugi Rp50 juta, tapi masih dipercaya BTPN Syariah dan diberikan Rp30 juta. Bangun lagi kami dari situ.”

Dibandingkan harus pinjam ke bank atau institusi keuangan lainnya, Ita beralasan betah menjadi nasabah BTPN Syariah karena tidak ada agunan, penagihannya seperti keluarga karena petugas datang ke rumah dua minggu sekali, dan sesi pendampingan. Bahkan saat petugas datang, ia bisa langsung menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabungkan.

Selain Ita, DailySocial.id juga berkesempatan mendatangi salah satu sentra di Aceh, bernama Nila Lampuuk yang sudah berjalan sejak lima tahun. Sentra ini beranggotakan 23 ibu-ibu tangguh, di antaranya ada yang punya usaha laundry, berjualan kue basah, jamu keliling, dan warung kelontong. Rata-rata pinjamannya mulai dari Rp3 juta sampai Rp6 juta. Cicilannya selama satu tahun dan tagihannya dibayarkan secara tunai tiap dua minggu sekali.

Sebagai catatan, Di BTPN Syariah, sentra bisa dikatakan sebagai kelompok yang beranggotakan satu ketua dan beberapa anggota yang masing-masing memiliki usaha tersendiri tetapi berkelompok untuk saling membantu dan menguatkan. Satu sentra biasanya beranggotakan perempuan, rata-rata ibu rumah tangga, yang berusaha menambah penghasilan keluarga dengan berbisnis kecil-kecilan berskala rumahan.

Setiap sentra dipimpin oleh seorang kepala sentra, yang dipilih secara aklamasi oleh anggota. Sentra-sentra ini dijangkau oleh bank melalui seorang petugas lapangan yang disebut Community Officer (CO). CO ini dipilih dari kalangan anak-anak muda dari lingkungan sekitar sentra-sentra pembiayaan. Seorang CO biasanya menangani sekitar 20-25 sentra, dengan jumlah nasabah sekitar 300 orang.

Setiap hari, para CO bertugas berkeliling menjumpai kelompok sentra yang dijadwalkan bertemu setiap dua pekan sekali, mengunjungi rumah nasabah yang mengajukan pembiayaan untuk melakukan survei, memberikan konsultasi kepada para nasabah, da membangun sentra-sentra baru.

Di Aceh saja, terdapat 297 CO aktif yang menjadi garda terdepan dalam memberikan pelayanan kepada nasabah dan menyalurkan pembiayaan. Peran utama mereka, selain melayani nasabah, juga menjadi role model dalam membangun perilaku unggul nasabah, yaitu Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Saling Bantu (BDKS).

“Sebelum sentra Nila Lampuuk ini berdiri. Saya diceritakan dari teman di desa lain yang kasih tahu ada pinjaman yang dibayarkan dua minggu sekali untuk semua jenis usaha. Saya minta nomor HP-nya, lalu mulai bangun anggota dari empat orang sekarang ada 23 anggota,” ucap Trini, ketua sentra Nila Lampuuk.

Cerita Ita dan Trini adalah mewakili 79 ribu perempuan inklusi di 5.685 sentra yang terlayani oleh BTPN Syariah di seantero Aceh.

Sentra Nila Lampuuk, Aceh / BTPN Syariah

Paket komplit untuk Tepat Pembiayaan Syariah

Pembiayaan prasejahtera produktif yang diberikan BTPN Syariah untuk sentra-sentra ini disebut dengan Tepat Pembiayaan Syariah, merupakan pembiayaan tanpa jaminan yang diberikan dalam bentuk modal usaha untuk masyarakat prasejahtera produktif, khususnya perempuan. Pembiayaan berkelompok ini memiliki tujuan untuk membangun empat karakter pada diri nasabah, yaitu Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Saling Bantu (BDKS). Diharapkan empat perilaku tersebut dapat menyebar sehingga tercapai tatanan masyarakat yang memiliki kekuatan secara ekonomi di suatu daerah.

Tidak hanya memberikan akses keuangan dan modal usaha saja, Tepat Pembiayaan Syariah juga mengupayakan pemberdayaan melalui Pelatihan dan Pendampingan yang berkala di bidang pengetahuan keuangan, kewirausahaan, dan kesehatan.

