Aplikasi Komuter Sediakan Platform Jejaring Sosial Berbasis Transportasi Publik

Menjalin interaksi melalui media sosial/jejering digital mungkin sudah menjadi salah satu budaya masyarakat Indonesia. Peluang ini ditangkap Komuter dengan menghadirkan platform social network yang dibalut dengan pengalaman menggunakan transportasi commuter dan MRT. Di platform ini, pengguna bisa berinteraksi berdasarkan lokasi stasiun, mulai dari membahas kendala kereta, stasiun atau topik-topik lainnya.

Hadir pertama kali pada tahun 2013 Komuter terus mengalami perkembangan hingga pada akhirnya dikembangkan kembali pada tahun 2018 dan diresmikan tahun ini. Tim Komuter yang baru terdiri dari Gage Batubara sebagai CEO, Firnas Nadirman sebagai CTO, dan Dewi Kartika Rahmayanti sebagai Marketing & Community Development.

“Komuter dibangun untuk membuat aktivitas bertransportasi publik menjadi lebih nyaman sehingga mendorong orang untuk berpindah moda dari kendaraan pribadi.  Kenyamanan bertransportasi publik di Jabodetabek didasarkan pada kesiapan sarana dan prasarana pendukung, antara lain adanya informasi yang bisa diakses oleh publik, terutama soal jadwal. Selain itu, dengan memperhatikan bahwa masyarakat Indonesia suka berkumpul untuk memberikan rasa aman dalam bertransportasi publik, maka ada fitur di mana pengguna bisa berinteraksi dengan pengguna lainnya,” jelas Dewi.

Saat ini aplikasi Komuter baru tersedia untuk pengguna iOS, sedangkan untuk platform Android masih dalam tahap pengembangan. Di versi terbarunya, Komuter menambahkan fitur Eksplor. Fitur ini memungkinkan pengguna mendengarkan podcast yang dikurasi tim editor. Topik yang dihadirkan  bervariasi, mulai dari transportasi publik, gaya hidup, hobi hingga self development.

“Penambahan fitur Eksplor akan terus dikembangkan. Pada saat ini Komuter baru mampu mengakomodir podcast, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa di masa depan, Komuter akan berkolaborasi dengan pihak lain untuk mengakomodir kebutuhan lain seperti penambahan artikel atau informasi yang menarik dan bermanfaat bagi para pelaju atau para commuter,” jelas Gage Batubara.

Pada dasarnya Komuter dikembangkan untuk membuat aktivitas bertransportasi lebih nyaman sehingga mendorong orang untuk berpindah moda dari kendaraan pribadi. Gage lebih lanjut berharap, dengan hadirnya fitur-fitur baru dari Komuter ini dharapkan para pengguna transportasi publik bisa lebih mudah menemukan informasi yang dibutuhkan sehingga membuat perjalanan menjadi lebih nyaman.

Startup yang masih bersifat bootstrapping dan sedang menjajaki kemitraan dengan beberapa investor ini tengah berusaha untuk menambah pengguna dan juga berusaha menjalin kolaborasi dengan komunitas pengguna transportasi publik.

Aplikasi “Ride Sharing” Tron Siap Sasar Pengemudi Bajaj di Jakarta

Aplikasi “ride sharing” Tron akan segera hadir untuk pengemudi bajaj di Jakarta. Sebelumnya, aplikasi ini pertama kali pilot di Bekasi dengan menyasar pengemudi angkutan kota (angkot) trayek K-11A dan K-11B.

CEO Tron David Santoso menjelaskan, bajaj sama seperti kendaraan umum lainnya, belum tersentuh dengan dunia digital. Kehadiran Tron, diharapkan memberikan jumlah kenaikan penumpang sehingga dapat meningkatkan perekonomian para pengemudi bajaj.

Tron bajaj sendiri akan hadir di Jakarta, khususnya di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat, kedua lokasi tersebut dianggap memiliki sirkulasi penggunaan bajaj yang cukup vital.

“Sistem untuk Tron Bajaj yaitu ride sharing dan maksimum penumpang untuk Bajaj roda tiga adalah 2 penumpang dan untuk Bajaj roda empat adalah 4 penumpang”, terang David dalam keterangan resmi, Selasa (21/5).

