GameFace Labs Kembangkan VR Headset yang Kompatibel dengan Platform Daydream, SteamVR dan Oculus

Mana yang Anda pilih: Oculus Rift, HTC Vive atau Google Daydream? Untuk bisa menjawabnya, Anda tak boleh sekadar menilai hardware-nya saja, tapi juga mempertimbangkan platform yang dijalankan beserta ekosistem kontennya. Namun kalau yang Anda pilih ternyata VR headset dari startup bernama GameFace Labs berikut, platform sama sekali tak perlu jadi bahan pertimbangan.

Ini dikarenakan headset yang masih berstatus prototipe ini dapat berjalan di atas tiga platform sekaligus: Oculus, SteamVR dan Daydream. Fleksibilitas semacam ini saya kira mustahil bisa Anda temukan pada headset besutan Oculus atau HTC, yang notabene bersaing secara langsung di ranah VR.

GameFace merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah mencoba mencegah terjadinya fragmentasi di segmen VR. Yang paling dirugikan sejatinya adalah developer indie, yang kerap memiliki keterbatasan dana sehingga tidak dapat mengembangkan konten untuk ketiga platform sekaligus.

GameFace Labs

Lain ceritanya dengan penawaran GameFace. Di sini developer hanya perlu membeli satu perangkat, dan itu saja sudah bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan konten untuk ketiga platform di atas. Hal yang sama juga dapat dinikmati konsumen; satu headset untuk mengonsumsi konten dari ketiga platform VR terbesar saat ini.

Lalu bagaimana sebenarnya cara kerja headset multi-platform ini? Secara default, ia merupakan sebuah standalone VR headset yang menjalankan sistem operasi Android, membuatnya kompatibel dengan konten untuk Cardboard maupun Daydream – meski tidak secara resmi.

Dirinya dibekali chipset Nvidia Tegra generasi terbaru dan sepasang layar beresolusi 2560 x 1440 pixel buatan Samsung, dengan sudut pandang seluas 120 derajat dan refresh rate 90 Hz. Fitur lainnya mencakup 3D tracking berkat integrasi kamera Intel RealSense dan sensor hand tracking rancangan Leap Motion.

GameFace Labs

Namun keistimewaannya akan langsung tampak ketika ia disambungkan dengan PC, dimana ia dapat menjalankan konten SteamVR seperti halnya HTC Vive. GameFace pun turut merancangnya supaya kompatibel dengan sistem tracking Lighthouse garapan Valve, terbukti dari berjejernya sensor di bagian depan headset macam yang terdapat pada Vive.

Kemudian untuk menjalankan konten dari platform Oculus, headset ini dapat mengandalkan bantuan software bernama ReVive. Kontrolnya sendiri bisa menggunakan controller milik Daydream atau Vive, akan tetapi GameFace berencana menyiapkan controller bawaan yang dilengkapi unit baterai, yang bakal menggantikan peran battery pack yang saat ini menyambung via kabel ke prototipe headset.

Kembali menyinggung soal fragmentasi tadi, GameFace memang menarget kalangan developer untuk headset-nya ini, terutama mereka yang berkantong cekak. Nantinya akan ada dua model yang ditawarkan: GF-DD seharga $500 dan GF-LD seharga $700. DD adalah versi Daydream standar, sedangkan LD adalah versi yang dibarengi Lighthouse base station yang kompatibel dengan SteamVR.

Sumber: Engadget.

Lewat SteamVR Home, Valve Ingin Pemain Bisa Saling Berinteraksi dengan Aspek Kustomisasi yang Mendalam

Baik Oculus maupun Facebook telah menanamkan elemen sosial pada platform VR mereka. Kini giliran Valve yang mengambil langkah serupa dengan merilis versi beta dari SteamVR Home.

