Lima Cara Membangun Startup dari Kegagalan

Di sesi #SelasaStartup minggu ini, DailySocial kedatangan Co-Founder dan CEO Prism Batista Harahap (Tista) yang membangun Prism, sebuah sistem chat yang mampu terintegrasi dengan layanan e-commerce dan memudahkan customer service membantu pelanggan memenuhi kebutuhan transaksinya.

Batista sudah cukup lama malang melintang di industri startup Indonesia. Ia sempat terlibat dengan pengembangan Urbanesia dan Ardent Labs, hingga kemudian mendirikan startup sendiri bernama Coral, sebuah layanan mobile marketplace yang menyasar segmen perempuan. Ketidakberhasilan mengembangkan Coral justru menjadi pelajaran Batista untuk membangun Prism dengan fitur-fitur seperti saat ini.

Dalam membangun startup, ketika tantangan kerap menghampiri, kegagalan merupakan “teman” yang selalu hadir dan menghambat bisnis startup. Menurut Batista, justru kegagalan tersebut merupakan cara tepat untuk bangun kembali dan membantu startup menciptakan produk yang lebih baik.

Batista mengupas lima tips penting bagi pendiri startup, ketika startup mengalami kegagalan.

“Menjadi sulit bagi startup untuk menemukan tindakan preventif yang bisa dilakukan saat startup melakukan kesalahan. Terima semua kesalahan dan kegagalan tersebut dan perbaiki dengan cepat agar bisa menciptakan produk startup yang tepat.”

Validasi produk dan manfaatkan feedback

Salah satu cara untuk bisa membuat produk yang relevan dan berfungsi baik untuk pengguna adalah menyampaikan ide produk dalam bentuk prototipe produk sederhana dalam waktu singkat.

Tampung semua feedback positif dan negatif yang didapatkan untuk kemudian diolah menjadi produk yang tepat dan disukai pengguna.

Jangan lupa untuk membina relasi yang baik dengan tim terkait pembuatan produk (programmer,Ui/UX Designer, dan lainnya). Dengan demikian, semua perubahan yang ada bisa diperbaiki secara langsung.

Hindari membuat produk yang terlalu “canggih”

Batista Harahap di sesi #SelasaStartup DailySocial
Batista Harahap di sesi #SelasaStartup DailySocial

Tujuan akhir produk dibuat adalah agar target pengguna bisa menggunakannya setiap hari. Produk yang menggunakan proses dan sistem yang terlalu rumit akan menyulitkan pengguna mengadopsi. Pada akhirnya pengguna malah meninggalkan produk tersebut. Buatlah produk yang sederhana dengan teknologi yang relevan dan tentunya bisa dipahami dengan baik oleh pengguna.

Ciptakan kultur perusahaan yang positif

Salah satu poin penting yang wajib dicermati pendiri startup adalah membina hubungan yang jujur dan terbuka dengan partner dan pegawai. Sampaikan masalah/kendala yang dialami startup dan ajak semua tim untuk memikul tanggung jawab tersebut, sekaligus memecahkan masalah yang ada. Hubungan yang terbuka bisa membuat dinamika kerja lebih baik dan tentunya lebih solid.

Ciptakan hubungan baik dengan klien

Jika saat ini produk startup Anda fokus untuk memberikan pengalaman yang lebih baik kepada penjual atau pembeli, pastikan untuk memahami dan menempatkan posisi mereka sebagai prioritas Anda. Hadirkan solusi terbaik untuk mereka dan pastikan produk yang Anda ciptakan bisa membuat pekerjaan mereka lebih mudah dengan pilihan pembayaran yang beragam.

Fokus untuk monetisasi

Pada akhirnya produk yang Anda ciptakan bersama tim bertujuan untuk dijual ke target pasar dan memperoleh pendapatan. Jika startup Anda gagal menemukan target pengguna yang bersedia untuk membayar produk tersebut, proses pembuatan hingga penerapan teknologi yang paling canggih pun akan menjadi sia-sia. Pastikan produk bisa terjual dan menarik perhatian target pengguna untuk membayar.

Empat Pertanyaan yang Perlu Dijawab Sebelum Memutuskan Membuat Aplikasi

Dalam sebuah laporan yang diumumkan Go-Globe, setiap orang secara rerata menghabiskan sekitar 52% dari waktunya untuk mengakses internet lewat smartphone mereka. Aplikasi memang dinilai sebagai cara lain untuk meningkatkan engagement dengan para pengguna, akan tetapi apakah membuat aplikasi itu benar-benar dibutuhkan untuk bisnis Anda?