Tron pertama kali hadir untuk angkot Bekasi sejak 10 April 2019. Tanpa disertai data, David mengklaim peningkatan penggunaan cukup signifikan. Atas pertimbangan itulah yang membuat perusahaan percaya diri untuk membawanya ke Jakarta.

“Kami harapkan dalam waktu dekat kami sudah bisa menambah trayek sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi para pengguna kami.”

Dalam dua pekan mendatang, perusahaan juga akan meluncurkan fitur chat. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengirimkan percakapan ke pengemudi angkutan umum yang akan menjemput di titik penjemputan.

“Kami juga telah memberikan pelatihan kepada para pengendara agar tetap mematuhi peraturan lalu lintas yang ada dalam menggunakan fitur chat ini”, tutupnya.

Tron merupakan produk PT Teknologi Olah Rancang Nusantara, perusahaan afiliasi Digiasia Bios. David sendiri sebelumnya adalah CFO PayPro. Untuk implementasinya, Tron menggandeng Via, perusahaan teknologi Amerika Serikat. Tidak ada saham Via yang ditempatkan ke perusahaan.

Ditargetkan sampai akhir tahun ini Tron dapat mendigitalkan tujuh ribu unit angkutan umum di pinggiran Jakarta, seperti angkutan kota, bajaj, bus, mikrolet, dan lainnya yang belum tersentuh implementasi digital.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Jasa Transportasi Antar Jemput Ala PickMe

Membawa konsep mirip transportasi on demand, PickMe secara khusus melayani masyarakat yang membutuhkan jasa antar dan jemput, baik untuk sekolah maupun kerja dengan konsep berlangganan. Startup asal Semarang ini fokus memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi yang membutuhkan jasa antar jemput.

PickMe secara konsep tak ubahnya layanan transportasi online dengan konsep berlangganan. Diharapkan metode ini bisa membantu pengguna yang membutuhkan sekaligus bisa menambah pemasukan mitra pengemudi.

Di kuartal pertama 2019, PickMe mengklaim sudah beroperasi di lima kota besar di Pulau Jawa, meliputi Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta. Dengan total mitra pengemudi mencapai 500 orang. Targetnya di penghujung tahun ini mereka bisa hadir di 27 ibukota provinsi di Indonesia dengan total driver mencapai 5.000 orang.

PickMe digagas Susanto Wibowo dan Simon Surianto. Menjalani bisnis dengan bootstrap, mereka cukup optimis untuk bisa terus berkembang sambil membuka kesempatan bagi investor untuk bergabung.

Pengguna yang memanfaatkan PickMe untuk antar jemput anak sekolah terlebih dulu akan membuat janji dengan driver untuk bertemu di rumah orang tua dan anak. Selanjutnya pengguna bisa menentukan apakah melanjutkan berlangganan dengan driver tersebut atau tidak.

Untuk memastikan kenyamanan, PickMe memiliki kebijakan setiap driver untuk antar jemput anak sekolah adalah perempuan yang ditinggal dan memiliki keluarga di kota setempat. Saat ini ada dua jenis layanan yang ditawarkan oleh PickMe, pertama paket antar jemput sekolah (PickMe School) dan antar jemput untuk profesional atau pekerja kantoran (PickMe Pro).

Acara peluncuran PickMe

PickMe dibuat untuk menjawab problem pemerintah dalam mengatasi kemacetan di kota besar. Pada waktu jam kerja dan waktu jam sekolah pasti semua jalanan macet karena semua orang memakai kendaraan masing-masing. PickMe dibuat dengan konsep bahwa ibu-ibu yang sekarang mengantar anaknya berangkat sekolah sendiri dapat memanfaatkan mobilnya untuk mengantar anak-anak lain yang sejalan dengan sekolah anaknya, aktifitas ibu tetap jalan dan ibu mendapat tambahan uang jajan setiap bulannya,” ujar Co-Founder PickMe Simon Surianto.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Ride Sharing” Tron Digitalkan Angkot, Bekasi Jadi “Pilot Project”

Menurut data Kementerian Perhubungan, total perjalanan di Jabodetabek sepanjang 2015 tercatat ada 47,5 juta perjalanan per hari. Sekitar 50 persen di antaranya merupakan perjalanan dari Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menuju Jakarta. Sementara itu, perjalanan di dalam Jakarta sendiri hanya 40 persen.