Valve menerapkan elemen kustomisasi yang cukup mendalam di sini, dimana pemain dibebaskan untuk menciptakan ‘kampung’ virtual-nya sendiri secara mendetail, lengkap dengan setting yang bervariasi. Dari situ pemain dapat mengundang publik maupun teman-temannya untuk saling berinteraksi.

Pemain bebas merancang rumah atau kampung virtualnya masing-masing secara merinci dalam SteamVR Home / Steam
Pemain bebas merancang rumah atau kampung virtualnya masing-masing secara merinci dalam SteamVR Home / Steam

Elemen kustomisasi ini memungkinkan pemain untuk mengeksplorasi kreativitas dari komunitas SteamVR. Aspek eksplorasi ini juga dibuat lebih menarik dengan adanya sejumlah quest yang bisa dijalani, dan setelahnya pemain akan dihadiahi dengan beragam aksesori untuk mendandani avatar-nya masing-masing.

Sesuai namanya, SteamVR Home akan menjadi rumah dan tempat awal sesi VR setiap pemain. Fitur-fitur pelengkap turut dihadirkan, seperti misalnya Quick Links yang memberikan akses instan ke sejumlah aplikasi VR yang terakhir dibuka, daftar teman maupun ‘kampung’ virtual yang bisa pemain telusuri.

Selain berinteraksi dengan sesama pemain, Anda juga bisa mengeksplorasi dan menjalani quest untuk membuka sejumlah hadiah / Valve
Selain berinteraksi dengan sesama pemain, Anda juga bisa mengeksplorasi dan menjalani quest untuk membuka sejumlah hadiah / Valve

SteamVR Home sejatinya bukanlah barang baru; Valve sebelumnya punya aplikasi dengan fungsi serupa bernama Destinations. Aplikasi tersebut sekarang telah dimatangkan dan diubah namanya menjadi SteamVR Home, dengan alasan supaya pengalaman yang ditawarkan bisa dinikmati semua pemain secara default. Untuk sekarang, mereka harus lebih dulu mengaktifkan fitur SteamVR Beta untuk bisa menikmatinya.

Sumber: Gamasutra dan Valve.

Quark VR Demonstrasikan Prototipe HTC Vive Versi Wireless-nya

Masih ingat dengan Quark VR, startup asal Bulgaria yang berambisi menyulap headset HTC Vive menjadi wireless? Meski sedikit terlambat, baru-baru ini mereka merilis sebuah video teaser untuk mendemonstrasikan prototipe buatannya yang digarap bersama Valve.

Dalam video di bawah, tampak CEO sekaligus co-founder Quark VR, Krasi Nikolov, sedang menggunakan HTC Vive tanpa ada kabel yang menyambung ke PC. Pun begitu, Anda pastinya masih bisa melihat seuntai kabel yang menjalar dari belakang kepalanya ke bagian pinggangnya.

Kabel ini menyambungkan Vive dengan prototipe buatan Quark VR, yang pada dasarnya merupakan sebuah komputer single board yang bertindak menjembatani Vive dan PC. Tampak juga sebuah power bank yang menyambung dan menyuplai tenaga ke perangkat berukuran mini tersebut.

Menurut Quark VR, ini semua baru sekadar solusi sementara. Pastinya mereka punya ide yang lebih matang dan lebih elegan ketimbang yang ditunjukkan sekarang. Terlepas dari itu, setidaknya prototipe buatan mereka bisa berfungsi dengan baik.

Namun ini bukan satu-satunya tantangan Quark saat ini. Mereka juga harus berhadapan dengan TPCAST yang malah sudah siap untuk memasarkan produknya yang berfungsi serupa dalam waktu dekat. Namun Quark sepertinya sudah menyiapkan solusinya.

Salah satunya adalah dengan memperluas kompatibilitas. TPCAST hanya mendukung HTC Vive saja, sedangkan Quark VR sedang bersiap untuk mendemonstrasikan produk buatannya dalam skenario multiplayer menggunakan headset yang berbeda. Apakah yang dimaksud itu Oculus Rift? Mungkin, tapi Quark VR sendiri masih bungkam soal itu.