BTPN Syariah meracik produk Tepat Pembiayaan Syariah dengan paket komplit untuk memberikan perubahan kehidupan nasabah prasejahtera, meliputi:

  • Paket Keuangan : Bantuan modal usaha yang diberikan kepada nasabah untuk menjawab kebutuhan membangun dan mengembangkan usaha produktif. Bantuan ini kemudian dikembalikan dalam bentuk angsuran dua mingguan. Nasabah juga memperoleh manfaat tambahan lainnya yaitu asuransi jiwa untuk nasabah dan suami, tabungan, serta pembebasan angsuran setiap Hari Raya Idul Fitri. Setelah 3 siklus dapat dilalui dengan baik, nasabah akan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pembiayaan perbaikan rumah dan pendidikan anak.
  • Program Pemberdayaan: Nasabah dapat terus meningkatkan kemampuan dan pengetahuan melalui program pendampingan berkelanjutan yang meliputi topik kesehatan, kewirausahaan dan pengembangan komunitas.
  • Sistem Keanggotaan : Nasabah dikelompokkan dalam satu sentra yang anggotanya dipilih sendiri oleh nasabah, dipimpin oleh Ketua Setra yang dipilih oleh anggota sentra.
  • Pendampingan : Setiap sentra akan didampingi oleh petugas lapangan terlatih atau disebut Community Officer (CO). Secara rutin CO melayani dan memberikan pendampingan kepada nasabah dengan cara bertemu di tempat-tempat nasabah.

Bukan hanya untuk Muslim saja

Meski BTPN Syariah mendagangkan produk syariah, sejatinya target nasabahnya untuk semua umat beragama, tidak hanya muslim saja. Salah satu contohnya adalah nasabah BTPN Syariah di Bali dan Kupang (Nusa Tenggara Timur), yang didominasi oleh umat Hindu dan Kristiani.

Kepala Pembiayaan BTPN Syariah Area Bali Dony Aditya menyebut sebanyak 90% nasabahnya tidak beragama Islam. Pada awal bisnis perusahaan dimulai di Bali pada 2015 lalu, dengan tim yang kebanyakan mengenakan jilbab, ia mengaku ada ketakutan dalam meningkatkan penetrasi pasar di wilayah berbasis non-muslim tersebut.

“Kami jelaskan bisnis kami perbankan syariah. Tapi layanan kami tidak terbatas kepada umat Islam saja. Nasabah atau pun pekerja lapangan kami pun banyak yang non-muslim. Ini adalah wujud perbankan syariah tidak melulu untuk umat Islam. Toh, semua akad yang kami gunakan, kami terjemahkan dalam bahasa yang mudah mereka mengerti,” kata Dony seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Bisnis perbankan syariah memang tidak terkait agama, meskipun menggunakan akad sesuai hukum Islam. Jadi konsepnya yang diperkenalkan dengan catatan, usaha yang dijalankan nasabah pembiayaan adalah jenis usaha halal. Misalnya, tidak menjual daging babi atau alkohol. Sehingga usaha-usaha untuk keagamaan seperti menjual canang untuk ibadah umat Hindu diperbolehkan.

Laporan Warung Pintar: Solusi dan Tantangan pada Digitalisasi Warung

Mengutip data Euromonitor, tercatat ada sebanyak 3,61 juta bisnis ritel di Indonesia. Angka tersebut mencakup ekosistem bisnis warung yang sudah ada sejak lama dan sangat dekat dengan orang Indonesia. Menurut survei internal Warung Pintar, sebanyak 9 dari 10 orang Indonesia memenuhi kebutuhan hariannya di warung, mulai dari kebutuhan pokok hingga makanan siap santap. Tak heran, nilai penjualan ritel tradisional tembus Rp6 triliun setiap harinya.

Di balik potensi warung yang sangat besar, masih tersimpan banyak tantangan oleh pemilik warung. Salah satu pengguna Warung Pintar, Esih menyampaikan, sebelumnya untuk dapat terus memenuhi kebutuhan stok barang dagangannya, ia harus menyetok barang sendiri dengan belanja langsung ke agen. Setidaknya, ia harus mendatangi dua sampai tiga agen terdekat karena tidak semua kebutuhan warungnya dapat dipenuhi oleh satu agen saja.

