Coocaa Luncurkan Coolita OS, Sistem Operasi Smart TV Bikinannya Sendiri

Produsen TV asal Tiongkok, Coocaa, hari ini secara resmi memperkenalkan sistem operasi baru untuk smart TV bernama Coolita OS. Sistem ini dikembangkan sendiri oleh Coocaa untuk menjegal beberapa tantangan yang dihadapi pihak produsen maupun konsumen smart TV.

Dari pihak produsen, tantangan yang dimaksud adalah tingginya biaya dan konfigurasi yang dibutuhkan untuk menggunakan Google Android Open Source Project (AOSP), serta keterbatasan untuk bereksperimen. Sementara dari sisi konsumen, tantangannya biasanya berkaitan dengan pengalaman mengoperasikan yang kurang mulus dan tampilan antarmuka yang membingungkan.

Coolita OS dikembangkan dengan kernel Linux sebagai basisnya. Sistem ini ringan sekaligus responsif kalau kata Coocaa. Tampilan antarmukanya pun minimalis dan mudah dinavigasikan. Di saat yang sama, Coolita menawarkan sejumlah fitur yang terdengar cukup menarik.

Yang pertama adalah CC Cast, semacam teknologi streaming konten ala Chromecast, tapi yang tidak perlu melibatkan jaringan Wi-Fi ataupun Bluetooth. Sebagai gantinya, smartphone atau tablet Android akan terhubung ke jaringan lokal yang diciptakan oleh TV. Sayang sejauh ini tidak diketahui apakah perangkat iOS juga bisa kompatibel dengan fitur ini.

Selanjutnya, Coolita juga menawarkan akses ke sejumlah cloud game gratis. Bicara soal gaming, tersedia pula fitur Game Mode yang akan menekan latensi sampai serendah 20 milidetik, dan fitur ini juga dapat diaktifkan ketika TV dihubungkan ke game console. Lalu untuk mencegah mata pengguna mudah lelah, ada fitur Eye Protection Mode yang akan menurunkan transmisi gelombang cahaya biru.

Dari sisi konten, Coolita mengunggulkan CC Plus, yang dalam presentasinya dideskripsikan sebagai “platform streaming terintegrasi”. Pengguna pada dasarnya dapat menemukan berbagai konten lokal maupun global yang populer di CC Plus, dan mereka juga bisa mendapatkan rekomendasi konten berdasarkan kebiasaan menontonnya masing-masing.

Terakhir, Coolita juga kompatibel dengan ekosistem smart home Swaiot besutan Skyworth. Coocaa secara terbuka membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari produsen TV, platform penyedia konten, sampai platform e-commerce untuk terus mengembangkan ekosistem Coolita.

Coolita OS bakal meluncur bersama smart TV Coocaa S3U. Hadir dalam ukuran 32 inci, Coocaa S3U dilengkapi panel Direct View LED (DLED) dengan resolusi 1366 x 768 pixel dan sederet teknologi optimasi kualitas gambar; mulai dari yang berfungsi untuk meningkatkan kontras, sampai yang dirancang untuk mengurangi noise.

Kinerja audionya ditunjang oleh sepasang speaker yang masing-masing berdaya 10 W, tidak ketinggalan pula dukungan Dolby Audio beserta teknologi Sound AES (Audio Enhanced Surround) rancangan Coocaa sendiri. Semuanya dikemas dalam tampilan premium, dengan bingkai dan panel belakang yang terbuat dari bahan logam.

Di Indonesia, Coocaa S3U saat ini sudah bisa dipesan melalui JD.ID, Lazada, atau Shopee dengan harga Rp2.099.000.

Tak Tergiur Smartphone Tekuk, OnePlus Justru Ingin Garap TV Pintar

Hampir sebagian besar pabrikan perangkat yang kita kenal menyatakan diri untuk segera meluncurkan smartphone tekuk layaknya dompet. Nama-nama beken seperti Samsung, Huawei, Xiaomi, ZTE, Lenovo, OPPO dan Vivo dipastikan tak akan absen. Tapi arah berbeda ditempuh oleh OnePlus, pabrikan asal Tiongkok yang dikenal berani bermain dengan harga tapi tak sayang memberikan spesifikasi premium.