Sejauh ini juga belum ada yang berani memastikan apakah Quark VR berhasil menangani masalah latency. Seperti yang kita tahu, aksesori semacam ini pastinya akan memperburuk problem lag dalam VR, tinggal bagaimana sang developer bisa meminimalkan tambahan latency itu.

Sumber: UploadVR dan Quark VR.

Simak Detail Lebih Lanjut Mengenai Headset VR Baru Buatan LG

Langkah perdana LG memasuki ranah virtual reality boleh dikatakan kurang mulus. Dirancang sebagai kompetitor Gear VR, reviewer mengeluhkan banyak hal mengenai LG 360 VR: dari mulai masalah bocornya cahaya, buruknya desain, ketidaknyamanan, hingga minimnya konten. Tapi tak berarti LG menyerah. Awal minggu ini, terdengar berita soal rencana LG membuat device VR baru.

Dan sesuai agenda, LG memamerkan head-mounted display yang mereka racik untuk menyaingi HTC Vive dan Oculus Rift di Game Developers Conference 2017. Sejauh ini LG memang belum mengumumkannya secara resmi, namun beberapa media yang berkesempatan mencobanya turut membeberkan sejumlah detail terkait hardware dari headset versi developer-nya.

LG VR Headset 2

Struktur headset kabarnya lebih menyerupai PlayStation VR dibanding Vive; memiliki ring untuk dipasang di dahi dan bisa dipererat dengan menyesuaikan bagian belakangnya, ditambah satu head band lagi buat menyeimbangkannya. Uniknya, konstruksi MHD memungkinkan Anda tidak perlu melepasnya saat ingin ‘keluar’ dari alam virtual. Pengguna bisa mengangkat visor ke atas (hingga 90 derajat) – mirip kaca di helm motor. Bobotnya sendiri masih belum diketahui.

LG VR Headset 3

Head-mounted display tersebut memanfaatkan sebuah panel seluas 3,64-inci buatan LG sendiri dengan resolusi 2560×1440 – artinya tiap mata memperoleh 1280×1440-pixel. Menakar dari angka ini, headset mempunyai resolusi setara Samsung Gear VR dan sedikit lebih tinggi di atas Rift dan Vive. Device menyuguhkan field of view seluas 110-derajat dan refresh rate 90Hz, sama seperti perangkat kreasi HTC dan Oculus VR.

Di unit developer ini, headset belum didukung oleh komponen output audio terintegrasi. Artinya, Anda harus memenambahkan headphone.

Komponen lensanya sedikit berbeda dari kompetitor. LG menempatkan lensa 110 derajat di jarak 12-milimeter dari mata, lalu menaruh lensa 120 derajat di jarak 10mm. Namun bukannya menggunakan lensa Fresnel seperti di Vive dan Rift, headset LG memanfaatkan jenis refraktif. Selain itu, layaknya HMD SteamVR, metode tracking-nya mengusung solusi base station Lighthouse.

LG VR Headset 1

Untuk controller, LG tampaknya mengadopsi punya HTC Vive dengan thumb pad serupa. Tapi ketika sensor controller Vive diposisikan di struktur melingkar, unit kendali milik LG di taruh di konstruksi segi enam/heksagon.

Saat artikel ini ditulis, LG juga belum menginformasikan nama yang diusung oleh device, harga, dan kapan kira-kira headset tersebut akan tersedia.

Sumber: The Verge & PC Gamer. Sumber foto: Upload VR.

LG Kembangkan Headset Virtual Reality Untuk Tandingi Vive dan Rift

Kompetisi virtual reality di kelas high-end diisi oleh dua brand besar: Oculus VR yang didukung penuh oleh Facebook versus HTC dengan sokongan teknologi SteamVR garapan Valve. Persaingan tersebut akan jadi tambah seru setelah satu raksasa elektronik asal Korea Selatan dikabarkan sedang menyiapkan head-mounted display VR premium sekelas Rift dan Vive.

