UniPin Gelar SEACA 2021, Tawarkan Total Hadiah Rp655 Juta

Setelah vakum pada tahun lalu, UniPin akan kembali mengadakan Southeast Asia Cyber Arena (SEACA) pada tahun ini. Event tersebut digelar pada 12-21 November 2021. Acara utama dari SEACA adalah kompetisi SEACA Major 2021. Turnamen itu akan mempertemukan tim-tim esports dari Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Myanmar, dan Thailand. Di kompetisi itu, akan ada 32 tim yang bertanding di dua kategori. Sebanyak 16 tim akan berlaga di open tournament dan 16 lainnya di ladies tournament.

Selain itu, UniPin juga akan mengadakan Ladies Series SEA Invitational. Game yang diadu dalam kompetisi itu adalah Mobile Legends: Bang Bang. Saat ini, telah ada 10 tim dari 6 negara yang akan ikut serta dalam turnamen itu. Beberapa tim khusus perempuan asal Indonesia yang akan mengikuti kompetisi tersebut antara lain EVOS Lynx, Belletron Era, RRQ Mika, dan GPX Ladies. Secara total, hadiah yang ditawarkan UniPin di SEACA 2021 mencapai US$46 ribu atau sekitar Rp655 juta.

Tim-tim yang akan bertanding di Ladies Series SEA Invitational.

“Kami mengadakan turnamen Ladies Series dengan tujuan untuk menyediakan wadah bagi para pemain perempuan dan mendukung penuh ekosistem esports perempuan,” kata Ashadi Ang, Ketua Bidang Humas & Komunikasi dari Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) dan CEO UniPin. “Kami harap, panggung ini bisa memberikan kesempatan bagi pemain perempuan untuk menunjukkan prestasi yang lebih baik.”

Tak hanya kompetisi esports, UniPin juga akan mengadakan SEA Talks. Diadakan pada 12-14 November 2021, seri webinar itu akan membahas tentang industri esports. Beberapa pembicara yang diundang sebagai narasumber di SEA Talks adalah Pendiri Bubu Gaming dan Angel Investor dari MORPH Team, Shinta Dhanuwardoyo, CEO ONE Esports, Carlos Alimurung, CMO Galaxy Racer, Allan Phang, dan CBO EVOS Esports, Hartman Harris.

“Melalui SEACA tahun ini, kami ingin menggabungkan spirit turnamen dengan pengembangan ekosistem secara keseluruhan,” kata Debora Imanuella, Senior Vice President, UniPin Community. “Perkembangan esports telah menginspirasi kami untuk terus memperkuat komitmen UniPin bagi industri dan komunitas. Kami ingin seluruh ekosistem, dari pemain, komunitas, hingga fans, dapat berpartisipasi secara luas dan bebas.”

Kalahkan EVOS Lynx di Final, Belletron ERA Juarai UniPin Ladies Series MLBB 2021

Salah satu penyedia layanan pembayaran game terbesar di Indonesia, UniPin, baru saja merampungkan satu turnamen Mobile Legends: Bang Bang. Turnamen bertajuk Ladies Series MLBB 2021 ini diikuti oleh puluhan tim Mobile Legends: Bang Bang perempuan terbaik dari seluruh Indonesia.

Tim Belletron ERA berhasil tampil sebagai juara turnamen Ladies Series MLBB 2021 setelah mengalahkan EVOS Lynx di partai final dengan skor 3-2. Tim Belletron ERA memang tampil dominan sejak dimulainnya turnamen Ladies Series MLBB 2021 ini. Meskipun tim EVOS Lynx berusaha mengembalikan kedudukan di partai final, namun mereka masih kewalahan menghadapi ketangguhan tim Belletron ERA.

Sumber Gambar: Bigetron Esports

Kemenangan Belletron ERA dalam turnamen Ladies Series MLBB 2021 menjadi modal berharga bagi tim untuk menghadapi turnamen WSL Season 3. Selanjutnya, Belletron ERA juga akan menjadi pesaing terberat buat EVOS Lynx yang sebelumnya menjadi juara bertahan turnamen Woman Star League ini.

