WWE 2K22 Akhirnya Umumkan Trailer Perdana dan Tanggal Rilisnya

Di bawah bendera 2K Games, game official dari WWE memang menjadi game tahunan layaknya game olahraga seperti NBA atau FIFA. Sayangnya, sistem rilis tahunan ini ternyata membuat kualitas game WWE 2K semakin menurun. Puncak terendahnya ada pada WWE 2K20 yang mendapat reaksi negatif karena banyaknya bug dan glitch di dalam game-nya.

Untungnya, 2K Games dan WWE mau belajar dari kesalahan tersebut dan mengambil waktu lebih dengan melewatkan WWE 2K21 tahun lalu. Mereka langsung menuju ke WWE 2K22 yang diumumkan pada awal tahun 2021 lalu.

Bila pada pengumuman awalnya WWE hanya menampilkan teaser yang menampilkan secuil gambaran saja tentang WWE 2K22, maka di trailer perdana ini akhirnya para fans bisa melihat lebih banyak. WWE 2K22 diklaim oleh 2K Games akan memiliki engine yang didesain ulang, grafis yang menakjubkan, dan memiliki kontrol yang baru ini.

https://www.youtube.com/watch?v=tgO0XKUpwf4

Dalam trailer singkat tersebut 2K Games akhirnya memperlihatkan lebih banyak superstar WWE dengan penampilan barunya. Sama seperti pada teaser-nya, pegulat bertopeng Rey Mysterio masih menjadi sorotan utama.

Namun kini beberapa pegulat lain juga muncul seperti Sheamus, Richocet, Roman Reigns, Bailey, Finn Balor, The Miz, dll. Dalam trailer tersebut juga ditampilkan pegulat legendaris WWE seperti Goldberg dan juga Kane yang tampil lengkap dengan topeng ikoniknya.

Sayangnya semua pegulat ini hanya ditampilkan beberapa detik saja secara bergantian sehingga cukup sulit untuk mengamati apakah animasi gerakan dari para pegulat ini kini lebih realistis atau tidak.

Tetapi untuk masalah grafis, kelihatannya 2K Games berhasil menepati janjinya karena wajah para pegulat tersebut kini tampil lebih mendetail dan mendekati penampilannya di dunia nyata. Hal ini terlihat pada screenshot dari pegulat Edge yang diunggah oleh akun Twitter dari WWE 2K22.

2K Games memang dilaporkan telah membangun ulang engine yang digunakan untuk membuat WWE 2K22. Bagian kontrol pun dikabarkan akan lebih bersih dari seri-seri sebelumnya. Meskipun sayangnya tidak dijelaskan lebih detail bagaimana kontrol yang ‘lebih bersih’ ini nantinya.

WWE 2K22 akan melewatkan tahun ini dan diumumkan untuk dirilis pada bulan Maret 2022 mendatang. Sayangnya 2K Games masih belum mengumumkan platform apa saja yang akan dituju oleh game-nya.

Tampilkan Iklan di Loading Screen, NBA 2K21 Jadi Bahan Cibiran

Apa yang lebih menyebalkan dari iklan di sebuah game gratisan? Iklan di game berbayar. Bayangkan Anda sudah membayar sejumlah uang di muka untuk suatu game premium, lalu di tengah-tengah permainan Anda disuguhi iklan, dan lebih parahnya lagi, iklan tersebut sama sekali tidak bisa di-skip.

Kira-kira seperti itulah kekesalan yang sedang dialami oleh para pemain NBA 2K21, tidak peduli di platform apa mereka memainkannya (PS4, Xbox One, PC). Berdasarkan laporan dari Stevivor, iklan yang tidak bisa di-skip itu muncul secara otomatis bersama sebuah loading screen sebelum pertandingan dimulai.

Iklannya berjalan selama sekitar 15 detik, dan parahnya, loading-nya belum juga selesai sampai sekitar 10 detik kemudian. Saat dijajal di PC yang menggunakan SSD pun, pengalaman yang didapat kurang lebih juga sama.