Pasar tersebut saat ini makin didominasi Grab dan Gojek, sementara di sisi lain pemain angkutan umum resmi terus tertinggal karena tidak ramah dengan teknologi.

Isu tersebut membuat terjadinya “perlawanan” dari pengemudi angkot yang masih kerap terjadi di lapangan. Tron (berasal dari kata Transportasi Online) menyadari permasalahan ini dengan merilis aplikasi ride sharing khusus untuk angkutan umum yang baru dirilis pada awal April 2019.

“Angkutan umum itu sudah ada tarif resmi, yang pasti lebih murah daripada bawa kendaraan pribadi. Kita mau menghidup mereka karena belum tersentuh digital sama sekali, secara regulasi pun jelas sekali. Mereka ada izin resmi,” terang CEO Tron David Santoso kepada DailySocial.

Tron merupakan produk PT Teknologi Olah Rancang Nusantara yang merupakan afiliasi Digiasia Bios. David sendiri sebelumnya adalah CFO PayPro. Untuk implementasinya, Tron menggandeng Via, perusahaan teknologi Amerika Serikat. Tidak ada saham Via yang ditempatkan ke perusahaan.

David menjelaskan, Via adalah mitra yang tepat untuk memodifikasi sistem transportasi umum dari sistem teregulasi dengan rute terjadwal menjadi angkutan yang sesuai permintaan dan dinamis. Via memiliki algoritma khusus untuk itu semua. Alhasil, konsumen bisa mendapat kepastian waktu tempuh, kapan supir sampai ke tujuan, dan sebagainya.

“Secara global, teknologi Tron itu sudah diakui. Mereka sudah beroperasi di lebih dari 60 kota di 15 negara. Kita mau masuk per kota karena petanya untuk masing-masing [trayek] itu berbeda sehingga butuh waktu untuk mengintegrasikannya ke Tron.”

Model bisnis Tron

Aplikasi ride sharing khusus angkutan umum Tron / Tron
Aplikasi ride sharing khusus angkutan umum Tron / Tron

David menjelaskan pengguna yang ingin menggunakan Tron cukup mengunduh aplikasi, kemudian menentukan lokasi penjemputan yang dilalui oleh angkutan tersebut atau menunggu di halte virtual yang telah ditentukan oleh Tron. Halte virtual ini bisa berupa lokasi yang umum dipakai pengemudi untuk menunggu dan mengangkut penumpang. Pengemudi akan menjemput sesuai titik penjemputan apabila ada konsumen yang melakukan permintaan.

Pengguna dapat memesan bangku lebih dari satu untuk rekan yang pergi bersama. Nanti Tron akan memberi rekomendasi moda transportasi yang sesuai dengan permintaan.

“Konsep ini kami sebut fleksibilitas yang terkontrol. Ada rute khusus yang dibuat untuk mendekatkan supir dengan penumpang di pemukiman. Jadi opsi ini hanya bisa dilalui supir apabila ada permintaan saja.”

Cara kerja supir pun akan jadi berubah. Mereka tidak perlu fokus mencari penumpang dengan berlama-lama mengetem di satu titik karena penumpang sudah pasti didapat lewat Tron. Mereka tidak lagi dikejar-kejar setoran, hanya perlu meningkatkan pelayanannya agar pengguna nyaman.

Saat ini aplikasi baru mengakomodasi pembayaran menggunakan uang tunai. Rencananya dalam waktu dekat akan segera terintegrasi dengan KasPro dan pemain uang elektronik lainnya.

Menurut David, apabila opsi tanpa tunai ini tersedia, tarifnya akan mengikuti aturan yang berlaku. Tidak ada tarif buatan dari Tron khusus untuk penggunanya. Pengguna akan dikenakan biaya pemesanan ditambah tarif yang langsung dipotong setiap kali bertransaksi.

“Supir akan mendapat insentif dan upah harian yang besarannya sesuai aturan. Biaya sewa dan bensin pun kami tanggung. Tidak ada biaya berlangganan untuk supir. Kami tidak memperbolehkan supir tembak untuk mengoperasikan Tron. Ada verifikasi yang harus dilakukan.”

