Supercell, Riot, Ubisoft Suntikkan Dana untuk Aplikasi Gaming Sosial

Bunch baru saja mendapatkan investasi sebesar US$20 juta (sekitar Rp295 miliar). Ronde pendanaan kali ini dipimpin oleh General Catalyst. Sejumlah publisher game ternama juga ikut menanamkan investasi untuk Bunch, seperti Electronic Arts, Take-Two Interactive Software, Krafton, Ubisoft, Mixi, Miniclip, Colopl, Riot Games, Ubisoft, dan Supercell. Tidak heran jika para publisher turut mendukung Bunch, mengingat ia merupakan aplikasi gaming sosial.

Aplikasi Bunch memungkinkan para mobile gamer untuk tetap terhubung dengan satu sama lain saat mereka sedang bermain game. Memang, Bunch menempatkan diri sebagai aplikasi party di game-game multiplayer. Bunch memudahkan para pemain untuk bermain bersama teman-teman mereka, yang dapat mendorong tingkat engagement pemain dalam game. Hal ini akan menguntungkan developer yang mengintegrasikan Bunch ke game mereka.

investasi bunch
Jumlah pengguna Bunch tumbuh pesat selama pandemi.

Selama pandemi, jumlah pengguna Bunch tumbuh hingga puluhan kali lipat. Kepada GamesBeat, CEO Selcuk Atli mengatakan, sejak awal Maret 2020, jumlah pengguna aktif Bunch naik hingga 50 kali lipat dari bulan ke bulan. Dari ribuan pengguna, jumlah pengguna Bunch kini mencapai jutaan orang. Sekitar 60% pengguna milenial Bunch merupakan perempuan. Namun, jumlah pengguna pria dari Bunch juga terus bertambah.

Game multiplayer menjadi media sosial yang baru. Di waktu yang sulit seperti sekarang, ketika kita terisolasi dari orang lain, bermain game menjadi salah satu cara bagi orang-orang untuk berkumpul bersama teman,” kata Atli, seperti dikutip dari Games Industry.

Lebih lanjut, dia berkata, “Setiap game saling berdiri mandiri, terpisah dari satu sama lain. Di Bunch, kami mencoba membuat cara bagi para pemain untuk saling terhubung dengan teman-teman di dalam dan di luar game yang mereka mainkan. Kami sangat senang bisa mendapatkan General Catalyst dan juga banyak kreator game populer sebagai investor kami.”

Aplikasi Bunch sudah dilengkapi dengan beberapa game internal, seperti Pool, Mars Dash, Draw Party, Trivia, serta versi multiplayer dari Flappy Bird. Tak berhenti sampai di situ, Bunch juga terintegrasi langsung ke game-game seperti Spaceteam, Brawl Stars, dan Armajet. Bunch juga sudah mendukung PUBG Mobile, Minecraft, dan Uno.

Sebelum ini, Bunch telah mendapatkan investasi sebesar US$3,8 juta (sekitar Rp56 miliar) pada 2018. Pada November 2019, mereka kembali mendapatkan suntikan dana sebesar US$3,85 juta (sekitar Rp56,7 miliar).

Ubisoft Perkenalkan R6 SHARE, Program Bagi Hasil untuk Tim-Tim Rainbow Six Siege

Ubisoft meluncurkan Revenue Share Pilot Program pada 2018, yang diikuti oleh 10 tim Rainbow Six Siege profesional. Belum lama ini, mereka mengubah nama program tersebut menjadi R6 SHARE. Bersamaan dengan itu, mereka juga mengungkap beberapa perubahan yang mereka lakukan. Kali ini, akan ada 42 organisasi esports yang ikut serta dalam R6 SHARE. Program bagi hasil tersebut akan berlangsung selama 4 tahun, mendorong organisasi-organisasi esports untuk membuat rencana dalam jangka panjang.

Semua organisasi esports yang ikut dalam R6 SHARE akan dikelompokkan ke dalam 3 tier berdasarkan ukuran dan kemampuan organisasi tersebut. Semakin besar kontribusi sebuah tim pada scene esports Rainbow Six Siege, semakin tinggi pula tier mereka. Sementara itu, total pemasukan yang akan dibagi dalam program R6 SHARE tergantung pada total penjualan item dalam game. Penjualan item pertama untuk R6 SHARE akan diadakan pada bulan ini.

R6 SHARE
Ubisoft perkenalkan sistem pembagian keuntungan untuk komunitas Rainbow Six, R6 SHARE.

Sebelum November Six Major, Ubisoft akan meluncurkan Operator Bundle. Sebanyak 30% dari total penjualan Operator Bundle ini akan dimasukkan dalam pool prize dari turnamen Major tersebut. Sementara itu, 30% dari total penjualan item khusus sebuah liga akan dibagi menjadi 4 bagian. Satu bagian diberikan pada masing-masing tier, dan satu bagian lagi diberikan pada tim-tim yang memberikan performa terbaik. Dan 30% dari penjualan item bertema tim esports tertentu akan langsung masuk ke kantong organisasi esports tersebut.

Saat ini, masih belum diketahui siapa saja yang akan ikut serta dalam program R6 SHARE. Satu hal yang pasti, Spacestation Gaming, yang memenangkan Six Invitational 2020, akan ikut serta dalam program bagi hasil ini.

