Twitch Kerja Sama dengan Comscore Demi Dapatkan Data Soal Penonton

Minggu lalu, Twitch mengumumkan kerja samanya dengan Comscore, perusahaan analisis data marketing. Melalui kerja sama ini, Comscore akan mengumpulkan data tentang perilaku penonton Twitch, seperti lama waktu video ditonton dan perbandingan antara durasi konten dengan iklan. Data yang didapatkan oleh Comscore akan membantu para pengiklan untuk memahami target audiens mereka sehingga mereka bisa memberikan iklan yang sesuai.

“Kerja sama kami dengan Twitch adalah bukti dari dedikasi Comscore untuk membuat inovasi terkait metode perhitungan penonton di berbagai perangkat,” kata Carol Hinnant, Chief Revenue Officer, Comscore, menurut laporan TechCrunch. “Di era dimana gaming dan esports tengah berkembang pesat, kerja sama kami dengan Twitch akan membantu para pelaku industri untuk bagaimana penonton mengonsumsi konten video sehingga mereka memanfaatkan tren tersebut.”

Sekarang, Twitch masih menjadi platform streaming game nomor satu. Meskipun begitu, dalam beberapa bulan belakangan, mereka telah kehilangan sejumlah streamer ternama, seperti Tyler “Ninja” Blevins, Michael “Shroud” Grzesiek, Jack “CouRage” DunLop, Jeremy “Disguised Toast” wan, dan Gonzalo “ZeRo” Barrios. Twitch tidak tinggal diam. Mereka juga berusaha untuk mempertahankan para streamer terbaik mereka. Belum lama ini, Twitch baru saja menandatangani kontrak eksklusif dengan Imane “Pokimane” Anys., streamer perempuan terpopuler saat ini.

Pokimane adalah salah satu streamer yang setia ke Twitch. | Sumber: ComicBook
Pokimane adalah salah satu streamer yang setia ke Twitch. | Sumber: ComicBook

Walaupun telah menjadi platform streaming nomor satu, jumlah penonton Twitch juga masih terus bertambah. Saat ini, Twitch memiliki pengguna aktif harian sebanyak 15 juta orang. Menurut eMarketer, jumlah penonton Twitch di Amerika Serikat akan mencapai lebih 40 juta orang pada tahun depan. Tak hanya itu, pendapatan Twitch juga masih terus naik. Pada 2018, platform streaming ini mendapatkan US$230 juta dari iklan. Sementara pada tahun lalu, pendapatan mereka dari iklan naik menjadi US$300 juta. Sayangnya, mereka masih belum mencapai target internal perusahaan.

Kabar baiknya, semakin banyak merek yang tertarik untuk beriklan di Twitch, yang memiliki penonton di rentang umur 18-34 tahun. Carson Chiu, Media Planner, GSD&M, agensi iklan berkata, kerja sama Twitch dengan Comscore akan membantu pengiklan untuk memahami penonton Twitch yang ingin mereka sasar. “Perusahaan yang mencoba untuk masuk ke industri esports harus bisa menunjukkan dukungan mereka pada komunitas esports secara keseluruhan,” kata Chiu pada Adweek. “Dengan analisa yang lebih mendalam dari Comscore, ini memungkinkan para pengiklan untuk lebih memahami penonton Twitch dan membuat iklan yang sesuai.”

Comscore bukan perusahaan analisa pertama yang menjadi rekan Twitch. Pada 2018, Nielsen mengumumkan bahwa mereka juga akan menghitung audiens esports di Twitch.

Twitch Siarkan Pertandingan Liga Sepak Bola Nasional Perempuan AS

Twitch milik Amazon dikenal sebagai platform streaming untuk para gamer. Meskipun belakangan sejumlah streamer memutuskan untuk beralih ke platform streaming lain — seperti YouTube Gaming, Facebook Gaming, atau Microsoft Mixer — Twitch masih menjadi platform streaming game nomor satu. Namun, tampaknya Amazon tidak puas dengan itu. Amazon ingin agar Twitch tak hanya dikenal sebagai platform streaming game, tapi juga olahraga tradisional.

Liga Sepak Bola Nasional Perempuan (NWSL) di Amerika Serikat baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani kontrak dengan CBS Sports dan Twitch. Dengan kontrak ini, CBS Sports dan Twitch akan dapat menyiarkan pertandingan dari NWSL selama tiga tahun. Untuk kawasan Amerika Serikat, Twitch akan menyiarkan 24 pertandingan yang bisa ditonton secara gratis. Sementara CBS akan dapat menyiarkan 87 pertandingan. Sebelum ini, untuk menonton NWSL, para penonton hanya dapat menontonnya di ESPN. Dan biasanya, pertandingan yang disiarkan dibatasi menjadi satu pertandingan setiap minggu.

Menariknya, meski Twitch hanya boleh menyiarkan sejumlah pertandingan di Amerika Serikat, mereka bisa menyiarkan semua pertandingan NWSL untuk penonton di luar Amerika Serikat. Salah satu kelebihan Twitch jika dibandingkan platform lain adalah ia memiliki berbagai tools yang memungkinkan para penonton untuk berinteraksi. Selain hak untuk menyiarkan pertandingan NWSL, Twitch juga akan bekerja sama dengan NWSL untuk membuat konten orisinal yang bercerita tentang para atlet yang berlaga di liga sepak bola tersebut.

“Kami tidak sabar untuk bekerja sama dengan Twitch untuk memamerkan para bintang sepak bola perempuan,” kata Lisa Baird, Commissioner NWSL, menurut laporan The Verge. “Kerja sama ini akan membuat NWSL dikenal semakin banyak orang, baik di tingkat nasional maupun internasional.”