Seperti yang saya bilang, kalau game-nya gratis, jelas ini tidak akan diperkarakan sama sekali. Masalahnya, harga NBA 2K21 jauh dari kata murah. Di Steam, harga yang tertera saat artikel ini ditulis adalah Rp699.000, sedangkan di PlayStation Store, harganya Rp551.850 (diskon dari Rp849.000). Versi next-gen NBA 2K21 bahkan dibanderol lebih mahal lagi (selisih $10 kalau di Amerika Serikat).

Tentu saja ini bukan kabar baik buat publisher 2K. Dari ribuan ulasan pengguna di Steam sebagian besar menunjukkan nada negatif. Beberapa bahkan sudah memberikan penilaian jelek tanpa menyinggung soal adanya iklan yang tidak bisa di-skip ini.

Ini dikarenakan sebagian besar memberikan review-nya di awal-awal peluncuran NBA 2K21, sedangkan iklan ini baru muncul beberapa hari lalu, atau sekitar satu setengah bulan pasca perilisannya di tanggal 4 September. Otomatis hampir semua media yang memublikasikan review-nya terhadap NBA 2K21 juga belum sempat membahas soal iklan ini.

2K bukanlah satu-satunya publisher yang menerapkan praktik cari untung ekstra semacam ini. September lalu, EA juga sempat jadi bahan cibiran setelah para pemain mendapati adanya iklan dalam EA Sports UFC 4, yang juga merupakan game premium. Pada akhirnya, EA menyerah dan menghapuskan iklan dari game itu sepenuhnya.

Belum diketahui apakah 2K juga bakal mengambil langkah serupa. Sejauh ini mereka masih belum memberikan respon apa-apa, tapi bisa saja nasibnya sama seperti EA kalau para pemain terus menyampaikan keluhannya lewat media sosial.

Sumber: Eurogamer.

Take-Two: Tidak Semua Game Next-Gen Akan Dinaikkan Harga Jualnya

Bulan lalu, IDG Consulting mengatakan bahwa beberapa publisher punya niatan untuk menaikkan harga game console next-gen keluarannya. Pernyataan tersebut datang setelah 2K secara resmi mematok harga jual $70 untuk salah satu game terbarunya, NBA 2K21.

Sekarang, giliran induk perusahaan 2K, Take-Two Interactive, yang angkat bicara soal kenaikan harga game PS5 dan Xbox Series X ini. Berbicara di sesi earnings call periode Q1 2021, bos Take-Two, Strauss Zelnick, mengklarifikasi bahwa banderol $70 itu akan ditetapkan per judul.

Ini dapat diartikan bahwa tidak semua game next-gen yang diterbitkan oleh Take-Two, 2K, maupun Private Division nantinya pasti lebih mahal daripada harga game PS4 maupun Xbox One. Beberapa mungkin masih akan dijual seharga $60, sedangkan beberapa judul lainnya yang dirasa menawarkan value lebih tinggi dihargai $70.

Anggapan ini sejalan dengan pernyataan 2K sebelumnya bahwa banderol harga yang mereka tetapkan merepresentasikan value yang ditawarkan masing-masing game. NBA 2K21 adalah salah satu judul yang pantas dihargai lebih mahal dibanding yang lain, dan Strauss pun cukup percaya diri soal ini.

Di luar 2K dan Take-Two, publisher lain yang berkomentar perkara kenaikan harga game next-gen sejauh ini baru Ubisoft. Dalam laporan finansialnya, CEO Ubisoft Yves Guillemot menyatakan bahwa harga game yang mereka rilis hingga akhir tahun ini masih sama $60, dan ini mencakup judul yang telah mereka siapkan untuk platform next-gen seperti Assassin’s Creed Valhalla. Namun memasuki tahun 2021, bisa saja kebijakannya berubah lagi.