LG Electonics punya agenda untuk memperkenalkan perangkat headset virtual reality baru, digarap secara kolaboratif bersama Valve Corporation. Seperti HTC Vive, LG mengerjakan bagian hardware-nya, sedangkan Valve bertanggung jawab di sisi perangkat lunak, khususnya fokus pada teknologi tracking SteamVR. Langkah ini menempatkan LG sebagai kompetitor langsung HTC dan juga Oculus VR.

Untuk sekarang, baik Valve maupun LG masih belum memberikan banyak informasi mengenai perangkat VR baru itu, termasuk spesifikasi hardware. Mereka hanya bilang, headset ini didesain buat menyuguhkan ‘pengalaman virtual reality generasi selanjutnya lewat konten berkualitas tinggi’. SteamVR sendiri berperan menjadi platform sekaligus solusi sistem tracking tiga dimensi bebas-royalti, diadopsi oleh LG setelah HTC memanfaatkannya lebih dulu.

Secara teknis, perangkat ini bukanlah headset VR pertama buatan LG. Di ajang MWC tahun lalu, sang produsen sempat menyingkap LG 360 VR, perangkat HMD yang dirancang untuk menyaingi Samsung Gear VR. Namun berbeda dari milik rivalnya itu, Anda tidak perlu memasangkan smartphone karena perangkat sudah menyimpan layar. Pengguna hanya perlu menyambungkannya ke handset LG G5 via USB type-C. Sayang sekali, banyak reviewer setuju performa 360 VR terbilang mengecewakan.

Khusus untuk headset barunya, LG berencana memamerkan dan mendemonstraikan kapabilitas versi purwarupanya di Game Developers Conference 2017 San Francisco yang dilangsungkan minggu ini – tepatnya di booth Valve. Doug Lombardi selaku perwakilan Valve bilang bahwa di ajang itu, LG akan bertemu dengan para developer buat mengumpulkan respons dan masukan, sebelum akhirnya headset dibawa ke tahap produksi.

Informasi mengenai harga, waktu rilis, dan lokasi peluncuran device akan diungkap di lain waktu. Satu hal yang sudah dikonfirmasi adalah, head-mounted display ini tersambung via kabel ke PC, tak jauh berbeda dari Vive.

Berita mengenai headset VR baru LG muncul tak lama setelah Sony memberitahukan mereka berhasil menjual lebih dari 900 ribu unit PlayStation VR, dan juga pengumuman Oculus VR soal kesuksesan penjualan Samsung Gear VR yang sudah melewati lima juta perangkat.

Sumber: Engadget, Polygon & TweakTown.

Nolo Ialah Motion Tracker Terjangkau Untuk Headset VR Mobile

Berkat beragam pilihan produk, virtual reality kini bisa dinikmati oleh semua orang: via Google Cardboard, ada pula headset VR mobile yang lebih nyaman dikenakan, Daydream View, hingga kelas HTC Vive dan Oculus Rift. Namun berbeda dari head-mounted display premium, device-device terjangkau umumnya belum menyediakan solusi kendali yang dapat diandalkan.

Dengan mengisolasi sang pengguna, satu-satunya sistem kontrol yang efektif dan intuitif adalah kendali berbasis gerakan. Itu sebabnya Oculus VR meramu Touch, dan HTC membundel headset mereka bersama controller motion. Lalu bagaimana dengan para pemiliki Samsung Gear VR atau headset VR mobile sejenis? Tak perlu bingung, Anda bisa memanfaatkan Nolo ciptaan tim LYRobotix.

Nolo adalah perangkat motion control yang dirancang buat mendukung konten virtual reality berbasis smartphone dan ekosistem SteamVR, juga diklaim sebagai sistem front-facing room scale pertama di dunia. Dan selain luasnya faktor kompatibilitas, aspek paling menjanjikan dari Nolo ialah harganya. Satu set periferal canggih ini ditawarkan di harga terjangkau.