NWSL bukanlah liga olahraga tradisional pertama yang disiarkan di Twitch. Sebelum ini, Twitch juga telah mendapatkan hak siar atas liga minor NBA yaitu liga NBA G dan Liga Hoki Perempuan Nasional. Di Inggris, Twitch juga memiliki hak untuk menyiarkan Liga Inggris. Tahun lalu, mereka juga menandatangani kontrak untuk menyiarkan pertandingan dari UEFA Champions League di Jerman.

Sumber header: Twitter

Banyak Streamer Pindah, Pokimane Setia di Twitch

Persaingan antara platform streaming gaming kian memanas. Twitch, YouTube Gaming, Facebook Gaming, dan Mixer saling berebut streamer populer. Memang, saat ini, Twitch masih menjadi platform streaming nomor satu. Namun, platform milik Amazon itu dianggap mulai kehilangan momentum karena semakin banyak streamer populer yang memutuskan untuk pindah, seperti Tyler “Ninja” Blevins, Michael “Shroud” Grzesiek, dan Jack “CouRage” Dunlop. Meskipun begitu, tetap ada streamer yang setia dan bertahan di Twitch. Salah satunya daalah Imane “Pokimane” Anys.

Sejak mulai melakukan streaming pada 2013 di Twitch, Pokimane kini telah memiliki 3,9 juta pengikut di platform tersebut. Dia juga menjadi salah satu streamer terpopuler di Twitch. Baru-baru ini, dia memperbarui kontrak eksklusif dengan Twitch. Itu artinya, dia hanya akan menyiarkan siarannya di Twitch. Kontrak tersebut akan berlangsung selama beberapa tahun.

“Saya percaya, Twitch adalah tempat yang tepat jika saya ingin menjadi seorang streamer. Meskipun banyak platform streaming yang bermunculan, Twitch masih memiliki infrastruktur dan tools terbaik,” jawab Pokimane dalam wawancara dengan Forbes ketika ditanya alasannya untuk tetap bertahan di Twitch. “Saya ingin bisa merekomendasikan platform terbaik untuk orang-orang yang menonton saya atau terinspirasi oleh saya. Dan saya ingin merekomendasikan platform yang memang saya gunakan.”

Pokimane twitch
Pokimane memutuskan untuk setia di Twitch. | Sumber: The Esports Observer

Bulan lalu, Pokimane memberikan US$50 ribu (sekitar Rp600 juta) sebagai beasiswa di bidang esports untuk University of California Irvine. Dia menjelaskan, dia telah berencana untuk memberikan beasiswa tersebut sejak lama. Dia merasa, dia telah mendapatkan banyak hal dari komunitas gaming. Inilah cara dia untuk memberikan kembali pada komunitas.

“Saya tahu betapa sulitnya untuk menyeimbangkan kecintaan Anda pada esports dan kuliah, jadi saya mau membantu orang yang ingin melakukan keduanya, apalagi jika mereka tidak bisa mendapatkan karir yang sangat menguntungkan, seperti streamer,” kata Pokimane. “Penting bagi saya untuk mendukung orang-orang yang ingin berkarir di esports agar indsutri ini bisa terus tumbuh dan berkembang.”

Menariknya, Pokimane sendiri tak pernah menyelesaikan kuliahnya. Terkait hal ini, dia berkata, “Memilih untuk tidak menyelesaikan kuliah adalah pilihan yang tepat untuk saya, tapi itu bukan berarti semua orang harus mengikuti langkah yang sama.” Menurutnya, menyelesaikan kuliah bisa memberikan banyak manfaat. Selain ijazah, ada banyak hal positif yang bisa dipelajari seseorang di kuliah. “Saya hanya mau membantu orang-orang yang bekerja keras demi masa depan mereka,” ujarnya.

Industri game dan esports masih didominasi oleh pria. Sayangnya, ini berarti masih ada diskriminasi terhadap perempuan. Namun, Pokimane sukses menjadikan dirinya sebagai streamer perempuan terpopuler. Dia berkata, dia bangga dengan gelar itu. Pada saat yang sama, dia tidak terlalu terobsesi dengan sebutan “streamer perempuan terpopuler.” Dia mengaku tahu bahwa sebagian besar fans-nya menyukainya karena sifatnya dan bukan kemampuannya dalam bermain game. Namun, itu bukan masalah untuknya, mengingat memang ada banyak streamer yang menarik fans dengan menonjolkan kepribadian mereka daripada keahlian dalam bermain game.

Pokimane tahu fans-nya suka padanya karena kepribadiannya. | Sumber: ComicBook
Pokimane tahu fans-nya suka padanya karena kepribadiannya. | Sumber: ComicBook

Pokimane mengaku, tidak mudah untuk menyeimbangkan kehidupan profesional dan kehidupan pribadinya. “Apalagi karena Anda bekerja di tempat tidur Anda dan hobi Anda adalah pekerjaan Anda,” katanya. “Prioritas utama saya, saya berusaha untuk punya jadwal tidur tetap, bangun sekitar jam 9 pagi dan tidur sekitar tengah malam atau jam 1 pagi. Saay juga punya rutin di pagi dan petang hari, yang terdiri dari kegiatan perawatan diri, mulai dari meditasi, membaca, olahraga, dan berdoa.”

Biasanya, dia akan mulai siaran pada siang hari sampai pada pukul 6 sore. Setelah itu, dia akan membalsa email dan melakukan pekerjaan lainnya. Sesekali, dia akan kembali membuat konten setelah dia selesai dengan pekerjannya. “Ketika senggang, saya biasanya bermain game untuk bersenang-senang atau berkumpul dengan teman-teman.”