Berhubung PS5 dan Xbox Series X-nya sendiri belum diluncurkan, terlalu prematur menyebut $70 sebagai standar baru harga game AAA ke depannya. Pasca peluncurannya nanti pun industri pasti akan menjalani masa transisi, masa di mana developer mulai mengalihkan fokus sepenuhnya ke platform next-gen, bukan seperti sekarang yang rata-rata masih mengerjakan game untuk platform last-gen dan next-gen sekaligus.

Setibanya di titik itu, kemungkinan $70 bisa menjadi standar baru, sekaligus menandai kenaikan harga yang pertama setelah kenaikan terakhir (dari $50 ke $60) lebih dari satu dekade lalu.

Sumber: Ars Technica.

2K Games Umumkan Mafia: Definitive Edition, Remake Total dari Game Mafia Pertama

Penggemar seri game Mafia, 2K Games punya kejutan buat Anda. Mereka baru saja mengumumkan Mafia: Definitive Edition, remake dari game pertamanya yang dirilis 18 tahun silam.

Seperti yang bisa kita ekspektasikan dari sebuah remake, Mafia: Definitive Edition tak hanya menawarkan penyegaran visual semata. Developer Hangar 13 dipercaya untuk mengerjakannya menggunakan engine baru, dan ini berarti grafiknya bakal berubah total, serta di saat yang sama bakal ada sejumlah elemen gameplay baru, seperti salah satunya sepeda motor sebagai tipe kendaraan baru.

Mafia: Definitive Edition

Plot yang diangkat tentu tidak berubah. Permainan masih akan mengisahkan Thomas “Tommy” Angelo, seorang sopir taksi yang hidupnya berubah drastis semenjak menyelamatkan sepasang gangster dari kejaran geng lawannya.

Setting lokasinya pun juga sama, yakni kota fiktif bernama Lost Heaven yang banyak terinspirasi oleh kota Chicago dan New York. Buat yang belum pernah memainkan Mafia sebelumnya, anggap saja Lost Heaven ini sebagai Liberty City (setting lokasi GTA III dan GTA IV) versi tahun 1930-an.

Mafia: Definitive Edition kabarnya bakal mulai tersedia pada tanggal 28 Agustus 2020 di PS4, Xbox One dan PC. Selain itu, remake ini juga akan ditawarkan dalam bentuk bundel bernama Mafia: Trilogy.

Sesuai namanya, Mafia: Trilogy terdiri dari tiga permainan yang berbeda. Selain Mafia: Definitive Edition, ada Mafia II: Definitive Edition yang merupakan remaster dari game kedua di seri Mafia. Berhubung cuma remaster, jangan berharap perubahan sedrastis yang ditawarkan sebuah remake.

Singkat cerita, kualitas grafiknya tidak akan sebagus remake Mafia pertama tadi, tapi setidaknya masih lebih nyaman di mata ketimbang versi aslinya yang dirilis di tahun 2010. Juga berbeda dari remake Mafia pertama, Mafia II: Definitive Edition sudah bisa dimainkan mulai sekarang di PS4, Xbox One, atau PC.

Bundel ini tentunya juga mencakup Mafia III, lengkap dengan seluruh DLC dan konten ekstranya. Berhubung masih tergolong baru, game ketiga yang dirilis empat tahun lalu ini tidak menerima pembaruan apa-apa.

Sumber: 2K Games via Eurogamer.

Chimera Squad Ialah Spin-Off Sekaligus ‘Penerus’ Seri XCOM

Kesuksesan reboot XCOM memicu lahirnya rentetan permainan strategi turn-based generasi baru, contohnya Phoenix Point, Mutant Year Zero, Phantom Doctrine hingga Battletech. Tapi sejauh ini, game yang betul-betul layak jadi penerusnya hanyalah XCOM 2. Banyak fans berharap agar Gears Tactics betul-betul mengesankan seperti janji Xbox Game Studios, namun kabar baiknya, kita juga mendapatkan satu alternatif lagi.

Secara tiba-tiba, Firaxis mengumumkan ‘babak selanjutnya’ dari seri XCOM yang mereka namai Chimera Squad. Konsepnya cukup menarik karena XCOM: Chimera Squad bukanlah sekuel ataupun expansion pack. Ia merupakan spin-off sekaligus penerus kisah XCOM 2. Chimera Squad bukan hanya digarap buat para fans XCOM, namun juga diracik sebagai gerbang masuk bagi pendatang baru ke franchise ini.

