Sony dan Microsoft Tawarkan Refund Cyberpunk 2077, Discord Dapat Investasi

Belum sebulan sejak Cyberpunk 2077 dirilis, muncul banyak protes tentang game itu, khususnya dari pemilik konsol lama, seperti PlayStation 4 dan Xbox One. Hal ini mendorong Sony dan Microsoft untuk menawarkan refund bagi orang-orang yang telah membeli game tersebut di PlayStation Store atau Microsoft Store. Selain itu, pada minggu lalu, Discord juga baru saja mendapatkan investasi.

Sony Tarik Cyberpunk 2077 dari PlayStation 4, Tawarkan Refund

Sony Interactive Entertainment menarik Cyberpunk 2077 dari PlayStation Store. Mereka mengumumkan hal ini melalui situs PlayStation. Walau mereka tidak menjelaskan alasan mereka, banyak orang menduga, Sony melakukan hal itu karena banyak pemain PlayStation 4 yang memprotes performa dari game tersebut.

refund cyberpunk 2077
Cyberpunk 2077 akhirnya ditarik oleh Sony karena banyak protes dari pemain.

“SIE ingin memastikan pelanggan kami puas. Karena itu, kami menawarkan refund untuk semua pemain yang telah membeli Cyberpunk 2077 melalui PlayStation Store,” kata Sony, seperti dikutip dari GamesIndustry. “SIE juga akan menarik Cyberpunk 2077 dari PlayStation Store untuk saat ini.”

Microsoft Tawarkan Refund untuk Cyberpunk 2077

Sony bukan satu-satunya pihak yang memutuskan untuk menawarkan refund. Tak lama setelah Sony membuat pengumuman tentang penarikan Cyberpunk 2077, Microsoft mengumumkan, mereka akan menawarkan refund untuk Cyberpunk 2077 yang dibeli melalui Microsoft Store.

“Kami tahu bahwa para developer di CD Projekt Red telah bekerja keras untuk merilis Cyberpunk di tengah keadaan yang sulit,” kata juru bicara Microsoft dalam pernyataan resmi pada GamesIndustry. “Namun, kami juga sadar bahwa sejumlah pemain merasa tidak puas dengan performa game ini ketika mereka bermain di konsol lama.”

Lebih lanjut, dia berkata, “Sampai saat ini, kami telah memberikan refund pada sebagian besar pelanggan yang memang ingin uang mereka kembali. Untuk memastikan bahwa semua orang bisa mendapatkan pengalaman bermain yang memuaskan di Xbox, kami menawarkan refund penuh untuk semua orang yang telah membeli Cyberpunk 2077 melalui Microsoft Store.”

Discord Dapat Investasi US$100 Juta

Sementara itu, ada kabar baik untuk Discord. Platform chatting itu baru saja mendapatkan kucuran dana sebesar US$100 juta. Dengan ini, valuasi Discord mencapai US$7 miliar. Dalam waktu enam bulan, valuasi Discord sebagai perusahaan naik dua kali lipat. Tidak heran, mengingat jumlah pengguna Discord juga terus bertambah. Saat ini, jumlah pengguna Discord mencapai 140 juta orang.

Investasi ini merupakan bagian dari pendanaan ronde H untuk Discord. Ronde pendanaan ini dipimpin oleh perusahana investasi Greenoaks Capital. Perusahaan lain yang ikut menanamkan modal kali ini adalah perusahaan venture capital, Index Ventures, lapor GamesIndustry.

Total Jam Ditonton Twitch Pada November Capai 1,7 Miliar Jam

Pada November 2020, total hours watched di Twitch mencapai 1,7 miliar jam, menurut data dari Stream Elements. Angka ini naik sedikit jika dibandingkan dengan total hours watched pada Oktober 2020. Saat ini, Just Chatting menjadi kategori paling populer. Pada November 2020, total hours watched dari kategori itu mencapai 228 juta jam, naik 246% dari tahun lalu.

Just Chatting jadi kategori paling populer di Twitch saat ini. | Sumber: The Esports Observer
Just Chatting jadi kategori paling populer di Twitch saat ini. | Sumber: The Esports Observer

Sampai saat ini, gaming memang masih jadi konten utama Twitch. Namun, platform streaming game milik Amazon itu juga berusaha untuk memperkaya konten mereka. Pada Juli 2020 lalu, mereka membuat kategori khusus untuk olahraga tradisional, seperti sepak bola. Selain itu, Twitch juga mempromosikan konten untuk perempuan, seperti kosmetik.

“Sebanyak 40 persen audiens gaming merupakan perempuan,” kata CEO StreamElements, Doron Nir, lapor VentureBeat. “Hal itu berarti, merek kosmetik akan tertarik untuk masuk ke platform livestreaming. Dalam 12 bulan belakangan, kami melihat, total hours watched kategori kecantikan di Twitch naik 260%. Beberapa merek kosmetik, seperti L’Oréal, MAC, Em, Hero, dan e.l.f. juga telah membuat kolaborasi di platform streaming game.”

Q3 2020, PMWL Season 0: East Jadi Turnamen Paling Populer ke-2

Berkat pandemi COVID-19, jumlah penonton di berbagai platform streaming game melonjak naik sepanjang semester pertama 2020. Pada Q2 2020, jumlah rata-rata hours watched per minggu bahkan mencapai 600 juta jam. Menurut laporan terbaru dari Stream Hatchet, angka ini mulai turun pada Q3 2020. Meskipun begitu, jumlah rata-rata hours watched per minggu di semua platform streaming game masih mencapai 500 juta jam, naik 73% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Padahal, kompetisi olahraga tradisional, seperti sepak bola dan basket, telah kembali diselenggarakan.

