Zippo Gaet 3 Pemain NRG untuk Promosikan Penghangat Tangan

Di negara-negara yang memiliki musim dingin, para pemain esports profesional biasanya membawa penghangat tangan untuk memastikan bahwa tangan mereka tidak menjadi kaku karena dingin. Zippo, perusahaan yang dikenal sebagai pembuat korek api, juga memiliki produk hand warmer. Penghangat tangan buatan Zippo ini menggunakan baterai yang bisa diisi kembali sehingga ia bisa digunakan berulang kali.

Untuk mempromosikan penghangat tangan HeatBank 9s, Zippo bekerja sama dengan tiga pemain Apex Legends dari tim NRG, yaitu Coby “Dizzy” Meadows, Brandon “Ace” Winn, dan Marshall “Mohr” Mohr. Melalui kerja sama ini, Zippo akan membuat versi khusus dari HeatBank 9s dalam jumlah terbatas. William Kolasa, Senior Director of Integrated Marketing Communications, Zippo mengatakan, penghangat tangan buatan mereka bisa bertahan selama hingga sembilan jam. Tak hanya itu, hand warmer ini juga memiliki port USB yang bisa digunakan untuk mengisi baterai dari berbagai perangkat seperti headset, controller, dan bahkan ponsel.

Tiga pemain Apex Legends NRG. | Sumber: The Esports Observer
Tiga pemain Apex Legends NRG. | Sumber: The Esports Observer

“Kami sangat senang karena bisa bekerja sama dengan anggota NRG, Dizzy, Ace, dan Mohr — tiga pemain terbaik dalam game yang mereka mainkan — untuk meluncurkan edisi terbatas NRG x Zippo HeatBank 9s Rechargeable Hand Warmer,” kata Kolasa, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Ini adalah langkah pertama untuk menunjukkan komitmen kami pada komunitas gamer dengan menyediakan berbagai aksesori untuk meningkatkan performa mereka.”

Ini bukanlah kali pertama Zippo bekerja sama dengan organisasi esports. Pada Maret 2019, Zippo mengumumkan kerja samanya dengan Panda Global, organisasi esports asal Amerika Utara yang fokus pada game-game fighting, seperti Street Fighter 5 dan Super Smash Bros. Ketika itu, CEO Panda Global Esports Team, Alan Bunney, yang juga merupakan seorang dokter, menjelaskan mengapa penghangat tangan penting bagi para pemain profesional. Dia mengatakan, jika tangan seorang pemain dingin, ini bisa memperlambat reaksi sang pemain Karena itulah, dia menyebutkan, para pemain Panda Global selalu membawa penghangat tangan dalam setiap kompetisi yang mereka ikuti.

NRG adalah organisasi esports asal Amerika Serikat. Sama seperti kebanyakan organisasi esports lainnya, NRG memiliki tim-tim profesional yang berlaga di berbagai game. Selain Apex Legends, NRG juga memiliki tim yang berlaga di Overwatch League, Call of Duty, Clash Royale, Fortnite, Hearthstone, dan beberapa game lainnya.

Sumber header: Esports Insider

FIFA 20 Global Series Ekspansi ke Brazil dan Mendapat Sponsor Baru

Sampai saat ini, potensi esports di negara Amerika Selatan memang jadi salah satu yang cukup diperhatikakan. Salah satu buktinya datang dari esports Free Fire Pro League Brazil 2019 Season 3, yang mencatatkan sebanyak 1.050.304 penonton dalam saat yang bersamaan. Tapi potensi esports di Amerika Selatan tidak terbatas pada game mobile saja.

Potensi negara tersebut untuk game konsol juga cukup besar. Maka dari itu, Electronic Arts, baru-baru ini memutuskan melakukan ekspansi sirkuit kompetisi FIFA 20 Global Series ke Amerika Selatan. Bekerja sama dengan asosiasi federasi sepakbola Amerika Selatan, CONMEBOL, EA akan memasukkan eLibertadores ke dalam bagian sirkuit FIFA 20 Global series dan juga konten di dalam game FIFA 20.

Brent Koning FIFA Competitive Gaming Commisioner EA, seperti dikutip Esports Insider mengatakan, “Penambahan liga prestis CONMEBOL Libertadores ke dalam ekosistem FIFA 20 Global Series akan memperkuat koneksi kami kepada para penggemar sepakbola secara global, dan diharapkan bisa mempercepat pertumbuhan esports di belahan dunia baru. Tujuan kami adalah membuat FIFA menjadi esports paling inklusif di dunia. Kami tak sabar menyambut pemain yang berbasis di Amerika Selatan, serta mereka yang bercita-cita menjadi profesional player untuk bergabung ke dalam puluhan juta pemain yang sudah berkompetisi di FIFA.”