Ketika dua game XCOM sebelumnya difokuskan pada perjuangan manusia melawan penindasan alien, latar belakang Chimera Squad sedikit berbeda. Lima tahun telah berlalu setelah pemerintah bayangan Advent berhasil ditumbangkan, dan manusia serta alien akhirnya dapat hidup harmonis. Kini mereka harus membangun ulang peradaban yang sebelumnya berantakan akibat konflik. Chimera Squad ialah nama dari pasukan khusus antar-spesies penjaga keamanan Kota 31.

Di XCOM: Chimera Squad, pemain akan mengendalikan dan mengelola tim berisi 11 agen (semuanya didesain oleh Firaxis). Game tetap mempertahankan formula strategi turn-based khas XCOM, namun ada banyak hal yang dimodifikasi developer. Perbedaan karakteristik, latar belakang, serta kemampuan unik masing-masing agen sengaja diusung untuk memberi warna pada tim. Pendekatan ini kabarnya terinspirasi dari expansion pack XCOM 2: War of the Chosen.

Sejumlah perubahan lain juga lebih fundamental. Ketika misi dimulai, pemain dipersilakan memilih lokasi penerjunan pasukan – developer menyebutnya Breach Mode. Beberapa tempat bisa diinfiltrasi oleh agen tertentu, dan tiap pilihan punya keuntungan dan kekurangannya sendiri. Perbedaan selanjutnya terletak pada bagaimana turn diterapkan. Sewaktu perintah dieksekusi, agen Chimera dan pasukan musuh akan beraksi bersama-sama; tidak bergantian seperti sebelumnya.

Dan karena tiap anggota Chimera Squad merupakan bagian dari narasi permainan (mereka akan berinteraksi dengan sesamanya), Firaxis juga menghilangkan sistem permadeath (kematian permanen). Saat seorang agen tumbang di tengah misi, rekannya harus menstabilkan kondisinya. Jika gagal, misi tersebut akan gagal. Kondisi ini berbeda dari game sebelumnya, ketika misi bisa diselesaikan meski hanya tersisa satu orang di tim Anda.

XCOM Chimera Squad 1

Hal menarik lain dari Chimera Squad adalah cara 2K Games menyajikannya. Terlepas dari kontennya yang orisinal, permainan dijajakan di harga expansion pack. Saat dirilis di tanggal 24 April nanti, Anda bisa memilikinya cukup dengan mengeluarkan uang Rp 105 ribu. Harganya akan naik jadi Rp 210 ribu di tanggal 2 Mei 2020. Buat sekarang, game baru tersedia untuk Windows PC via Steam.

Via US Gamer.

 

Dapat Kontrak dengan NFL, 2K Bisa Kembali Buat Game American Football

Selama ini, game american football identik dengan franchise Madden buatan EA. Namun, 2K baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani kontrak dengan NFL. Dengan kontrak yang berlangsung selama lebih dari satu tahun ini, 2K akan bisa membuat beberapa game bertema american football. Hanya saja, game yang 2K buat bukanlah game simulasi pertandingan layaknya Madden. Dalam pernyataan resmi, 2K menyebutkan bahwa game yang mereka kembangkan akan fokus pada elemen sosial, membuat game terasa menyenangkan dan mudah untuk dimainkan.

“NFL berusaha untuk memperkuat reputasi kami di dunia gaming, yang memang merupakan salah satu fokus kami. Masuk akal bagi kami untuk kembali menjalin kerja sama dengan 2K,” kata Rachel Hoagland, Vice President and Head of Gaming & Esports, NFL, dikutip dari LA Times. “Kami pernah bekerja sama dengan mereka dan tidak aneh jika kami memutuskan untuk bekerja sama dengan mereka saat kami ingin memperbanyak game american football.”