Pada Q3 2020, Twitch masih menjadi platform streaming game nomor satu dengan total hours watched mencapai 4,7 miliar jam. Namun, jika dibandingkan dengan pada Q2 2020, total hours watched Twitch pada Q3 2020 mengalami penurunan sekitar 375 juta jam. Padahal, mereka telah kembali menandatangani kontrak kerja sama dengan 2 streamer populer, Tyler “Ninja” Blevins dan Michael “Shroud” Grzesiek.

Q3 2020 streaming game
Total hours watched di berbagai platform streaming game pada Q3 2020. | Sumber: Stream Hatchet

Meskipun Twitch masih menguasai pasar, YouTube Gaming menjadi platform streaming game dengan pertumbuhan paling besar pada Q3 2020 dengan kenaikan total hours watched sebesar 150 juta jam selama 3 bulan terakhir. Sementara itu, total hours watched dari Facebook Gaming akhirnya menembus 1 miliar jam.

League of Legends masih menjadi game paling populer pada Q3 2020, diikuti oleh Fortnite, PUBG Mobile, dan Free Fire dari Garena. Hal ini menunjukkan bahwa popularitas mobile game terus menanjak. Bukti lain dari meningkatnya popularitas mobile game adalah dari jumlah hours watched dari PUBG Mobile World League.

Q3 2020 streaming game
5 turnamen esports paling populer sepanjang Q3 2020. | Sumber: Stream Hatchet

Pada Q3 2020, PMWL Season 0: East menjadi turnamen paling populer ke-2, setelah League of Legends Champions Korea 2020 Summer Season. Menurut Esports Charts, ada lebih dari 500 ribu orang Indonesia yang menonton PMWL Season 0. Tidak heran, mengingat tim asal Indonesia, Bigetron RA, berhasil menjadi juara dari turnamen tersebut.

Empat game terpopuler sepanjang Q3 2020 memang merupakan game esports. Namun, game Among Us dan Fall Guys juga masuk ke dalam daftar 10 game paling populer. Hal ini merupakan bukti bahwa para penonton tak hanya menonton konten game dan esports demi melihat kecakapan para pemainnya, mereka juga tertarik untuk menonton streamer yang memiliki kepribadian menarik.

Among Us Mendadak Tenar di Twitch

Among Us diluncurkan pada 2018. Meskipun begitu, game tersebut baru mulai populer dalam 2 bulan belakangan. Selama bulan Agustus dan 2 minggu September 2020, total download dari game buatan InnerSloth itu melonjak naik. Tak hanya itu, Among Us juga ternyata sangat populer di Twitch.

Menurut laporan bulanan dari StreamElements dan Arsenal.gg, Among US hampir masuk dalam 10 kategori paling populer di Twitch. Dengan jumlah hours watched mencapai 30 juta jam, Among Us duduk di peringkat 11. Pertumbuhan total hours watched dari Among Us memang fantastis. Jika dibandingkan dengan Juli 2020, total hours watched dari konten Among Us pada Agustus 2020 naik hingga 650%.

Pada Agustus 2020, Just Chatting masih menjadi kategori yang paling banyak ditonton di Twitch, walau total hours watched dari kategori tersebut mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara itu, gelar game favorit di Twitch msaih dipegang oleh League of Legends, dengan total hours watched naik 5% menjadi 135 juta jam. Fall Guys, yang diluncurkan pada Agustus 2020, duduk di posisi 3 dengan total durasi video ditonton mencapai 106 juta jam, lapor GamesIndustry.

among us Twitch
Sejumlah kategori terpopuler di Twitch pada Agustus 2020. | Sumber: StreamElements, Arsenal.gg

Secara total, hours watched di Twitch pada Agustus 2020 mencapai 1,47 miliar jam, naik dari 1,42 miliar jam pada Juli 2020. Kali ini adalah pertama kalinya jumlah hours watched di Twitch mengalami pertumbuhan month-over-month sejak lonjakan yang terjadi pada April 2020 karena pandemi COVID-19.

Twitch bukan satu-satunya platform streaming game yang mengalami pertumbuhan pada Agustus 2020. Facebook Gaming juga tumbuh. Total hours watched Facebook Gaming selama Agustus 2020 mencapai 346 juta jam, naik 179% dari tahun lalu. Memang, Facebook Gaming masih jauh tertinggal dari Twitch, tapi mereka mulai menyusul YouTube Gaming, yang memiliki hours watched mencapai 461 juta jam pada bulan lalu.

Saat ini, di Twitch, Félix “xQc” Lengyel merupakan streamer paling populer, diikuti oleh Alexandre “gAuLeS” Borba, Nick “NickMercs” Kolcheff, dan Timothy “TimTheTatman” Beta. Menariknya, popularitas konten memasak di Twitch tengah naik. Menurut laporan The Verge, total hours watched dari kategori Food & Drink di Twitch mengalami kenaikna sebesar 96% dari tahun lalu.

Sumber header: Steam

Where Does Game Streamers’ Revenue Come From?

In recent years, the esports industry has progressed swiftly. This year, the value of the esports industry is even expected to reach US$1 billion. One reason behind the growth, esports is predicted to be the next-gen entertainment.

Tournaments and esports athletes certainly play vital roles in the world of competitive gaming. However, streamers or content creators are also equally important. Most prominent esports organizations usually have their own content creators division, such as EVOS Esports or FaZe Clan.

However, some streamers choose to use their own personal brand. These independent streamers can make a lot of money. For example, Michael “Shroud” Grzesiek, a streamer who was once a professional Counter-Strike: Global Offensive player on Cloud9, has an estimated net worth of US$8-12 million.

The question is, where does the game streamers’ income actually come from?

 

Twitch Monetization System

Twitch is still the number one game streaming platform in the world. Other game streaming platforms, such as Facebook and YouTube, are also growing rapidly, particularly during the pandemic. However, at this time, Twitch still dominates the game streaming platform market.