Turnamen Ladies Series MLBB 2021 sendiri dilaksanakan oleh UniPin pada 20 Mei 2021 hingga 27 Juni 2021 kemarin. Turnamen Ladies Series MLBB 2021 dilaksanakan secara offline pada babak playoff dan memperebutkan total hadiah sebesar Rp100 juta. Melihat banyaknya antusias pemain serta penoton dalam mengikuti Ladies Series MLBB 2021 membuat perkembangan ekosistem esports khusus perempuan semakin cerah.

UniPin Gelar Ladies Series MLBB 2021, Berhadiah Rp100 Juta

UniPin bakal mengadakan turnamen Mobile Legends khusus perempuan, Ladies Series MLBB 2021, pada 20 Mei 2021 hingga 27 Juni 2021. Alasan UniPin mengadakan turnamen ini adalah untuk mendorong partisipasi perempuan di dunia esports. Memang, sebelum ini, UniPin juga telah mengadakan turnamen esports khusus perempuan, seperti UniPin Ladies Champioinship (ULC) yang diadakan pada Februari 2021. Kompetisi khusus perempuan itu mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.

“Melihat respons yang positif, kami percaya ekosistem esports perempuan akan tumbuh subur,” kata Debora Imanuella, Senior Vice President UniPin Community Indonesia. “Antusiasme dari para penggemar serta player akan inisiatif ini membuktikan bahwa turnamen perempuan perlu mendapat perlakuan yang serius seperti turnamen-turnamen lainnya. Bahkan, Ladies Series MLBB juga dapat menjadi batu pijakan bagi para player ke turnamen yang lebih besar atau mixed tournament di masa mendatang.”

Konferensi pers dari Ladies Series MLBB 2021.

Ladies Series MLBB 2021 menawarkan total hadiah sebesar Rp100 juta. Turnamen itu akan menggunakan sistem kualifikasi terbuka. Artinya, semua pemain perempuan bebas untuk ikut serta, baik pemain amatir maupun profesional. Pendaftaran akan dibuka pada 7-18 Mei 2021. Dari sana, akan terpilih 64 tim untuk bertanding di babak kualifikasi, yang bakal diselenggarakan pada 20-22 Mei 2021.

Delapan tim terbaik di babak kualifikasi akan maju ke regular season yang berlangsung selama 3 minggu, dimulai pada 27 Mei 2021 sampai 13 Juni 2021.  Dari regular season, enam tim dengan poin tertinggi akan melanggeng ke babak playoff. Baik babak kualifikasi maupun regular season akan digelar secara online, sementara babak playoff , yang diadakan pada 25-27 Juni 2021, bakal diselenggarakan secara offline.

Penyelenggaraan Ladies Series MLBB 2021 disponsori oleh BNI dan didukung oleh Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI). Ketua Bidang Humas & Komunikasi PB ESI dan CEO Unipin Group, Ashadi Ang percaya, esports adalah industri yang tidak memandang gender. Hanya saja, dia menyayangkan, memang masih ada stigma terkait pemain perempuan di skena esports. Salah satu stigma yang ada di masyarakat adalah performa pemain perempuan tidak sebaik pemain laki-laki. Padahal, belum banyak riset yang membahas tentang kaitan gender dengan kemampuan bermain game seseorang. Jadi, belum ada kesimpulan konklusif apakah pria memang bisa bermain game dengan lebih baik dari perempuan.

Tak hanya itu, jumlah gamer dan fans esports perempuan juga tidak sedikit. Newzoo menyebutkan, sebanyak 46% dari gamers merupakan perempuan. Sementara itu, data dari Interpret menunjukkan, sekitar 30% dari total penonton esports merupakan perempuan. Dari tahun ke tahun, angka ini juga terus naik.

Ashadi menyebutkan, selama ini, turnamen esports sebenarnya bisa diikuti oleh pemain perempuan maupun laki-laki. Hanya saja, pemain perempuan terkadang merasa tidak percaya diri untuk beradu dengan pemain pria. Dengan adanya turnamen esports khusus perempuan, seperti Ladies Series MLBB 2021, hal ini diharapkan akan bisa membuat skena esports perempuan akan bisa lebih maju.