Kepada The Esports Observer, Co-Owner dan General Manager, Shawn Pellerin berkata, “Ubisoft telah membangun program yang sangat menguntungkan, yang akan menjamin bahwa organisasi-organisasi esports akan mendapatkan untung dari setelah berinvestasi di scene esports Rainbow Six. Sistem tier yang mereka gunakan akan menguntungkan tim-tim yang menanamkan investasi lebih besar demi mengembangkan tim dan scene esports Rainbow Six.”

Dalam wawancara dengan DBLTAP Esports, President Cloud9, Dan Fiden mengatakan bahwa saat ini, mereka mulai mendapatkan keuntungan lebih besar dari Rainbow Six daripada Counter-Strike: Global Offensive. Padahal, CS:GO memiliki ekosistem yang lebih besar. Mengingat esports membantu Ubisoft untuk meningkatkan jumlah pemain dari Rainbow Six Siege, tidak heran jika mereka berusaha keras untuk mengembangkan ekosistem esports dari game mereka tersebut. Pada Februari 2020, mereka baru saja merombak struktur kompetisi Rainbow Six Siege. Sementara pada Mei 2020, mereka mengumumkan liga Rainbow Six Siege baru.

Sumber: The Esports Observer, Esports Insider

Take-Two: Tidak Semua Game Next-Gen Akan Dinaikkan Harga Jualnya

Bulan lalu, IDG Consulting mengatakan bahwa beberapa publisher punya niatan untuk menaikkan harga game console next-gen keluarannya. Pernyataan tersebut datang setelah 2K secara resmi mematok harga jual $70 untuk salah satu game terbarunya, NBA 2K21.

Sekarang, giliran induk perusahaan 2K, Take-Two Interactive, yang angkat bicara soal kenaikan harga game PS5 dan Xbox Series X ini. Berbicara di sesi earnings call periode Q1 2021, bos Take-Two, Strauss Zelnick, mengklarifikasi bahwa banderol $70 itu akan ditetapkan per judul.

Ini dapat diartikan bahwa tidak semua game next-gen yang diterbitkan oleh Take-Two, 2K, maupun Private Division nantinya pasti lebih mahal daripada harga game PS4 maupun Xbox One. Beberapa mungkin masih akan dijual seharga $60, sedangkan beberapa judul lainnya yang dirasa menawarkan value lebih tinggi dihargai $70.

Anggapan ini sejalan dengan pernyataan 2K sebelumnya bahwa banderol harga yang mereka tetapkan merepresentasikan value yang ditawarkan masing-masing game. NBA 2K21 adalah salah satu judul yang pantas dihargai lebih mahal dibanding yang lain, dan Strauss pun cukup percaya diri soal ini.

Di luar 2K dan Take-Two, publisher lain yang berkomentar perkara kenaikan harga game next-gen sejauh ini baru Ubisoft. Dalam laporan finansialnya, CEO Ubisoft Yves Guillemot menyatakan bahwa harga game yang mereka rilis hingga akhir tahun ini masih sama $60, dan ini mencakup judul yang telah mereka siapkan untuk platform next-gen seperti Assassin’s Creed Valhalla. Namun memasuki tahun 2021, bisa saja kebijakannya berubah lagi.

Berhubung PS5 dan Xbox Series X-nya sendiri belum diluncurkan, terlalu prematur menyebut $70 sebagai standar baru harga game AAA ke depannya. Pasca peluncurannya nanti pun industri pasti akan menjalani masa transisi, masa di mana developer mulai mengalihkan fokus sepenuhnya ke platform next-gen, bukan seperti sekarang yang rata-rata masih mengerjakan game untuk platform last-gen dan next-gen sekaligus.

Setibanya di titik itu, kemungkinan $70 bisa menjadi standar baru, sekaligus menandai kenaikan harga yang pertama setelah kenaikan terakhir (dari $50 ke $60) lebih dari satu dekade lalu.

Sumber: Ars Technica.

Turnamen Twitch Rivals Hyper Scape Showdown Tandai Open Beta Game Hyper Scape

Di tengah sulitnya mengadakan event peluncuran game, maka Ubisoft bekerja sama dengan Twitch mengadakan Twitch Rivals Hyper Scape Showdown beberapa waktu yang lalu. Aktivasi yang dilakukan di ranah digital menampilkan streamer Twitch yang berkompetisi dalam game bergenre battle royale terbaru dari Ubisoft, Hyper Scape.

Pada gelaran turnamen di tanggal 13-14 Juli 2020 kemarin, turnamen dibagi berdasarkan dua region yaitu, region Eropa dan region Amerika. Kerja sama yang dijalin antara Twitch dan Ubisoft melalui game Hyper Scape bukanlah hal yang mengejutkan karena di dalam game Hyper Scape sendiri, Ubisoft sangat memperhatikan fitur spectator yang merupakan salah satu hal yang penting bagi streamer, shoutcaster, dan tentu saja esports.

Masing-masing region menampilkan 21 tim berisikan 3 streamer Twitch kenamaan. Selama waktu yang ditentukan, 21 tim tadi akan terus bertanding dan mengumpulkan poin baik melalui kill point ataupun placement point. Setiap raihan poin nantinya diakumulasikan untuk menentukan pemenang dari prize pool 100.000 Dolar Amerika untuk setiap region.