Nolo terdiri atas tiga komponen: sepasang motion controller berpenampilan seperti versi kecil PlayStation Move karena bagian bulat di ujungnya, unit marker untuk dipasangkan di headset (tersambung dengan kabel USB), serta base station buat membaca gerakan Anda. Nolo kompatibel ke berbagai device Android, dan dengan menggunakan software Riftcat dan VRidge, Anda bisa menampilkan game SteamVR di layar perangkat bergerak.

Jantung dari kapabilitas Nolo adalah teknologi PolarTraq di dalam base station. Unit tersebut mampu melacak gerakan di ruang 4×4-meter dalam sudut 100 derajat secara presisi – tingkat keakuratannya mencapai kurang dari 2mm. Informasi ini dikirimkan dengan sangat cepat, latency-nya hanya 20-milidetik sehingga pengguna tidak merasa pusing serta meminimalisir disorientasi.

Masing-masing unit controller-nya dibekali touchpad bulat, tombol menu dan sistem, trigger button, sistem haptic feedback, dengan frekuensi tracking di 60Hz. Periferal ini mampu membaca hampir seluruh jenis gerakan, baik perpindahan posisi maupun rotasi. LYRobotix menjelaskan bahwa Nolo siap buat menunjang penyajian konten virtual reality di Samsung Gear VR, Google Cardboard, Homido VR, Zeiss VR One Plus, serta Google Daydream View.

Proses penggalangan dana yang dilakukan LYRobotix di situs crowdfunding  Kickstarter berjalan mulus dan developer sukses mengumpulkan modal hampir empat kali target awal. Di sana, Nolo sudah bisa Anda pesan, ditawarkan mulai dari US$ 100 dan akan didistribusikan pada bulan Mei 2017.

Valve Konfirmasi Akan Ada Lebih Banyak VR Headset yang Kompatibel dengan SteamVR

Oculus Rift dan HTC Vive adalah dua pemain terbesar di ranah virtual reality saat ini. Sebagai konsumen, sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya, manakah yang lebih laris di pasaran? Jawabannya malah datang dari founder Epic Games, Tim Sweeney, yang mengklaim Vive terjual lebih banyak dibanding Rift, dengan rasio 2:1.

Tim memang tidak menyebutkan dari mana ia mendapatkan angkanya, akan tetapi alasan yang diungkapkan cukup kuat: Vive mengadopsi platform yang terbuka, dan seringkali open platform selalu menang. Lebih lanjut, Vive juga mengandalkan Steam sebagai medium distribusi kontennya, dan hampir semua gamer PC sudah cukup akrab dengan Steam.

Namun kemenangan Vive tampaknya hanya bersifat sementara, sebab beberapa pabrikan lain dikabarkan juga sedang mengembangkan VR headset yang kompatibel dengan sistem SteamVR Tracking. Kabar ini disampaikan langsung oleh Joe Ludwig, programmer Valve yang menangani SteamVR, dalam rubrik AMA (Ask Me Anything) bersama Gabe Newell selaku founder Valve di Reddit.

Joe mengungkapkan bahwa sudah ada sekitar 500 perusahaan yang mendaftar untuk memanfaatkan teknologi SteamVR Tracking. Sebagian besar mungkin hanya mengembangkan aksesori atau peripheral untuk Vive, namun ternyata beberapa di antaranya ada yang sedang mengerjakan HMD (head-mounted display) buatannya sendiri – meski sejauh ini tidak ada informasi apakah mereka merupakan perusahaan besar atau baru sebatas startup.

Kalau benar, bisa jadi ke depannya bakal ada VR headset dengan spesifikasi dan kemampuan tracking setara HTC Vive, namun dengan harga yang lebih terjangkau. Tentunya ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para VR enthusiast, sekaligus membuka jangkauan pasar virtual reality ke segmen yang lebih luas.

Sumber: Wareable.