Satu agen rata-rata dapat memenuhi 30% dari dari total kebutuhan barang dagangan. Saat berbelanja pun, kerap kali Esih harus mengantre untuk mendapatkan stok barang favorit oleh banyak pemilik warung lainnya. Hal tersebut membuat ia setidaknya menghabiskan waktu di luar rumah antara dua hingga empat jam. Risiko lainnya, seperti kecelakaan di jalan, barang hilang, atau rusak.

“Kalau belanja di agen, saya harus menghabiskan waktu untuk memilih barang dagangan, kemudian antre, dan juga membawa barang belanjaan sendiri,” ujar Esih.

Risiko lainnya yang sering tidak disadari saat belanja offline di grosir adalah biaya operasional yang harus dikeluarkan, yakni sebesar Rp20 ribu sampai Rp30 ribu untuk satu kali belanja, atau hampir Rp500 ribu untuk satu bulan. Biaya operasional ini terdiri atas biaya bensin, uang rokok, jajan anak, uang parkir, dan tips angkut. Jika diakumulasi, biaya operasional tersebut setara dengan 15% dari total pendapatan rumah tangga.

Dalam proses pemenuhan stok barang, Esih pun tidak mendapat visibilitas harga pasaran sebenarnya yang ditetapkan oleh produsen. Hal tersebut dikarenakan semuanya diserahkan oleh mekanisme harga pasar. Dampaknya, Esih kerap kali mendapatkan harga barang yang lebih mahal antara 5%-10% dari harga seharusnya. Tak sedikit pemilik warung yang pada akhirnya bertanya soal harga beli dan harga jual di forum komunitasnya di Facebook dan WhatsApp.

Permasalahan di atas ini tak hanya dihadapi Esih, tapi juga jutaan warung lainnya saat menyetok barang dagangan. Kegiatan stok barang, yang mayoritas produk FMCG ini, menjadi penting karena lebih dari 90% penjualan warung berasal dari penjualan barang fisik. Hal ini yang menjadi penyebab mengapa warung sebagai usaha mikro sangat sulit untuk berkembang.

Co-Founder Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro menuturkan, pihaknya melihat tantangan di atas sebagai peluang yang sepenuhnya dimanfaatkan oleh pemimpin pasar FMCG. Oleh karenanya, perusahaan hadir sebagai jembatan bagi warung dan perusahaan FMCG agar dapat saling terhubung melalui alur distribusi yang lebih transparan.

“Warung Pintar menyediakan rantai pasok distribusi yang mengintegrasikan teknologi dalam alur distribusi, operasional, sampai optimalisasi potensi usaha. Pada akhirnya, kami mengoptimalisasi peran dan kolaborasi para aktor yang terlibat dalam rantai pasok ritel tradisional,” kata Agung.

Perusahaan menyediakan aplikasi yang dapat digunakan pemilik warung untuk belanja kulakan, yang menyediakan berbagai pilihan pemasok baik dari pemilik merek besar hingga Grosir Pintar. Sistem belanja ini dapat menyesuaikan kebutuhan warung baik dari jenis barang, jumlah kulakan, aksesibillitas jalan, lama pengiriman, dan fleksibilitas pembayaran. Di sisi lain, dengan sistem belanja lewat aplikasi, warung tidak memerlukan usaha, waktu, dan biaya lebih untuk aktivitas kulakan.

Di satu sisi, bagi brand, prinsipal, dan distributor, mereka dapat terhubung dengan warung dan grosir secara langsung lewat Distributor pintar untuk menjadi pemasok langsung bagi warung. Mereka juga dapat monitoring performa penjualan, pergerakan barang dan harga, dan performa kompetitor. Transparansi data juga dapat dijadikan sebagai bahan strategi bisnis ke depannya.

Salah satu brand prinsipal yang memanfaatkan solusi ini adalah PT ABC President Indonesia. Melalui penjualan lini minuman berkemasan yang mereka produksi, yakni Nu Yogurt Tea, Nu Teh Tarik, dan Nu Milk Tea, terlihat performa penjualan yang meningkat hingga 50% setiap bulannya. Terhitung sejak Juli hingga September 2022, jumlah warung yang membeli produk dari perusahaan tersebut naik 90%. Kenaikan ini juga berimbas pada pangsa pasar produk minuman kemasan dan mie instan milik PT ABC President Indonesia yang mencapai 61%.