Selain menjadi bagian dari FIFA 20 Global Series, tim-tim dari liga Copa Libertadores juga akan dapat dimainkan di dalam FIFA 20. Nantinya, tim dari liga utama (Libertadores) dan liga sekunder (Copa Sudamericana) akan dapat dimainkan di FIFA 20 mulai dari Maret 2020. Ini berarti pemain akan dapat mengakses tim sepakbola Amerika Selatan yang punya nama cukup besar seperti River Plate, Boca Juniors, Flamengo, dan Corinthians di FIFA 20.

Mendapat sponsor baru

Ekspansi agresif EA untuk ekosistem FIFA 20 Global Series, ternyata juga memincut hati para brand untuk mensponsori helatan tersebut. Salah satu sponsor terbaru mereka adalah brand yang terkenal lewat produk pisau cukur, Gillete. Mengutip Esports Observer, dikatakan bahwa Gillete akan mensponsori FIFA 20 Global Series, yang akan menghadirkan aktivasi brand selama tayangan esports FIFA 20 di Twitch dan Youtube; lewat segmen dengan sponsor, sesi iklan, ataupun promosi selama tayangan berlangsung.

Sumber: Esports Observer
Sumber: Esports Observer

Ini bukan kali pertama Gillete terjun mensponsori esports. Sebelumnya Gillete juga melebarkan promosi esports mereka ke Tiongkok, lewat cara bekerja sama dengan sekelompok pemain Honor of Kings (MOBA Mobile terpopuler di Tiongkok).

Portfolio Gillete bekerja sama dengan entitas ekosistem esports juga cukup panjang belakangan ini. Mereka sempat kerja sama dengan berbagai tim serta influencers dalam berbagai promosi berbasis di Twitch, bekerja sama dengan tim Boston Uprising dari Overwatch League, serta bekerja sama dengan liga League of Legends asal Brazil CBLoL (Campeonato Brasileiro de League of Legends).

Jelang Final LWC 2019, G2 Esports Umumkan Kerja Sama dengan Mastercard

G2 Esports dan Mastercard mengumumkan kerja sama tepat sebelum pertandingan final League of Legends World Championship yang akan diadakan pada akhir pekan ini. Dalam pertandingan final yang diadakan di Paris, Prancis, G2 Esports akan bertanding melawan tim asal Tiongkok, FunPlus Phoenix. Dalam satu tahun belakangan, G2 Esports berhasil menorehkan berbagai prestasi. Mereka sukses memenangkan turnamen untuk kawasan Eropa, League of Legends European Championship (LEC) pada musim semi dan musim panas. Tak hanya itu, mereka juga menjuarai Mid-Season Invitational 2019 dan membawa pulang US$400 ribu setelah mengalahkan Team Liquid di babak final. Jika G2 Esports berhasil menjadi juara LWC, maka organisasi esports asal Jerman itu akan menjadi tim Eropa pertama yang membawa pulang Summoner’s Cup. Tak hanya itu, mereka juga akan menjadi tim pertama yang menjuarai empat turnamen premier dalam satu tahun.

Di situs resminya, G2 Esports mengatakan bahwa tujuan dari kerja sama mereka dengan Mastercard adalah untuk mendekatkan diri dengan fans, salah satunya dengan mengadakan meet-and-greet. Selain itu, Mastercard juga akan mendapatkan akses ke fasilitas G2 Esports, sehingga mereka bisa membuat konten “behind the scene” terkait kegiatan anggota tim G2, seperti pertandingan G2 sepanjang LEC. Tak hanya itu, Mastercard juga mensponsori pembuatan konten digital “Priceless Moments” yang akan disiarkan setiap minggu.

Tim League of Legends G2 Esporst | Sumber: Red Bull
Tim League of Legends G2 Esporst | Sumber: Red Bull

Menurut laporan The Esports Observer, konten Priceless Moments akan fokus pada Michael Winther, ayah dari Rasmus “Caps” Winther. Michael menjadi tenar di komunitas League of Legends karena dia sering mendatangi pertandingan dan menunjukkan dukungan pada anaknya. Mengingat umur atlet esports yang relatif sangat muda, biasanya orangtua memang memiliki peran penting. Christine Yankel, ibu dari pemain profesional Overwatch League menceritakan bahwa dia mencoba untuk memahami Overwatch agar dia bisa mengerti pekerjaan yang ditekuni sang anak.

“Ketika G2 mempersiapkan diri menghadapi babak final League of Legends World Championship, kami dengan bangga memberikan pengalaman eksklusif pada komunitas League of Legends untuk mendekatkan para fans dengan tim yang mereka kagumi,” kata Jeannette Lindo, SVP Marketing and Communications Europe, Mastercard, dikutip dari situs resmi G2 Esports. “Dengan bekerja sama dengan G2 Esports, kami bisa memperdalam keterlibatan kami dalam esports dan memperkuat visi kami untuk menyediakan konten dan pengalaman yang tak terlupakan pada para fans.” Mastercard sudah melibatkan diri dalam industri esports sejak cukup lama. Pada akhir Agustus lalu, mereka mengumumkan bahwa mereka akan menjadi rekan finansial eksklusif dari League of Legends Championship Series (LCS), liga League of Legends di kawasan Amerika Utara. Sementara sebelum itu, mereka juga telah menjadi sponsor dari berbagai turnamen League of Legends, seperti Mid-Season Invitational, All-Star Event, dan bahkan World Championship.