Dari region Amerika, Tfue, streamer yang terkenal karena permainan Fortnite bergabung bersama aceu dan mendo. Line up yang berpengalaman dengan game FPS sejenis sukses membawa tim Tfue memenangkan Twitch Rivals Hyper Scape Showdown region Amerika. Mekanik game yang hampir mirip dengan Fortnite dan Apex Legends tidak memakan waktu banyak untuk tim Tfue beradaptasi dan mendominasi turnamen.

Berlanjut ke region Eropa, kompetisi terasa lebih ketat saat tim streamer asal Italia, Pow3rtv berhasil mempertahankan kedudukannya di puncak klasemen dengan selisih 2 poin saja dari tim Wisethug di tempat kedua. Pada turnamen yang sama secara ekslusif platform Twitch membagikan skin terbatas bagi streamer yang menonton dan sudah melakukan bind dengan akun Uplay.

Lebih jauh lagi, di balik kemenangan tim Tfue dan tim Pow3rtv ada angka viewership juga menarik untuk dicermati. Saat turnamen Twitch Rivals Hyper Scape Showdown berlangsung tercatat pada laman escharts.com, peak viewer di kisaran angka 77.000 untuk region Eropa. Selain official channel Twitch Rival, channel streamer asal Jerman, Trymacs mencatakan peak viewer di angka 10.000.

Di sisi lain ternyata channel berbahasa Spanyol justru mampu menyedot 21.000 peak viewers menjadikan channel berbahasa Spanyol menyumbang jumlah penonton Hyper Scape yang penting di region Eropa. Berkaca pada angka di atas, secara umum game Hyper Scape bisa menarik audiens yang cukup besar dari negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris.

via: esportschart
via: esportscharts

Sedikit berbeda di region Amerika, peak viewer yang bisa diraih sedikit lebih rendah dari region Eropa yaitu di kisaran angka 71.000 peak viewer. Tentu saja dengan bergabungnya 3 streamer dan atlet esports Apex Legends ke dalam satu tim mampu menarik perhatian gamers di region Amerika. Karena umumnya region Amerika berbahasa Inggris, kepopuleran streamer menjadi faktor yang lebih berperan menentukan bahwa game Hyper Scape diterima dengan baik di kalangan gamers di region Amerika.

Sekalipun game Hyper Scape bisa meraih jumlah viewer yang cukup banyak sejak secara perdana disiarkan di Twitch, Hyper Scape masih sangat mungkin mengundang lebih banyak antusiasme dari komunitas gamers. Masih terlalu cepat jika angka-angka viewership yang cukup besar bisa meramalkan nasib sebuah game terlebih prospeknya sebagai esports.

Ubisoft Adakan Turnamen Rainbow Six Tingkat Universitas, Ubisoft Collegiate Esports

Ubisoft memperkenalkan liga Rainbow Six Siege baru, Ubisoft Collegiate Esports. Seperti namanya, turnamen tersebut ditujukan untuk para mahasiswa. Untuk menyelenggarakan liga di tingkat universitas tersebut, Ubisoft bekerja sama dengan platform gaming online FACEIT, yang bertanggung jawab atas scene esports Rainbow Six Siege di Amerika Utara. Selain itu, Ubisoft juga berhasil menggandeng CORSAIR, merek aksesori gaming dan Origin PC, perusahaan anak CORSAIR, sebagai sponsor dari Ubisoft Collegiate Esports.

Sebagai bagian dari Ubisoft Collegiate Esports, perusahaan asal Prancis itu akan mengadakan turnamen Rainbow Six Collegiate. Setiap universitas yang menjadi bagian dari Ubisoft Collegiate Esports boleh mengirimkan satu tim Rainbow Six sebagai perwakilan untuk bertanding dalam kompetisi itu. Tim yang menang akan membawa pulang hadiah sebesar US$30 ribu (sekitar Rp443 juta). Mereka juga akan mendapatkan hadiah berubah hardware yang diberikan oleh Origin PC dan CORSAIR. Musim pertama dari Rainbow Six Collegiate diperkirakan akan dimulai pada Januari 2021.

Ubisoft Collegiate Esports
Rainbow Six Collegiate jadi bagian dari Ubisoft Collegiate Esports. | Sumber: Epic

Selain ikut serta dalam Rainbow Six Collegiate, semua klub esports di universitas yang mendaftarkan diri dalam Ubisoft Collegiate Esports akan mendapatkan izin untuk mengadakan pertandingan internal di universitas mereka, menyelenggarakan acara nonton bareng, dan juga kegiatan lainnya. Tak hanya pertandingan dalam universitas masing-masing, klub-klub esports tersebut juga dapat mengadakan kompetisi Rainbow Six antar universitas. Ubisoft bahkan mendukung program antar benua.

Industri esports berkembang pesat dalam beberapa tahun belakangan. Tak hanya itu, esports juga semakin diakui sebagai olahraga. Buktinya, esports mulai disertakan dalam berbagai ajang olahraga bergengsi seperti Asian Games dan SEA Games. Tak tertutup kemungkinan, esports juga akan disertakan dalam Olimpiade.