Twitch offers several monetization methods for its streamers. One of them is Cheer. As the name suggests, Cheer allows viewers to cheer on the streamer while the broadcast is in progress. And the best way to cheer someone up is by giving him money, right? However, doing Cheer is not free. You need a virtual currency called Bits. You can earn Bits by watching advertisements or buying them directly on Twitch. One Bit is worth US$0.01. The minimum amounts of Bits you can buy is 100 Bits.

Cheer is very easy. All you have to do is click on the Cheer button — located in the chat field — and specify the number of Bits you want to give. When you give Cheer, an animation will appear in the chat streamer column. The more Bits you provide, the more complex the animation will appear.

A streamer can also put up a leaderboard to show which fans are giving the most Bits. The goal? So that fans who want to be noticed by their favourite ‘senpai’ can donate more. However, the Cheer function is optional. So, a streamer may choose not to use the Cheer feature on Twitch.

Semakin besar Bits yang Anda donasikan, semakin kompleks animasinya.
Bits and Cheer on Twitch.

Apart from Cheer, Twitch also has a donation system. For example, if you like a streamer and want to show more support, you can make a donation. However, the process of giving donations is not as easy as Cheer. To make a donation, you have to go to the streamer’s Profile page. You will find a donation button in the ‘About’ section. Just like Cheer, a streamer can decide not to open a donation.

The number of donations is varied depending on the range set by the streamer. Usually, the more popular a streamer is, the greater number of donations you can give. For example, the donation range for Shroud — who has 7.7 million followers — is US$5-50. Meanwhile, Imane “Pokimane” Anys — with followers of 5.4 million people — has a donation range from US$2 to US$20.

Halaman donasi Pokimane.
Donation page of Pokimane.

If you really like a streamer, you can subscribe to their channel too. On Twitch, the subscription function is somewhat different from the others, such as YouTube. To subscribe to a channel on Twitch, you must pay US$4.99. Of course, there are some unique features you can get after subscribing, such as ad-free or special emotes. A streamer can also allow the chat function only available to subscribers.

Tombol donasi dapat ditemukan pada bagian About di Profile streamer.
Donate button could be found in Profile page.

Sometimes, streamers create Discord servers specifically for their subscribers so they can interact with each other outside the broadcast schedule. The aim is to strengthen the relationship between subscribers and a streamer and create a community. This will also encourage viewers to become subscribers.

The subscription fee for a Twitch channel is US$4.99. However, typically, Twitch takes a 50% cut.

The last monetization option on Twitch is advertising. A streamer can serve ads when broadcasting to get compensation depending on the number of viewers. In theory, a streamer can place as many ads as possible. However, if the streamer is too greedy and puts up too many ads, it may annoy the fans.

 

Streaming Games in Indonesia

Twitch may be the king in the global market. However, in Indonesia, that’s not the case. This is understandable considering that Indonesia is not one of the primary target markets from Amazon’s game streaming platform.

To find out the reasons why Twitch is less popular in the country, I asked several local streamers. One of them is Fandra “Octoramonth” Octo. He said, one of the reasons is because Twitch is more demanding (in terms of mobile phone’s performance).

“Apart from that, Twitch is not yet supported by cellular providers for free watching packages or quota bonuses. Meanwhile, for YouTube and Facebook, there are many providers that offer zero data cost,” said Fandra when contacted via text message.

Fandra has been a streamer since September 2016. He said that, at first, he was interested in streaming just because his friends do so on YouTube. He admits, at first, streaming was no more than just a hobby. However, now, he has secured a contract with Facebook Gaming as an official streamer.

Meanwhile, according to Cindy “Cimon” Monika, who is interested in game streaming because of her role as a brand ambassador, the use of foreign languages ​​is one of the problems why Twitch is less popular in Indonesia. “Either understanding or using English for conversation, Indonesians are still lacking compared to neighbouring countries,” said Cindy in an interview.

According to Cindy, although many Indonesians watch streams on Twitch, chances are, they only watch and listen without interacting. She suspects Indonesian audiences are not very confident with their English language. “And, because Indonesian viewers still want to interact with the streamers, they choose local streamers on YouTube or Facebook,” she said.

So, without Twitch, how can Indonesian streamers make money? As an official Facebook Gaming streamer, Fandra receives regular payments just like office workers. He also revealed that YouTube and Facebook now offer monetization options with subscriptions and donations, just like Twitch.

Data viewership Facebook Gaming per April 2020.
Facebook Gaming viewership on April 2020.

Indeed, Facebook Gaming offers similar monetization methods with Twitch. One of the monetization options on Facebook Gaming is advertising. Besides, Facebook Gaming viewers can also give tips to streamers in the form of Stars, similar to Bits on Twitch. Finally, Facebook Gaming also offers a Fan Support feature, which has the same function as the Subscription on Twitch.

During the pandemic, Facebook Gaming’s viewership in Indonesia also grew rapidly. As of April 2020, Facebook Gaming’s viewership gained 210% increase from last year. The audience in Indonesia is also quite generous in giving Stars. Facebook revealed, as of April 2020, there were 5.6 million Stars given to streamers on their platform.

Unfortunately, just like being an esports athlete, being a game streamer is not as easy as imagined. There are various problems they have to face. According to Fandra, one of the challenges is hate comments from viewers.

“But, if you stream without burden, any feedback will be fun,” said Fandra. Another problem he faced at the beginning was building his personal brand to gain fans. For that, he had to create an interesting character for himself. Indeed, to become a popular streamer, you also need an attractive personality besides adequate equipment.

 

Closing

The esports industry is growing rapidly nowadays. One possible reason is being the new kind of entertainment for millennial and the Z generations. Therefore, content creators or game streamers also have an essential role in developing the esports industry. A streamer can belong to an esports organization. However, they can also become independent streamers.

Fortunately, various game streaming platforms, such as Twitch and Facebook Gaming, have offered different monetization methods from donations to subscriptions. That way, streamers can choose the monetization system that suits their needs.