Aplikasi Google Earth VR Resmi Dirilis untuk HTC Vive

Google terus membuktikan komitmennya dalam memperluas ekosistem konten virtual reality. Setelah YouTube VR, sekarang giliran Google Earth VR yang unjuk gigi.

Google menjelaskan bahwa saat Earth pertama dirilis sepuluh tahun silam, tujuannya adalah untuk membantu kita mengeksplorasi seisi Bumi dari mana saja. Earth VR masih mengusung misi yang sama, tapi kini cara penyajiannya jauh lebih menarik sekaligus immersive.

Google memilih HTC Vive sebagai tempat perhentian pertama Earth VR. Alasannya sederhana: sejauh ini baru Vive-lah yang menawarkan fitur tracking posisi paling komprehensif, dimana pengguna tak hanya bisa menggerakkan kepalanya untuk melihat-lihat, tapi juga berpindah posisi untuk menikmati keindahan Bumi dari perspektif yang berbeda.

Google Earth VR membebaskan pengguna untuk bernavigasi via controller / Google
Google Earth VR membebaskan pengguna untuk bernavigasi via controller / Google

Mode lain yang ditawarkan memaksimalkan kapabilitas controller milik Vive, dimana pengguna bisa terbang secara bebas di dalam Earth VR, menikmati pemandangan seperti dari sudut pandang seekor burung rajawali. Terakhir, Earth VR juga menawarkan tur sinematik untuk tujuan-tujuan wisata ternama seperti Sungai Amazon, Grand Canyon dan masih banyak lagi.

Bagi para pengguna HTC Vive, Earth VR saat ini sudah bisa didapat secara cuma-cuma dari Steam. Ke depannya bisa dipastikan Earth VR juga bakal merambah platform lain, sebut saja Daydream dan Oculus, tapi paling cepat baru tahun depan.

Sumber: Google Blog.

Di Steam Dev Days, Valve Bicara Masa Depan VR dan Pamerkan Controller Baru

Steam Dev Days ialah ajang tahunan yang diadakan penyedia layanan distribusi digital terbesar di dunia untuk mewadahi kegiatan sharing informasi, dari mulai strategi bisnis sampai teknologi. Dan sejak Valve mulai bermain di virtual reality, bidang ini juga jadi komponen penting di Steam Dev Deys. Dan di kesempatan kali ini, Valve mengungkap visi mereka mengenai masa depan VR.

Tak seperti acara gaming biasa, Steam Dev Days tidak terbuka untuk publik dan penyelenggara tak menyediakan live stream. Itu berarti, kita hanya bisa mengandalkan posting Twitter ber-hashtag  #SteamDevDays. Headset VR high-end mungkin sudah tersedia berbulan-bulan lalu, namun ‘balapan’ baru benar-benar dimulai di bulan ini, ditandai dengan pelepasan PSVR, serta dilangsungkannya Oculus Connect 3, dan tentu saja Steam Dev Days.

Valve sempat mengungkap bahwa teknologi tracking SteamVR mereka telah diadopsi oleh lebih dari 300 perusahaan buat beragam kegunaan, mayoritas produk segera diungkap atau diluncurkan di 2017. Untuk tahun ini, fokus para perusahaan teknologi adalah mencoba membawa pemakaian perangkat virtual reality ke luar ruangan; lalu di tahun depan, kita akan melihat peluncuran perangkat-perangkat VR baru beserta teknologi pelengkapnya.

Steam Dev Days 2016 1

Salah satu hal paling menarik di acara konferensi developer selama dua hari ini adalah penampakan unit prototype motion controller baru Valve untuk SteamVR. Detail mengenainya masih minim, tapi dari foto, penampilan device menyerupai versi mini controller HTC Vive. Ia mempunyai kait serta tersambung ke strap, dan lewat cara ini, Anda bisa melepas genggaman tanpa membuat controller terjatuh.