Jadi, tidak heran jika semakin banyak sekolah dan universitas yang tertarik untuk mendorong siswanya ikut serta dalam esports. Di Amerika Serikat,  muncul startup yang berusaha untuk menyediakan platform untuk kompetisi esports bagi siswa SMA dan mahasiswa. Menariknya, keberadaan program esports di sekolah justru bisa mendorong siswa untuk tidak membolos.

Sumber: The Esports Observer, Esports Insider

Hyper Scape Resmi Masuki Fase Open Beta, Masih Terbatas di Platform PC

Setelah sempat mendapatkan sedikit leak dan preview, kini game Hyper Scape besutan Ubisoft sudah memasuki tahapan open beta. Sekalipun Hyper Scape akan mengedepankan fitur cross-play, sampai berita ini diturunkan open beta baru tersedia bagia platform PC  dan hanya bisa diakses melalui Uplay.

Secara gamblang Hyper Scape menyajikan pertempuran battle royale bertempo cepat. Dalam sebuah lanskap kota futuristik, Neo Arcadia, 100 player akan melancarkan aksi baku tembak demi menjadi yang terakhir berdiri di akhir pertempuran.

Ubisoft melalui Hyper Scape menyuguhkan gameplay yang mirip dengan game dengan genre sejenis, hanya saja di penghujung permainan Hyper Scape mengubah mekaniknya. Akan ada dua cara untuk menutup sebuah pertempuran yaitu, memegang mahkota yang muncul menjelang kahir permainan dan menyempitnya zona selama 45 detik tanpa jeda atau menghabisi seluruh musuh yang masih tersisa.

Lebih jauh lagi, Hyper Scape menawarkan pengalaman yang sama sekali baru terkait senjata dan ability selama jalannya pertempuran. Setiap player akan memiliki kemampuan untuk menggunakan hacks untuk melindungi diri, melacak musuh, ataupun melancarkan serangan dengan cara yang tidak dapat diduga.

Di dalam pertempuran, player hanya memiliki dua slot senjata yang dikembangkan seiring berjalannya pertempuran. Menggunakan hacks player dimungkinkan untuk melakukan upgrade yang bisa menambah kapasitas magazine ataupun damage dan utility lainnya.

Ada beberapa senjata yang menarik untuk dibahas dari game Hyper Scape. Dimulai dari senjata hand gun, Riot One akan menjadi pistol yang sangat beguna di fase early game. Playstyle yang agresif akan menjadi sangat efektif jika dilengkapi dengan Riot One. Berikutnya ada Hexfire yang terasa seperti gatling gun di dunia nyata. Firing power dan kapasitas magazine yang besar akan sangat menguntungkan pada skenario close quarter combat.

Terakhir, ada Protocol V, yang memberikan ketajaman dalam menjangkau musuh di jarak menengah sampai jauh. Berbeda dari sniper riffle yang  biasanya tidak bisa melakukan aksi rapid fire, Protocol V bisa digunakan untuk memberondong musuh dari jauh.

Beberapa hal yang bisa membedakan Hyper Scape dari game dengan genre yang sama adalah fitur stream dan sistem revive selama permainanan berlangsung. Rencananya Hyper Scape akan terhubung dengan platform layanan streaming Twitch. Viewer secara real time dapat melakukan aksi yang bisa berdampak langsung pada jalannya permainan yang disiarkan secara langsung oleh streamer.

Sedangkan, ketika player terbunuh selama pertempuran berlangsung, itu bukanlah akhir dari dunia dan pertempuran. Player yang terbunuh bisa sebagai specter yang bergentayangan sambil melacak lokasi musuh dan bisa di-revive kembali oleh teman satu tim jika menemukan port untuk revive yang tersebar di map secara acak atau mengaktifkan proses revive dari sisa tubuh player lain yang terbunuh.

 

 

5 Pengumuman Paling Menarik dari Ubisoft Forward

Melalui livestream berdurasi sekitar 1,5 jam, Ubisoft resmi menyingkap sederet game yang telah disiapkan oleh sejumlah studio internalnya. Sebagian besar di antaranya sudah diantisipasi sejak lama, dan Ubisoft tentu tidak lupa untuk mengungkap lebih detail mengenai masing-masing game.

Di artikel ini, saya ingin membahas setidaknya 5 pengumuman paling menarik dari Ubisoft Forward, dan saya ingin memulainya dengan kejutan terbesar yang Ubisoft hadirkan, yaitu Far Cry 6.

Far Cry 6

Sebagai game keenam dari seri utama Far Cry, sudah semestinya Far Cry 6 menghadirkan pengalaman bermain di dunia open-world yang sangat memuaskan. Setting yang diambil kali ini adalah Yara, sebuah negara di Kepulauan Karibia yang sedang dilanda konflik bersenjata antara rakyat dan pemerintahannya.

Mengikuti tradisi franchise Far Cry selama ini, tentu saja yang ditampilkan di cover-nya adalah sosok antagonis utama dalam game. Sosok tersebut adalah Anton Castillo (diperankan oleh aktor tenar Giancarlo Esposito), presiden tangan besi yang memerintah Yara dengan motif balas dendam – 50 tahun sebelumnya, ayahnya yang juga menjabat sebagai presiden dieksekusi secara keji.