Source: The Esports Observer. Feat Image: via Deposit Photos

Bos Fnatic: Industri Esports Tumbuh Pesat Selama Pandemi

Pendiri dan CEO Fnatic, Sam Mathews, mengatakan bahwa industri esports tumbuh pesat selama pandemi COVID-19. Mathews mengatakan, para pelaku industri esports harus dapat memanfaatkan momentum tersebut.

Bulan lalu, Fnatic membuat laporan tentang bagaimana pandemi memengaruhi indsutri esports. Pada awal pandemi, industri esports terkena dampak negatif karena sejumlah turnamen esports offline harus ditunda atau dibatalkan. Namun, dengan cepat, para pelaku industri esports beradaptasi dan mengganti format turnamen offline menjadi kompetisi online.

“Salah satu temuan dalam laporan kami adalah betapa cepatnya turnamen esports offline diganti dengan kompetisi online,” kata Mathews pada Forbes. “Industri esports masih sangat muda jika dibandingkan dengan industri olahraga tradisional. Namun, pelaku industri esports dapat menyesuaikan diri dengan cepat, menunjukkan bahwa kami bisa memimpin di situasi ‘normal baru’ seperti sekarang.”

bos fnatic esports tumbuh pesat
Pertandingan Fnatic melawan G2 Esports di babak final LEC ditonton 1 juta orang. | Sumber: Twitter

Menurut Mathew, perkembangan industri esports selama pandemi juga menarik perhatian para pelaku industri hiburan dan olahraga tradisional. Dia juga menyebutkan, selama pandemi, esports menjadi semakin dikenal oleh banyak orang. “Pandemi COVID-19 menjadi bukti betapa pentingnya platform streaming digital. Hal ini mendorong perusahaan televisi untuk mencoba siaran digital dan mereka sukses menyiarkan sejumlah turnamen esports,” ujarnya. “Dengan begitu, batasan yang memisahkan industri olahraga tradisional, hiburan, dan esports menjadi semakin mengabur.”

Memang, sepanjang pandemi, sejumlah pelaku olahraga tradisional mulai masuk ke dunia esports. Tak hanya itu, kompetisi olahraga tradisional yang dibatalkan juga diganti dengan turnamen esports, seperti balapan dan pertandingan sepak bola. Sejumlah tim sepak bola dan NBA juga semakin memerhatikan esports, yang menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan esports sepanjang pandemi.

“Dengan dibatalkanya berbagai kompetisi olahraga tradeisional, perhatian masyarakat dan media beralih ke turnamen esports,” kata Mattews. “Laporan yang kami buat menunjukkan bahwa lockdown membuat masyarakat menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain game dan menonton konten game, menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli item dalam game, serta mengunduh lebih banyak game. Tak hanya itu, jumlah viewership turnamen esports juga tumbuh sekitar 50-200%. Hal ini menjadi bukti bahwa industri esports tak mudah tumbang.”

Mathews juga membahas tentang meningkatnya viewership pada platform streaming game, khususnya pada Twitch. Platform milik Amazon itu mengalami pertumbuhan viewership paling tinggi jika dibandingkan dengan platform lain. Pada Q1 2020, total hours watched di Twitch mencapai 300 miliar jam.

“Twitch menguasai 65% pangsa pasar platform streaming game,” ungkap Mathews. “Jumlah viewership rata-rata Twitch pada Maret 2020 naik 16% dari Februari. Dan jumlah viewership rata-rata Twitch kembali naik 55% pada April. Angka ini menunjukkan betapa pesatnya pertumbuhan Twitch sebagai platform streaming game dalam bebreapa tahun belakangan.”

Saat ini, pandemi mulai mereda di sejumlah negara. Masyarakat sudah mulai dapat beraktivitas di luar rumah dan kompetisi olahraga kembali mulai diadakan. Hal ini akan membuat viewership esports turun. Meskipun begitu, perkembangan esports dalam beberapa bulan belakangan akan memberikan dampak positif pada industri esports ke depan.

Sumber header: Twitter

TSM Rekrut Grandmaster Catur AS, Hikaru Nakamura

Organisasi esports Team SoloMid (TSM) baru saja merekrut anggota baru. Menariknya, anggota terbaru TSM bukanlah seorang atlet esports, tapi pemain catur profesional. Ialah Hikaru Nakamura, yang mendapatkan gelar grandmaster ketika dia berumur 15 tahun, menjadikannya sebagai grandmaster asal Amerika Serikat termuda. Tak hanya itu, dia juga pernah memenangkan kejuaraan catur nasional AS sebanyak lima kali.

Nakamura, yang kini berumur 32 tahun, juga cukup populer di media sosial. Dia memiliki lebih dari 170 ribu pengikut di Twitter. Dia juga punya channel Twitch. Di sana, dia biasanya melakukan streaming untuk menunjukkan saat dia bermain catur. Dia juga sering menjelaskan strategi yang dia gunakan pada para penontonnya. Saat kontrak dengan TSM diumumkan, channel Twitch Nakamura memiliki lebih dari 500 ribu pengikut. Sementara siaran langsungnya biasa ditonton oleh lebih dari 18 ribu orang.

Memang, Nakamura dianggap sebagai salah satu sosok penting dalam mengembangkan komunitas catur di Twitch. Dia aktif melatih para pemain catur profesional dan membantu penyelenggaraan turnamen di Twitch. Tak heran, mengingat salah satu sponsor utamanya, Chess.com, menjalin kerja sama dengan Twitch pada 2017, lapor The Verge.

Namun, TSM tak hanya merekrut Nakamura sebagai kreator konten. Dia juga akan bertanding membawa nama TSM. “Saya hanya ingin membawa pulang gelar juara, membawa pulang trofi,” kata Nakamura, seperti dikutip dari Win.gg. “TSM memberikan kesempatan terbaik bagi saya untuk melakukan itu.”