VietJet Jadi Sponsor Team Flash

VietJet, maskapai penerbangan asal Vietnam, mengumumkan kerja samanya dengan The Flash, organisasi esports asal Singapura. Meskipun bermarkas di Singapura, sejak Februari 2018, The Flash cukup aktif di Vietnam. The Flash memiliki tim Arena of Valor (AOV) yang keseluruhan anggotanya berisi pemain Vietnam. Selain tim AOV, The Flash juga memiliki tim League of Legends, FIFA Online, dan Player Unknown’s Battleground (PUBG) Mobile. VietJet dan The Flash berharap, kerja sama ini akan mendorong pertumbuhan ekosistem esports di Vietnam.

“Generasi muda Vietnam mungkin tidak membaca koran atau menonton televisi, tapi mereka menonton pertandingan esports, baik secara langsung di stadion atau di YouTube. Mereka mungkin tidak punya PC gaming, tapi mereka punya smartphone,” kata CEO Team Flash, Terence Young, seperti dikutip dari The Drum. “Ada banyak cara bagi sebuah merek untuk ikut serta dalam esports, baik dengan bekerja sama dengan sebuah tim atau liga. Tak bisa dipungkiri, esports memang dapat menjangkau audiens penting yang ada di rentang umur 14 sampai 28 tahun.”

Memang, esports terbukti bisa menjadi alat untuk menjangkau generasi milenial dan gen Z, yang tak hanya jarang menonton televisi, tapi juga menggunakan ad blocker ketika menjelajah internet. Karena itulah, semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk mendukung esports. Banyak perusahaan otomotif yang mendukung esports, seperti Honda yang menjadi sponsor dari League of Legends Championship Series (LCS) atau Audi yang menjadi sponsor dari Future FC, tim FIFA di bawah naungan Astralis Group. Di Indonesia, Renault mendukung esports dengan menggelar First Warrior.

Sumber: Situs resmi The Flash
Sumber: Situs resmi The Flash

Pada awalnya game esports hanya diadu di PC. Namun, sekarang, juga ada game yang dipertandingkan melalui konsol dan perangkat mobile. Masing-masing negara biasanya memiliki game esports favoritnya sendiri. Misalnya, di Indonesia, dua game esports terpopuler adalah Mobile Legends dan PUBG Mobile. Sementara di Vietnam, game esports paling populer adalah Arena of Valor. AOV World Cup (AWC) 2019 juga baru saja diadakan di Vietnam. Dalam kompetisi itu, tim AOV The Flash berhasil merebut gelar juara dan mendapatkan hadiah US$200 ribu. Ini merupakan gelar internasional pertama yang didapatkan oleh tim Vietnam. Tim AOV The Flash ini juga pernah mewakili Vietnam dalam pertandingan eksibisi esports di Asian Games 2018 yang diadakan di Jakarta.

“Kami senang bisa bekerja sama dengan startup berpotensi tinggi seperti Team Flash dan kami ingin mendukung para pemainnya agar mereka bisa menunjukkan talenta genreasi muda Asia di pertandingan tingkat internasional,” kata Jay L Lingeswara, Deputy Commercial Director, VietJet. Semakin banyaknya merek non-endemik dan investor yang tertarik untuk mendukung esports menunjukkan bahwa industri ini masih akan terus tumbuh. Di Indonesia, pemerintah juga mengakui potensi industri game dan esports. Faktanya, industri game dan esports adalah salah satu industri yang ingin pemerintah kembangkan.

Sumber header: One Esports

Deutsche Telekom Sponsori League of Legends Premier Tour

Deutsche Telekom menjadi sponsor terbaru dari League of Legends Premier Tour, liga untuk kawasan Jerman, Austria, dan Swiss. Sebelum ini, Premier Tour telah mendapatkan sejumlah sponsor, baik perusahaan teknologi seperti HyperX maupun perusahaan yang tak ada sangkut pautnya dengan gaming dan esports, seperti perusahaan minyak dan gas Shell, perusahaan asuransi BARMER dan R+V Versicherung, merek snack NicNac’s dan juga merek pizza La Mia Grande.

Ini bukan pertama kalinya Deutsche Telekom mendukung dunia esports dengan menjadi sponsor. Sebelum ini, Deutsche Telekom telah menjadi sponsor dari salah satu organisasi esports asal Jerman, SK Gaming. Sama seperti kebanyakan organisasi esports, SK Gaming berlaga di berbagai game esports, salah satunya League of Legends. Tim League of Legends mereka turut berlaga dalam liga Eropa, League of Legends European Championship (LEC). Selain League of Legends, mereka juga memiliki tim dan pemain yang berlaga di Clash Royale, FIFA, Hearthstone, dan SMITE.