Bekasi dipilih sebagai pilot project Tron, lantaran merupakan kota satelit yang berdekatan dengan Jakarta. Ketersediaan angkutan umum di kota ini tergolong di ambang kepunahan. Meskipun demikian, Pemerintah Kota Bekasi tertarik dengan konsep Tron karena berkeinginan menghidupkan kembali angkutan umum.

Tron dimulai dengan 150 unit angkutan umum yang terbagi dari dua trayek, K-11 yang terbagi jadi tiga rute dan K-12 yang terdiri dari satu rute. Secara bertahap implementasi Tron akan menyasar seluruh kota Bekasi agar bisa dinikmati seluruh warga.

Strategi dan rencana Tron

Tron akan memperluas penetrasinya ke lima kota pinggiran Jakarta, seperti Tangerang dan Depok. Perusahaan tengah bersiap gandeng berbagai pengelola angkutan umum, seperti Koasi (Koperasi Angkutan Bekasi), Organda (Organisasi Angkutan Darat), dan sebagainya untuk menjaring para pemilik angkutan umum.

David menargetkan setidaknya pada tahun ini perusahaan dapat mendigitalkan 7 ribu unit angkutan umum, yang terdiri atas berbagai jenis moda, seperti angkutan kota, bajaj, bus, mikrolet, dan lainnya yang belum tersentuh implementasi digital.

“Investor kami cukup serius untuk mengembangkan Tron supaya terintegrasi dengan berbagai jenis angkutan umum yang menghubungkan jalur MRT dan KRL. Bahkan kami siap rekrut ahli tata kota untuk bantu sistem pemetaan di tiap kota agar semakin cepat tersedia di Tron.”

Terkait strategi dengan para pemain besar, David menyebut perusahaan memiliki proposisi yang cukup kuat karena memiliki visi mendigitalkan angkutan umum agar tetap memiliki nilai di lapangan. Angkutan umum adalah moda transportasi berpelat kuning yang resmi dari pemerintah sehingga Tron diharapkan tidak menambah penuh kendaraan di jalan.

Application Information Will Show Up Here

Uber Resmi Mengaspal di Kota Malang

Uber, salah satu layanan transportasi on demand yang beroperasi di Indonesia, hari ini mengumumkan bahwa layanan mereka hadir di kota Malang Jawa Timur. Malang akan melengkapi wilayah lainnya yang sudah disinggahi Uber di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, dan Yogyakarta.

“Kami senang dapat mengumumkan bahwa mulai hari ini sudah hadir di kota Malang. Melalui aplikasi mobilitas Uber, warga dan pengunjung kota Malang kini dapat menekan satu tombol dan mendapatkan perjalanan dengan mobil dari layanan UberX dalam hitungan menit,” demikian tulis Uber dalam rilisnya.

Di Malang Uber akan mengawalinya dengan UberX. Salah satu layanan Uber yang pertama kali meluncur di Indoensia. UberX memungkinkan pengguna memesan mobil untuk melakukan perjalanan yang semuanya sudah ditentukan melalui aplikasi, mulai dari jarak tempuh, biaya perjalanan, driver, dan tujuan.

Untuk mendukung kehadirannya di Malang kali ini Uber menawarkan promo potongan harga sebesar Rp 50.000 untuk setiap perjalanan pertama yang dilakukan pengguna dengan memasukan kode promosi UBERMALANG.

“Kehadiran Uber di Malang diharapkan dapat membantu geliat mobilitas dan dinamika warga; buat mereka yang perlu mobilitas yang aman, nyaman dan terjangkau untuk aktivitas sehari-hari, buat yang mereka yang kangen mengenal kembali kampung halaman tercinta di akhir pekan, maupun buat warga kota-kota di Indonesia lainnya yang ingin menjelajah Malang melalui keandalan Uber yang sudah biasa mereka rasakan.”

Tampilan Uber
Tampilan Uber

Indonesia merupakan salah satu pasar on demand transportasi terbesar di Asia. Potensi memaksa para pemain di dalamnya termasuk Uber harus tetap melakukan inovasi dan tentunya ekspansi untuk menjangkau lebih banyak kota. Di Indonesia sendiri pesaing terdekat Uber adalah Grab dan Go-Jek.