Sumber header: United Talent Agency via Engadget

Pendapatan Twitch Bakal Terus Naik Berkat Esports

Amazon membeli Twitch pada 2014 senilai US$1,1 miliar. Ketika itu, mereka memperkirakan bahwa pendapatan dari Twitch akan mencapai US$72 juta. Sayangnya, sampai sekarang, Amazon tak pernah mengungkap total pendapatan dari Twitch. Tapi, menurut laporan The Information, pada 2018, pendapatan Twitch mencapai US$230 juta dan naik menjadi US$300 juta pada 2019. Memang, jika dibandingkan dengan total pendapatan Amazon pada 2019, yang mencapai US$70 miliar, kontribusi Twitch tidak ada apa-apanya. Meskipun begitu, diperkirakan, pendapatan Twitch ke depan masih akan terus naik seiring dengan berkembangnya industri esports.

Saat ini, Twitch telah sukses menjadi platform streaming konten game paling populer. Menurut StreamElements, per Desember 2019, Twitch menguasai 61 persen pangsa pasar platform streaming. Pesaing terbesar Twitch adalah YouTube Gaming, yang memiliki pangsa pasar 28 persen. Pada akhir 2019, Twitch memiliki 3,4 juta streamer dan 15 juta pengguna aktif harian.

Sementara itu, jumlah penonton esports juga terus bertambah, yang akan menguntungkan Twitch. Pada 2018, jumlah penonton esports hanya mencapai 380 juta. Newzoo memperkirakan, jumlah penonton esports pada 2021 akan mencapai 557 juta orang. Beberapa tahun belakangan, Twitch juga sukses untuk membuat para penonton menjadi lebih interaktif. Rata-rata, waktu yang dihabiskan oleh para pengguna menonton Twitch adalah 95 menit, yang menunjukkan betapa aktifnya penonton Twitch, menurut The Motley Fool.

Jumlah penonton esports terus bertambah.
Jumlah penonton esports terus bertambah.

Twitch juga terus berusaha untuk mendekatkan diri dengan para penontonnya. Misalnya, kategori IRL (In Real Life) di Twitch kini menjadi semakin populer. Di sini, para streamer biasanya hanya mengobrol dengan para fans mereka. Dengan begitu, para fans bisa merasa lebih dekat dengan idola mereka. Jika Twitch berhasil meningkatkan jumlah penonton dan membuat mereka menjadi lebih aktif, ini akan mendorong mereka untuk mencapai tujuan mereka, yaitu mendapatkan pemasukan sebesar US$1 miliar.

Satu hal yang harus diperhatikan oleh Twitch adalah persaingan yang semakin memanas. Meskipun saat ini Twitch mendominasi pasar platform streaming, pangsa pasar mereka perlahan tergerus oleh para pesaingnya, khususnya oleh Facebook Gaming, yang pertumbuhannya mencapai 210 persen pada 2019 jika dibandingkan dengan tahun 2018. Mengingat Facebook memiliki miliaran pengguna, tidak heran jika Facebook Gaming bisa tumbuh dengan cepat.

Nilai Kontrak Activision Blizzard dan YouTube Gaming Dikabarkan Capai Rp2,2 Triliun?

Setelah kontrak dengan Twitch berakhir, Activision Blizzard mengumumkan perjanjian barunya dengan YouTube Gaming. Dengan begitu, YouTube Gaming mendapatkan hak eksklusif untuk menyiarkan acara esports dari Activision Blizzard. Menurut narasumber The Esports Observer, kontrak tersebut berlaku selama tiga tahun dan memiliki nilai US$160 juta (sekitar Rp2,2 triliun). Sebagai perbandingan, kontrak Activision Blizzard dengan Twitch, yang hanya mencakup Overwatch League dan berlangsung selama dua tahun, dikabarkan bernilai US$90 juta (sekitar Rp1,2 triliun).

Perjanjian ini memungkinkan YouTube Gaming untuk menyiarkan Overwatch League, Call of Duty League, dan turnamen Hearthstone. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai dari masing-masing liga esports. Dikabarkan, Overwatch League adalah liga dengan nilai paling besar. Call of Duty juga memiliki harga yang cukup tinggi, meski lebih kecil dari liga Overwatch. Sementara itu, turnamen esports Hearthstone, yang memang bukan tier 1, dianggap sebagai bonus.

Overwatch League - New York Excelsior
Overwatch League. | Sumber: Blizzard

Dalam kontrak antara Activision Blizzard dan YouTube, ada klausul tentang insentif yang didapatkan oleh pihak penyelenggara liga dan tim jika mereka mencapai target viewership dan penjualan iklan yang telah ditentukan oleh YouTube Gaming. Target ini dianggap bisa dicapai. Karena itu, kontrak dengan YouTube Gaming disambut baik oleh para tim profesional dan eksekutif Activision Blizzard yang bertanggung jawab atas scene esports.

Keputusan Activision Blizzard untuk membuat kontrak eksklusif dengan YouTube Gaming, ditambah dengan banyaknya streamer game yang memutuskan untuk keluar dari Twitch, ini memunculkan pertanyaan apakah dominasi Twitch mulai tergoyahkan.

“Menarik untuk melihat dampak dari perjanjian antara Activision Blizzard dan YouTube Gaming pada Twitch dan ekosistem esports,” kata Senior VP/Esports Endeavor, Stuart Saw pada The Esports Observer. “Berdasarkan pengalaman, Twitch seharusnya baik-baik saja. Sebelum ini, mereka juga pernah kehilangan kreator konten dan pangsa pasar mereka tidak terpengaruh. Meskipun begitu, sekarang, industri esports telah agak berubah, menjadi semakin kompetitif. Dari banyaknya jumlah platform streaming yang ada, tampaknya, ke depan, industri esports akan terpecah dan tidak didominasi satu pemain.”

youtube gaming polygon jpeg

Selain hak siar eksklusif atas esports Activision Blizzard, Google juga membuat perjanjian lain dengan perusahaan game tersebut. Google Cloud akan menyediakan jasa layanan cloud untuk Activision Blizzard. Menurut Saw, perjanjian antara Google Cloud dan Activision Blizzard memiliki peran cukup penting dalam usaha Google untuk menguasai pasar penyedia layanan cloud, mengingat Activision Blizzard adalah salah satu perusahaan game terbesar.