SK Gaming Prime | Sumber: Twitter
SK Gaming Prime | Sumber: Twitter

Premier Tour Winter Cup akan diadakan pada 30 November 2019 di Ratiopharm Arena. Dalam turnamen tersebut, akan ada 12 tim Jerman yang bertanding. Salah satunya adalah SK Gaming Prime, yang merupakan tim akademi dari SK Gaming. Tim League of Legends tersebut dibuat pada 2014. Pada Premier Tour Winter Berlin tahun lalu, SK Gaming Prime hanya berhasil menjadi juara empat. Namun, mereka berhasil menjuarai Summoner’s Inn League Season 2 dan menjadi juara dua di European Masters 2019 Spring pada April lalu. Sepanjang 2019, mereka telah memenangkan hadiah sebesar US$45.500.

Premier Tour pertama kali diadakan pada 2018. Liga yang secara khusus menargetkan kawasan Jerman, Austria, dan Swiss ini merupakan bagian dari European Regional Leagues (ERL). Riot Games, developer League of Legends mengadakan ERL dengan tujuan untuk mencari pemain berbakat di negara-negara Eropa. Ini akan memudahkan organisasi esports yang bertanding di liga Eropa LEC untuk mencari pemain baru. Memang, regenerasi pemain masih jadi salah satu momok di dunia esports. Pada Juli lalu, Riot Games, Freaks 4U Gaming, dan Lagardère Sports mengumumkan kerja sama untuk mengadakan liga baru sebagai pengganti Premier Tour. Namun, tujuan dari diadakannya liga tersebut masih sama, yaitu untuk mengembangkan ekosistem bagi para pemain League of Legends di negara-negara berbahasa Jerman.

Sumber: The Esports Observer

Bersama Cloud9, Puma akan Buat Koleksi Pakaian untuk Gamer

Puma memasuki ranah esports pada Januari 2019 dengan bekerja sama dengan Cloud9. Melalui kerja sama tersebut, Puma menjadi penyedia pakaian dan sepatu untuk tim Cloud9 yang bertanding di League of Legends Championship Series (LCS). Ketika itu, pihak Cloud9 menyebutkan, tidak tertutup kemungkinan, mereka akan memperluas kerja sama ini. Dan sekarang, Puma mengumumkan bahwa mereka akan membuat koleksi pakaian untuk gamer bersama Cloud9. Menurut laporan CNBC, koleksi pakaian ini akan memiliki harga mulai dari US$25 US$75. Di Indonesia, tim esports yang telah melakukan ini adalah EVOS Esports, yang bekerja sama dengan Thanksinsomnia.

Puma bukan satu-satunya merek sportswear yang bekerja sama dengan pelaku industri esports. Sebelum ini, Nike menjadi sponsor liga League of Legends di Tiongkok selama empat tahun. Sementara Adidas bekerja sama dengan Tyler “Ninja” Blevins untuk membuat produk fisik dan virtual. Walau sama-sama merek sportswear, Puma, Nike, dan Adidas memiliki pendekatan yang berbeda-beda untuk menarik hati penonton esports. Nike memilih untuk fokus mendukung liga esports, walau mereka juga menjadi sponsor dari organisasi esports Brazil, FURIA. Sementara Adidas lebih memilih untuk bekerja sama secara langsung dengan individual, Ninja, yang lebih dikenal sebagai seorang streamer dan Puma memilih untuk bekerja sama dengan organisasi esports yang berkompetisi di berbagai game esports.

Sumber: AdWeek
Sumber: AdWeek

“Cloud9 adalah grup yang sangat beragam, yang dapat beradaptasi dengan perubahan di industri game. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh seorang individual atau sebuah liga,” kata Adam Petrick, Global Director of Brand and Marketing, Puma, seperti dikutip dari AdWeek. “Jika sebuah game tak lagi populer, liga akan mengalami masalah; jika platform streaming bermasalah, karir seorang streamer bisa terhenti. Bekerja sama dengan organisasi esports seperti Cloud9 akan melindungi kami dari risiko itu tanpa menghalangi kami untuk mendukung dan ikut serta dalam tren gaming di masa depan.” Selain tim League of Legends, Cloud9 juga memiliki tim di Counter-Strike: Global Offensive, Rocket League, Fortnite, Hearthstone, Overwatch, Rainbow Six, Teamfight Tactics, PUBG, Super Smash Bros., dan lain-lain. Tahun lalu, Forbes memperkirakan bahwa valuasi Cloud9 mencapai US310 juta, menjadikannya sebagai salah satu organisasi esports paling bernilai di dunia.

Belakangan, memang semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk mendukung esports. Biasanya, alasan merek-merek tersebut adalah untuk mendekatkan diri dengan generasi muda, yang merupakan penonton esports. Menurut Morgan Stanley, tahun ini, jumlah penonton esports diperkirakan akan mencapai 194 juta orang dengan 79 persen di antaranya berumur di bawah 35 tahun. “Masuk ke dunia esports dengan audiens yang luas dan dinamis merupakan bagian penting dari strategi kami di masa depan,” kata Petrick pada CNBC.