2K menyebutkan, ada beberapa game yang sudah masuk dalam tahap awal pengembangan. Mereka berencana mulai meluncurkan sejumlah game buatan mereka pada 2021. Sayangnya, 2K tidak menjelaskan apakah game yang mereka buat akan diluncurkan untuk PC, konsol, atau mobile. “Kami telah mempersiapkan ini sejak lama,” kata Jason Argent, Senior VP for Sports Strategy and Licensing, 2K. “Kami tidak sabar untuk membuat game yang menyenangkan.”

2k kontrak NFL
Madden adalah game simulasi american football buatan EA. | Sumber: Origin

Polygon menyebutkan, kontrak antara 2K dengan NFL hanya mencakup nama dan logo dari liga american football dan 32 tim di dalamnya. Namun, kontrak itu tidak mencakup nama dan gambar dari pemain NFL. Jika 2K ingin membuat game yang menyertakan pemain NFL dalam dunia nyata, maka mereka harus membuat perjanjian dengan NFL Players Association (NFLPA).

Sementara itu, EA menyebutkan bahwa kontrak mereka dengan NFL hanya mencakup game simulasi american football. Itu artinya, selama 2K tidak membuat game simulasi serupa Madden, maka itu bukan masalah. Selain itu, kontrak NFL dengan EA akan habis pada awal 2022. Tentu saja, kemungkinan besar, EA akan memperbarui kontrak tersebut, mengingat Madden adalah franchise yang menguntungkan. Namun, tidak tertutup kemungkinan, NFL tak memperpanjang kontrak eksklusif dengan EA sehingga developer lain juga bisa membuat game simulasi american football untuk bersaing dengan EA.

Sumber header: Wikimedia Commons

Permainan 2K Games Ditarik dari GeForce Now, Epic Games Umumkan Dukungan Penuh

Ketika banyak orang berharap agar platform cloud gaming lepas landas dengan mulus, keadaan malah kurang terlihat prospektif bagi dua layanan yang belum lama ini meluncur (atau melepas status beta): Google Stadia dan GeForce Now. Pelanggan Stadia mengeluhkan minimnya pilihan konten dan fitur, sedangkan GeForce Now terus menerus kehilangan dukungan publisher third-party ternama.

Setelah Activision Blizzard dan Bethesda, minggu lalu Nvidia mengumumkan ditariknya permainan-permainan 2K Games dari layanan gaming on demand mereka. Pihak 2K Games tidak menjelaskan alasan penarikan tersebut – saya menduga dasar argumennya hampir serupa Activision dan Bethesda – tapi tentu hal ini merupakan pukulan menyakitkan bagi Nvidia. Platform mereka kehilangan lagi 20 judul esensial, hampir semuanya adalah seri franchise terkenal.

Per hari Jumat tanggal 6 Maret minggu lalu, pelanggan GeForce Now tak lagi bisa menikmati seri BioShock, Borderlands, NBA, WWE, Sid Meier’s Civilization, termasuk pula game Mafia III, The Darkness II, The Golf Club 2019, Warriors Orochi 4 dan XCOM II. Daftar lengkapnya dapat Anda simak di page pengumuman GeForce Now. Di sana Nvidia juga menyampaikan, “Saat ini kami tengah bekerja sama dengan 2K Games buat menghadirkan lagi permainan-permainan mereka.”

Namun ada secercah harapan bagi GeForce Now (dan cloud gaming secara umum) di tengah awan mendung ini. Melalui Twitter, CEO Epic Games Tim Sweeney mengumumkan dukungan penuh perusahaannya terhadap layanan besutan Nvidia itu. Epic Games berencana untuk terus menghadirkan permainan-permainan ‘eksklusif’ mereka di sana dan akan menyempurnakan integrasi antara Epic Store dengan GeForce Now.

Menurut Sweeney, Nvidia GeForce Now ialah layanan streaming paling bersabahat bagi developer serta publisher, dan sama sekali tidak membebani penjualan game dengan potongan pajak. Perusahaan video game yang ingin memajukan industri ini dan membuatnya jadi lebih sehat disarankan untuk membantu menyuburkan pengembangan platform seperti GeForce Now.