Terlebih, saat ini persaingan aplikasi di publisher semacam Android dan iOS sudah cukup sengit, membuat tingkat churn-nya yang tinggi. Artikel ini akan membahas pertanyaan apa saja yang perlu Anda jawab sebelum memutuskan membuat aplikasi. Berikut rangkumannya:

1. Apakah aplikasi memudahkan pelanggan?

Perbedaan terbesar antara mengakses internet lewat smartphone dengan desktop adalah ukuran layar. Jika bisnis Anda bergantung pada gambar, dan pelanggan perlu melihat detail tertentu sebelum mengambil keputusan. Maka jawabannya aplikasi tidak akan banyak dibutuhkan.

Tanyakan pada diri Anda apakah bisnis yang sedang dijalani ini memerlukan banyak keputusan subjektif dalam diri pelanggan. Jika jawabannya ya, maka sebaiknya jangan buat aplikasi. Jika tidak, mengapa tidak mencobanya?

Pasalnya, jika produk Anda bisa ditangani cukup dengan menghadirkan situs yang komprehensif maka akan mubazir jika Anda tiba-tiba membuat aplikasi. Mengunjungi sebuah situs itu mudah, tapi ketika menyuruh pengguna untuk mengunduh aplikasi terlebih dahulu itu yang susah. Sebab tidak semua orang mau melakukannya.

2. Apakah ada unsur niche untuk diferensiasi?

Karena ada jutaan aplikasi beredar di Play Store maupun App Store yang beredar, konsumen akan cepat bosan ketika mereka harus mengunduh aplikasi namun fungsi yang ditawarkan tidak sesuai dengan kebutuhan. Maka dari itu, sebelum berinvestasi pertimbangkan terlebih dulu apakah aplikasi yang Anda buat menyediakan fungsionalitas yang unik dan bisa berdampak signifikan bagi pengguna?.

Apakah ada aplikasi lain di luar sana yang melakukan hal serupa? Apakah Anda bisa menjamin aplikasi yang dibuat lebih responsif dibandingkan situs Anda? Pastikan ada unsur niche di dalamnya.

Dengan adanya unsur niche, Anda bisa memberikan nilai tambahan untuk aplikasi. Misalnya jika bisnis Anda adalah on-demand yang sedang sangat marak, Anda perlu mempertimbangkan penambahan fitur mobilitas dalam prosesnya. Jika menurut Anda pelanggan tertarik dengan program loyalitas atau kupon, maka produk aplikasi diharapkan bisa diterima dengan baik.

3. Di mana pelanggan berbelanja dan riset produk Anda?

Jika konsumen Anda menggunakan smartphone untuk riset produk Anda, belanja untuk produk yang Anda tawarkan, atau memanfaatkan fitur apa yang Anda tawarkan, artinya Anda perlu buat aplikasi untuk memfasilitasi itu semua.

Apalagi jika Anda menerima pembayaran dari mereka, maka Anda benar-benar membutuhkan aplikasi mobile. Untuk itu, Anda perlu perhatikan konteksnya. Apabila konsumen dalam perjalanan dan perlu mencari informasi segera, dan tidak punya banyak waktu untuk langkah yang rumit, namun aplikasi Anda bisa memainkan peran tersebut. Maka pilihan membuat aplikasi itu jadi suatu keharusan.

4. Apakah aplikasi bisa menciptakan ROI?

Mengembangkan aplikasi bisa jadi mahal tergantung pada fungsinya. Namun, ada banyak solusi hemat biaya yang memungkinkan Anda membuat aplikasi tanpa menghabiskan uang, salah satunya membuat aplikasi. Aplikasi mobile adalah cara yang bagus untuk meningkatkan engagement dan loyalitas konsumen. Seiring waktu, peningkatan engagement dan kesetiaan mereka akan dapat diterjemahkan menjadi pendapatan yang meningkat.

Langkah awal yang mungkin bisa Anda lakukan adalah tes pasar dengan membuat produk versi beta dan menawarkan ke konsumen loyal. Lalu perhatikan konversinya terhadap total penjualan.

Tiga Cara Tepat Merekrut Pegawai Startup Berwawasan Produk

Salah satu daya tarik bekerja di startup saat ini adalah fasilitas pendukung seperti ruang bermain, free snacks hingga dress code yang cenderung fleksibel. Sudah banyak startup yang kebanjiran kandidat untuk kemudian melamar pekerjaan dan pada akhirnya menjadi pegawai karena daya tarik tersebut. Namun demikian meskipun cara tersebut mampu melirik minat banyak kandidat, belum tentu berhasil mendapatkan kandidat yang tepat.

Tentu kita ingin memiliki pekerja yang mengerti betul tentang produk dan bisnis yang sedang dijalani, bahkan jika memungkinkan mendapat kandidat yang memang menyukai produk kita sebelumnya. Artikel berikut akan mengupas 3 hal penting yang wajib dicermati startup, jika ingin mendapatkan kandidat yang tepat.