Sumber header: AdWeek

Q3 2019, Semakin Banyak Merek Non-Endemik yang Jadi Sponsor Esports

Pada awal tahun ini, Nielsen membuat laporan yang menyebutkan 49 persen sponsorship esports berasal dari merek non-endemik, yaitu merek yang tidak ada kaitannya dengan industri esports itu sendiri, misalnya merek makanan dan minuman atau merek fashion. Tampaknya, tren ini masih terus berlanjut. Semakin banyak merek non-endemik yang menjadi sponsor dari tim atau turnamen esports.

Menurut laporan Esports Observer, pada Q3 2019, ada 75 kontrak sponsorship dari merek non-endemik. Sebagai perbandingan, jumlah kontrak sponsorship dari merek non-endemik pada Q3 2018 hanya mencapai 43 kontrak. Itu artinya, ada kenaikan 74 persen pada tahun ini jika dibandingkan dengan tahun lalu. Memang, jumlah kontrak sponsorship pada Q2 2019 sedikit lebih banyak, mencapai 82 kontrak. Namun, pertumbuhan jumlah kontrak pada Q2 2019 jika dibandingkan dengan pada kuartal yang sama tahun lalu sedikit lebih rendah, yaitu 68 persen. Secara garis besar, merek-merek non-endemik yang menjadi sponsor esports bisa dikategorikan ke dalam empat industri, yaitu makanan dan minuman, teknologi, pakaian, dan otomotif.

Makanan dan minuman

Perusahaan makanan dan minuman menjadi pihak yang paling aktif dalam menjalin kerja sama di ranah esports pada Q3 2019. Selama empat bulan, ada 30 kontrak sponsorship yang dibuat oleh berbagai perusahaan makanan dan minuman. Salah satunya adalah Anheuser-Busch InBev yang menjadikan Bud Light sebagai sponsor dari NBA 2K League setelah mensponsori Overwatch League (OWL). Selain itu, merek bir tersebut juga menjadi sponsor dari tim OWL Los Angeles Valiant. Mereka juga bekerja sama dengan Twitch untuk mengadakan Tekken World Tour. Sementara itu, merek energy drink Red Bull telah menandatangani kerja sama dengan G2 Esports. Dengan ini, merek Red Bull akan terpasang pada jersey tim. Selain itu, mereka juga bekerja sama dalam pembuatan konten.

Sumber: G2 Esports via Esports Insider
Sumber: G2 Esports via Esports Insider

Seiring dengan bertumbuhnya industri esports, turnamen di tingkat SMA dan universitas juga semakin marak. Coca-Cola memutuskan untuk menjadi rekan minuman eksklusif dari organisasi esports tingkat perkuliahan Tespa, sementara PepsiCo menandatangani kontrak dengan Immortals Gaming Club. Dengan begitu, merek MTN DEW AMP GAME FUEL akan tampil di jersey dari tim Immortals dan MIBR. Selain itu, merek minuman tersebut juga tercatat sebagai rekan resmi ESL dalam berbagai turnamen hingga 2020. Madden NFL 20 Championship Series, turnamen game american football dari EA Esports, didukung oleh tiga perusahaan makanan dan minuman, yaitu Pizza Hut, Snickers, dan Starbucks. Sementara Kellog menjadikan dua merek snack miliknya, Pringles dan Cheez-It, sebagai sponsor dari Overwatch League. Selain itu, Pringles juga menjadi sponsor dari League of Legends European Championship Summer Finals dan DreamHack Winter 2019.

Smartphone dan teknologi

Dari industri smartphone, OPPO memutuskan untuk menjadi sposnor turnamen League of Legends internasional selama beberapa tahun ke depan, dimulai dari 2019 World Championship. Tidak tanggung-tanggung, perjanjian ini berlangsung sampai 2024. Selain OPPO, Huawei menjadi perusahaan asal Tiongkok lain yang juga masuk ke industri esports. Huawei menjadi sponsor dan smartphone provider untuk Vodafone 5G ESL Mobile Open Finals yang diadakan di Eropa. Sementara operator telekomunikasi Amerika Serikat AT&T memperpanjang kerja samanya dengan penyelenggara turnamen esports ESL dan menjalin kerja sama dengan DreamHack, yang berada di bawah perusahaan induk yang sama dengan ESL.

oppo lol

Otomotif

Honda menjadi rekan otomotif eksklusif dari League of Legends Championship Series (LCS) dengan tujuan untuk menarik perhatian para generasi milenial dan gen Z. Sebelum ini, mereka telah bekerja sama dengan Team Liquid pada Maret tahun ini. Di Indonesia, Honda memasuki ranah esports dengan mendukung ESL Jagoan Free Fire. Sementara Toyota memilih untuk menjadi rekan dari BLAST Pro Series dan Mercedes-Benz menjadi sponsor dari turnamen Dota 2 setelah mensponsori ESL Premiership. Audi juga menjadi sponsor dari Future FC, tim FIFA grup Astralis, yang merupakan salah satu tim Counter-Strike: Global Offensive terkuat. Dikabarkan, kontrak kerja sama itu bernilai US$1 juta per tahun dan akan berlangsung selama tiga tahun. Perusahaan otomoatif Amerika Serikat, Chevrolet, menggandeng Invictus Gaming untuk mempromosikan salah satu mobilnya.