Valve menempatkan touchpad bundar berpermukaan cekung di modul kepala controller. Rancangan ini memudahkan user dalam menakar posisi jempol di touchpad. Saya belum dapat memastikan apakah objek lonjong di sisinya merupakan tombol, tapi saya melihat ada titik-titik sensor di bagian depan.

Steam Dev Days 2016 2

Masih berbicara soal input kendali, Valve juga berencana menghadirkan dukungan DualShock 4 di Steam. Via API buatan mereka, sang developer mengklaim performanya mampu menyerupai Steam Controller. Meskipun DualShock 4 sudah kompatibel ke PC, menurut Valve, masih ada banyak kelemahan di sana. Mereka bermaksud menyempurnakannya dengan menyederhanakan proses komunikasi antar device.

Di Steam Dev Days 2016, Valve juga mengumumkan bahwa koleksi game di Steam telah melewati angka 10.000 judul – tersedia untuk Windows, OC dan Mac. Dukungan buat VR sendiri memang belum lama tiba di Steam, diperkenalkan enam bulan lalu. Menariknya, developer sudah merilis 600 lebih ‘pengalaman’ virtual reality di sana.

Via PC Gamer & VentureBeat. Sumber: Gamasutra.

Gandeng Valve, Quark VR Kembangkan Prototipe HTC Vive Versi Wireless

Dibandingkan Samsung Gear VR, Oculus Rift dan HTC Vive tentu jauh lebih perkasa dan sanggup menyajikan pengalaman VR yang lebih immersive. Hanya saja kelemahan utamanya terletak pada kabel panjang yang harus menyambung ke PC. Hal ini terasa semakin mencemaskan bagi pengguna HTC Vive, dimana mereka bisa menikmati pengalaman VR selagi berjalan-jalan di ruangan.

Tentunya tidak lucu kalau pengguna sampai tersandung kabel tersebut. Itulah mengapa teknologi wireless akan menjadi batu sandungan selanjutnya di ranah virtual reality. Pertanyaan yang perlu dijawab sederhana saja: bagaimana caranya supaya pengguna bisa menikmati pengalaman VR tanpa takut tersandung kabel?

Sebuah startup asal Bulgaria bernama Quark VR sepertinya punya jawabannya. Mereka tengah bekerja sama dengan Valve dalam pengembangan prototipe HTC Vive versi wireless. Rencananya, prototipe ini akan didemonstrasikan setidaknya sebelum pergantian tahun.

Secara teknis prototipe HTC Vive versi wireless ini tidak benar-benar tanpa kabel. Masih ada seuntai kabel pada headset, hanya saja kabel ini tersambung ke sebuah gadget kecil yang bisa disimpan dalam saku ketimbang unit PC itu sendiri.

Gadget kecil ini bertindak sebagai transmitter, meneruskan dan menerima sinyal dari Vive ke PC dan sebaliknya melalui Wi-Fi. Dengan cara seperti ini, pengguna bisa lebih leluasa dalam bergerak tanpa perlu takut tersandung.

Konsep yang sama sebenarnya juga ditawarkan oleh VR backpack seperti rancangan HP, Alienware maupun MSI. Pun begitu, metode berbasis VR backpack ini masih punya kelemahan, dimana pengguna harus tabah menggotong beban di kedua bahunya selagi bermain.

Prototipe milik Quark VR sendiri tidak luput dari kekurangan, utamanya perihal latency. Quark mengaku akan terus mengoptimalkan prototipenya sehingga saat didemonstrasikan nanti bisa menyuguhkan sesi VR gaming yang berjalan mulus di angka 90 fps.

Bersamaan dengan itu, Quark VR juga berencana untuk bereksperimen dengan teknologi SteamVR Tracking. Tujuan mereka adalah mengadaptasikan teknologi tersebut ke VR headset berbasis mobile seperti Gear VR. Sejauh ini mereka sudah melakukan sejumlah pengujian dan hasilnya disebut cukup menjanjikan.

Sumber: UploadVR dan Quark VR.