Uber sendiri telah “menyerah” untuk mengejar potensi pasar di Tiongkok karena harus mengalah dengan layanan lokal Didi Chuxing. Sejauh ini, Uber di Indonesia masih bertahan dan relevan, baik untuk kendaraan roda empat maupun roda dua. Tahun depan rencananya Uber akan menambah layanan pesan antar makanan UberEATS untuk bersaing dengan Go-Food dan GrabFood.

 

Uber Indonesia Luncurkan 3 Fitur Kemudahan untuk Mitra Pengemudi

Untuk memperlancar mobilitas dan fleksibiltas mitra pengemudi, Uber Indonesia meluncurkan tiga fitur baru, yaitu Driver Destinations, Forward Dispatch, dan Venues. Pihak Uber Indonesia menerangkan mitra pengemudi adalah sumber inspirasi perusahaan dalam menciptakan fitur baru tersebut. Diharapkan fitur ini dapat memberi manfaat lebih bagi mereka.

Driver Destinations

Screenshot 2016-08-18 at 10.47.32

Sebelumnya fitur ini sudah digunakan di Amerika dan belahan dunia lainnya. Kini sudah tersedia di Indonesia untuk pengemudi roda dua dan empat di Jakarta. Dengan fitur tersebut, mitra dapat menyesuaikan waktu mengemudi dengan rutinitas mereka. Ambil contoh, jika mitra pergi ke kantor pagi hari dan pulang ke rumah pada malam harinya, Uber hanya akan memberikan pemesanan perjalanan yang searah dengan tujuan pulang mereka.

Semua pemesanan perjalanan Uber yang biasanya diterima oleh Pengemudi (uberX, uberBLACK, dan uberPOOL) bisa diterima asalkan rutenya searah dengan tujuan pengemudi.

“Kini, mendapatkan penghasilan tambahan dalam perjalanan ke kantor atau ke kampus dan ke rumah jadi semakin mudah,” ujar manajemen Uber Indonesia dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Kamis (18/6).

Driver Destination dapat digunakan dengan tiga langkah sederhana. Pertama, buka aplikasi Uber dan klik di ikon clipboard di pojok atas untuk menentukan alamat tujuan. Kedua, pilih dari alamat yang pernah disimpan, atau tulis alamat yang baru. Terakhir, mulai mengemudi ke arah yang dituju, Uber akan secara otomatis menyaring permintaan perjalanan yang sesuai dengan tujuan.

Forward Dispatch

pasted image 0

Fitur ini berfungsi untuk mengoptimalkan efisiensi mitra pengemudi. Ketika pengemudi sedang menyelesaikan perjalanan, ia bisa menerima permintaan perjalanan berikutnya dan rute penjemputannya bisa disesuaikan. Menurut Uber Indonesia, dari sisi pengguna fitur ini cukup membantu karena waktu tunggu yang lebih singkat. Ada estimasi waktu kedatangan pengemudi yang bisa terlihat dari sisi pengguna dan pengemudi.

“Sebagai contoh, jika pengemudi berjarak satu menit dari tujuan, dan pengguna berjarak tiga menit dari tujuan. Kami akan menghubungi mereka (sehingga waktu kedatangan adalah 4-5 menit), bandingkan bila mereka harus menunggu pengemudi baru bisa memakan waktu 8 menit.” Fitur ini tersedia untuk mitra pengemudi roda empat di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali.

Venues

BcuDo5tns6_Uy8_YWQg5U2k_2Z1w2AhBiVnSIyIWHd-SBN0sGLsOplAkSnWn63QOiOh-DYbh7by9f-dkB-9VdToVbrfa52wHQgEftfwP6cyIbEbDjO2BnIuYUmptIpuD

Fitur ini memberikan informasi spesifik mengenai lokasi penjemputan di tempat berskala besar yang memiliki beberapa pintu masuk dan pintu keluar, seperti di bandara, stadion, acara tertentu, universitas, dan pusat perbelanjaan. Tentu saja, fitur ini memberikan solusi baik bagi pengemudi dan pengguna Uber tanpa mereka harus menelepon satu sama lain.