Pemain bakal bermain sebagai Dani Rojas (karakternya bisa dipilih antara laki-laki atau perempuan) yang, bersama kelompok pemberontak setempat, sedang berjuang untuk meruntuhkan rezim brutal Anton.

Far Cry 6

Far Cry 6 sejauh ini belum punya trailer gameplay, akan tetapi jadwal rilisnya sudah ditentukan: 18 Februari 2021. Ubisoft sejauh ini memang baru menyertakan sejumlah screenshot, tapi setidaknya sudah ada dua poin yang sangat menarik yang bisa kita angkat dari pengumuman singkat ini.

Yang pertama, Yara yang terinspirasi banyak oleh Kuba ini merupakan kawasan urban berskala besar pertama di sepanjang sejarah Far Cry. Pada gamegame sebelumnya, belum pernah ada setting kota yang super-sibuk seperti di Far Cry 6 ini. Selain suasana baru, hal ini tentu juga bakal berpengaruh pada gameplay; kalau biasanya pemain Far Cry sering bersembunyi di balik semak-semak, di Far Cry 6 mungkin mereka bakal menghabiskan lebih banyak waktu di gang-gang kecil atau di atap-atap gedung.

Far Cry 6

Poin yang kedua adalah seputar karakter antagonisnya. Anton Castillo di sini tidak sendirian, sebab Far Cry 6 sepertinya juga bakal banyak mengisahkan tentang anaknya, Diego, yang dalam trailer-nya sedang diuji secara ekstrem oleh si bapak. Di jagat internet sudah banyak bertebaran teori yang menyimpulkan bahwa Diego merupakan Vaas Montenegro sewaktu masih muda.

Buat penggemar sejati seri Far Cry, Anda semestinya ingat siapa itu Vaas. Buat saya pribadi, psikopat yang muncul di Far Cry 3 itu adalah tokoh antagonis terbaik dari semua Far Cry. Gagasan bahwa Diego merupakan versi muda Vaas datang dari bekas luka pada alis kanannya yang sama persis. Andai benar Diego merupakan Vaas versi muda, bisa diartikan juga bahwa Far Cry 6 merupakan prekuel dari Far Cry 3.

Tentu bakal sangat menarik melihat bagaimana seorang bocah polos seperti Diego bisa berubah menjadi karakter sekejam dan segila Vaas. Namun perlu diingat bahwa semua ini baru sebatas spekulasi, dan sejauh ini belum ada konfirmasi sama sekali dari Ubisoft.

Assassin’s Creed Valhalla

Sejak diumumkan pertama kali dua bulan lalu, Assassin’s Creed Valhalla akhirnya mendapat trailer gameplay yang sangat lengkap, plus jadwal rilis resmi: 17 November 2020. Kita sudah tahu setting-nya, karakternya, dan plotnya secara umum, dan akhirnya kita sekarang juga bisa melihat seberapa jauh formula RPG yang Ubisoft matangkan dibanding dua game sebelumnya, Assassin’s Creed Origins dan Odyssey.

Combat terkesan semakin mengasyikkan di Valhalla, dan Ubisoft rupanya tidak bohong soal kemampuan Eivor mengayunkan dua senjata yang sama sekaligus (dual-wield), termasuk halnya tameng. Bisa Anda bayangkan betapa konyolnya bertarung sembari menyeruduk menggunakan tameng seperti seekor banteng.

AI dalam Valhalla juga terkesan makin kreatif. Dalam trailer-nya, tampak musuh yang menjadikan mayat temannya sebagai senjata, melemparkannya ke arah Eivor dan memberikan efek stun kepada sang lakon. Beruntung Ubisoft tidak lupa sepenuhnya akan aspek stealth – toh judul game-nya masih ada kata “Assassin’s” – dan dalam beberapa misi, gaya bermain sembunyi-sembunyi dan mengendap-endap ini bakal jauh lebih efektif.

Assassin's Creed Valhalla

Ubisoft belum membahas lebih jauh mengenai sistem Settlement pada Valhalla, akan tetapi dipastikan Eivor bisa menyerbu markas musuh bersama sejumlah pasukan yang direkrutnya. Ini merupakan kemajuan jika dibanding Odyssey, yang sejatinya cuma memperbolehkan pemain merekrut pasukan untuk pertempuran di atas kapal, bukan di darat.

Random encounter, alias misi sampingan yang didapat dari NPC yang ditemui secara tidak disengaja selagi pemain bereksplorasi, disebut bakal menjadi elemen penting dalam Valhalla. Saya pribadi berharap misi-misi sampingan semacam ini bisa diperbanyak serta ditingkatkan variasinya ketimbang yang ada di Odyssey, yang menurut saya terlampau repetitif dan mudah sekali membuat pemain bosan.

Secara kuantitas, seri Assassin’s Creed boleh dibilang tidak pernah kekurangan konten. Assassin’s Creed Odyssey misalnya; saking besarnya konten dalam game tersebut, pemain bisa saja belum mencatatkan progres sejauh 50% meski sudah memainkannya selama 100 jam. Namun meski kontennya sangat melimpah, variasinya tergolong sangat minim dan berhasil membuat saya bosan dalam waktu sekitar 40 jam saja, meski sebelumnya saya menghabiskan ratusan jam pada Origins.