Buat konten job listing menarik dan relevan

Cara paling ampuh yang bisa dilancarkan untuk menemukan kandidat yang tertarik dengan posisi yang ditawarkan dan memiliki skill yang baik adalah dengan membuat konten job listing yang menarik. Salah satunya dengan memberikan pertanyaan atau assignment yang mampu memancing kandidat tersebut untuk memberikan jawaban yang spesifik terkait dengan bisnis startup. Dari jawaban tersebut nantinya bisa terlihat siapa saja kandidat yang memiliki potensi dan pastinya antusiasme yang besar terhadap lowongan pekerjaan tersebut.

Terapkan kualifikasi teknikal kepada kandidat

Saat ini sudah banyak startup yang melakukan perekrutan kandidat, setelah mendapatkan namun dari sisi kemampuan tidak memenuhi standardisasi yang ditetapkan. Akhirnya pegawai tersebut pun harus dilepaskan dan tentunya mengharuskan perusahaan mencari kandidat yang baru. Agar hal tersebut tidak terjadi, baiknya di proses awal lakukan wawancara hingga test terkait dengan hal-hal teknikal. Temukan juga kandidat yang memiliki mindset P. R. O. D. U. C. T. (Passionate, Resilient, Obsessive, Driven, Understanding, Caring, dan Tactful).

Berikan kuis kepada kandidat

Cara lain yang bisa diterapkan selain memberikan online assingment atau tugas kepada kandidat adalah memberikan kuis atau pertanyaan ringan. Pertanyaan tersebut bisa seputar pekerjaan yang nantinya dibebankan atau posisikan kandidat tersebut dalam sebuah masalah. Cermati jawaban yang diberikan sesuai dengan kriteria yang dicari oleh perusahaan.

Mengantisipasi dan Menyikapi Kebocoran Data

Di era yang semuanya serba digital data menjelma sebagai aset penting yang berharga bagi bisnis, termasuk juga bagi orang-orang lain yang tidak bertanggung jawab. Kebocoran data adalah musibah bagi bisnis. Selain merugikan secara operasional kebocoran data membawa dampak buruk bagi citra perusahaan secara keseluruhan, terlebih jika ada data pengguna. Tidak ada yang bisa menjamin seutuhnya keamanan sistem, untuk itu tindakan pencegahan dan tindakan menyikapi kejadian kebocoran data menjadi hal-hal yang harus disiapkan.

Sumber kebocoran data

Bak  air hujan selalu ada celah data mengalami kebocoran dari sistem-sistem yang sudah dibangun. Entah itu dikarenakan kelalaian pengguna, desain teknologi kurang baik, hingga penulisan kode program yang rentan. Banyak jalan menuju kejahatan-kejahatan yang berakibat pada kebocoran data.

Beberapa kelalaian manusia yang bisa menyebabkan kebocoran data biasanya terdapat pada pemilihan password yang lemah. Edukasi mengenai pemilihan password untuk akun-akun perusahaan dan penting ini wajib dilakukan di setiap lini bisnis. Kelalaian lainnya biasanya soal manajemen. Tentang siapa bisa akses apa dan dari mana saja. Pembatasan-pembatasan ini penting untuk memastikan data-data penting hanya diakses oleh orang-orang yang berhak.

Selanjutnya, jalur lain yang memungkinkan data-data penting bocor ada pada pemilihan teknologi, termasuk bagaimana para pengembang menuliskan kode-kode mereka. Harus diuji tidak hanya mengenai fungsionalitasnya tetapi juga mengenai seberapa aman kode yang mereka bangun.

Tetap waspada

Kebocoran data bisa menimpa siapa saja, perusahaan mana pun memiliki risiko untuk terdampak kebocoran data. Perusahaan-perusahaan besar semacam Sony dan Equifak pun pernah menjadi korban. Untuk itu tetap waspada menjadi pilihan utama untuk menghindari bisnis terdampak. Untuk itu diperlukan beberapa antisipasi di berbagai level.

Cara pertama yang bisa diambil adalah menguji dan memastikan rencana respons terhadap kejadian-kejadian yang bersifat merugikan. Seperti serangan hacking dan semacamnya. Jika rancangan penanggulangan sudah ditetapkan jangan ragu untuk memastikan rencana atau rancangan tersebut bekerja sesuai dengan semestinya. Buat simulasi atau skenario kejadian agar rencana tersebut bisa dibuktikan.

Langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan review  dan menindaklanjuti laporan keamanan di periode-periode sebelumnya. Lihat pola serangan yang muncul, lakukan tindakan antisipasi, sembari mendokumentasikan jenis serangan lengkap dengan sumber dan apa target. Hal tersebut bisa berguna untuk memetakan mana sistem yang rentan dan mana yang harus diprioritaskan.