Selain Epic Games, CD Projekt Red adalah nama lain yang vokal mendukung GeForce Now. Di tanggal peluncurannya nanti, permainan Cyberpunk 2077 yang Anda beli melalui Steam segera langsung dapat dinikmati via cloud. Dan saat artikel ini ditulis, saya juga melihat tingginya permintaan konsumen terhadap integrasi antara GOG dan GeForce Now. Dikelola sendiri oleh CD Projekt, GOG (dahulu dikenal sebagai Good Old Games) ialah satu dari sedikit platform distribusi digital bebas-DRM.

Lewat sesi pengujian, GeForce Now terbukti berjalan lebih baik dibanding Stadia di sambungan internet yang ‘pas-pasan’. Itu artinya – walaupun belum tersedia resmi di sini – ia lebih kompatibel dengan gamer di Indonesia dibandingkan penawaran dari Google.

Via The Verge & PC Gamer.

2K Games Umumkan Studio Baru Bernama Cloud Chamber untuk Menangani Pembuatan Bioshock 4

Dari sekian banyak game first-person shooter (FPS), seri Bioshock merupakan salah satu yang paling populer. Franchise bikinan Irrational Games (kini bernama Ghost Story Games) ini tenar karena selalu mengangkat narasi yang kompleks sekaligus mendalam, dan gameplay-nya pun banyak memberikan kebebasan kepada pemain dalam menyelesaikan tantangan demi tantangan.

Itulah mengapa kabar mengenai pengembangan game Bioshock yang keempat layak mendapat sorotan khusus. 2K Games selaku publisher-nya mengumumkan bahwa mereka telah membentuk tim developer baru bernama Cloud Chamber untuk mengerjakan iterasi terbaru Bioshock.

Cloud Chamber

Memimpin tim tersebut adalah Kelley Gilmore, alumnus Firaxis Games yang terlibat dalam pengembangan seri Civilization maupun XCOM selama hampir dua dekade karirnya. Juga direkrut adalah sejumlah veteran dari tim Irrational Games sendiri, yang terlibat langsung dalam pembuatan Bioshock maupun Bioshock Infinite.

Satu nama yang tidak muncul adalah Ken Levine, sosok utama di balik lahirnya franchise Bioshock itu sendiri. Berdasarkan wawancara Kelley dengan GamesRadar, Ken disebut masih bersama timnya di Ghost Story Games dan tidak terlibat sama sekali dalam pengembangan game keempat Bioshock ini.

Bioshock

Detail mengenai Bioshock 4 (atau apapun namanya nanti) masih belum ada. Tidak ada yang tahu status pengembangannya sejauh ini, apakah baru dimulai atau Cloud Chamber sudah memasang target untuk merilis trailer-nya di E3 2020.

Dilansir oleh Kotaku, Bioshock 4 sebenarnya sudah dikembangkan oleh studio bernama Certain Affinity, yang portofolionya mencakup sejumlah nama besar di genre shooter macam Halo dan Call of Duty, sejak tahun 2015. Namun menjelang akhir 2016, 2K tiba-tiba membatalkan proyek tersebut tanpa ada alasan yang jelas.

Pasca pembatalan itu, 2K memutuskan untuk menangani pengembangan Bioshock 4 sendiri. Mereka diam-diam mulai merekrut sejumlah karyawan pada tahun 2017, yang kita tahu pada akhirnya membentuk studio baru bernama Cloud Chamber seperti sekarang ini.

Bioshock Infinite

Meski tidak ada pengawasan dari pencipta aslinya, saya cukup yakin Cloud Chamber akan mempertahankan nilai-nilai yang membuat Bioshock begitu mengenang selama ini, utamanya narasi yang kompleks dan banyak mengangkat konsep-konsep filsafat, serta gameplay yang mengedepankan kebebasan buat para pemain.