Di sisi lain, The Witcher 3 beserta kedua expansion pack-nya beberapa tahun lalu membuktikan bahwa konten yang melimpah tidak selamanya harus membosankan, dan saya berharap Ubisoft bisa menerapkan formula tersebut pada Valhalla.

Buat yang ingin mendalami lebih jauh lagi soal gameplay Assassin’s Creed Valhalla, Ubisoft sudah menyiapkan video walkthrough sepanjang 30 menit.

Watch Dogs: Legion

Sempat ditunda perilisannya, Watch Dogs: Legion akhirnya siap menyapa pemain pada tanggal 29 Oktober 2020 mendatang. Game ketiga dari seri Watch Dogs ini masih menerapkan formula open-world yang serupa seperti sebelumnya, akan tetapi ada satu perbedaan besar seperti yang tertera pada judulnya (Legion): pemain bisa merekrut hampir semua karakter yang ada dalam game, membentuk kru pemberontak yang terdiri dari 40 orang.

Karakter yang bisa direkrut itu sungguh bermacam-macam, mulai dari seorang petugas keamanan, suporter bola, pekerja kontraktor, petugas medis, sampai seorang nenek-nenek jago bela diri. Dan berhubung karakter-karakternya bervariasi, cara menyelesaikan misi di Legion pun sangat beraneka ragam tergantung kreativitas masing-masing pemain.

Saat memilih memakai karakter pekerja kontraktor misalnya, pemain bisa mengambil cara frontal dalam menyelesaikan suatu misi, dibantu oleh persenjataan unik macam nail gun. Sebaliknya, kalau memilih karakter petugas keamanan, pemain bisa menembus markas musuh secara lebih mudah karena karakternya memang orang dalam yang mempunyai akses masuk gedung.

Watch Dogs: Legion

Setelah dua game sebelumnya mengambil setting di Amerika Serikat, Watch Dogs: Legion memakai London sebagai lokasinya. Tentu saja deretan peralatan canggih masih menjadi pusat perhatian di sini, demikian pula teknik-teknik hacking yang amat kreatif.

Kabar baik bagi yang hendak memainkan Watch Dogs: Legion di PS4 atau Xbox One, Anda tak perlu membelinya ulang saat ingin memainkannya di PS5 atau Xbox Series X nanti.

Hyper Scape

Belum lama setelah diumumkan, Hyper Scape langsung menjalani fase open-beta. Shooter multiplayer bertema sci-fi ini sudah bisa kita mainkan sekarang juga di platform PC, mengusik genre battle royale yang sejauh ini didominasi oleh judul-judul seperti PUBG, Fortnite, Apex Legends, maupun Call of Duty: Warzone.

Sepintas, tempo permainan yang cepat dan sejumlah animasi dalam Hyper Scape terkesan mirip seperti Apex Legends, akan tetapi Ubisoft telah memodifikasi formula battle royale-nya supaya sedikit berbeda dari game lain di genre ini. Dari kacamata sederhana, Hyper Scape terkesan lebih ramah terhadap pemain baru.

Salah satu buktinya adalah absennya consumable item macam health pack. Sebagai gantinya, health bar karakter bisa terisi sendiri secara otomatis ketika pemain tidak terkena tembakan selama beberapa saat. Saat karakter mati pun, kita masih tetap bisa lanjut bermain sebagai ‘hantu’, dan hantu-hantu ini bisa dihidupkan kembali oleh rekan setim yang masih hidup.

Hyper Scape

Tidak ada kendaraan dalam Hyper Scape, dan tiap pemain hanya bisa membawa dua senjata plus dua skill yang Ubisoft sebut dengan istilah “Hack”. Baik senjata maupun Hack ini bisa di-upgrade dengan cara mengambil senjata dan Hack yang sama yang tersebar. Terdengar merepotkan? Well, setidaknya ini berarti di awal permainan Anda tidak akan bisa langsung mati seketika terkena tembakan sniper rifle, sebab senjatanya harus di-upgrade terlebih dulu supaya bidikan ke kepala bisa instant kill.

Singkat cerita, Hyper Scape menawarkan sesuatu yang agak berbeda dari permainan battle royale pada umumnya, dan ini bisa menjadi alasan kuat bagi kita untuk mencoba game free-to-play tersebut. Dalam satu match di Hyper Scape, total bisa ada 99 pemain yang tergabung dalam 33 tim yang berbeda.

Secara lore, Hyper Scape langsung mengingatkan saya pada film Ready Player One. Hyper Scape adalah ekuivalen OASIS di film tersebut, demikian pula perusahaan yang merancangnya, yakni Prism Dimensions, yang merupakan ekuivalen dari Gregarious Games di Ready Player One. Lebih jelasnya bisa Anda tonton sendiri di trailer sinematiknya.

Brawlhalla Mobile dan Tom Clancy’s Elite Squad

Beralih ke platform mobile, Ubisoft sudah mempersiapkan dua persembahan baru. Yang pertama adalah Brawlhalla, game fighting free-to-play Ubisoft yang sebelumnya sudah ada di PC, Xbox One, PS4, dan Nintendo Switch.