“Ke depannya kami akan menjalin lebih banyak kemitraan dengan pemimpin industri FMCG untuk memastikan stok yang serba ada dengan harga yang lebih pasti. Kami juga akan terus memperbaharui aplikasi Warung Pintar agar tetap relevan dengan kebutuhan juragan seiring berjalannya waktu. Seluruh upaya kami kerahkan untuk memberdayakan warung agar bisa terus berkembang di tengah segala kondisi ekonomi,” pungkas Agung.

Lanskap pemain sejenis

Selain Warung Pintar, sudah ada beberapa pemain sejenis yang memfokuskan solusinya pada digitalisasi rantai pasok warung. Mereka ialah:

1.Mitra Bukalapak
Mitra Bukalapak saat ini menyediakan lebih dari 40 SKU termasuk pembayaran tagihan listrik dan telepon, pulsa, voucher game, asuransi, tiket, voucher game, e-
wallet, pengiriman uang, investasi emas hingga kesempatan untuk mendapatkan penghasilan lebih dengan menjadi agen logistik.

Di kuartal ketiga tahun ini, Mitra Bukalapak berkontribusi terhadap 48% Total Processing Value (TPV) Bukalapak. Pada akhir September 2022, sebanyak 15.2 juta pemilik warung dan UMKM lainnya dari seluruh Indonesia terdaftar sebagai Mitra Bukalapak, yang merupakan peningkatan dari 11.8 juta pada akhir Desember 2021.

Perusahaan pun mulai menduplikasi potensi bisnis warung dengan ekspansi ke Filipina melalui brand SmartSari.

2.Ula
Ula memungkinkan pemilik warung untuk memesan berbagai macam produk, mulai dari kebutuhan harian, makanan segar dan sembako, dan pakaian, dan mengirimkannya langsung ke toko mereka. Dalam data yang dipublikasi, mayoritas pengguna Ula berasal dari kota lapis dua hingga empat yang masih kekurangan akses terhadap sumber daya dan infrastruktur logistik.

Per 30 November 2022, perusahaan mengumumkan PHK terhadap 134 karyawannya atau sekitar 23% dari total karyawan Ula yang tersebar di tiga negara. Perusahaan berdalih keputusan diambil karena mendapat tantangan besar semenjak pandemi, seperti turbulensi pasar, volatilitas harga komoditas, kekurangan pasokan, perubahan peraturan, dan kenaikan harga minyak mentah. Oleh karenanya, langkah efisiensi dari berbagai sisi harus ditempuh sembari menyusun strategi bisnis baru.

3.GudangAda
GudangAda memosisikan diri sebagai platform e-commerce B2B bagi produsen, pedagang, grosir, dan pedagang eceran, agar saling terintegrasi dengan seluruh rantai pasok. Diklaim aplikasi GudangAda saat ini telah digunakan oleh lebih dari 1 juta pengguna dan lebih dari 200 brand prinsipal telah bergabung di dalam ekosistem.

Terdapat tiga layanan yang ditawarkan, yakni GudangAda tempat jual-beli para pedagang, GudangAda Logistik yang merupakan layanan pengiriman pesanan mudah, aman dan dapat diandalkan, serta GudangAda Solusi yang merupakan aplikasi kasir dan manajemen stok toko untuk para pedagang.

4.Dagangan
Startup ini menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga, mulai dari sembako, bahan makanan segar/beku, hingga produk fesyen, dengan layanan pengantaran di hari yang sama dan esok hari. Model bisnis yang dipakai adalah berbelanja langsung melalui platform Dagangan, reseller, dan pihak ketiga yang bekerja sama dengan perusahaan.

Sejak tiga tahun berdiri, Dagangan mengklaim telah tumbuh lima kali lipat secara year-on-year di semester pertama 2022. Selain itu, tercatat 60% kenaikan pendapatan untuk pelaku UMKM di desa jangkauan Dagangan. Saat ini, Dagangan memiliki lebih dari 30 ribu pengguna aktif dengan lebih dari 500 ribu transaksi belanja bulanan melalui aplikasi dan situs web.