Bioshock 4 sudah pasti bakal tetap mengadopsi gaya shooter, dan akan sangat mengecewakan apabila pemain tidak lagi dipersilakan menggabungkan persenjataan dengan ilmu sihir seperti di tiga game sebelumnya. Dugaan saya, setting-nya masih akan bergaya steampunk, dan semoga saja lokasi barunya (seumpama ada) bisa lebih indah lagi daripada Columbia di Bioshock Infinite.

Via: VentureBeat.

Kalah Saing dengan Overwatch, Battleborn Resmi Diberhentikan pada Januari 2021

Beberapa minggu sebelum Overwatch dirilis, perpaduan gameplay MOBA dan shooter sebenarnya sudah lebih dulu diterapkan oleh game berjudul Battleborn. Kedua game itu memang menawarkan premis yang mirip – first-person shooter dengan karakter yang dibekali beragam skill unik ala game MOBA – akan tetapi yang terbukti sukses rupanya cuma Overwatch.

Sungguh malang nasib Battleborn. Hanya berselang setahun setelah diluncurkan di bulan Mei 2016, game bikinan Gearbox Software tersebut harus ‘turun kasta’ menjadi game free-to-play demi menarik minat lebih banyak pemain. Kini Battleborn malah hanya tinggal menunggu waktu; 2K Games selaku publisher-nya baru saja mengumumkan rencana untuk menutup server Battleborn pada Januari 2021.

Dampak langsung dari pengumuman tersebut adalah hilangnya Battleborn dari berbagai platform distribusi online. Selanjutnya, mulai 24 Februari 2020, para pemain Battleborn tak lagi bisa membeli mata uang virtual yang digunakan di dalam game. Lalu saat masa pensiunnya tiba di tahun 2021, Battleborn benar-benar tidak akan bisa dimainkan lagi oleh siapapun.

Battleborn

Saya pribadi merupakan pemain Battleborn sekaligus Overwatch. Sebagai penggemar berat seri Borderlands, yang notabene merupakan franchise shooter terlaris Gearbox, saya dengan mudahnya terpikat oleh Battleborn, apalagi saya juga sudah menghabiskan ribuan jam bermain DotA dan Dota 2.

Namun yang membuat Battleborn gagal menurut saya justru adalah elemen MOBA-nya yang terlalu kental. Di Battleborn, hero yang Anda mainkan akan bertempur bersama pasukan-pasukan kroco yang kerap disebut dengan istilah minion atau creep di kalangan pemain MOBA. Overwatch tidak demikian, yang saling membunuh hanyalah para hero-nya saja.

Kehadiran minion menjadikan Battleborn lebih menyerupai MOBA dibanding Overwatch. Namun di sisi lain hal itu juga berpengaruh langsung terhadap tempo dan durasi permainannya; satu match di Battleborn berlangsung jauh lebih lama daripada di Overwatch, dan ini menurut saya kurang cocok untuk mayoritas konsumen, terutama mereka yang mengekspektasikan tempo permainan cepat ala game shooter pada umumnya.

Dibandingkan Battleborn, gameplay Overwatch terkesan lebih simpel sekaligus lebih mudah dipahami / Blizzard
Dibandingkan Battleborn, gameplay Overwatch terkesan lebih simpel sekaligus lebih mudah dipahami / Blizzard

Lebih lanjut, elemen MOBA yang kental pada Battleborn juga menjadikan learning curve-nya cukup tinggi. Para pemain baru pasti akan merasa lebih kesulitan menguasai mekanik-mekanik di Battleborn ketimbang Overwatch. Sekali lagi, gameplay yang ditawarkan Battleborn sebenarnya sangat menarik, tapi menarik hanya untuk sebagian kecil konsumen saja.

Sangat disayangkan memang melihat game potensial seperti ini harus dilupakan begitu saja. Sejauh ingatan saya, durasi total saya memainkan Battleborn hanya berkisar puluhan jam, sedangkan di Overwatch saya sudah online selama ratusan jam. Durasi tiap match di Overwatch yang tergolong singkat membuat saya masih bisa sesekali memainkannya meski saya harus menjaga dua orang anak sekaligus.