Dalam sebuah presentasi baru-baru ini, CEO Pete Lau berbicara banyak tentang teknologi di masa depan termasuk menceritakan ke mana OnePlus akan dibawa. Dikutip dari GSMArena, berdasarkan penjabaran Lau, OnePlus tampaknya tidak tertarik untuk ikut ambil bagian dalam pesta smartphone tekuk seperti kebanyakan perusahaan perangkat.

OnePlus justru lebih tertarik untuk bergelut di ranah elektronik dengan rencana perakitan televisi. Lau menyebutnya dengan smart display, di mana televisi buatannya nanti tidak lagi menggunakan remote kontrol seperti kebanyakan televisi, melainkan mengadopsi teknologi kecerdasan buatan untuk memahami kebiasaan pemiliknya. Jadi tak mengejutkan jika televisi buatan OnePlus juga mempunyai kemampuan menerima perintah suara.

Rencana yang menarik dan bukanlah visi yang muluk. Kita sudah banyak melihat perangkat rumahan semisal speaker pintar yang mampu melakukan banyak hal di antaranya menerima input suara. Amazon Alexa dan Google Assistant kemungkinan besar akan jadi pilihan OnePlus kecuali mereka mengembangkan teknologi asisten virtual sendiri.

Di samping produk elektronik rumahan, Lau juga menyingung tentang bisnis otomotif yang menurutnya punya masa depan cerah dan produk-produk terkoneksi yang secara khusus menyasar perkantoran.

Sayangnya Lau tidak menyebutkan rentang waktu yang dibutuhkan bagi OnePlus untuk merealisasikan rencana besarnya itu. Tapi di antara tiga produk di atas, televisi adalah yang paling mungkin diluncurkan dalam waktu dekat.

Sumber berita GSMArena.

Via Remote Access, Smart TV Samsung di 2019 Siap Dukung Keyboard dan Mouse

Remote control sudah lama menjadi alat praktis untuk mengakses fungsi televisi, dan sejak fitur-fitur pintar mulai diadopsi perangkat tersebut, para produsen mencoba membubuhkan sistem kendali yang lebih intuitif, misalnya mencantumkan teknologi pendeteksi gerakan. Tapi sampai saat ini, teknik terbaik buat melakukan pencarian, baik di browser maupun YouTube, ialah dengan mengetik di keyboard.

Menyadari kelemahan tersebut, di tanggal 27 Desember 2018 kemarin Samsung resmi mengumumkan Remote Access, yaitu sebuah fitur baru yang akan diimplementasikan ke seluruh lini televisi pintar mereka di tahun 2019. Pada dasarnya, Remote Access memungkinkan TV tersambung secara nirkabel ke PC, tablet, smartphone serta perangkat lainnya, sehingga proses kendali dan navigasi konten bisa dilakukan dari mana saja.

Remote Access juga memberikan kesempatan bagi pengguna buat mengoneksikan periferal input seperti keyboard dan mouse ke televisi pintar Samsung. Produsen masih belum mengungkap cara kerjanya secara detail, namun mereka bilang Remote Access tidak membutuhkan koneksi HDMI terpisah. Kapabilitas ini tentu berpotensi merombak cara kita berinteraksi dengan televisi.

Samsung Remote Access.

Selain memudahkan kita dalam menjelajahi web serta menikmati video game, Remote Access dapat sangat membantu bidang produktif. Dengannya, Anda diperkenankan menampilkan dokumen pekerjaan dari PC desktop atau laptop ke layar smart TV, membuat kontennya terlihat lebih jelas. Setelah itu, pekerjaan bisa dilanjutkan menggunakan keyboard dan mouse. Bekerja juga jadi lebih sederhana karena Remote Access menunjang layanan cloud office berbasis browser.

Samsung Remote Access dijanjikan dapat digunakan oleh semua orang didunia berkat dukungan VMware Horizon. Lalu di aspek keamanan, terutama di bidang konektivitas nirkabel dan layanan berbasis cloud, Samsung mengintegrasikan teknologi Knox mereka di sana (sebetulnya sudah dibubuhkan di televisi pintar Samsung sejak tahun 2015). Knox ditopang oleh update firmware secara berkala demi mengoptimalkan proteksinya.