“Dari perspektif ekonomi makro, ini adalah momen penting dalam sejarah esports. Ini adalah kali pertama developer game tingkat atas memutuskan untuk menghilangkan produknya dari Twitch sama sekali. Bagi YouTube, ini adalah bukti dari keseriusan mereka untuk mengembangkan produk mereka,” kata Saw.

Sumber header: Fox Sports Asia

Twitch, Mixer, YouTube Gaming, dan Facebook Gaming Berebut Streamer Populer

Industri konten game memiliki total pendapatan sebesar US$6,5 miliar pada 2019, menurut data dari SuperData, perusahaan Nielsen yang fokus untuk melacak data industri game. Sementara total jam yang dihabiskan penonton untuk menonton konten video game mencapai jutaan jam setiap harinya. Karena itu, tidak heran jika perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Amazon, Facebook, Google, dan Microsoft berlomba-lomba untuk menyediakan platform streaming game. Saat ini, Twitch milik Amazon masih merajai bisnis platform streaming. Meskipun begitu, dalam waktu setengah tahun belakangan, banyak streamer ternama yang mulai berpindah dari Twitch ke platform pesaing.

Pada Oktober 2019, Michael “Shroud” Grzesiek pindah ke Mixer. Satu bulan kemudian, Soleil “Ewok” Wheeler, streamer Fortnite berumur 14 tahun, menyusul jejak Grzesiek. Sementara Corinna Kopf pindah ke Facebook Gaming pada Desember 2019. Bulan ini, setidaknya ada tiga streamer Twitch yang pindah ke YouTube Gaming. Salah satunya adalah Rachell “Valkyrae” Hofstetter. Tidak heran jika platform streaming saling berebut streamer populer. Menawarkan konten eksklusif dari streamer ternama memang salah satu cara untuk menarik penonton ke sebuah platform streaming.

Perang untuk memperebutkan streamer ini dimulai ketika Mixer menarik Tyler “Ninja” Blevins dari Twitch, pada Agustus 2019. Blevins adalah streamer Fortnite yang sangat populer. Dia mengaku total pendapatannya pada 2018 hampir mencapai US$10 juta. Dia juga memiliki kontrak dengan Adidas dan Red Bull. Menurut Justin Warden, CEO Ader, agensi manajemen talent dan marketing yang bekerja dengan Blevins, Mixer membayar sekitar US$20-30 juta untuk bisa mendapatkan kontrak dengan Blevins.

Sumber: YouTube/Tyler "Ninja" Blevins
Sumber: YouTube/Tyler “Ninja” Blevins

Sementara Ryan Morrison, CEO Evolved, agensi talent, mengatakan bahwa streamer yang memiliki concurrent viewers hingga 10 ribu atau lebih di Twitch bisa mendapatkan tawaran lebih dari US$10 juta dan streamer dengan jumlah fans yang lebih kecil bisa mendapatkan tawaran sampai US$1 juta.

“Sekarang, perang antara platform streaming telah dimulai. Pemicunya adalah kepindahan Ninja,” kata Devin Nash, Chief Marketing Officer di N3RDFUSION, agensi talenta yang mewakili influencer di Twitch dan YouTube. Sementara bagi para perusahaan teknologi, alasan mereka rela untuk mengeluarkan uang besar demi mendapatkan streamer ternama adalah untuk menarik hati para penggemar game dan esports.

“Saya ingin para penonton merasa bahwa mereka bisa menonton semua konten yang mereka mau di YouTube,” kata Ryan Wyatt, Global Head of Gaming, YouTube. Masing-masing platform streaming memiliki kelebihan. Misalnya, jumlah pengguna aktif bulanan Facebook sudah mencapai dua miliar orang. Perusahaan media sosial itu berkata, lebih dari 700 juta orang pengguna Facebook “berinteraksi” dengan konten gaming. Sementara itu, YouTube adalah platform video terbesar di luar live streaming dan Twitch adalah raja platform streaming game saat ini. Sementara Mixer, di bawah Microsoft, memiliki akses ke komunitas Xbox dan nantinya, cloud gaming.

Menurut beberapa mantan pekerja Twitch yang tak mau disebutkan namanya, streamer yang sudah sangat populer seperti Ninja bisa pindah ke platform manapun yang mereka mau. “Mereka tahu betapa berharganya mereka dan mereka juga tahu bahwa kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali. Jadi, mereka akan mencoba untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin saat mereka masih populer,” kata salah satu dari mantan pekerja Twitch, menurut laporan CNN Business.

Alasan Streamer untuk Pindah atau Bertahan di Twitch

Selama bertahun-tahun, Twitch merupakan satu-satunya platform streaming game. Karena itu, tidak heran jika mereka mendominasi pasar platform streaming saat ini. Namun, tidak semua streamer Twitch merasa puas. Salah satu keluhan para streamer adalah karena Twitch tidak konsisten dalam menegakkan peraturan mereka. Misalnya, sebagian streamer yang dianggap melakukan hal-hal terlarang masih diperbolehkan untuk menyiarkan konten mereka sementara sebagian streamer yang lain akan diblokir.