Mengintip Bisnis Perusahaan Voucher Game Digital di Indonesia

Dalam 10 tahun belakangan, industri game telah banyak berubah. Tidak hanya dari segi teknologi, tapi juga model bisnis. Jika dulu Anda harus membeli game dalam bentuk fisik — cartridge atau kepingan CD — sekarang, Anda bisa membeli game di toko digital, seperti Steam. Setelah game dibeli, Anda cukup mengunduhnya ke komputer atau konsol.

Sementara itu, dari segi model bisnis, kreator game sekarang tidak hanya mendapatkan pemasukan dari penjualan game. Terkadang, game bisa dimainkan secara gratis, tapi ada microtransaction dalam game. Item yang dijual dalam game memiliki fungsi yang berbeda. Ada yang memang berfungsi sebagai powerup, ada juga yang hanya menjadi item kosmetik. Dota 2 dan PUBG Mobile adalah contoh game yang bisa dimainkan gratis tapi menawarkan pembelian dalam game. Selain itu, publisher game sekarang juga bisa menggunakan sistem berlangganan, sehingga sebuah game masih bisa terus menghasilkan pendapatan walau telah diluncurkan beberapa tahun lalu.

Segala sesuatu yang serba digital memang memudahkan gamer untuk membeli game atau item dalam game. Masalahnya, kartu kredit adalah salah satu metode pembayaran utama. Sementara, di Indonesia, pengguna kartu kredit masih sangat sedikit. Menurut Asosiasi Kartu Kredit Indonesia, per 2019, jumlah pengguna kartu kredit Indonesia hanya mencapai 17,48 juta orang. Sementara populasi di Indonesia mencapai 267 juta orang. Itu artinya, jumlah pengguna kartu kredit di Indonesia hanya mencapai 6,55 persen dari total populasi. Untungnya, seiring dengan berkembangnya teknologi, opsi pembayaran untuk membeli game atau item game di Indonesia juga bertambah.

Pada awalnya…

Pada awal tahun 2000-an, ketika game-game MMORPG sedang populer, voucher game masih berupa voucher fisik. Anda bisa membelinya langsung di warnet tempat Anda bermain. Setelah itu, mulai muncul berbagai situs yang menjual voucher game, seperti GudangVoucher, Indomog, dan UniPin. Kemudian, perusahaan telekomunikasi mulai menawarkan metode pembayaran dengan potong pulsa. Sekarang, metode pembayaran untuk membeli game atau item dalam game sudah semakin beragam, mulai dari voucher fisik (ya, ini masih ada), pembayaran di Indomaret/Alfamart, internet/SMS banking, sampai berbagai layanan pembayaran digital, seperti GoPay dan OVO.

Kali ini, kami akan mengintip dari 3 pelaku industri payment gateway yang menjual voucher game sebagai produk layanan mereka.

Pada awalnya, UniPin hanya menjual voucher fisik untuk game. Sekarang, bisnis utama UniPin masih tetap menjual voucher game, hanya saja, dalam bentuk digital. Dengan kata lain, UniPin adalah salah satu tempat untuk top up game. Saat mengobrol dengan Poeti Fatima Arsyad, Senior VP Marketing, UniPin di kantor tempatnya bekerja, dia menjelaskan, UniPin adalah agregator, mempertemukan para publisher game dengan payment channel. Ini memudahkan para gamer untuk membeli item dalam game menggunakan metode pembayaran apapun mereka mau. Selain top up game, Anda juga bisa melakukan pembayaran untuk berlangganan produk digital lain di UniPin, seperti Netflix dan Spotify.