“Samsung berkomitmen untuk menciptakan pengalaman penggunaan yang intuitif dan nyaman bagi para pengguna,” kata executive vice president dari Samsung Electronics Visual Display Business Hyogun Lee di rilis pers. “Lewat Remote Access, konsumen dapat mudah mengakses berbagai program, aplikasi, serta layanan cloud yang terpasang di beberapa perangkat langsung via layar televisi.”

Terakhir, Hyogun Lee mengungkapkan rencana Samsung untuk meneruskan kolaborasi bersama para mitra demi memperluas kompatibilitas fitur Remote Access sekaligus menambah lagi jumlah layanannya.

Via The Verge.

LG Demonstrasikan Keunggulan 55B8, TV OLED 4K HDR yang Kaya Fitur dan ‘Terjangkau’

Kiprah LG memproduksi televisi OLED dimulai di 2010, dan dalam waktu hanya beberapa tahun, perusahaan asal Korea Selatan itu diakui para pemain di industri eletronik sebagai pionir. Terjaminnya mutu produk mereka mendorong sejumlah brand lain memutuskan untuk menggunakan panel OLED buatan LG, di antaranya Panasonic, Sony, Toshiba, Philips dan Loewe.

Sudah menjadi karakteristik perangkat teknologi untuk menjadi terjangkau seiring berjalannya waktu. Hal ini juga berlaku pada OLED. Dahulu, kita harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk bisa memiliki TV berpanel organic light-emitting diode. Tapi pelan-pelan, harganya mulai menurun. Dan lewat acara pers hari Rabu kemarin, LG mendemonstrasikan kecanggihan produk OLED ‘entry-level‘ andalan mereka, 55B8.

LG 55B8 adalah televisi OLED pintar beresolusi 4K yang dibekali integrasi Google dan kecerdasan buatan ThinQ. Sang produsen meramunya untuk jadi solusi hiburan all-in-one di ruang keluarga, menjanjikan gambar berkualitas, sistem audio mumpuni tanpa mengharuskan kita memasang speaker eksternal, serta proses pengoperasian yang intuitif berbasis gesture (via remote) serta perintah suara.

 

‘Picture quality’

Begitu banyaknya istilah seperti 4K, UHD, LED, OLED, dan HDR memang membingungkan bagi konsumen awam. Sederhananya, OLED ialah teknologi panel high-end saat ini. Tidak seperti panel LCD dengan backlight LED yang digunakan oleh TV generasi tahun 2000-an, tiap pixel di televisi OLED mampu mengatur tingkat kecerahan secara mandiri tanpa perlu mengandalkan pencahayaan latar.

LG 55B8 5

Ketiadaan backlight atau pencahayaan latar memastikan panel OLED dapat  mereproduksi gambar lebih presisi, menyuguhkan rasio kontras tinggi, dan menghasilkan warna-warni memukau serta dramatis. Kapabiltas tersebut sangat berkaitan dengan kemampuan panel menyajikan warna hitam pekat berkat absennya backlight – yang OLED hanya perlu lakukan ialah ‘menonaktifkan’ pixel.

LG 55B8 3

LG 55B8 adalah televisi 55-inci beresolusi 3840x2160p, dan merupakan varian TV OLED paling ekonomis. Ia siap mendukung beragam format HDR, dari mulai HLG, HDR10, Advanved HDR oleh Technicolor serta Dolby Vision. Kompatibilitas tinggi ini sulit ditemukan di produk lain. Menjelaskan HDR secara tertulis tidaklah mudah, namun bayangkan saja, kehadirannya memungkinkan layar menjaga detail di gambar dengan tingkat kontras tinggi, baik pada area gelap maupun terang.

LG 55B8 10

Ada dua fitur pelengkap menarik yang dimiliki oleh televisi OLED ini. Pertama adalah upscale 4K yang bertugas untuk meningkatkan kualitas gambar via metode upscaling ke UHD, walaupun sumber film belum berformat 4K. Dan kedua ada HDR effect. Ketika dinyalakan, konten-konten tanpa dukungan high-dynamic range dapat dinikmati dengan visual ala HDR, sehingga warna-warninya lebih dramatis.