Fashion

Ada beberapa merek fashion yang menarik perhatian ketika mereka memutuskan untuk masuk ke ranah esports. Salah satunya adalah Louis Vuitton, yang bekerja sama dengan Riot Games untuk membuat trophy case untuk trofi League of Legends World Championship. Selain itu, merek fashion tersebut juga akan mendesain skin karakter dan item dalam game. Sementara itu, Nike mengumumkan kerja sama dengan tim Brazil, FURIA Esports, Puma menandatangani kontrak dengan tim Australia, ORDER, dan Adidas berkolaborasi dengan streamer Fortnite, Tyler “Ninja” Blevins. Kerja sama Adidas dan Blevins akan meliputi pembuatan konten digital dan pakaian. Sayangnya, belum ada produk hasil kolaborasi keduanya.

Selain merek makanan dan minuman, smartphone dan teknologi, otomotif dan fashion, ada merek non-endemik dari industri lain yang menjalin kerja sama dengan tim esports. Salah satu contohnya adalah kolaborasi Gen.G Esports dengan jaringan gym LA Fitness serta aplikasi meditasi Simple Habit untuk mendorong para anggota tim hidup dengan lebih sehat. Tim sepak bola Inggris, Manchester City juga bekerja sama dengan FaZe Clan yang memungkinkan keduanya bekerja sama dalam pembuatan konten dan merchandise.

Sumber header: The Esports Observer

Waktunya Sponsor Esports Mulai Pertimbangkan Return of Investment

Menurut laporan bertajuk Global Esports Economy Will Top $1 Billion for the First Time in 2019 dari Newzoo, penonton esports pada tahun ini mencapai 454 juta, naik 15 persen dari tahun sebelumnya. Mereka memperkirakan, pada 2022, jumlah penonton esports akan naik menjadi 645 juta. Menariknya, menurut laporan dari Goldman Sachs, yang juga mengutip laporan dari Newzoo — berjudul 2018 Global Esports Market Report — jumlah penonton esports pada 2019 hanya mencapai 194 juta orang. Angka ini akan naik menjadi 276 juta pada 2022.

Pertumbuhan penonton esports. | Sumber: Goldman Sachs
Pertumbuhan penonton esports. | Sumber: Goldman Sachs

Ini menunjukkan salah satu masalah dalam dunia esports, yaitu data yang tidak akurat. Masalah inilah yang ingin StreamMetrics coba pecahkan. Perusahaan yang mengklaim ingin menjadi “Nielsen dari esports dan streaming” ini ingin membantu para pelaku industri esports — baik dari tim esports maupun sponsor — untuk memahami para penonton dengan mengumpulkan data penonton. Salah satu investor StreamMetrics adalah HBSE, yang memiliki tim esports seperti Dignitas, tim asal Inggris yang berkompetisi di game-game seperti GS:GO, Rocket League, Smite, dan Super Smash Bros. Melee.

“Satu masalah yang dihadapi oleh Dignitas dan tim-tim esports lainnya sama, yaitu metrik data yang tidak konsisten dan membingungkan sehingga tidak ada yang bisa menjelaskan data itu pada para pengiklan,” kata Co-founder dan COO StreamMetrics, Dan Nemo, seperti yang dikutip dari AdWeek. Padahal, semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk menjadi sponsor esports.

Merek-merek non-endemik sekalipun, seperti Pizza Hut dan Starbucks, Honda, dan aplikasi kencan Bumble, rela menggelontorkan uang untuk mendukung tim esports. Di Indonesia, hal serupa juga terjadi. Merek makanan dan minuman, seperti Kacang Dua Kelinci, Fore Coffee, dan Ternakopi juga menjadi sponsor dari tim esports. Ini sesuai dengan laporan Nielsen yang menyebutkan bahwa nilai sponsorship dari merek non-endemik naik 13 persen dari tahun lalu. Banyaknya merek yang mendukung esports dengan uang yang tidak sedikit memunculkan pertanyaan tentang Return of Investment (ROI) dari sponsorship pada tim esports.

Sumber: Flickr
Sumber: Flickr / Ruth Bannon

Pada akhir Juli lalu, Riot bekerja sama dengan Nielsen. Tujuannya adalah untuk mengetahui nilai dari sponsorship sebuah tim esports. “Kami melihat banyak edukasi terkait esports,” kata Managing Director, Nielsen Esports, Nicole Pike, dikutip dari AdWeek. “Saya rasa, salah satu masalah yang dihadapi para merek adalah pihak manajemen yang tidak paham tentang kesempatan yang ada di industri esports.”