Tepat 6 Agustus nanti, Brawlhalla bakal tersedia di Android sekaligus iOS, dan yang paling penting sekaligus menarik adalah, fitur cross-play antar platform tetap berlaku di sini. Ini berarti pemain Brawlhalla di smartphone bisa berjumpa dan bertarung melawan pemain lain yang online di PC atau console.

Masalah adil atau tidak – satu pemain menggunakan controller, satu menggunakan touchscreen – semuanya tentu tergantung kemampuan masing-masing pemain. Toh di mobile kita juga tetap bisa memakai controller, dan berhubung grafiknya 2D, semestinya tidak ada perbedaan performa antara versi mobile dan console-nya.

Game yang kedua dan yang sepenuhnya baru adalah Tom Clancy’s Elite Squad, yang dideskripsikan sebagai tactical RPG free-to-play dengan total 70 karakter dari portofolio game hasil adaptasi novel Tom Clancy selama ini, termasuk tentu saja Sam Fisher dari franchise Splinter Cell maupun El Sueno dari Ghost Recon Wildlands.

Multiplayer tampaknya juga bakal menjadi bagian penting dari game ini, sebab Ubisoft juga menjanjikan fitur PvP 5 lawan 5. Tom Clancy’s Elite Squad dijadwalkan meluncur ke Android dan iOS secara cuma-cuma pada tanggal 27 Agustus mendatang.

Sumber: Ubisoft.

Ubisoft Bersiap Luncurkan Game Battle Royale Futuristik Hyper Scape

Fenomena populernya genre game battle royale beberapa tahun terakhir ini seolah menjadi bisnis yang menjanjikan. Dalam rentang beberapa waktu terakhir bermunculan deretan game  yang terbilang sukses di pasaran seperti Apex Legends, PUBG, Forntnite, dan masih banyak lainnya. Tidak hanya menumbuhkan komunitas gamers yang baru, tetapi game-game tersebut secara bertahap memberi pengaruh dan turut membentuk skena esports secara global.

Lebih jauh mengenai Ubisoft, tampaknya mereka tengah mencoba peruntungan yang baru. Ubisoft diketahui hampir selesai menggarap game berjudul Hyper Scape yang juga mengusung genre battle royale. Menurut sejumlah info yang beredar, nantinya akan ada sesi beta test yang dibuka di awal dan pertengahan bulan Juli 2020 mendatang.

Sebelumnya Ubisoft sudah pernah merilis Rainbow Six Siege. Ubisoft dapat dikatakan masih baru dalam urusan skena esports (link). Game yang dirilis lebih dari 4 tahun yang lalu, cukup laku di pasaran. Hal itu membuat Ubisoft perlahan membidik potensi pasar esports di masa depan melalui gamenya. Skena kompetitif Rainbow Six Siege di dunia terbilang cukup solid dan aktif. Game yang dikemas dengan tema strategi yang fast paced, bisa memberi warna baru dari genre FPS yang sudah lebih lama ada.

Adapun tema counter terrorism operation atau militer sangat melekat dengan game-game besutan Ubisoft. Memperkenalkan ide yang baru, game Hyper Scape nanti akan berbalutkan setting yang futuristik. Berdasarkan concept art yang beredar, Hyper Scape menunjukkan bentangan lanskap perkotaan bermandikan cahaya lampu neon berwarna-warni.

Hyper Scape Gameplay | via: Twitter @Slasher
Hyper Scape Gameplay | via: Twitter @Slasher

Untuk melakukan pendaftaran beta test Anda dapat beralih ke laman Prisma Dimensions. Sampai saat ini masih diperlukan kesabaran tingkat tinggi untuk mendapatkan konfirmasi pendaftaran beta test dan pembagian test key. Sekalipun belum ada informasi pasti kapan beta test dan peluncuran akan dilakukan, beberapa streamer sudah membuat konten dan mengantisipasi kehadiran game Hyper Scape.

via: prismadimensions.com
via: prismadimensions.com

Dengan beberapa alasan yang bisa dibayangkan, mungkin saja Ubisoft memberikan perhatian lebih kepada hubungan game dan streamer. Streamer yang aktif akan menambahkan exposure dan secara langsung terlibat mebangun kedekatan dengan khalayak gamers yang lebih luas. Hyper Scape berpontensi untuk berkembang secara pesat dikarenakan termasuk free to play game.

Sebagai penutup, sejak lama Ubisoft terkenal sebagai studio game AAA, bersiaplah untuk disuguhkna tampilan grafis yang memukau. Pastikan juga Anda melakukan upgrade hardware untuk pengalaman bermain game yang maksimal. Di sisi lain ada juga kemungkinan Hyper Scape akan mempunyai fitur crossplay.

 

 

Ubisoft Tuntut Google dan Apple Untuk Hapus Game Area F2

Beberapa waktu lalu sempat muncul ke permukaan sebuah game berjudul Area F2, yang dipromosikan sebagai game FPS CQB (Close-Quarter Battle) pertama di seluler. Bagi gamers mobile, Area F2 mungkin terlihat inovatif dengan konsep yang segar. Tapi gamers PC tentu sudah paham bahwa ini adalah tiruan versi mobile dari FPS CQB besutan Ubisoft, Rainbow Six Siege.