LG 55B8 7

Televisi OLED LG 55B8 juga ditopang teknologi high refresh rate, mampu menjalankan konten hingga 120 gambar per detik. Julius selaku product marketing LG Electronics menjelaskan pada saya bahwa sistem ini bekerja dengan menyisipkan satu frame hitam di tiap gambar yang dihasilkan panel, sehingga gerakan tampil lebih mulus. LG 55B8 sendiri kabarnya mempunyai refresh rate ‘sejati’ di 100Hz.

 

Desain

Berkat penggunaan teknologi OLED, LG 55B8 mampu mengusung desain yang begitu minimalis. Bingkainya sangat ramping, namun aspek yang paling menakjubkan ialah ketika Anda melihat TV dari samping dan menyaksikan betapa tipisnya bagian panel 55B8. Hal ini tercapai berkat tidak adanya kebutuhan terhadap backlight. Di bagian bawahnya, produsen mencantumkan modul berisi unit prosesor, sistem audio serta sejumlah konektivitas fisik.

LG 55B8 8

Pendekatan desain yang simpel dan elegan tersebut membuat LG 55B8 dapat serasi dengan berbagai tipe interior rumah.

LG 55B8 9

 

Sistem audio

Untuk menangani audio, televisi OLED anyar ini dilengkapi oleh sistem speaker 2.2 dengan kekuatan output 20W serta ditunjang teknologi Dolby Atmos. Dolby Atmos mampu ‘mensimulasikan’ efek suara surround atau tiga dimensi tanpa memerlukan setup speaker eksternal. Anda akan tahu dari mana arah datangnya suara raungan monster atau bunyi baling-baling helikopter yang melintas di atas kepala. Sistem tersebut mendukungan hingga 128 sumber suara berbeda.

LG 55B8 2

 

Kecerdasan buatan

LG berkolaborasi bersama Google untuk mengintegrasikan AI ThinQ dan Google Assistant ke dalam 55B8. Berbekal suara, Anda bisa mengatur segala macam setting, menyuruhnya mengaktifkan fungsi unik, serta melakukan pencarian mengenai hal yang ingin Anda ketahui. Kecerdasan buatan mempersilakan kita mengatur volume ke tingkat yang diinginkan hingga menyuruh televisi untuk mati secara otomatis setelah film selesai.

LG 55B8 4

Google Assistant memang baru bisa bekerja optimal jika layanan ini sudah tersedia resmi di Indonesia. Dengannya, Anda dapat mencari tahu tentang segala hal: aktor pemeran tokoh utama di film favorit Anda, informasi cuaca hari ini, sampai posisi gerai kopi favorit terdekat (karena film yang sedang ditonton mungkin membuat Anda ngantuk). Product marketing supervisor Gloria Mariawaty menyampaikan bahwa dukungan Google Assistant di 55B8 menandai kesiapan LG menyongsong masa depan.

 

Harga dan ketersediaan

Berdasarkan keterangan LG Electronics, televisi OLED 4K 55B8 telah mulai dipasarkan di Indonesia sejak bulan September 2018, didistribusikan baik ke pasar modern serta channel tradisional. Produk dijajakan di kisaran harga Rp 25 juta. LG juga menyediakan tiga model TV OLED lagi, dengan versi paling high-end mencapai harga Rp 120 juta.

Tahun Depan OnePlus Ikut Terjun ke Bisnis TV Pintar

Sampai dengan hari ini, OnePlus masih dikenal sebagai produsen smartphone premium berbanderol murah. Tapi tahun depan, mereka akan masuk ke kategori produk yang jauh berbeda.

Diumumkan secara resmi, OnePlus akan meramaikan segmen elektronik rumah tangga dengan membuat perangkat TV pintar. OnePlus TV adalah TV 4K LED pintar yang dijadwalkan rilis tahun depan, tetapi sementara ini sebagian besar fitur perangkat masih tersimpan rapat di dapur OnePlus. CEO OnePlus Pete Lau hanya membeberkan beberapa informasi kecil, bahwa pihaknya sedang bekerja dengan mitra yang akan memasok sistem operasi sehingga akan cocok dengan ekosistem yang ada.