Seandainya Overwatch tidak eksis, nasib Battleborn mungkin akan lebih beruntung daripada sekarang. Namun kenyataannya tidak demikian. Kedua game ini dirilis hampir bersamaan, dan yang bisa bertahan rupanya adalah yang lebih ramah terhadap pemain baru, bukan yang kelewat kompleks yang hanya memikat kalangan kecil saja.

Via: Gamasutra.

2K Games dan ESL Adakan NBA 2K20 Global Championship, Berhadiah Rp2 Miliar

2K Games akan mengadakan NBA 2K20 Global Championship. Untuk itu, 2K Games bekerja sama dengan penyelenggara turnamen esports ESL, National Basketball Association (NBA), dan National Basketball Players Association (NBPA). Game NBA 2K20 sebenarnya telah memiliki turnamen sendiri, yaitu NBA 2K League. Salah satu hal yang membedakan NBA 2K20 Global Championship dengan NBA 2K League adalah jumlah pemain. Peserta NBA 2K League adalah sebuah tim beranggotakan lima orang. Sementara pada NBA 2K20 Global Championship, hanya ada satu orang yang bermain yang akan mengendalikan satu tim basket dalam game, menurut The Esports Observer.

“Kami senang dapat bekerja sama dengan NBA, NBPA, dan ESL untuk membuat turnamen jenis baru untuk NBA 2K,” kata Jason Argent, Senior Vice President of Basketball Operations, 2K, menurut laporan ESPN. “Bagi siapapun yang tertarik untuk menguji kemampuan mereka di turnamen kelas dunia, kami mendorong Anda untuk mendaftarkan diri dan mencari tahu apakah Anda memang memiliki kemampuan untuk beradu dengan pemain terhebat di seluruh dunia.” NBA 2K20 Global Championship akan dimulai Oktober tahun ini hingga Februari tahun depan. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengadakan turnamen tersebut karena NBA 2K League tahun ini diadakan mulai April hingga Agustus. Dengan begitu, dua turnamen tersebut tidak akan saling bertabrakan.

Total hadiah yang ditawarkan untuk NBA 2K20 Global Championship adalah US$145 ribu (sekitar Rp2 miliar). Turnamen tersebut akan diadakan di tiga kawasan, yaitu Amerika, Eropa, dan Asia Pasifik. Babak kualifikasi regional akan diadakan secara online. Sementara babak final regional akan diadakan secara offline. Babak final regional tersebut akan diadakan di studio ESL di Los Angeles untuk kawasan Amerika, Paris untuk Eropa, dan Sydney untuk Asia Pasifik. Masing-masing pemenang kawasan regional akan memenangkan US$15 ribu (sekitar Rp211 juta). Delapan pemain terbaik secara internasional akan dapat bertanding di Global Finals yang diadakan pada 22 Februari 2020 di studio ESL di Los Angeles. Sang pemenang akan mendapatkan hadiah sebesar US$100 ribu (sekitar Rp1,4 miliar).

Satu hal lain yang membedakan NBA 2K20 Global Championship dengan NBA 2K League adalah skala turnamen. Sejak didirikan pada 2017, hampir semua tim yang bermain dalam NBA 2K League itu berasal dari Amerika Serikat. Dengan mengadakan NBA 2K20 Global Championship, 2K Games berusaha untuk menjangkau audiens secara global. Walau sebelum ini, NBA 2K League juga telah mengadakan babak kualifikasi internasional pertamanya di Hong Kong. Para pemain yang masuk babak final akan dapat bertanding dalam liga tersebut.

“NBA 2K20 Global Championship ini adalah turnamen tingkat dunia. Hal ini mencerminkan betapa populernya basket di seluruh dunia,” kata Matthew Holt, Senior Vice President of Consumer Products and Gaming Partnerships, NBA, seperti dikutip dari Sports Pro. “NBA 2K20 Global Championship menawarkan kesempatan pada semua orang di dunia untuk bersaing.”