Untuk memastikan sistem aman secara menyeluruh sistem-sistem yang terintegrasi dengan pihak ketiga juga harus diperhatikan, diuji, dan diawasi. Ini mencegah data bocor dari celah kolaborasi sistem yang seharusnya membawa banyak manfaat. Pilihan selanjutnya yang bisa diambil untuk langkah antisipasi adalah dengan menyiapkan asuransi untuk aset-aset digital yang ada. Termasuk data-data penting, data-data pengguna.

Yang dilakukan setelah kejadian

Selalu mengesalkan jika bisnis yang dijalankan terdampak kebocoran data. Hanya saja untuk mengantisipasi hal tersebut jangan fokus pada penyesalan dan mengutuk keadaan, gerakan tim teknis untuk mengantisipasi kebocoran meluas dan segera mengondisikan keadaan.

Bukti, jejak, atau footprint itu penting untuk bukti digital forensik. Jika ditemukan kebocoran data di server atau di salah satu komputer di dalam kantor coba amankan komputer tersebut. Rekam jejak di perangkat seperti Usb, wireless, harddisk, ram, dan lainnya bisa sangat berharga untuk mencari tersangka, atau paling tidak mengetahui sumber serangan.

Untuk mengantisipasi kebocoran data yang lebih jauh dan mencegah backdoor atau malware atau perangkat lunak “jahat” menjangkiti lebih banyak komputer mencabut koneksi ke jaringan utama bisa dilakukan. Sambil terus memantau apakah ada data-data yang hilang atau berubah.

Empat Hal Dasar yang Harus diperhatikan dalam Membangun Startup

Dalam membangun bisnis itu tidak ada resep pasti yang bisa menjamin kesuksesan. Akan tetapi, dengan banyak mendengar kisah-kisah di balik kesuksesan seorang pengusaha akan ada benang merah yang bisa ditarik untuk menjadi bahan pelajaran.

Salah satunya, belajar dari Andrew Tanyono. Dia adalah pendiri sekaligus CEO Promogo, startup yang bergerak di sektor car advertising. Perusahaan ini berdiri sejak tahun lalu.

Kini Promogo telah hadir di 20 kota, tersebar di kota tier ke-2 dan 3 dengan menggandeng 45 brand sebagai pengiklan. Jumlah mobil berstiker sekitar 4 ribu, total perjalanan mencapai 20 juta kilometer.

Secara bisnis, Promogo telah mencetak pendapatan bisnis sebesar US$1 juta dan telah membayar iklan ke pemilik mobil dengan total nilai Rp5 miliar.

Berbekal pengalaman mendirikan Promogo, Andrew berbagi tips empat hal dasar apa saja yang harus diperhatikan dalam membangun startup. Berikut rangkumannya:

Validasi ide

Menurut Andrew, ide itu adalah barang murah. Yang mahal adalah eksekusi. Pasalnya, semua orang memiliki ide, tapi belum tentu bisa mengeksekusinya. Dia juga menekankan bahwa dalam melakukan validasi ide, founder harus memiliki passion yang sama dengan bisnis yang akan digelutinya. Memiliki passion yang sama, dinilai akan lebih mudah dalam memvalidasi.

“Bahkan empat bulan Promogo sudah berdiri, validasi ide itu terus dilakukan karena saya sendiri enggak tahu hasilnya akan seperti apa karena saya selalu coba apapun ide yang muncul,” terangnya, Selasa (21/11).

Bangun tim yang tepat

Perjalanan tim Promogo sejak pertama kali dirintis, pergantian orang-orangnya cukup dinamis. Dari empat orang, berkurang jadi tiga, hingga Andrew sendiri. Sampai akhirnya tim Promogo kini sudah mencapai 25 orang.

Dalam mencari tim, sebelumnya founder perlu identifikasi kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Kemudian cari sosok yang dapat komplementer dengan founder.

Bijak mengalokasikan pengeluaran

Keuangan adalah nyawa perusahaan. Maka dari itu, founder tidak bisa sembarang dalam membelanjakan uangnya. Atau dengan kata lain sadar dengan kapasitas sendiri. Menurut Andrew, bila menempuh cara bootstrapping, jangan sampai besar pasak daripada tiang.

“Kalau founder tidak tahu uang yang keluar dan masuk itu ada berapa totalnya, sebaiknya lupakan [bangun startup] karena itu nyawanya perusahaan.”

Terus belajar

Apa yang Andrew lakukan saat merintis Promogo adalah banyak keluar rumah untuk mendatangi berbagai pertemuan bisnis. Dari sana, dia berkenalan dengan banyak orang untuk belajar dan berteman. Belajar, sambungnya, tidak harus duduk di bangku sekolah saja tapi bisa dari lapangan langsung.