Nakamura mulai bermain catur sejak dia berumur tujuh tahun. Dia menjadi master termuda di Amerika Serikat saat dia berumur 10 tahun. Menjadi grandmaster catur saat dia berumur 15 tahun, Nakamura mengalahkan rekor Bobby Fisher dan menjadi grandmaster termuda. Saat ini, dia juga merupakan pemain Blitz Chess nomor satu di dunia.

Sebagai organisasi esports, TSM punya roster di berbagai game, seperti Apex Legends, League of Legends, Valorant, dan lain sebagainya. Keputusan TSM untuk merekrut Nakamura mungkin terdengar aneh, mengingat catur bukanlah permainan yang dimainkan menggunakan PC atau smartphone. Namun, catur adalah salah satu permainan kompetitif tertua di dunia. Tak hanya itu, komunitas catur dunia juga cukup besar. Di Twitch, catur juga menjadi cukup populer di komunitas gamer.

Ada 1,4 Miliar Jam Konten yang Ditonton di Twitch Bulan Juli 2020

StreamElements, perusahaan pengembang tools untuk streaming, baru-baru ini menerbitkan laporan keadaan ekosistem streaming bulan Juli 2020. Kembali bekerja sama dengan Arsenal.gg, laporan tersebut mengatakan bahwa ada 1,4 miliar jam konten di tonton di Twitch pada bulan Juli 2020. Angka tersebut merupakan hasil pertumbuhan sebesar 67%, jika dibandingkan dengan data Juli 2019, yaitu 851 juta jam konten ditonton di Twitch.

Lebih lanjut, data ini menunjukkan beberapa rincian seputar konten apa saja yang ditonton, serta channel apa saja yang menjadi favorit para pengguna platform Twitch. Menariknya kategori Just Chatting ternyata masih belum turun dari tahtanya sebagai kategori konten Twitch yang paling banyak ditonton, dengan total 176 juta jam konten ditonton bulan Juli ini.

Mengikuti di bawahnya, League of Legends dan Fortnite masih menjadi dua game paling banyak ditonton di Twitch, dengan masing-masing memiliki total 128 dan 91 juta jam konten ditonton pada bulan Juli 2020 ini. Untuk dua game tersebut, jumlah itu adalah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Juni 2020 lalu. Namun, penurunan yang dialami terbilang masih cukup minim.

“Seiring beberapa kota melepas karantina yang dilakukan, mengakibatkan waktu yang dihabiskan untuk menonton livestream mengalami fluktuasi beberapa bulan ke belakang, karena beberapa orang mulai meninggalkan rumahnya. Namun perkembangan angka industri streaming tetap jutaan jam lebih besar jika dibandingkan dengan Q1 2020 lalu.” ucap Doron Nir, CEO StreamElements, mengutip dari DotEsports.

Selain itu, data ini juga menyertakan total jam konten ditonton dari platform Facebook Gaming. Data ini menunjukkan Facebook Gaming memiliki total 345 juta jam konten ditonton pada Juli 2020 ini. Angka ini merupakan peningkatan sebesar 215% jika dibandingkan dengan Juli 2019 bagi Facebook Gaming, yang cuma memiliki total 109 juta jam konten ditonton.

Sumber: StreamElements
Sumber: StreamElements

Kembali ke pembahasan penonton Twitch, sorotan menarik lain datang dari streamer asal Brazil, NOBRU. Merupakan streamer yang banyak bermain FPS, dikatakan bahwa NOBRU mengalami peningkatan yang signifikan setelah ia fokus kepada konten Free Fire. NOBRU sebelumnya hanya berada di peringkat 21 saja, namun bulan Juli ini ia berhasil menduduki peringkat ke-10.

Twitch memang bisa dibilang sebagai salah satu platform streaming konten game terpopuler di dunia sejauh ini. Walau demikian, platform stream yang bermarkas di San Francisco Amerika Serikat ini terbilang hampir tak berkutik di Indonesia, menurut laporan Esports Market Trend tahun 2019 yang digagas oleh DSResearch. Terlepas dari itu, melihat dari angka total jam konten ditonton, Twitch sepertinya masih belum akan berhenti mendominasi pasar platform stream game secara global sampai beberapa waktu ke depan.

Darimana Sumber Pendapatan Streamer Game?

Beberapa tahun belakangan, industri esports tumbuh pesat. Ke depan, industri esports diperkirakan masih akan tumbuh. Tahun ini, nilai industri esports bahkan diperkirakan akan mencapai US$1 miliar. Salah satu alasan di balik pertumbuhan esports adalah karena competitive gaming diprediksi akan menjadi hiburan next-gen.

Turnamen dan atlet esports tentunya memegang peran kunci dalam dunia competitive gaming. Namun, streamer atau kreator konten juga memiliki peran yang tak kalah penting. Buktinya, ada organisasi esports besar punya divisi khusus untuk kreator konten, sebut saja EVOS Esports atau FaZe Clan.

Namun, seorang streamer game tak melulu terikat kontrak dengan organisasi esports. Ada juga streamer yang memilih untuk membuat personal brand mereka. Dan jangan salah, jika sukses, para streamer mandiri ini juga bisa mendulang banyak uang. Misalnya, Michael “Shroud” Grzesiek, streamer yang pernah menjadi pemain Counter-Strike: Global Offensive profesional di Cloud9, diperkirakan memiliki kekayaan sebesar US$8-12 juta.

Pertanyaannya, penghasilan para streamer game ini sebenarnya berasal darimana?