Menanggapi hal ini, Ubisoft gerak cepat, dan dikabarkan menuntut Google dan Apple untuk menghapus game ini dari Application Store mereka masing-masing. Mengutip dari Bloomberg, Ubisoft mengatakan bahwa Area F2 yang dibuat oleh bagian dari Alibaba Group Holdings Ltd, Ejoy.com, meniru Rainbow Six Siege secara habis-habisan dalam berkas tuntutannya yang diberikan kepada pengadilan federal di Los Angeles.

Sumber: Tangkapan Layar
Tidak hanya gameplay, Anda pemain R6S tentu familiar dengan tampilan menu seperti ini bukan? Sumber: Tangkapan Layar

Masih dari Bloomberg, Ubisoft dikabarkan sudah membicarakan hal ini kepada Apple dan Google sebelum melakukan tuntutan. Ubisoft mengatakan bahwa game tersebut melanggar hak cipta Rainbow Six Siege kepada Apple dan Google , namun mereka menolak untuk menghapus game tersebut dari Apple App Store dan Google Play Store.

“R6S adalah merupakan salah satu game multiplayer kompetitif terpopuler di dunia, dan merupakan salah satu properti intelektual paling berharga milik Ubisoft. Secara virtual, Area F2 meniru hampir semua aspek dari R6S, mulai dari menu utama, menu pemilihan operator, menu akhir saat pengumuman skor, dan hampir semua yang ada di antaranya.” ucap Ubisoft kepada Bloomberg.

Memang secara visual, Area F2 bisa dikatakan sepenuhnya meniru R6S. Seperti yang disebut Ubisoft, tiruan dilakukan mulai dari menu utama, mekanisme permainan, bahkan sampai bagian akhir saat pengumuman skor. Peniruan yang dilakukan bisa dibilang hampir mencapai 90%, dengan sedikit atau hampir tidak ada perbedaan sedikitpun dari game berbasis novel Tom Clancy tersebut.

Hingga saat ini, Rainbow Six Siege memang masih menjadi salah satu game besutan Ubisoft yang paling sukses. R6S sudah menghasilkan satu miliar dolar AS (sekitar Rp14 triliun) sejak rilis 2015 lalu, yang didapatkan melalui pembelian game, serta microtransaction untuk pembelian operator, skin, dan lain sebagainya.

Sementara itu Area F2 baru rilis 16 April 2020 lalu, yang bisa diunduh dan mainkan secara gratis lewat Google Play Store dan Apple App Store. Jelang perilisan, game ini sudah mendapat perhatian yang cukup besar, karena secara aktif melakukan promosi di kanal media sosial lewat iklan digital.

Terkait penuntutan, Apple dan Google masih belum memberikan komentarnya hingga saat ini. Jika Ubisoft memenangkan tuntutan ini, masih belum diketahui apakah nantinya Area F2 akan sepenuhnya hilang dari peredaran, atau sekadar berganti nama serta desain tampilan saja.

E3 2020 Dibatalkan, Ubisoft Akan Gelar Event-nya Sendiri Bertajuk Forward

Dibatalkannya E3 2020 akibat pandemi COVID-19 memaksa sejumlah publisher untuk mengadakan acara showcase-nya sendiri. Ubisoft adalah salah satunya. Mereka berniat menggelar konferensi online bertajuk Ubisoft Forward pada tanggal 12 Juli mendatang.

Ubisoft mendeskripsikan Forward sebagai event ala E3, yang umumnya dijadikan panggung penyingkapan banyak game sekaligus. Kita tahu ada banyak franchise di bawah naungan Ubisoft, tapi sudah pasti yang bakal menjadi bintang terbesarnya adalah Assassin’s Creed Valhalla.

Ubisoft memang tidak menjelaskan lebih jauh mengenai Forward, tapi saya cukup yakin mereka bakal mengungkap detail mengenai inkarnasi terbaru Assassin’s Creed itu, termasuk memamerkan gameplay-nya. Ini penting mengingat gameplay trailer yang disuguhkan di acara Xbox kemarin tidak menunjukkan gameplay-nya secara gamblang.

Assassin's Creed Valhalla

Selain Assassin’s Creed Valhalla, game lain yang kemungkinan bakal mendapat porsi banyak pada event Forward adalah Watch Dogs Legion, Rainbow Six Quarantine, dan Gods & Monsters. Pasalnya, ketiga game ini sempat Ubisoft tunda perilisannya akibat penjualan Ghost Recon: Breakpoint dan The Division 2 yang mengecewakan.

Terakhir, saya yakin tidak sedikit pula yang berharap Ubisoft bakal memberikan update terkait Beyond Good and Evil 2. Sekuel dari game action-adventure legendaris itu Ubisoft umumkan pertama kali di ajang E3 2017, dan terakhir kita mendengar kabar mengenainya adalah di akhir 2018.

Buat yang tertarik menonton acaranya secara langsung, silakan catat di kalender Anda: 13 Juli 2020, pukul 02.00 WIB (sudah saya konversikan dari Pacific Daylight Time).

Sumber: Eurogamer dan Ubisoft.