“Jangan lupa untuk terus berbuat baik ke orang asing karena kita semua enggak ada yang tahu di luar akan ketemu siapa. Yang terpenting adalah skill, usaha, dan terus berdoa,” pungkas Andrew.

Lima Hal yang Perlu Ditekankan Saat Merekrut Talenta Baru

Perekrutan talenta startup masih menjadi pekerjaan rumah yang cukup kompleks untuk dipecahkan. Merekrut saja mungkin tidak sulit dengan target kuantitas, namun ketika yang dicari adalah anggota tim yang memiliki visi sama dan kompetensi yang mumpuni mungkin tidak mudah.

Meskipun sulit, ada beberapa hal yang bisa dilakukan startup untuk bisa mendatangkan talenta yang sesuai, baik secara kompetensi maupun keselarasan dengan visi. Lima tips berikut dapat diikuti startup sebagai upaya menjaring talenta terbaik – dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

Pencarian kandidat dilakukan secara berkelanjutan

Sederhananya, tampung sebanyak mungkin calon kandidat untuk masing-masing job desk yang ada. Cara yang paling umum dilakukan ialah membuka pintu selebar-lebarnya melalui sistem job-listing online, yakni dengan menampung sebanyak mungkin resume atau CV dari kandidat pekerja. Cara ini cukup efektif karena startup bisa memiliki opsi dan pertimbangan yang lebih banyak.

Namun tidak mudah juga bagi startup baru. Karena mekanisme ini umumnya baru bisa dilakukan setelah brand startup memiliki nilai yang signifikan di mata publik, atau harus menawarkan benefit yang sangat menggiurkan bagi para calon pelamar.

Membagikan visi startup

Selain iming-iming yang sifatnya materi, sebenarnya startup juga dapat membagikan visinya, baik secara langsung empat mata dalam diskusi ataupun disampaikan dalam berbagai kesempatan seperti konferensi. Untuk itu penting juga bagi startup untuk melakukan show off di atas panggung, mengikuti berbagai ajang – menjadi narasumber. Karena di sana ada kesempatan untuk meyakinkan orang-orang (bisa jadi calon talenta) tentang visi startup tersebut.

Pada kenyataannya ada banyak orang yang berminat ke gabung ke sebuah startup karena rasa segan, baik dengan visi yang dimiliki startup ataupun founder.

Fokus ke kemampuan, bukan hanya kredensial

Terkadang untuk posisi tertentu – khususnya di bagian teknis, fokus pencarian kandidat bisa didasarkan pada kemampuan yang dimiliki kandidat tersebut. Caranya bisa memberikan soal ujian yang relevan. Karena untuk hal teknis, kemampuan praktis kadang bermanfaat. Sehingga kalaupun kandidat belum memiliki kredensial atau track record bagus di sana-sini, bisa juga dipertaruhkan asalkan kompetensi sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

Rasa memiliki berpengaruh pada kinerja

Ekuitas atau kepemilikan bisa menjadi nilai tambah untuk membuat pekerja nyaman dan betah untuk berinovasi di sana. Dengan rasa memiliki, maka keinginan membangun menjadi lebih kuat. Namun bukan berarti harus diumbar, tawarkan pada saat yang tepat, ketika seseorang sudah berada di titik tertentu. Artinya meyakinkan talenta tersebut bahwa pintu kepemilikan terbuka untuk siapa saja, yang memberikan sumbangsih baik bagi bisnis.

Jangan berhenti memotivasi

Founder memegang peran kunci di sini. Motivasi tidak selalu terkait kata-kata indah yang disampaikan sehari-hari, namun bisa berupa pemaparan fakta tentang laju bisnis yang membaik, penerimaan inovasi, atau memberikan kesempatan bagi para talenta untuk mengeksplorasi hal-hal baru. Sampaikan nilai-nilai tentang ini pada para kandidat, sehingga mereka tahu bahwa tempat yang didatangi adalah yang terbaik untuk masa depannya.

Apa Saja yang Harus Ada dalam Pitch Deck Startup?

Perjalanan sebuah startup dari peluncuran produk sampai scale-up umumnya tidak bisa berjalan dengan satu roda. Artinya banyak pihak yang harus dilibatkan dalam proses tersebut, tak terkecuali investor. Melalui berbagai tahapan investasi, startup didukung untuk bisa mencapai milestone dan kesuksesannya. Dan melalui investasi itu pula startup bisa menguatkan sumber daya di dalam tubuh bisnis untuk menyelesaikan produk dan mendatangkan traksi.