Sistem Monetisasi Twitch

Sebelum Anda protes kenapa saya membahas soal Twitch di sini — “Di Indonesia, Twitch kan nggak populer!” — saya akan memberikan justifikasi mengapa saya merasa perlu membahas sistem monetisasi di Twitch. Alasannya sederhana: karena Twitch masih menjadi platform streaming game nomor satu di dunia. Jangan salah, platform streaming game lain — seperti Facebook Gaming dan YouTube Gaming — juga tumbuh pesat, khususnya selama pandemi. Namun, saat ini, Twitch masih mendominasi pasar platform streaming game.

Twitch menawarkan beberapa metode monetisasi bagi para streamer-nya. Salah satunya adalah Cheer. Seperti namanya, Cheer memungkinkan penonton untuk menyemangati streamer saat siaran tengah berlangsung. Dan cara terbaik untuk menyemangati seseorang itu dengan memberinya uang, kan? Namun, melakukan Cheer tidak gratis. Anda akan menggunakan mata uang virtual bernama Bits. Anda bisa mendapatkan Bits dengan menonton iklan atau membelinya langsung ke Twitch. Satu Bit bernilai satu cent dollar. Jumlah minimal Bits yang bisa Anda beli adalah 100 Bits.

Melakukan Cheer sangat mudah. Anda cukup mengklik tombol Cheer — yang terletak di kolom chat — dan menentukan jumlah Bits yang hendak Anda berikan pada sang streamer. Saat Anda memberikan Cheer, akan muncul animasi pada kolom chat streamer. Semakin banyak Bits yang Anda berikan, semakin kompleks juga animasi yang muncul.

Tak hanya itu, seorang streamer juga bisa memasang leaderboard untuk menunjukkan fans yang memberikan Bits paling banyak. Tujuannya? Agar para fans yang ingin di-notice oleh senpai streamer favoritnya bisa memberikan donasi Bits sebanyak-banyaknya. Namun, fungsi Cheer bersifat opsional. Jadi, seorang streamer boleh memilih untuk tidak menggunakan fitur Cheer di Twitch.

Semakin besar Bits yang Anda donasikan, semakin kompleks animasinya.
Semakin besar Bits yang Anda donasikan, semakin kompleks animasinya.

Selain Cheer, Twitch juga memiliki sistem donasi. Misalnya, Anda menyukai seorang streamer dan ingin menunjukkan dukungan lebih padanya, Anda bisa memberikan donasi. Namun, proses memberikan donasi tidak semudah melakukan Cheer. Untuk melakukan Cheer, Anda cukup menekan tombol Cheer saat Anda menonton seseorang melakukan streaming. Sementara untuk melakukan donasi, Anda harus masuk ke halaman Profile sang streamer. Anda akan menemukan tombol donasi pada bagian About. Sama seperti Cheer, seorang streamer bisa memutuskan untuk tidak membuka donasi.

Besar donasi yang bisa Anda berikan pada seorang streamer beragam, tergantung pada rentang donasi yang ditentukan oleh streamer itu sendiri. Biasanya, semakin populer seorang streamer. semakin besar pula angka donasi yang bisa Anda berikan. Misalnya, rentang donasi untuk Shroud — yang punya pengikut di Twitch sebanyak 7,7 juta orang — adalah US$5 sampai US$50. Sementara Imane “Pokimane” Anys — dengan jumlah pengikut 5,4 juta orang — memiliki rentang donasi dari US$2 sampai US$20.

Halaman donasi Pokimane.
Halaman donasi Pokimane.

Kabar baiknya, jika Anda ingin memberikan donasi pada streamer di Twitch, platform streaming game tersebut kini tidak hanya menerima metode pembayaran berupa kartu debit atau kartu kredit, yang jumlah penggunanya di Indonesia sangat sedikit. Untuk melakukan donasi atau membeli Bits di Twitch, Anda juga bisa menggunakan metode pembayaran lokal, seperti GoPay, OVO, atau bahkan Indomaret.

Jika Anda sangat, sangat, sangat suka pada seorang streamer, Anda bisa berlangganan pada channel mereka. Pada Twitch, fungsi subscription atau berlangganan agak berbeda dari platform streaming lain, seperti YouTube. Untuk berlangganan pada sebuah channel di Twitch, Anda harus membayar US$4.99. Tentu saja, ada beberapa fitur khusus yang bisa Anda dapatkan setelah berlangganan, seperti bebas iklan atau emote spesial yang hanya bisa digunakan oleh subscriber.

Seorang streamer juga bisa mengatur channel-nya sedemikian rupa sehingga hanya subscriber yang bisa berkomentar di chat. Terkadang, streamer juga membuat server Discord khusus untuk subscriber mereka. Tujuannya, agar orang-orang yang berlangganan bisa berinteraksi dengan satu sama lain dan dengan sang streamer di luar jadwal siaran. Pada akhirnya, semua ini bertujuan untuk mengeratkan hubungan para subscriber dengan seorang streamer dan menciptakan komunitas di kalangan pelanggan channel. Hal tersebut juga akan mendorong para penonton untuk menjadi subscriber.

Tombol donasi dapat ditemukan pada bagian About di Profile streamer.
Tombol donasi dapat ditemukan pada bagian About di Profile streamer.

Biaya berlangganan di sebuah channel Twitch adalah US$4.99. Namun, tidak semua uang tersebut mengalir ke tangan streameer. Biasanya, Twitch mengambil potongan 50 persen. Namun, jika seorang streamer memiliki banyak penggemar, mereka bisa mendapatkan potongan yang lebih besar, sampai lebih dari 70 persen dari total biaya berlangganan yang mereka dapatkan.

Opsi monetisasi terakhir yang ditawarkan oleh Twitch adalah iklan. Seorang streamer bisa menayangkan iklan ketika mereka melakukan siaran dan dia akan mendapatkan kompensasi tergantung pada jumlah penonton yang melihat iklan tersebut. Secara teori, seorang streamer bisa memasang iklan sebanyak-banyaknya. Namun, jika streamer terlalu rakus dan memasang terlalu banyak iklan, hal ini justru bisa membuat para fans merasa ilfeel.