UniPin menjadi situs aggregator. | Sumber: UniPin
UniPin menjadi situs aggregator. | Sumber: UniPin

Perempuan yang akrab dengan panggilan Poeti ini menjelaskan, untuk dapat menjadi agregator, UniPin harus menggandeng berbagai perusahaan penyedia layanan pembayaran. Namun, mereka tidak mau sembarangan menerima metode pembayaran baru yang ada. “Ngomongin soal payment channel, kita nggak serta merta semua dimasukin. Kalau misalnya, ada yang tidak lulus OJK (Otoritas Jasa Keuangan), kita nggak mau. Kita nggak sembarangan,” katanya. Walau sudah pilih-pilih sekalipun, dia mengaku, metode pembayaran di Indonesia memang sangat banyak, lebih dari lima puluh metode pembayaran. “Kita kan negara dengan populasi terbesar ke-4 di dunia, jadi sangat normal kalau metode pembayarannya banyak.”

Selain pengakuan OJK, ada beberapa hal lain yang UniPin perhatikan sebelum mereka menerima metode pembayaran. Dua di antaranya adalah traction dan model bisnis dari sebuah payment channel yang hendak bekerja sama. Meskipun begitu, Poeti mengatakan bahwa mereka tidak memiliki persyaratan tertentu terkait jumlah transaksi atau jumlah pengguna sebuah ewallet.

“Kita nggak punya persyaratan jumlah pengguna. Itu tergantung dari proses negosiasi untuk commercial term-nya bagaimana. Karena, bagi kami, mereka adalah strategic partner kami. Tanpa mereka, kami juga tidak bisa jalan,” katanya.

GoPay mengumumkan ketersediaan sebagai opsi pembayaran terbaru di Google Play Store
GoPay mengumumkan ketersediaan sebagai opsi pembayaran terbaru di Google Play Store.

Dari semua metode pembayaran yang ada di Indonesia, Poeti bercerita bahwa OVO dan GoPay adalah metode pembayaran yang paling sering dipakai. Alasannya karena dua metode pembayaran sangat simpel. Anda bisa melakukan pembayaran via smartphone Anda. Sementara untuk bank, BCA adalah bank yang paling sering digunakan di kalangan pengguna UniPin. Dia menjelaskan, “Di sini, bank paling besar itu apa? BCA. Ya itu juga paling sering dipakai.” Rata-rata jumlah top up pengguna UniPin adalah Rp50 ribu sampai Rp100 ribu. Sementara umur pengguna UniPin biasanya ada di rentang 18 tahun sampai 40 tahun.

Poeti juga mengungkap, jika ada sebuah publisher asing hendak masuk ke Indonesia, maka mereka akan harus menjalin kerja sama dengan semua payment channel yang ada, mulai dari bank, convenient store, ecommerce, dan ewallet. “Sementara fokus mereka itu ya mengembangkan dan merilis game,” katanya. Dengan bekerja sama dengan UniPin, pihak publisher tak lagi perlu repot-repot untuk menghubungi setiap payment channel.”Kami ingin mempertemukan publisher dengan payment channel,” ujarnya.

UniPin dan Bisnis Esports

Setelah sukses menjadi aggregator, UniPin mulai masuk ke dunia esports. Awalnya, Poeti bercerita, UniPin hanya mengadakan turnamen skala kecil dan menengah. “Sebelum esports diakui di Asian Games dan SEA Games, kami sudah membuat turnamen esports yang kecil-kecil,” ungkap Poeti. Menurutnya, UniPin beruntung karena bekerja sama dengan Indomaret. “Mereka kan bisnisnya sudah seperti real estate. Di mana ada perumahan atau gedung baru, di sana ada Indomaret,” katanya. Tak hanya Indomaret, UniPin juga bekerja sama dengan sejumlah warung internet seperti High Ground dan juga restoran seperti Upnormal. Selain mengadakan turnamen, UniPin juga mulai melakukan roadshow secara gerilya dengan tujuan untuk memperkuat komunitas esports.

Pada 2018, UniPin mulai membuat turnamen dalam skala yang lebih besar. Di tahun itu, mereka menyelenggarakan SEACA (South East Asia Cyber Arena), dengan hadiah mencapai Rp1,4 miliar. Pada tahun 2019, UniPin kembali mengadakan SEACA. Kali ini, total hadiah dari turnamen tersebut naik menjadi Rp2,4 miliar. Ketika ditanya tentang alasan UniPin masuk ke esports, Poeti menjelaskan bahwa mereka mengadakan turnamen esports sebagai cara untuk mendukung ekosistem game dan esports.