Rama's Presetation on SelasaStartup

Itulah pengantar dalam sesi diskusi mingguan DailySocial bertajuk #SelasaStartup yang dibawakan oleh Founder & CEO Rama Mamuaya. Selebihnya dalam presentasi yang disampaikan, Rama banyak membahas kiat membuat sebuah pitch deck, sebagai langkah awal bagi startup untuk membuka pintu investasi. Sebelum masuk ke pada poin-poin materi yang ada dalam sebuah pitch deck, Rama menekankan dua aspek berkaitan dengan tujuan sebuah pitch deck.

Pertama tujuan pitch deck harus menggambarkan mengapa investor harus berinvestasi ke startup tersebut, apakah investasi mereka akan membuahkan hasil –dalam Return of Investment (ROI) atau Break Even Point (BEP). Dan yang kedua tentang bagaimana rencana startup memanfaatkan investasi yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Apa yang akan dilakukan dengan uang tersebut sehingga membuat bisnis bisa berkesinambungan dan bertumbuh.

Selanjutnya, berikut poin-poin yang perlu ada dalam sebuah dokumen atau presentasi pitch deck.

One Liner Pitch

Di sini tuliskan sebuah pernyataan sederhana yang jelas dan lugas menjelaskan tentang startup dan bisnisnya. Tidak usah muluk-muluk, atau terlalu mendetail dalam paragraf. Cukup diwakilkan dengan satu kalimat atau ilustrasi singkat yang menggambarkan tujuan bisnis secara umum.

Founder

Pada dasarnya investor akan berinvestasi kepada orang di dalamnya, yang tak lain kepada para founder startup tersebut. Untuk itu tunjukkan kepada mereka tentang siapa para founder, dengan menceritakan latar belakang, kelebihan, dan passion yang dimiliki berkaitan dengan bisnis yang sedang dikerjakan.

Vision or Mission

Gambarkan apa yang menjadi mimpi founder dengan startup yang didirikan ini. Apa yang dideskripsikan di sini harus sebuah mimpi yang besar, pemikiran visioner dari masa depan bisnis yang digeluti. Lalu mengapa hal tersebut penting untuk dicapai, baik bagi pangsa pasar yang disasar ataupun konsumen secara umum.

Market Information

Data. Data. Dan Data. Itu yang ditegaskan oleh Rama dalam presentasinya di poin ini. Untuk menggambarkan kondisi pasar yang akan disasar, dalam sebuah pitch deck perlu dipaparkan data yang matang dari hasil riset atau survei. Adanya angka-angka mengenai kondisi pasar yang ada (masa lalu, saat ini, dan proyeksi masa depan) akan menjadi gambaran yang lebih riil.

Problem and Solution

Memberikan gambaran masalah yang ingin diselesaikan, seberapa besar pangsa pasar yang mengalami permasalahan tersebut. Lalu suguhkan solusi apa yang ingin dikerjakan dengan bisnis yang sekarang dibuat.

Product-Market Fit

Di sini dijelaskan tentang bagaimana solusi yang tadi disampaikan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Jelaskan juga tentang bagaimana pengguna (dalam tahap Alpha atau Beta) menanggapi produk yang disajikan, misalnya dengan melihatkan rating aplikasi atau testimoni. Termasuk apakah sudah ada traksi yang menggambarkan kemauan pengguna untuk membayar layanan yang ditawarkan.

Product Roadmap

Berikan apa saja rencana yang dilakukan dalam beberapa waktu ke depan, tentang pembaruan produk/fitur, peluncuran versi teranyar, dan proyeksi lainnya terkait dengan proses pengembangan.

Business Plan

Singkatnya menjelaskan bagaimana rencana startup menghasilkan uang dari produk yang dimiliki.

Financial Projection

Berisi proyeksi pada pengelolaan finansial startup. Ini bagian yang sangat penting, karena seberapa besar budget yang dimiliki dan alokasinya akan menentukan banyak hal, misalnya strategi talent acquisition, peluncuran produk, hingga menghasilkan angka yang dibutuhkan dalam fundraising. Sebenarnya Financial Projection ini penting dibuat secara rutin, selain melengkapi pitch deck, juga membantu founder untuk mengelola cashflow.

Lima Hal yang Menghambat Pertumbuhan Startup

Pertumbuhan (growth) menjadi salah satu fokus dan tujuan startup. Jika tidak disiasati dengan cermat, bisa jadi startup yang didirikan akan berjalan stagnan atau bahkan tidak berhasil. Artikel berikut ini akan membahas 5 kesalahan yang kerap dilakukan oleh pendiri startup, terkait dengan strategi growth. Belajar dari Sean Sehppard selaku Co-Founder Venture Capital Fund dan Market Development Accelerator GrowthX yang berbasis di Silicon Valley.