 

Streaming Game di Indonesia

Twitch boleh menjadi raja di pasar global. Namun, di Indonesia, platform streaming game milik Amazon itu bukanlah pilihan utama bagi orang-orang yang hendak menonton konten game atau esports. Sebenarnya, hal ini tidak aneh, mengingat Indonesia memang bukan salah satu target pasar utama Twitch.

Untuk mengetahui alasan mengapa Twitch kurang populer di Tanah Air, saya lalu menanyakan pendapat beberapa streamer. Salah satunya Fandra “Octoramonth” Octo. Dia mengatakan, salah satu alasan mengapa Twitch tidak populer di Indonesia adalah karena Twitch berat.

“Selain itu, Twitch belum didukung oleh provider seluler untuk paket nonton gratis atau bonus kuota. Sementara YouTube dan Facebook, sudah ada banyak provider yang menawarkan gratis menonton,” kata Fandra ketika dihubungi melalui pesan singkat.

Fandra telah menjadi streamer sejak September 2016. Dia bercerita, pada awalnya, dia tertarik untuk membuat streaming hanyalah karena teman-temannya juga melakukan streaming di YouTube. Dia mengaku, pada mulanya, streaming tidak lebih dari sekedar hobi. Namun, sekarang, dia telah mendapatkan kontrak dengan Facebook Gaming sebagai streamer resmi.

Sementara itu, menurut Cindy “Cimon” Monika, yang tertarik dengan dunia streaming game karena tugasnya sebagai brand ambassador, penggunaan bahasa asing merupakan salah satu masalah mengapa Twitch kurang populer di Indonesia. “Soal pemahaman bahasa Inggris atau penggunaan bahasa Inggris untuk bercakap-cakap, warga Indonesia masih kurang jika dibandingkan dengan negara tetangga,” ujar Cindy dalam wawancara di Hybrid Talk.

Menurut Cindy, meskipun banyak orang Indonesia yang menonton streamer game di Twitch, kemungkinan, mereka hanya menonton dan mendengarkan tapi tidak berinteraksi dengan sang streamer atau fans lain. Dia menduga, kemungkinannya adalah karena penonton Indonesia tidak terlalu percaya diri atau merasa kurang menguasai bahasa Inggris. “Dan karena para penonton Indonesia ingin berinteraksi dengan para streamer, mereka lalu pergi menonton streamer yang menggunakan bahasa Indonesia di YouTube atau Facebook,” ungkapnya.

Lalu, jika tidak menggunakan Twitch, bagaimana streamer Indonesia mendapatkan uang? Sebagai streamer resmi Facebook Gaming, Fandra menerima bayaran secara rutin, sama seperti pekerja kantoran. Namun, sebelum menjadi streamer resmi, dia mengatakan, sumber pemasukannya sebagai streamer adalah dari “saweran penonton”. Dia juga mengungkap, YouTube dan Facebook kini menawarkan opsi monetisasi subscription dan donasi, sama seperti Twitch.

Memang, Facebook Gaming menawarkan metode monetisasi yang mirip dengan Twitch. Salah satu opsi monetisasi di Facebook Gaming adalah memasang iklan. Selain itu, penonton Facebook Gaming juga bisa memberikan tip pada streamer dalam bentuk Star, serupa Bits di Twitch. Terakhir, Facebook Gaming juga sudah menawarkan fitur Fan Support, yang memiliki fungsi sama seperti fitur Subscribe pada Twitch.

Data viewership Facebook Gaming per April 2020.
Data viewership Facebook Gaming per April 2020.

Selama pandemi, viewership Facebook Gaming di Indonesia juga tumbuh pesat. Per April 2020, viewership Facebook Gaming naik 210 persen dari tahun lalu. Tak hanya itu, para penonton di Indonesia juga cukup dermawan dalam memberikan Star. Facebook mengungkap, per April 2020, telah ada 5,6 juta Stars yang diberikan pada para streamer di platform mereka.

Sayangnya, sama seperti menjadi atlet esports, menjadi seorang streamer game tidak semudah yang dibayangkan. Ada berbagai masalah yang harus mereka hadapi. Menurut Fandra, salah satu tantangan menjadi streamer adalah hate comment dari para penonton.

“Tapi, kalau menjalani streaming tanpa beban, feedback apapun bakal jadi fun,” ujar Fandra. Masalah lain yang dia hadapi saat dia belum lama menjadi streamer adalah membangun personal brand-nya agar dia bisa eksis di dunia maya. Untuk itu, dia harus menemukan karakter yang hendak dia tunjukkan pada para fans. Memang, untuk menjadi streamer, seseorang tak hanya memerlukan perlengkapan yang memadai, tapi juga personalitas yang menarik.

 

Penutup

Industri esports kini tengah tumbuh pesat. Pasalnya, esports diduga akan menjadi hiburan di masa depan bagi generasi milenial dan gen Z. Karena itu, para kreator konten atau streamer game memiliki peran penting dalam mengembangkan industri esports. Seorang streamer bisa bernaung di bawah organisasi esports. Namun, mereka juga bisa menjadi streamer mandiri.

Untungnya, berbagai platform streaming game, seperti Twitch dan Facebook Gaming, telah menawarkan metode monetisasi yang beragam, mulai dari donasi sampai subscription. Dengan begitu, para streamer dapat memilih sistem monetisasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Buat Anda yang bertanya kenapa tidak ada pembahasan soal sumber pendapatan konten kreator tapi bukan streamer (yang merekam kontennya dan mengunggahnya; yang biasanya lebih banyak ditemukan di Indonesia), mungkin lain kali kita akan membahasnya lebih spesifik soal itu.