Biasanya, perusahaan menjadi sponsor tim esports dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran penonton esports akan merek mereka. Namun, bagi sponsor yang tak hanya ingin meningkatkan brand awareness, menyediakan fitur baru. Startup yang baru mendapatkan pendanaan itu menawarkan apa yang disebut “SponsorQuest”. Di sini, sponsor dapat mendorong penonton esports untuk mengunduh aplikasi atau mencoba layanan mereka agar sponsor memberikan uang pada penyelenggara esports atau menambahkan total hadiah pada turnamen esports.

Salah satu klien Matcherino yang telah mencoba layanan baru ini adalah 24 Hour Fitness. Dengan bantuan Matherino, 24 Hour Fitness berusaha untuk tahu akan dampak dari sponsorship yang telah mereka lakukan pada lebih dari 400 turnamen. Senior Director 24 Hour Fitness, Brendan Egan mengatakan bahwa kampanye mereka ini terbukti lebih sukses dari harapan. “Masalah terbesar saat ini adalah mengetahui cara berinvestasi dan cara bersaing dengan Gillette dan Pepsi dan perusahaan-perusahaan lain yang rela mengeluarkan uang untuk mendukung esports,” kata Egan.

Tidak berhenti sampai di situ, ada juga startup yang berusaha untuk mencari tahu dampak dari iklan di esports pada penjualan di dunia nyata. Ialah FanAI, platform analisa penonton yang mengumpulkan data berupa pengaruh menonton pertandingan esports di platform seperti Twitch pada pembelian di dunia nyata. Untuk mengumpulkan data penonton, mereka bekerja sama dengan beberapa rekan seperti First Data dan Mastercard. Mereka melacak durasi logo sponsor tampil di siaran esports menggunakan kecerdasan buatan, yang sulit dilakukan oleh manusia.

Sumber: Newzoo
Sumber: Newzoo

Saat ini, sebagian besar penghasilan dari esports masih datang dari sponsorship. Menurut Newzoo, sponsorship menyumbangkan US$456,7 juta dari total US$1,1 miliar pendapatan esports. Agar para pelaku esports — baik tim profesional dan penyelenggara — bisa terus mendapatkan dukungan dari sponsor, maka mereka juga harus dapat memastikan bahwa investasi yang diberikan oleh sponsor memang berguna bagi sang sponsor.

Sumber gambar header: Wikipedia

Di Balik Alasan Fore Coffee Mau Jadi Sponsor ONIC

Sekilas, mungkin tidak ada kesamaan antara kedai kopi dengan tim esports. Namun, jika diteliti lebih dalam, keduanya memiliki target audiens yang sama, yaitu generasi milenial.

Terutama jika kedai kopi yang dimaksud adalah kedai kopi yang menggunakan pendekatan digital, seperti Fore Coffee. Satu hal yang membedakan Fore dengan kedai kopi lainnya adalah sistem yang sangat digital.

Di gerai kopi Fore, pelanggan akan didorong untuk mengunduh aplikasi untuk memesan secara online dan bahkan membayar menggunakan sistem pembayaran mobile. Per Januari tahun ini, Fore memiliki 16 outlet. Dari belasan outlet itu, ada beberapa yang hanya menerima pemesanan online.

fore

Salah satu gerai Fore Coffee. Sumber: DailySocial

Belakangan industri kedai kopi memang tengah naik, khususnya di kalangan generasi milenial. Dan tebak siapa mayoritas penonton esports? Milenial.

Dikutip dari RetailWire, menurut laporan The Esports Report dari Video Advertising Bureau, 65 persen fans esports adalah milenial. Sebanyak 58 persen fans esports berumur di atas 25 tahun.

Sementara menurut laporan Kepios — yang dibuat dengan kerja sama We Are Social dan HootSuite — jumlah pengguna internet di rentang umur 16-24 tahun yang tertarik dengan esports sedikit lebih banyak dari netizen yang tertarik dengan olahraga tradisional, seperti basket dan sepak bola.

Dengan target konsumen yang sama, milenial, tidak heran jika Fore memutuskan untuk menjadi sponsor dari tim ONIC, salah satu tim mobile esports Indonesia yang cukup populer.

Marketing Lead Fore Coffee, Rifkhi Triya Putra mengatakan bahwa tujuan mereka menjadi sponsor dari ONIC memang untuk mendekatkan diri dengan fans esports, khususnya mobile esports.

“Kami melihat bahwa sekarang tren mobile games semakin populer di kalangan pengguna smartphone. Berdasarkan hal tersebut Fore ingin menjangkau penggiat mobile games dengan mensponsori ONIC,” kata Rifkhi saat dihubungi via pesan singkat.

Ketika ditanya apa yang diharapkan oleh Fore dengan menjadi sponsor ONIC, ini jawaban Rifkhi: “Yang pasti selain ingin dikenal penggemar mobile gaming, kami juga ingin mendorong mereka untuk mencoba kopi Fore.”