Ki-ka: DrLupo, TimTheTatman, Ninja, dan CouRage. | Sumber: Twitter
Ki-ka: DrLupo, TimTheTatman, Ninja, dan CouRage. | Sumber: Twitter

“Saya lebih senang dengan regulasi Facebook,” kata Corinna Kopf, streamer Fortnite dan model Instagram yang memutuskan untuk pindah ke Facebook dari Twitch pada Desember 2019. Dia mengaku, dia pernah diblokir sementara karena dianggap menggunakan pakaian yang tidak senonoh. “Saya yakin Facebook memiliki regulasi dan peraturan yang lebih konsisten.” Sementara Grzesiek mengatakan bahwa dia tidak menyesali keputusannya untuk pindah ke Mixer. Meskipun jumlah penontonnya kini lebih sedikit, dia merasa penonton Mixer lebih baik dari Twitch.

Tentu saja, tidak semua streamer memutuskan untuk pindah dari Twitch. Tidak sedikit yang memutuskan untuk bertahan, seperti Ben “DrLupo” Lupo, Saqib “LIRIK” Zahid, dan Timothy “TimTheTatman” Betar. “Saya telah menyiarkan konten di Justin TV/Twitch selama tujuh atau delapan tahun sekarang, hampir selama umur platform ini,” kata Nick “NickMercs” Kolcheff. “Saya ingin bisa bertahan di satu platform, sama seperti atlet yang bertahan di satu tim profesional, sepanjang karir saya. Itu adalah pencapaian bagi saya.”

Twitch juga telah memiliki fanbase yang lebih besar. “Saya terlalu sayang pada komunitas saya dan kualitas dari konten saya,” kata Jayden Diaz, yang dikenal di Twitch sebagai “YourPrincess” dan memiliki lebih dari 100 ribu followers. “Saya peduli dengan para penonton. Jika saya pergi demi uang, itu sama saja saya menjual karir saya.”

Di dunia, Twitch memang masih menjadi raja platform streaming untuk konten game. Namun, di Indonesia, platform milik Amazon itu justru kalah telak dari YouTube.

YouTube Gaming Dapat Hak Siar Eksklusif Atas Liga Overwatch, Call of Duty, dan Hearthstone

Persaingan antara platform streaming game semakin memanas seiring dengan semakin populernya game dan esports. Memang, Twitch masih menjadi platform nomor satu, menguasai tiga per empat pangsa pasar, tapi, mereka mulai kehilangan momentum karena para streamer bintang mereka — seperti Michael “Shroud” Grzesiek dan Jack “CouRage” Dunlop — memutuskan untuk pindah ke platform lain seperti Mixer dari Microsoft atau YouTube Gaming.

Seolah itu tidak cukup buruk, Activision Blizzard baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menjadikan YouTube Gaming sebagai rekan eksklusif untuk menyiarkan liga dan acara esports profesional mereka. Selain Overwatch League, turnamen esports Activision juga meliputi Call of Duty League, Hearthstone Esports, dan World of Warcraft Esports.

“Misi kami adalah memberikan hiburan berkualitas yang bisa ditonton oleh para fans kami, baik secara live atau sebagai konten on-demand. Dan kami ingin juga menjadikan para pemain profesional kami sebagai superstar. Kerja sama ini memungkinkan kami untuk memenuhi misi tersebut,” kata CEO Activision Blizzard, Pete Vlastelica, dikutip dari PC Gamer. Activision mengatakan, melalui kolaborasi dengan YouTube Gaming, mereka juga akan dapat mengakses berbagai tool AI dari Google Cloud yang dapat menawarkan konten rekomendasi yang telah dikurasi pada para penonton.

“Dalam beberapa tahun belakangan, kami menjalin kerja sama erat dengan Activision Blizzard di berbagai game mobile untuk meningkatkan kemampuan analitik mereka serta memperbaiki pengalaman bermain para pemain. Kami senang karena sekarang, kerja sama kami menjadi lebih dalam dan kami bisa bekerja sama dengan salah satu game developer paling besar dan paling dikenal di dunia,” ujar Head of Gaming, Google Cloud, Sunil Rayan.

Pada akhir 2019, YouTube Gaming memiliki pangsa pasar 22,1 persen. Mendapatkan hak siar eksklusif atas sejumlah liga esports ternama akan membantu mereka untuk meningkatkan pangsa pasar mereka. Doron Nir, CEO Stream Elements mengatakan, saat ini platform streaming game fokus untuk mendapatkan hak siar eksklusif atas konten streamer ternama untuk mendongkrak jumlah penonton mereka. Namun, liga atau turnamen esports sebenarnya juga menarik banyak penonton.

Nir berkata, “Turnamen esports biasanya memiliki penonton paling besar. Di Twitch, dua channel yang paling sering ditonton sepanjang 2019 adalah Riot Games dan Overwatch League. Ini berarti, kontrak eksklusif Activision Blizzard dengan YouTube akan memiliki dampak signifikan dalam membangun portofolio mereka dan menunjukkan komitmen mereka pada pasar platform streaming.”

Overwatch League kini akan disiarkan di YouTube Gaming. | Sumber: PC Gamer
Overwatch League kini akan disiarkan di YouTube Gaming. | Sumber: PC Gamer

Sekarang, Twitch memang masih mendominasi pasar platform streaming. Namun, pangsa pasar mereka terus turun. Menurut laporan Forbes, salah satu alasannya adalah karena penghasilan Twitch tidak sebanyak yang diharapkan Amazon, perusahaan induknya.

Bulan ini, Twitch dilaporkan bahwa mereka gagal mencapai target penghasilan yang telah ditetapkan. Mereka hanya berhasil mendapatkan US$300 juta dari target US$500-600 juta. Sebagai perbandingan, total pendapatan Amazon bisa mencapai US$232,9 miliar. Ini menunjukkan betapa kecilnya kontribusi Twitch pada total pendapatan Amazon. Jadi, kecil kemungkinan Amazon akan memberikan dana besar pada Twitch untuk mendapatkan kontrak eksklusif dengan streamer atau turnamen esports.