Bagi pengguna, mereka bisa memilih nama terminal atau lobi tempat mereka berada. Sementara, bagi pengemudi mereka bisa melihat nama terminal dan lobi yang spesifik tempat pengguna menunggu. Fitur ini tersedia di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali.

Uber Indonesia berharap ketiga fitur baru ini bisa membuat pengalaman mitra pengemudi Uber semakin mudah. Menurut mereka, hal ini merupakan wujud dari on-demand economy dan teknologi, memberikan kebebasan dan fleksibiltas hanya dengan sentuhan jari.

Application Information Will Show Up Here

Aerotrans Gandeng Indosat Ooredoo, Kembangkan Layanan Penyewaan Kendaraan Online

Aerotrans Service Indonesia, sebuah anak perusahaan Garuda Indonesia, dikabarkan telah menandatangani nota kesepakatan (MoU) dengan Indosat Ooredoo dalam hal pengembangan aplikasi penyewaan mobil, serupa dengan Grab dan Uber.

Diberitakan Aerotrans akan segera meluncurkan aplikasi dan mungkin layanannya dalam tiga sampai enam bulan mendatang. Keputusan Aerotrans ini diambil mengingat pemerintah telah memutuskan untuk memberikan izin layanan seperti Grab dan Uber untuk beroperasi di Indonenesia.

Presiden Direktur Aerotrans Service Indonesia Daan Darmahan Raihin mengungkapkan kerja sama dengan Indosat Ooredoo untuk pengembangan aplikasi mobile ini akan menciptakan peluang bisnis lainnya bagi Aerotrans memanfaatkan produk dan jasa yang telah mereka miliki.

Aerotrans juga dikabarkan akan menambah hingga 3000 armada dalam dua hingga tiga tahun ke depan dan mengembangkan sistem sewa berbasis online dengan menjalin kemitraan dengan perusahaan penyewaan mobil lainnya.

Menurut pemberitaan Jakarta Globe, beberapa fitur yang akan di bawa dalam aplikasi Aerotrans adalah kemampuan perusahaan melacak lokasi, konsumsi bahan bakar kendaraan dan perilaku pengemudi. Sesuatu yang diklaim akan membuat lebih aman dan lebih efisien.

Untuk informasi Indosat Ooredoo sebelumnya juga mendukung aplikasi layanan pemesanan taksi berbasis online myTRIP.

Rencana masuknya Aerotrans ke bisnis penyewaan kendaraan secara online ini bisa jadi menandakan sudah tidak ada lagi polemik mengenai regulasi yang selama ini dipermasalahkan. Aerotrans akan meramaikan persaingan antara Uber, Grab, dan perusahaan taksi yang melengkapi layanannya dengan aplikasi. Sebuah persaingan yang semoga saja berimbas pada persaingan kualitas sehingga konsumen dapat memperoleh opsi terbaik.

Jika Inovasi Dibelenggu Regulasi

Saya berkesempatan mendengarkan langsung pandangan-pandangan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dalam acara yang digagas CSIS dan Kementerian Luar Negeri akhir September lalu. Jonan, menurut saya, memiliki visi yang menarik soal bagaimana mengembangkan transportasi di negara kita yang berbentuk kepulauan ini. Sayangnya, keputusannya tadi malam tidak mencerminkan keberpihakan terhadap publik.

Jonan, yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan sempat lama berkecimpung di bebeberapa institusi finansial, memutuskan layanan transportasi berbasis aplikasi dilarang beroperasi di Indonesia.

Yang dicontohkan sebagai layanan di segmen ini adalah keluarga Go-Jek (Go-Ride dan Go-Box), keluarga Grab (GrabBike dan GrabCar), Uber, Blu-Jek, dan Ladyjek. Dasar hukum yang digunakan adalah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Djoko Sasono dalam pernyataannya menyebutkan:

“Ketentuan angkutan umum adalah harus minimal beroda tiga, berbadan hukum, dan memiliki izin penyelenggaraan angkutan umum.”

Jonan sendiri mengatakan:

“Aplikasi online itu sistem reservasi. Sementara ojek pangkalan selalu dianggap sebagai kegiatan non-transportasi publik. Grab Taxi atau apapun namanya boleh saja, sepanjang kendaraannya memiliki izin sebagai transportasi umum [berpelat kuning], termasuk harus di-KIR. Jadi, silakan mengajukan ke dinas perhubungan setempat.”