Ini sejalan dengan omongan COO Fore Coffe, Elisa Suteja, yang berharap bahwa menjadi sponsor ONIC akan membuat nama Fore dikenal di kalangan fans ONIC dan penggemar mobile esports.

“Dengan kerja sama ini kami berharap Fore dapat menjadi coffee brand yang menjadi top of mind ONIC Players, fans dan tentunya mobile gamer Indonesia,” kata Elisa pada Hybrid.co.id.

“Meski sebelumnya Fore lebih erat dikaitkan dengan mereka yang sudah ada di usia produktif, namun kami percaya bahwa energi kopi Fore sebetulnya dapat dinikmati oleh rekan-rekan di segala usia.”

Rifkhi percaya, esports di Indonesia masih akan tumbuh, terutama karena ada dukungan dari pemerintah. Sebagai industri di tingkat global, esports diperkirakan akan memiliki nilai mencapai US$1,8 miliar pada 2022, menurut laporan Newzoo.

Sementara dari segi penonton, Newzoo menyebutkan bahwa penonton esports pada tahun ini naik 15 persen dari tahun lalu menjadi 453,8 juta orang.

esports audience growth newzoo jpeg

Sumber: Newzoo

Rifkhi mengatakan, ONIC adalah satu-satunya tim esports yang Fore sponsori saat ini. “Karena, Fore baru pertama kali mensponsori tim esports, yang kami cari adalah dari segi prestasi dan juga program-program apa yang dimiliki oleh tim esports tersebut,” katanya.

“ONIC menjadi salah satu pilihan kami karena prestasi dan juga misi ONIC yang membawa tim ini menjadi wadah untuk mengembangkan tim, sehingga mereka tidak sekadar menjadi gamers.”

Sementara Elisa berkata, alasan Fore memutuskan untuk menjadi sponsor ONIC karena keduanya memiliki kesamaan visi. “Baik ONIC maupun Fore memiliki visi untuk menjadi yang terdepan di sektornya, dan ingin terus memberikan dampak sosial yang positif untuk masing-masing stakeholder-nya,” ujar Elisa.

Setelah menjadi sponsor, Fore akan membuat konten bersama para pemain ONIC. Selain itu, Fore juga akan menyediakan “program menarik” di aplikasi mereka. Sayangnya, Rifkhi enggan untuk memberikan penjelasan lebih detail tentang apa program khusus yang dia maksud.

Perusahaan Minyak Shell Kerjasama Dengan Riot Untuk Liga LEC 2019

Perusahaan minyak Shell bekerja sama dengan Riot Games dalam seri kompetisi liga League of Legends di Eropa (LEC). Kerjasama Shell dengan esports ini terbilang baru, mengingat ini adalah kali pertama industri pertambangan terjun ke esports.

Sebelumnya, pemain dari brand non-endemic lainnya memang sudah lebih dulu melek esports seperti Mercedes-Benz, kripik Pringles, ataupun produk Indofood. Kerjasama antara Shell dengan Riot Games, juga menjadi unik karena Shell mendapat porsinya tersendiri dalam acara League of Legends European Championship (LEC 2019).

Sumber:
Sumber: The Esports Observer

Porsi penampilan Shell dalam LEC sendiri adalah dalam sebuah segmen replay selama pertandingan yang disebut sebagai “Baron Power Play Presented by Shell V-Power”. Cara penyajian sponsor seperti ini terbilang baru untuk jagat esports, namun bukan sesuatu yang asing di dalam dunia olahraga. Kalau kamu pernah menonton liga bola basket Amerika, NBA, kamu mungkin pernah melihat juga satu segmen tertentu (seperti replay, istirahat paruh babak, highlight momen keren) yang diisi oleh para sponsor.

Terkait kerjasama ini, mengutip press release yang diterbitkan oleh The Esports Observer mengatakan, “kerjasama ini adalah langkah pertama Shell untuk masuk ke esports dan ke cabang game besar di Eropa, League of Legends. Kami bangga bisa berkolaborasi dengan mereka dan bisa bergabung dalam perjalanan untuk menciptakan hiburan serta nilai bagi penggemar esports di Eropa”.

Tambahan lain selain tampil dalam segmen “Baron Power Play” Shell juga akan memberikan berbagai hadiah in-game kepada para penggemar League of Legends. Beberapa contohnya seperti kode skin gratis atau promosi khusus untuk penonton League of Legends dengan bahasa Jerman.

Sumber:
Sumber: The Esports Observer

Riot Games belakangan memang sedang bekerja keras untuk mengumpulkan partner untuk menyokong liga LEC. Sebelumnya mereka juga bekerja sama dengan Kia dan juga Alienware.

Nama LEC sendiri merupakan rebranding setelah sebelumnya kompetisi ini bernama EU LCS atau European League of Legends Championship Series. Liga kompetisi ini diikuti oleh berbagai nama besar di eropa seperti SK Gaming, Fnatic, G2, bahkan juga klub sepakbola Jerman, Schalke.