BukuKas Hadirkan Fitur Pembayaran, Mudahkan Pembukuan Merchant secara Otomatis

Startup pengembang aplikasi pencatatan finansial untuk UMKM, BukuKas, meluncurkan fitur pembayaran barunya yang bernama “BukuKasPay”. Bertujuan untuk mempermudah pengguna mereka melakukan proses pembayaran di berbagai platform, seperti Bank Virtual Account, QRIS dan dompet elektronik popular seperti OVO, DANA, GoPay, LinkAja, dan ShopeePay.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO BukuKas Krishnan Menon mengungkapkan, fitur ini diluncurkan oleh BukuKas secara seamless, yang bisa memberikan keuntungan lebih kepada para merchant untuk merekam pencatatan transaksi keuangan secara otomatis. Fitur ini juga memastikan tidak adanya biaya tambahan antarbank.

BukuKasPay diluncurkan bersama dengan kampanye #BUKUKASihBerkah dalam rangka menyambut bulan ramadan tahun 2021 dan dimaksudkan untuk memudahkan para merchant BukuKas menjalankan bisnisnya di periode krusial ini. Kampanye ini merupakan cara BukuKas untuk mengapresiasi para pengguna BukuKas atas kepercayaan dan dukungan mereka selama ini.

“Bulan ramadan merupakan momen penting bagi umat Islam, dan mereka mempunyai banyak kebutuhan untuk dipersiapkan dalam menyambut perayaan ramadan dan idul fitri. Dengan pandemi yang masih berlangsung dan pemerintah masih menerapkan sejumlah pembatasan, pebisnis kecil semakin mengandalkan belanja online dan pembayaran digital untuk menumbuhkan bisnisnya,” kata Krishnan.

Ke depannya perusahaan juga memiliki rencana untuk mengaktifkan pengumpulan uang tunai secara digital melalui gerai offline seperti Alfamart dan lainnya. Setelah meluncurkan BukuKasPay, BukuKas juga memiliki rencana untuk meluncurkan fitur menarik lainnya kepada merchant. Tujuannya tentu saja untuk mendorong pertumbuhan kalangan underbanked untuk segera mengadopsi digital.

Bantu UMKM

Aplikasi BukuKas awalnya merupakan sebuah jurnal pencatat keuangan digital yang memudahkan penggunanya dalam pencatatan dan mengatur penjualan, pengeluaran dan kredit. Kini, BukuKas telah memiliki sejumlah fitur yang mengatur inventaris barang jualan, menerbitkan faktur, serta analitik
yang sederhana sekaligus sangat memudahkan. Sesuai dengan visi mereka yaitu menciptakan solusi yang terintegrasi guna mendukung aktivitas keseharian para merchant dalam bisnis.

Hingga bulan Maret 2021, BukuKas telah bermitra dengan lebih dari 5,8 juta pebisnis kecil dan pemilik warung di seluruh platform BukuKas, dengan 3 juta pengguna aktif bulanan (monthly active users/MAU) di seluruh Indonesia. BukuKas juga tercatat mengelola transaksi senilai hampir US$25 miliar (kurang lebih Rp360 triliun rupiah) per tahun, atau setara dengan 2,1% PDB Indonesia.

Dalam wawancara sebelumnya dengan DailySocial, Krishnan mengungkapkan bahwa bisnisnya diposisikan sebagai perusahaan perangkat lunak digitalisasi UMKM yang akan berkembang menjadi pemain fintech.

“Para pedagang telah menyadari bahwa go-digital sangat penting bagi bisnis mereka. Pedagang menghemat waktu 2-4 jam sehari, 20% biaya, dan meminimalisir kesalahan perhitungan manual. Kami juga memungkinkan pedagang untuk memulihkan kasbon 3x lebih cepat karena prosesnya otomatis.”

Application Information Will Show Up Here

IM2 Modified Kongkoow to be Online Marketplace

We have already discussed about Kongkoow which was established in 2008 by IM2, one of the Indosat subsidiary. That time, Kongkoow focused on some friendship sites and wished to be the “Indonesian-MySpace”. After 3 years, we knew that MySpace is down and Kongkoow did not get expected traction. Now, IM2 is swerved. They try to facilitate Kongkoow to be online marketplace for Small and Medium Enterprises (SMEs).

As stated on Tempo Interactive, Kongkoow will be the media for SMEs to sell on the internet. This will improve the IM2 business, which, by far, focuses on the infrastructure area. Later, IM2 will bundle the broadband internet connection service and this online shop place. It does not mentioned whether the support from IM2 covering the training to build online shop in Kongkoow.

Continue reading IM2 Modified Kongkoow to be Online Marketplace