Semua layanan tersebut di atas dianggap hanya memenuhi 1-2 aspek dan gagal memenuhi tiga poin yang termaktub secara keseluruhan. Kemenhub menunjuk unsur keselamatan sebagai basis pelarangan ini, sementara regulator lupa bahwa selama ini mereka membiarkan taksi gelap dan ojek pangkalan beroperasi. Mereka pun lupa memberi sanksi bagi layanan transportasi publik yang sudah tidak layak beroperasi di abad ke-21.

Pro dan kontra di kalangan pemerintahan

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara adalah pendukung layanan transportasi berbasis aplikasi. Di bulan Juni, Rudiantara berpendapat:

“Menurut saya soal ride sharing mesti diatur, karena ini mirip dengan e-commerce. Kalau e-commerce itu sesuatu yang pasti akan datang, yaitu digital economy. Nah, pemanfaatan teknologi TI seperti ini [ride sharing] juga akan datang.”

Tak cuma dukungan lewat kata-kata, Rudiantara membawa co-founder dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim dalam rombongan Indonesia yang menyambangi Silicon Valley. Di sana Rudiantara membanggakan Go-Jek sebagai salah satu startup yang berpotensi menjadi unicorn.

Sejauh ini belum ada komentar dari Rudiantara terkait keputusan Menteri Perhubungan ini.

Presiden Joko Widodo sendiri setali tiga uang. Dalam dialognya saat peresmian Indonesia Convention Exhibition (ICE) di BSD, Presiden yang mendapat pertanyaan dari Nadiem mengatakan:

“Bisnis kreatif berbasis budaya dan teknologi akan jadi masa depan Indonesia. [..] Saya sangat menghargai apa yang sudah dilakukan Go-Jek dan teman-teman lainnya. Saya juga mendukung kebebasan investasi dari luar agar [pertumbuhan bisnis industri kreatif] cepat melonjak.”

Kita juga masih ingat waktu Presiden ikut mengundang mitra pengemudi Go-Jek ke istana dan makan siang bersama. Saya cukup penasaran apakah keputusan Menteri Perhubungan ini sudah berdasarkan konsultasi dengan Presiden.

Larang dulu atau ubah aturannya?

Jika berpegang teguh terhadap aturan yang ada, model bisnis yang dimiliki Uber, Grab, atau Go-Jek sulit mengakomodasinya. Mereka ingin “menghancurkan” tatanan yang sudah ada, bukan hanya semata-mata karena alasan bisnis, melainkan juga kegagalan pemerintah untuk memberikan layanan transportasi publik yang diharapkan masyarakat.

Bisa saja Uber atau GrabCar berbadan hukum lokal, menggunakan pelat kuning, membayar pajak, tetapi isunya bukan di situ. Isu sebenarnya adalah penggunaan teknologi yang menjadi kelebihan layanan ini, kemudahan pembayarannya, dan kenyamanannya.

Masyarakat meradang karena selama ini merasa manfaat layanan transportasi berbasis aplikasi lebih banyak memberi manfaat ketimbang mudharat. Pun masyarakat menggunakan layanan ini tidak semata untuk layanan transportasi, tetapi juga untuk logistik, pengantaran makanan, dan bahkan layanan on-demand baru (bisa berkembang bermacam-macam) yang tidak termasuk ranah Kementerian Perhubungan.

Masalahnya sekarang, apakah pemerintah (dan organisasi transportasi yang mulai keteteran dengan kehadiran layanan baru ini) mau mengubah aturan sesuai kondisi yang berlaku saat ini.

Buat pemerintah, sangat mudah untuk melarang suatu bisnis atau layanan yang tidak sesuai undang-undang. Buat saya, apakah mereka selama ini sudah berkaca dengan kualitas layanan yang diberikan bagi rakyat? Apakah mereka tidak menanyakan ke hati kecil mereka kenapa masyarakat mau menggunakan layanan yang dianggap tidak aman, ngemplang pajak, dan tidak mau tunduk dengan aturan pemerintah?

Sebuah artikel tahun 2010 di The Economist dengan lugas menyatakan:

The most important factor that led to America’s stunning success in information technology was not the free market but government regulation.