Kesulitan menceritakan dengan baik produk yang dimiliki

Salah satu kesalahan yang kerap dilakukan oleh pendiri startup adalah tidak mahir atau kesulitan dalam menjabarkan secara singkat produk yang dimiliki. Kesalahan tersebut bisa mempengaruhi startup mendapatkan investor hingga memperluas networking. Hal paling penting yang akan mengganggu pertumbuhan startup terkait dengan komunikasi yang kurang baik adalah ketika produk mulai dilemparkan kepada target pengguna, namun startup gagal untuk menampung feedback dari target pengguna tersebut.

“The seed stage is for learning – and you learn fastest and cheapest by talking to humans.”

Kesulitan memberikan layanan pelanggan dengan baik

Kesalahan lain yang kerap dilakukan oleh startup untuk mempercepat pertumbuhan adalah kurangnya relasi yang baik dengan pelanggan. Idealnya meskipun saat ini startup memiliki teknologi yang paling canggih namun jika tidak didukung dengan layanan pelanggan yang baik, akan menghambat pertumbuhan startup. Untuk itu perhatikan dengan baik layanan pelanggan startup dan bina hubungan baik dengan pelanggan.

“The best tech companies are always service companies first.”

Kesulitan menemukan anggota tim yang tepat

Kesalahan lain yang kerap dilakukan oleh pendiri startup adalah kesulitan untuk menemukan pegawai hingga membentuk tim yang solid. Kebanyakan pendiri merekrut pegawai namun tidak 100% yakin dengan kemampuan dari pegawai tersebut. Jangan rekrut pegawai dalam jumlah yang banyak hanya demi mengisi posisi yang kosong. Hindari pula melakukan perekrutan pegawai secara cepat tanpa melalui proses perkenalan terlebih dahulu.

“Hiring the wrong people or hiring too soon is a huge killer.”

Kesulitan menjadi pemimpin yang baik

Menjalankan bisnis startup artinya Anda sebagai pendiri startup wajib untuk bisa memimpin dan mengarahkan perusahaan. Apakah itu memberikan arahan yang tepat kepada pegawai hingga menentukan langkah yang strategis untuk kemajuan startup. Jika seorang pendiri startup tidak memiliki kemampuan tersebut, akan mengganggu jalannya bisnis dan tentunya pertumbuhan startup.

“As Founders, we tend to want to give time and resources to anyone who expresses interest in us and our products.”

Kesulitan melakukan validasi

Validasi merupakan proses penting yang menentukan keberhasilan dari produk hingga layanan startup. Ketika ide telah ditemukan, lakukanlah proses validasi agar bisa menemukan siapa target pengguna yang tepat hingga melihat siapa pesaing terbesar Anda.

“Qualify, qualify, qualify – and then qualify some more.”

Belajar Menjadi Seorang Pemimpin

Salah satu tantangan founder startup di tahap awal adalah menyatukan tim. Belum lagi anggota tim yang ada adalah orang-orang baru dalam kehidupan mereka. CEO BodeTree Chris Myers menuliskan pengalamannya dalam mendirikan startup dan mengambil peran dalam tim. Menurutnya sebuah tim startup membutuhkan founder yang berperan sebagai seorang pemimpin, bukan seorang teman.

Menghindari konflik hanya memperburuk keadaan

Yang membedakan teman dan pemimpin dalam diri sebuah pendiri startup adalah cara mereka menyelesaikan masalah. Dari pengalamannya, Chris lebih memilih menyelesaikan masalah dibanding dengan menghindarinya. Meski harus menguras energi permasalahan apa pun harus diselesaikan dengan cara dibicarakan atau didiskusikan, tidak dibiarkan menguap begitu saja.

Selalu ingat bahwa startup tidak hanya soal diri sendiri

Chris dalam artikelnya juga menyebutkan bahwa kepemimpinan serupa dengan parenting. Mengelola tim juga diperlukan masa-masa membiarkan anggota tim untuk tumbuh dewasa dengan sendirinya, tanpa harus selalu didorong dari belakangan. Beri mereka ruang untuk berkreasi, biarkan mereka tumbuh, pemimpin hanya perlu mengawasi dan mengingatkan jika ada sesuatu yang terlewat atau terjadi kekurangan.

“Jika Anda tidak meletakkan harapan kepada tim, dorong keluar dari zona nyaman mereka, dan pertahankan orang-orang yang bertanggung jawab, Anda gagal dalam peran Anda yang paling penting sebagai pemimpin. Mencoba menjadi teman terbaik semua orang adalah tindakan egois yang fundamental,” tulis Chris.

Menjadi pemimpin bukan tentang diri sendiri, kepemimpinan adalah tentang membantu orang menjadi sebaik mungkin. Itu bisa diartikan sebagai mampu melangkah dan melakukan apa pun demi kebaikan tem sesulit apa pun itu.