Sementara itu, setiap tahunnya, YouTube berkontribusi sekitar US$16-25 miliar pada pendapatan Google. Dan Facebook memiliki pendapatan US$16,9 miliar per tahun. Baik YouTube maupun Google bisa menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan divisi live streaming mereka, misalnya dengan membuat perjanjian eksklusif dengan kreator konten atau mendapatkan hak siar atas liga esports. Tak hanya itu, Facebook dan Google juga telah memiliki pengalaman yang lebih baik dalam memonetisasi konten via iklan.

Saat ini, Twitch memang masih sukses. Namun, tren menunjukkan bahwa dominasi mereka mulai tergerus oleh para pesaingnya. Amazon mungkin harus menyuntikkan dana besar pada Twitch agar platform streaming tersebut bisa bersaing dengan para pesaingnya.

Siap Bereksperimen Jadi Kunci untuk Jadi Sponsor Esports

Esports kini tengah menjadi pembicaraan hangat. Semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk mendukung industri ini. Tidak hanya itu, jumlah investor yang tertarik untuk menanamkan modal di perusahaan yang bergerak di dunia game dan esports juga semakin bertambah. Meskipun begitu, belum ada model bisnis esports yang menguntungkan, termasuk League of Legends dari Riot Games yang telah berumur 10 tahun dan memiliki 8 juta concurrent players setiap hari. Ini menunjukkan bahwa meskipun esports diperkirakan memiliki potensi besar, tapi merealisasikan potensi tersebut masih akan memakan waktu.

“Bagi kami, bukan masalah jika esports dari game kami belum menguntungkan,” kata Head of Global Partnerships Activision Blizzard Esports, Josh Cella dalam diskusi panel di CES 2020, dikutip dari VentureBeat. “Investasi esports memang masih sangat baru untuk Riot dan Activision Blizzard dan semua pihak yang ada di industri ini. Liga kami baru akan memasuki musim pertandingan ketiga,” ujarnya. Liga yang dia maksud adalah Overwatch League. Meskipun begitu, dia membanggakan, musim kedua Overwatch League telah memiliki rating sekitar 18-34 persen lebih tinggi dari olahraga tradisional. “Tidak ada yang perlu kami khawatirkan. Tentu saja, masalah untung sangat tergantung pada ketetapan masing-masing perusahaan, tapi kami siap untuk bermain untuk jangka panjang.”

Sementara itu, menurut Sarah Iooss, Head of Sales, Americas, Twitch,  memberikan waktu pada perusahaan untuk mempertimbangkan apakah mereka memang ingin menanamkan investasi di esports bukanlah hal yang buruk. Dia juga mengatakan, Twitch selalu berusaha untuk mengumpulkan data dari audiens. “Saat ini, data tersebut memang belum terkait langsung dengan pengiklan di dalam kategori esports. Tapi itu berarti, masih ruang dan kesempatan yang sangat besar bagi perusahaan untuk masuk dalam esports,” ungkapnya. Dia menjelaskan, kerja sama antara pelaku esports dengan perusahaan non-endemik layaknya membangun rumah. “Dimulai dari hal kecil, lalu perlahan tapi pasti, membangun kerja sama dengan saling mendengarkan dan mencoba untuk menemukan metode yang sukses,” katanya.

Sarah Iooss. | Sumber: CTA via VentureBeat
Sarah Iooss. | Sumber: CTA via VentureBeat

Meskipun jumlah penonton esports memang banyak dan masih terus bertambah, bukan berarti industri olahraga tradisional, seperti basket, sudah mati. Menurut Bryan de Zayas, Global Director of Marketing, Dell, salah satu alasan mengapa industri olahraga tradisional lebih besar dari esports adalah karena umurnya yang telah lebih tua. Meskipun begitu, dia percaya bahwa esports akan bisa mengejar ketertinggalannya, terutama karena kita sekarang ada di era digital.

Sementara itu, Cella mengatakan, berbeda dengan pertandingan olahraga tradisional, sejak awal, ekspektasi untuk memonetisasi turnamen esports sudah tinggi. “Dulu, masyarakat tak memiliki ekspektasi yang sama akan ekspektasi mereka untuk turnamen esports sekarang. Turnamen olahraga pada awalnya diadakan sebagai cara untuk menyelenggarakan pertandingan olahraga sebelum tumbuh menjadi industri besar. Sekarang, kita ada di era dimana ekspektasi akan monetisasi turnamen esports sangat tinggi,” ujar Cella. Dia mengaku tidak keberatan dengan tingginya ekspektasi tersebut karena Activision Blizzard memang percaya, esports memiliki potensi besar. Menurutnya, salah satu keuntungan game adalah game sangat mudah untuk diakses. Jika sebuah developer merilis sebuah game, maka game itu akan bisa diakses oleh semua orang di dunia selama dia memiliki perangkat dan internet.

Grace Dolan. | Sumber: VentureBeat
Grace Dolan. | Sumber: VentureBeat

Grace Dolan, VP of Home Entertainment Integrated Marketing, Samsung Electronics America mengaku, dalam diskusi panel, Samsung adalah merek yang paling tidak ada kaitannya dengan game dan esports. Dia mengatakan, tidak semua perusahaan telah siap untuk menanamkan investasi di bidang esports. “Saya rasa, semua orang masih belum merasa nyaman untuk menanamkan investasi di esports. Alasannya karena belum ada satu orang pun yang tahu cara yang benar untuk menanamkan investasi, karena memang belum ada infrastruktur yang baik. Lain halnya dengan olahraga tardisional. Masing-masing olahraga memiliki segmen audiens tersendiri,” ujarnya. Dia mengungkap, sama seperti olahraga tradisional, masing-masing game esports menarik audiens yang berbeda. Misalnya, karakteristik fans game racing Forza berbeda dari penggemar Overwatch. Sayangnya, di dunia esports, segmentasi para penonton baru mulai dilakukan.