[…]

Countries that never experienced this great regulatory splintering are at a disadvantage. They are trapped in a mid-20th-century form, characterised by domineering, vertically integrated firms, which try to do everything in-house or at least keep it within their family of closely related companies. As a result, customers are beholden to suppliers, and innovations go under-exploited.

Sementara Luke A. Stewart dari Information Technology & Innovation Foundation dalam paper-nya menyimpulkan:

Regulation that does not require innovation for compliance will generally stifle innovation.

[…]

What is clear is that regulators can design regulation such that it minimizes the compliance burden on firms while maximizing the probability that the compliance innovation will be successful.

Sungguh sayang jika inovasi dilemahkan langkahnya oleh regulasi yang tidak mengakomodasi perkembangan zaman.

Calljack, Layanan Pesan Ojek Berbasis Aplikasi Asal Jogja

Tak mau kalah dengan kehadiran layanan Go-Jek di Yogyakarta, layanan pesan ojek via SMS bernama O’Jack kini menghadirkan layanan terbarunya Calljack. Bekerja sama dengan PT Gamatechno Indonesia, Calljack kini telah resmi meluncur untuk pengguna perangkat Android. Sebelumnya layanan O’Jack di bawah naungan CV Hoki Project besutan Nanang Kuswoyo menjadi ojek bersistem argometer pertama di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan penghargaan oleh MURI di tahun 2011 sebagai “Taxi Motor Pertama dengan Sistem Argometer”.

Secara umum penggunaan aplikasi sama serperti layanan sejenis pada umumnya. Setelah pengguna mengunduh dan mendaftarkan diri pada aplikasi, pengguna dapat memesan layanan Calljack dan/atau O’Jack. Pengguna akan diminta memasukkan tujuan, kemudian sistem akan memberikan estimasi biaya serta mencarikan pengemudi yang tersedia di wilayah terdekat.

Setelah menemukan pengemudi terdekat, pengguna dapat memilih pengemudi yang tersedia jika dibutuhkan, dengan informasi profil dan reputasi yang ada. Terkait dengan pembayaran pengguna dapat membayar secara cash atau menggunakan Calljack Credit yang bisa dibeli melalui aplikasi. Selain untuk pemesanan untuk kebutuhan saat ini, Calljack juga memungkinkan pengguna untuk memesan jasa ojek untuk waktu yang akan datang.

Dalam layanan tersebut terdapat dua pilihan ojek, yaitu pengemudi dari Calljack dan dari O’Jack. Saat pengguna memilih O’Jack maka akan disuguhkan dengan pengemudi layanan O’Jack dengan armada motor milik perusahaan. Sedangkan untuk Call-Jack maka akan disuguhkan dengan pengemudi dari masyarakat yang menjadi mitra, seperti yang ada pada layanan Go-Jek.

Pengguna akan dikenakan tarif Rp 10.000,- untuk 2 km pertama, Rp 500,- untuk tarif tunggu dan selanjutnya biaya Rp 2.000,- untuk km berikutnya di layanan O’Jack dan Rp 2.500,- di layanan Calljack. Argo akan disajikan secara online melalui aplikasi pengguna.

Pembelian Calljack Credit saat ini baru bisa dilakukan secara manual, dengan melakukan pembelian voucher minimal Rp 50.000,- melalui bank transfer dan melakukan konfirmasi via aplikasi.

Saat ini Calljack baru akan berfokus membangun ekosistem di Yogyakarta. Namun disampaikan bahwa tidak menutup kemungkinan bisnisnya akan merambah ke daerah lain di sekitar Yogyakarta, mengingat potensi jasa ojek ada di mana-mana.

Bosbis Utamakan Kemudahan Pembelian Tiket Bus

Bisnis penyedia layanan pemesanan tiket online sekarang bukan menjadi barang baru. Tapi khusus untuk tiket bus, travel dan shuttle masih menjadi sesuatu yang langka di ranah online. Hal ini yang setidaknya dicoba untuk dieksplorasi oleh Bosbis. Bosbis saat ini menyediakan tiket bus, travel, dan shuttle untuk berbagai macam tujuan di Indonesia. Continue reading Bosbis Utamakan Kemudahan Pembelian Tiket Bus