Kepemimpinan adalah kesendirian

Banyak orang yang menanggap menjadi pemimpin artinya semua tim akan melayani sementara seorang tim duduk bagaikan raja yang damai. Menjadi seorang pemimpin justru sebaliknya, ia menjadi orang yang paling diandalkan dalam satu organisasi, sebagai pertimbangan dan orang yang memiliki kemampuan pemecahan masalah.

Menurut Chris menjadi seorang pemimpin berarti mengedepankan anggota tim dibanding diri sendiri dan apa pun juga. Hal itu membutuhkan disiplin tinggi, pengorbanan dan keberanian. Sebagai seorang pemimpin sudah menjadi hal lumrah jika tidak selalu disukai oleh orang-orang di sekitar, tapi dalam sebuah tim mereka membutuhkan tim, bukan seorang teman.

Membangun Kultur Kerja di Tahap Pertumbuhan Startup

Startup yang sudah masuk ke dalam tahap berkembang atau scale-up bukan berarti mengisyaratkan founder memiliki kultur bisnis yang tepat dan harus dipertahankan. Sebaliknya, kultur adalah sesuatu yang dinamis mengikuti laju bisnis yang sedang berjalan –sedangkan yang perlu dipertahankan adalah visi.

Kultur erat kaitannya dengan bagaimana perlakukan terhadap tim. Di fase berkembang, ada beberapa penyesuaian yang perlu dilakukan oleh founder. Berikut ini adalah lima hal yang dapat dipraktikkan terkait dengan pengembangan kultur bekerja untuk startup yang tengah dalam tahap perkembangan.

Mengoptimalkan tim sembari mengukur potensi bisnis

Dimulai dari tim yang kecil –dan solid, startup yang sedang bertumbuh biasanya akan mengalami kebimbangan. Saat potensi bisnis bertumbuh, sedangkan jumlah anggota masih sama. Namun jangan buru-buru melakukan perekrutan, ukur kemampuan tim terlebih dulu. Apakah kemampuan mereka masih bisa untuk menangani tanggung jawab lebih –misalnya untuk melakukan multi-tasking. Dalam praktik terbaik startup, memberikan tantangan lebih kepada tim akan menjadi professional development yang baik di lingkungan bisnis.

Kadang yang perlu diubah justru workflow, dari yang sebelumnya sepenuhnya manual coba ditangani sebagian dengan teknologi. Sebagai contoh ketika traksi pelanggan derastis meningkat, layanan seperti CRM bisa dimanfaatkan untuk membantu tim pemasaran untuk menangani berbagai keluhan atau bahkan melakukan analisis terhadap kecenderungan pelanggan. Cara berkomunikasi, pembagian kerja dan sebagainya juga dapat disederhanakan dengan teknologi, sehingga lebih menghemat waktu.

Membuka kesempatan untuk berkolaborasi antar tim

Berbeda dengan korporasi yang sangat disiplin dengan sekat-sekat divisi atau pembagian departemen bisnis, startup cenderung lebih bisa terbuka. Sebagai contoh, ketika tim pemasaran membutuhkan performa lebih untuk melakukan kampanye kegiatan, coba libatkan juga tim dari divisi lain untuk menyederhanakan pekerjaan, semisal dari tim operasional. Bahkan untuk divisi yang mungkin terkesan jauh fungsionalitasnya. Selain menghidupkan kultur kolaboratif, langkah ini juga memberikan kesempatan untuk masing-masing anggota tim mencoba hal baru.

Saat perusahaan bertumbuh, sudah semestinya memikirkan pertumbuhan kompetensi pegawai. Selain memberikan tantangan pada pekerjaan tambahan, hadirkan juga kesempatan untuk memperdalam kemampuan mereka, atau mengeksplorasi hal-hal baru. Berikan motivasi lebih, bisa saja dengan peningkatan gaji atau berikan kesempatan untuk menimba ilmu di luar.

Sediakan waktu untuk melakukan hal yang menyenangkan

Hal-hal seperti makan bersama atau berlibur bersama tetap dijadikan agenda, lebih sering bahkan. Selain untuk memberikan waktu refreshing, kegiatan seperti ini dapat membuat tim lebih solid. Mereka akan lebih dekat satu sama lain, dan mengerti kekurangan dan kelebihannya. Sehingga diharapkan dapat seling mengisi dalam kegiatan kolaborasi di perusahaan.

Jika harus merekrut pegawai baru

Dalam perusahaan baru yang berpotensi tumbuh, dibutuhkan pegawai yang dapat menyesuaikan diri dengan perusahaan. Perusahaan dapat mencocokkan dengan kepribadian maupun keterampilan yang mereka miliki. Memilih untuk merekrut pegawai dengan cara ini demi menciptakan tim jangka panjang yang memiliki kontribusi inovatif.