Gredu to Close Series A Funding, Mapping for Expansion This Year

Edtech becomes one of the few sectors that has been gaining positive impact during the pandemic. The new online habit of teaching and learning activities through digital channels has made Gredu’s distance learning system the best option for schools. Entering the new year, Gredu aims for expansion as the next focus.

Gredu’s Sales Lead, Theresia Andina said that the team is targeting to collaborate with at least 200 schools or convertible to 70 thousand new users for the first quarter of this year. The expansion will be focused on areas such as Pangandaran, Yogyakarta, Tangerang, Cirebon, and Southeast Sulawesi.

“From 2021 onwards, there is still a great potential in Indonesia to be explored, although each school has different facilities and infrastructure,” Andina said.

Market expansion certainly requires additional capital. Andina mentioned that Gredu has prepared to raise another funding round this year. “Series A funding in the middle of the year,” she added.

When Gredu introduced the school digitization app in January 2020, they announced the pre-series A funding led by Vertex Ventures. Meanwhile, in the seed funding round, they received fund from angel investors and Global Wakaf Corporation.

2021’s current plans

In addition to school collaboration for distance learning, Andini explained, Gredu had done several other things. Some of these include running mobile assistance campaigns for students in need of online training.

Starting from here, Gredu claims to have 350 thousand users across Jabodetabek, West Java, East Kalimantan, Aceh, West Sumatra, Bengkulu, Bangka Belitung and Ambon.

The number of school partners increased significantly, from under a hundred to 300 schools. Andini said this condition would not last forever because the pandemic would end and teaching and learning activities would return to normal.

However, Andini optimistic their learning management system (LMS) platform will not be left out by the school after the pandemic. The reason is, she thought, what has changed after the pandemic will be limited to teaching and learning activities, but not for other school management activities.

“Therefore, we will continue exploring ways to digitize all the processes. Therefore, all the necessary processes at school will be provided by Gredu,” Andini said.

Gredu alone has been around since 2016 with the founding team Mohammad Fachri (CTO), Rizky Anies (CEO), and Ricky Putra (COO). In January 2020, they introduce a school digitization platform which turned out to be aligned with the school’s needs affected by the pandemic.

With a B2B business model, Gredu offers SaaS services to digitize school processes from attendance, scheduling, teaching, and learning activities, to monitoring channels for parents of students.

According to data summarized by the Edtech Report 2020 released by DSResearch, the education management platform has indeed become one of the fastest-growing innovations in Indonesia and the regional market. Apart from Gredu, in Indonesia, there are also several startups that offer similar services, including Quintal, InfraDigital, and Codemi.

Edtech in SEA

In June 2020, InfraDigital has secured the series A Funding led by AppWorks after receiving seed funding in February 2019.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gredu Segera Rampungkan Pendanaan Seri A, Tahun Ini Gencarkan Ekspansi

Edtech adalah satu dari segelintir sektor yang mendapat dampak positif selama pandemi berlangsung. Kegiatan belajar mengajar yang berganti rupa melalui kanal digital menjadikan sistem pembelajaran jarak jauh milik Gredu terus dilirik sekolah-sekolah. Memasuki tahun baru, Gredu menatap ekspansi sebagai fokus berikutnya.

Sales Lead Gredu Theresia Andina mengatakan, pihaknya menargetkan menggandeng minimal 200 sekolah atau setara 70 ribu pengguna baru untuk kuartal pertama tahun ini. Ekspansi akan dipusatkan ke daerah-daerah seperti Pangandaran, Yogyakarta, Tangerang, Cirebon, dan Sulawesi Tenggara.

“Dari 2021 hingga seterusnya masih besar potensi yang bisa digarap di Indonesia walaupun sarana dan prasarana di tiap sekolah masih berbeda-beda,” ujar Andina.

Ekspansi pasar tentu membutuhkan modal tambahan. Andina menambahkan Gredu memang telah menyiapkan rencana untuk kembali menggelar babak pendanaan pada tahun ini. “Rencana seri A di pertengahan tahun,” imbuhnya.

Saat Gredu memperkenalkan aplikasi digitalisasi sekolah pada Januari 2020, mereka sekaligus mengumumkan pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Vertex Ventures. Sementara pada babak pendanaan awal, mereka mendapat suntikan dari angel investor dan Global Wakaf Corporation.

Rencana lain untuk 2021

Selain menggandeng sekolah-sekolah untuk menggelar pembelajaran jarak jauh, Andini menjelaskan, Gredu sudah melakukan beberapa hal lainnya. Beberapa di antaranya adalah mengadakan kampanye bantuan gawai untuk siswa yang membutuhkan hingga menggelar pelatihan daring.

Berangkat dari upaya tersebut, Gredu mengklaim sudah memiliki 350 ribu pengguna yang tersebar di Jabodetabek, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Ambon.

Pertumbuhan jumlah sekolah yang digandeng Gredu pun meningkat pesat dari awalnya hanya puluhan, kini menjadi 300 sekolah. Andini mengatakan kondisi ini tidak akan berlangsung selamanya karena pandemi pun pasti bakal berakhir dan kegiatan belajar mengajar kembali seperti semula.

Namun Andini ragu setelah pandemi platform learning management system (LMS) mereka akan ditinggal sekolah. Pasalnya menurut dia yang berubah setelah pandemi akan sebatas kegiatan belajar mengajarnya saja, tapi tidak untuk kegiatan manajemen sekolah yang lain.

“Maka dari itu kita akan terus survei untuk mencari cara mendigitalisasi semua proses yang dibutuhkan. Jadi semua proses yang dibutuhkan satu sekolah akan di-provide oleh Gredu,” jelas Andini.

Gredu sendiri sudah ada sejak 2016 dengan pendiri Mohammad Fachri (CTO), Rizky Anies (CEO), dan Ricky Putra (COO). Baru pada Januari 2020 mereka memperkenalkan platform digitalisasi sekolah yang ternyata bertepatan dengan kebutuhan sekolah yang terkena dampak pandemi.

Dengan model bisnis B2B, Gredu menawarkan layanan SaaS untuk mendigitalisasi kebutuhan sekolah mulai dari presensi, penjadwalan, kegiatan belajar mengajarnya, hingga kanal pengawasan bagi orang tua siswa.

Menurut data yang dirangkum Edtech Report 2020 yang dirilis oleh DSResearch, platform manajemen pendidikan memang menjadi salah satu inovasi yang berkembang pesat di Indonesia dan pasar regional. Selain Gredu, di Indonesia juga ada beberapa startup yang tawarkan layanan serupa, di antaranya Quintal, InfraDigital, dan Codemi.

Edtech in SEA

InfraDigital sendiri pada Juni 2020 lalu baru saja membukukan pendanaan seri A yang dipimpin AppWorks setelah sebelumnya dapatkan pendanaan awal pada Februari 2019.

Application Information Will Show Up Here

Gambar Header: Depositphotos.com