Bagi perusahaan yang tertarik untuk masuk ke esports, Dolan menyarankan untuk menentukan target audiens terlebih dulu. “Apakah target audiens untuk merek Anda memang ada di dunia esports, apakah di Overwatch League atau game lain?” ujarnya. Selain itu, hal lain yang harus dipertimbangkan adalah return of investment. “Apa yang ingin Anda dapatkan dari investasi Anda?” Dia mengungkap, satu kelebihan game adalah karena ia berbentuk digital. “Mudah untuk melihat jangkauan Anda, jumlah impresi yang Anda dapatkan. Setelah itu, Anda tinggal bereksperimen.” Dia mengungkap, untuk bisnis monitor dan SSD Samsung, kerja sama mereka dengan Twitch berupa membuat PC di dunia nyata. “Kami tidak tahu apakah orang-orang akan suka dengan itu. Tapi ternyata, mereka menyukainya,” ujarnya. Dia menyarankan, perusahaan yang hendak masuk ke ranah esports untuk melakukan percobaan sebelum memutuskan untuk masuk lebih dalam.

Josh Cella. | Sumber: VentureBeat
Josh Cella. | Sumber: VentureBeat

Iooss menyetujui perkataan Dolan. Kunci sukses kolaborasi antara merek non-endemik dan pelaku esports memang kesediaan untuk saling mendengarkan, baik penonton dan tim internal Twitch, dan berubah. Dia juga mengatakan, tidak ada yang perlu ditakuti ketika sebuah perusahaan hendak memasuki ranah esports. “Kami sering berkata pada rekan kami untuk mencoba masuk ke platform kami. Anda akan dapat menjangkau orang-orang berumur 18 sampai 34 tahun. Coba lakukan sesuatu yang kreatif,” ujarnya.

Cella menambahkan, Activision Blizzard bekerja sama perusahaan riset dan intelijen untuk memastikan bahwa data tentang liga esports mereka yang mereka berikan pada calon rekan atau sponsor mereka memang valid. “Sejak awal, kami meminta Nielsen untuk menghitung AMA (Average Minute Audience), memungkinkan calon rekan atau sponsor untuk membandingkan rating liga Overwatch dengan olahraga tradisional untuk demografi tertentu. Kita juga bekerja sama dengan berbagai perusahaan intelijen lain, dan kami membayar mereka semua sendiri. Karena kami tahu, pada awalnya, perusahaan pasti akan merasa ragu. Sampai sekarang, keraguan itu masih ada. Kami mau melawan itu semua dengan menyediakan tool untuk menghitung investasi perusahaan dan memastikan semua investor merasa aman.”

Kehilangan Streamer Ternama Lemahkan Momentum Twitch

Memasuki 2020, persaingan antara platform live streaming game semakin memanas. Sejauh ini, Twitch milik Amazon masih mendominasi dengan pangsa pasar sebesar 75,1 persen. Meskipun begitu, mereka mulai kehilangan momentum. Hal ini terlihat dari turunnya total durasi jam konten ditonton, berdasarkan laporan yang dibuat oleh StreamLabs dan Newzoo.

Pada Q4 2019, total jam konten ditonton Twitch turun 9,8 persen jika dibandingkan dengan periode Q3 2019, dari 2.551,4 juta jam menjadi 2.299,6 juta jam. Selain itu, durasi total siaran konten di Twitch juga mengalami penurunan. Pada Q4 2019, total konten yang disiarkan di Twitch hanya mencapai 82,7 juta jam, turun dari 87,3 juta jam pada kuartal sebelumnya. Namun, itu bukan berarti pertumbuhan Twitch telah terhenti. Total durasi konten ditonton sepanjang 2019 mengalami kenaikan 12 persen jika dibandingkan dengan 2018. Sementara total konten disiarkan sepanjang 2019 naik 16,1 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Total durasi konten ditonton di Twitch. | Sumber: StreamLabs
Total durasi konten ditonton di Twitch. | Sumber: StreamLabs

Sementara itu, YouTube Gaming menjadi satu-satunya platform live streaming yang mengalami kenaikan dalam hal total durasi jam ditonton, total durasi konten disiarkan, dan concurrent viewership pada Q4 2019. Tampaknya, strategi YouTube Gaming untuk membuat perjanjian siaran eksklusif dengan sejumlah streamer ternama, seperti Jack “CouRage” Dunlop, cukup sukses. Minggu ini, YouTube Gaming juga membuat perjanjian eksklusif dengan tiga streamer ternama. Meskipun begitu, TechCrunch juga menyebutkan, ada kemungkinan, alasan jumlah jam ditonton di YouTube Gaming naik adalah karena mereka menyiarkan turnamen esports populer serta konten dari para streamer.

Pada Q4 2019, total jam konten ditonton di YouTube Gaming mencapai 909,1 juta jam, naik 46 persen dari Q1 2019. Sementara total durasi video disiarkan mencapai 12,3 juta jam. Sepanjang tahun, angka total durasi konten disiarkan di YouTube Gaming relatif stabil. Sementara itu, jumlah unique channel di YouTube Gaming pada Q4 naik 4,8 persen jika dibandingkan dengan Q3 2019, tapi, turun 24,6 persen jika dibandingkan dengan Q1 2019. Pada penghujung 2019, YouTube Gaming menguasai 22,1 persen pangsa pasar platform live streaming.