TVdeepdive_teaser

 

Dipimpin langsung oleh Lau, OnePlus juga memberikan kesempatan kepada lebih dari 5 juta anggota forum untuk memberikan masukan nama resmi bagi Smart TV buatannya. Kesempatan itu dibuka sampai dengan 16 Oktober 2018 dan sepuluh nama terbaik akan diumumkan di akhir Oktober. Finalis akan memperoleh sepasang OnePlus Bullets Wireless. Pemenang akan diumumkan pada tanggal 17 Desember dan berhak mendapatkan unit TV perdana dari OnePlus dan perjalanan ke acara peluncurannya. Informasi lengkapnya ada di tautan ini.

Dalam debutnya nanti, TV perdana OnePlus bakal menjadi model flagship sekaligus model percontohan. Dan seperti keunggulan di smartphone keluarannya, TV dari OnePlus kemungkinan besar juga akan bersaing dari segi harga. Sayang OnePlus belum membeberkan teknologi apa yang akan ditawarkan ke konsumen, pun perusahaan tidak mengisyaratkan adanya teknologi baru dari yang sudah ada di kebanyakan tv pintar lain.

Bisnis TV pintar tentu bukan hal yang mustahil untuk digeluti oleh OnePlus. Rekam jejak Xiaomi yang terbilang tanpa cacat sepertinya menjadi salah satu faktor yang mendorong pabrikan asal Tiongkok ini untuk turut mengadu nasib. Tetapi, menjual smartphone dan TV adalah dua hal yang berbeda.

LG Bersiap Pamerkan webOS 3.0 untuk Smart TV Besutannya

Sejak mengakuisisi webOS dari HP di tahun 2013, LG tidak mau menyia-nyiakan aset berharga tersebut begitu saja. Dalam kurun waktu sekitar setahun, LG berhasil menyulap OS yang tadinya dirancang untuk smartphone dan tablet tersebut menjadi OS smart TV.

LG webOS sangat berbeda dibandingkan OS milik televisi pintar lainnya. Interface-nya sangat rapi dan mudah dipahami, didukung oleh remote TV yang semakin memudahkan pengoperasian. Seiring berjalannya waktu, LG juga tergolong rajin mengirimkan update untuk menyempurnakan sekaligus menambah fitur-fitur baru buat webOS.

Kini, pabrikan asal Korea Selatan tersebut sedang bersiap untuk memamerkan LG webOS 3.0 di ajang CES 2016 bulan depan. Versi ketiganya ini menawarkan sederet fitur baru, dua yang paling utama adalah Magic Zoom dan Magic Mobile Connection.

Berkat Magic Zoom, pengguna bisa memperbesar objek maupun huruf di layar tanpa penurunan kualitas, alias gambarnya tidak kelihatan pecah. Di sisi lain, Magic Mobile Connection akan mempermudah pengguna dalam menyambungkan smartphone ke TV, lalu mengakses aplikasi smartphone di layar besar.

Fitur lain yang kedengarannya sepele namun cukup menarik adalah Channel Advisor, dimana pola menonton Anda akan dianalisa, lalu TV akan menampilkan info jadwal dari program-program yang kerap ditonton secara otomatis. Kemudian ada pula aplikasi IoTV yang memungkinkan pengguna untuk mengontrol perangkat smart home yang kompatibel melalui televisi.

Bersamaan dengan itu, LG juga bakal mengungkap desain anyar Magic Remote yang mengemas sejumlah tombol ekstra untuk mengakomodasi kehadiran perangkat set-top-box yang kian merajalela.

Dari segi konten, LG webOS 3.0 akan menyajikan sejumlah channel internasional yang mencakup konten-konten premium dari BuzzFeed, PopSugar dan Mode Media. Lebih banyak konten premium jelas merupakan berita menggembirakan buat pemilik televisi pintar.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, LG webOS 3.0 baru akan menjalani debutnya bulan depan di event CES 2016. Kemungkinan dalam kesempatan itu juga LG akan mengumumkan model smart TV apa saja yang bakal menerima update webOS 3.0. Semoga semuanya kebagian…

Sumber: LG.