Sumber: The Esports Observer

Sumber header: MSI

Program Studi Esports Production Segera Dibuka di Nottingham

Dalam rentang beberapa tahun terakhir esports perlahan tumbuh menjadi industri yang bersakala besar bahkan global. Seiring dengan perkembangan teknologi dan pasar esports, kehadiran turnamen yang berlangsung secara offline menjadi dibutuhkan sekaligus menantang.

Lebih jauh lagi, selain internet, beberapa aspek sepeti live event production dan penyiaran adalah salah satu tulang punggung dari gelaran esports event dan kompetisi. Sejauh ini secara global jumlah penonton konten esports terus meningkat, baik dalam bentuk liga profesional, kompetisi, maupun konten lainnya yang masih terkait dengan gaming dan esports.

Adapun Confetti Institute of Creative Technologies berencana untuk membuka program studi baru yang akan berfokus pada aspek produksi esports. Setiap siswa yang mendaftar akan memiliki kesempatan untuk mempelajari sisi lain dari esports, selain bermain game secara kompetitif.

via: Confetti Institute
via: Confetti Institute

Keberadaan esports sebenarnya sangat-sangat ditunjang dengan ada teknologi dan berbagai bidang lain termasuk, aspek produksinya. Program studi yang akan dibuka juga mendapatkan dukungan dari British Esports Association, Twitch dan beberapa nama lainnya dari industri game dan esports.

Potensi perkembangan esports di masa depan bukan hanya cukup menjadi prediksi semata. Secara global pasar esports mulai tumbuh dan dapat bersaing dengan pasar olahraga tradisional yang umumnya masih digemari oleh kelompok dari generasi yang lebih tua secara usia.

Meskipun sudah jauh pesat berkembang selama sepuluh tahun terakhir, esports masih banyak memiliki ruang untuk dieksplorasi. Selain dari pengertian sebagian besar orang akan esports yang kurang tepat, berbagai isu dari orgnasisasi esports hingga kesejahteraan attlet esports menuntut pemahaman dan pengertian mendalam demi menjaga keberlangsungan industri esports yang masih terus berkembang.

Lebih jauh lagi, sembari berkembang dunia esports juga msaih menjadi zona yang abu-abu. Pada beberapa gelaran turnamen pernah timbul kecurigaan sebuah tim melakukan match fixing atau juga melakukan strategi teaming. Kedua hal tadi menjadi ancaman yang serius bagi industri esports. Pemahaman akan esports seharusnya dapat dibarengi dengan integritas dari semua pihak yang terlibat.

via: Confetti Institute
via: Confetti Institute

Andy Payne OBE, selaku Chair of British Esports Association menyatakan“kami sangat senang melihat institusi pendidikan seperti Confetti turut terlibat dalam pendidikan di ranah esports dan sangat senang dapat bermitra untuk program ini.”

Kerja sama antara institusi pendidikan dan pelaku industri adalah hal yang sangat diperlukan. Baik dari sisi studi maupun penerapan di lapangan keduanya bisa saling betukar pandangan dan meberikan respon yang relevan. Dengan interaksi yang baik di antara dunia kerja dan pendidikan niscaya kualitas SDM secara umum dapat dipastikan juga meningkat

 

 

 

Shroud Kembali ke Twitch

Setelah absen selama 10 bulan, Michael “Shroud” Grzesiek akan kembali ke Twitch. Dia baru saja mengumumkan bahwa dia telah menandatangani kontrak eksklusif dengan platform streaming game milik Amazon tersebut. Hal itu berarti, dia hanya dapat melakukan streaming di Twitch. Tak lama setelah dia mengumumkan keputusannya untuk kembali ke Twitch, para fans-nya segera mengikutinya di platform tersebut. Saat ini, dia telah mendapatkan 7,2 juta pengikut di Twitch.

Sebagai mantan pemain profesional Counter-Strike: Global Offensive, Grzesiek dikenal dengan tembakannya yang akurat. Pada tahun lalu, dia memutuskan untuk pindah ke Mixer. Dikabarkan, kontrak eksklusifnya dengan Mixer bernilai US$10 juta.

Tidak heran jika nilai kontrak eksklusif Grzesiek dengan Mixer begitu besar. Sebelum kepindahannya ke Mixer, dia dikenal sebagai salah satu streamer paling populer di Twitch. Setelah Microsoft mengumumkan bahwa mereka akan menutup Mixer, banyak orang yang mempertanyakan kemana Grzesiek dan Tyler “Ninja” Blevins akan pergi.

Pada Juli 2020, Blevins buat streaming di YouTube. Dikabarkan, dia juga sempat berdiskusi dengan platform streaming game lain, termasuk Facebook Gaming dan Twitch. Menurut rumor yang beredar, Facebook Gaming menawarkan Grzesiek dan Blevins kontrak senilai dua kali lipat dari kontrak eksklusif mereka dengan Mixer. Namun, menurut pengacara esports Rod Breslau, keduanya menolak.

Beberapa hari belakangan, sempat beredar rumor bahwa Grzesiek akan kembali menjadi pemain profesional. Rumor itu diperkuat oleh beberapa gambar teaser yang muncul di akun media sosial Grzesiek. Namun, sekarang, rumor tersebut telah terbukti tidak benar berkat pengumuman kontrak eksklusif Grzesiek dengan Twitch. Ternyata, alasan Grzesiek mengunggah gambar teaser di akun media sosialnya adalah karena dia henda merombak personal brand-nya.

Beberapa bulan terakhir, pandemi COVID-19 melanda, menyebabkan masalah untuk banyak industri. Namun, industri streaming game justru berkembang pesat. Menurut data dari StreamElements dan Arsenal.gg, viewership Twitch pada Q2 2020 naik 56 persen dari Q1 2020. Dan Twitch bukan satu-satunya platfrom yang tumbuh. Total hours watched Facebook Gaming pada Q2 2020 juga naik 75 persen jika dibandingkan dengan Q1 2020.

Sumber: The Esports Observer, Engadget