Total jam ditonton di YouTube Gaming. | Sumber: StreamLabs
Total jam ditonton di YouTube Gaming. | Sumber: StreamLabs

Sama seperti YouTube Gaming, membuat perjanjian eksklusif dengan streamer populer juga menjadi strategi Microsoft untuk mengembangkan Mixer. Tahun lalu, mereka menarik Tyler “Ninja” Blevins dan Michael “Shroud” Grzesiek. Memang, keberadaan Ninja dan Shroud terbukti sukses untuk menarik streamer lain agar tertarik melakukan siaran di Mixer.

Pada Q3 2019, total durasi konten disiarkan di Mixer mencapai 32,6 juta jam, naik lebih dari dua kali lipat dari Q2 2019. Meskipun begitu, pada Q4 2019, angka tersebut kembali mengalami penurunan, menjadi 28,4 juta jam. Soal total durasi konten ditonton, sepanjang Q4 2019, total hours watched mencapai 82,5 juta jam, turun 8,5 persen dari Q3 2019. Meskipun begitu, satu hal yang harus diingat, total jam konten ditonton pada 2019 naik lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan 2018.

Total durasi konten ditonton di Mixer. | Sumber: StreamLabs
Total durasi konten ditonton di Mixer. | Sumber: StreamLabs

Sayangnya, laporan dari StreamLabs ini tidak menyertakan data dari Facebook Gaming. Dalam laporan itu, hanya disebutkan bahwa jumlah live stream di Facebook Gaming pada Q4 2019 menjadi 2,5 juta, naik 400 persen dari angka pada Q1 2019, yang hanya mencapai 500 ribu. Selain itu, pada kuartal terakhir tahun lalu, ada beberapa streamer yang memutuskan untuk melakukan siaran langsung eksklusif di Facebook Gaming, seperti Gonzalo “ZeRo” Barrios.

Saat ini, belum ada platform streaming game yang dapat menggeser Twitch dari tahtanya. Namun, keputusan sejumlah streamer untuk pindah ke platform streaming lain menciptakan persaingan yang lebih sehat dalam pasar platform streaming game. Sayangnya, masih beum diketahui apakah keputusan para streamer populer untuk pindah ke platform pesaing Twitch akan memengaruhi platform tersebut dalam jangka panjang.

Pertumbuhan Facebook Gaming Capai 210 Persen

Amazon mengakuisisi platform streaming game Twitch pada 2014 seharga US$1 miliar. Sejak saat itu, Twitch telah menjadi platform streaming game nomor satu. Seiring dengan semakin populernya gaming dan esports, semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk menyediakan platform streaming, seperti YouTube, Facebook, dan bahkan Microsoft.

Menjalin kerja sama eksklusif dengan streamer menjadi salah satu cara pesaing Twitch untuk mengalahkan platform milik Amazon tersebut. YouTube baru saja mengumumkan kerja sama eksklusif dengan tiga streamer. Sementara tahun lalu, Mixer dari Microsoft juga menandatangani beberapa kontrak eksklusif seperti mantan pemain profesional Counter-Strike: Global Offensive, Michael “Shroud” Grzesiek. Meskipun begitu, dari segi pangsa pasar, justru Facebook Gaming yang mengalami pertumbuhan paling pesat.

StreamElements dan Arsenal GG menyediakan data tentang keadaan persaingan platform streaming game. Berdasarkan data terbaru dari mereka, Twitch masih mendominasi. Meskipun begitu, ketiga pesaing Twitch — YouTube Gaming, Facebook Gaming, dan Mixer — mengalami pertumbuhan. Dari ketiganya, Facebook Gaming memiliki pertumbuhan paling signifikan. Tahun lalu, Facebook Gaming hanya menguasai 3,1 persen pangsa pasar platform streaming game. Sekarang, pangsa pasar mereka naik 210 persen menjadi 8,5 persen. Sementara itu, pangsa pasar Mixer hanya naik 0,6 persen dari 2 persen menjadi 2,6 persen dan YouTube Gaming naik dari 27,5 persen menjadi 27,9 persen.

Perbandingan pangsa pasar platform streaming. | Sumber: WCCFtech
Perbandingan pangsa pasar platform streaming. | Sumber: WCCFtech

“Pertumbuhan pangsa pasar Facebook Gaming didorong oleh meningkatnya ketertarikan akan streamer yang telah ada, streamer baru yang memiliki banyak penonton, atau streamer yang menjadi lebih sering membuat konten,” kata Arsenal GG, seperti dikutip dari WCCFtech. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan Facebook Gaming, pertumbuhan yang dialami oleh Mixer dan YouTube jauh lebih kecil. Padahal, keduanya telah menghabiskan jutaan dollar untuk mendapatkan kontrak eksklusif dengan sejumlah streamer ternama. Meskipun begitu, Microsoft tampaknya memiliki alasan mengapa mereka kukuh bertahan di industri gaming.

Kabar baiknya, ketertarikan masyarakat akan konten game masih menunjukkan peningkatan. Pada 2019, total durasi video ditonton di semua platform naik menjadi 1,194 miliar jam jika dibandingkan dengan tahun 2018, yang hanya mencapai 1,066 miliar jam. Menariknya, meskipun pangsa pasar Twitch turun 7 persen, mereka memiliki kategori baru yang diminati oleh penonton, yaitu Just Chatting. Di sini, para streamer tidak menyiarkan konten gaming. Sebagai gantinya, mereka akan mengobrol dengan para penonton, baik terkait isu terbaru atau kehidupan mereka.

Saat ini, pasar platform streaming game dikuasai oleh perusahaan teknologi raksasa. Ini tidak aneh, mengingat Amazon, Microsoft, Facebook, dan YouTube memang memiliki modal dan kemampuan yang cukup memadai untuk mengembangkan platform mereka masing-masing. Twitch memang  masih menjadi nomor satu. Walaupun begitu, Facebook Gaming mengalami pertumbuhan paling besar. Tampaknya, mereka akan menciptakan disrupsi di pasar pada 2020.