Sumber: Hybrid - Akbar Priono
SEACA 2019. Sumber: Hybrid – Akbar Priono

“Kenapa kita adain turnamen esports? Karena kalau kita dukung ekosistem, kalau ekosistem terbentuk dengan baik dan stabil, bisnis kita jalan,” jawab Poeti saat ditanya alasan UniPin untuk ikut masuk ke dunia esports. Dia mengaku, mengadakan turnamen esports memberikan dampak langsung pada bisnis mereka sebagai aggregator. “Impact dari esports ke bisnis, aku bisa bilang lebih dari 100 persen, lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan ketika tidak ada event,” ujarnya.

Poeti menjelaskan, jika ekosistem esports tumbuh, ini akan mendorong orang untuk semakin sering bermain atau bermain dengan lebih kompetitif, yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah uang yang dihabiskan oleh para gamer dalam game. “Esports mengajarkan para penontonnya untuk berkompetisi dengan sehat. Karena ada perlombaan, jadi para gamer mau mengasah skill mereka. Dengan adanya esports, spending juga jadi lebih besar,” aku Poeti.

GoPay

Walau pada awalnya GoPay tersedia hanya untuk melakukan pembayaran dari berbagai layanan GoJek, sekarang GoPay bisa digunakan untuk membeli berbagai hal, termasuk top up game. Senior Marketing Manager GoPay, Reza Putranta menjelaskan, industri game memiliki potensi besar di Indonesia. Tidak heran, mengingat jumlah gamer di Tanah Air yang memang tidak sedikit. “Jumlah gamers di Indonesia diperkirakan mencapai 60 juta pada 2019, meningkat menjadi 100 juta gamer pada tahun 2020 ini,” kata Reza dalam pernyataan resmi pada Hybrid. “Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat satu di Asia Tenggara dan peringkat enam di Asia.”

GoGames jadi fitur terbaru GoJek. | Sumber: YouTube Gojek
GoJek targetkan gamer dengan GoGames. | Sumber: YouTube Gojek

Selain UniPin, GoPay juga berkolaborasi dengan sejumlah pihak dalam rencananya untuk menyasar gamer, seperti Codashop, GOC, dan, uPoint. “Sejak Agustus 2019 lalu, pengguna juga sudah bisa top up game dan membayar beragam aplikasi pakai GoPay di Google Play,” ujar Reza. “Ke depan, kami terbuka untuk berkolaborasi dengan semua pihak yang memiliki kesamaan visi.” Reza mengatakan, sejak itu, transaksi GoPay terkait game terus naik. “Jumlah transaksi GoPay di Google Play naik hingga tiga kali lipat dari Agustus hingga Desember 2019. Sebanyak 60 persen transaksi didominasi oleh game, 40 persen sisanya untuk pembayaran aplikasi streaming dan webtoon,” dia mengaku.

Sementara itu, game yang paling populer di kalangan pengguna GoPay adalah Free Fire, Mobile Legends, PUBG Mobile, Game of Sultan, Gardenscape, Homescape, dan Hago. Selain menjadi channel pembayaran, Reza mengatakan, GoPay juga tertarik untuk mendukung industri esports. Salah satu caranya dengan menjadi title sponsor dari GoPay Mobile Legend Campus Championship 2020. Tahun lalu, GoPay juga mensponsori salah satu tim esports terbesar Indonesia, RRQ.

Razer

Sejak awal, UniPin memang perusahaan yang menjual voucher game dan GoPay adalah payment channel yang kemudian memutuskan untuk melayani para gamer. Sementara itu, Razer adalah perusahaan peripheral gaming yang kemudian mencoba untuk menyediakan layanan finansial, salah satunya metode pembayaran. Razer pertama kali meluncurkan zGold dan zSilver pada 2017. Ketika itu, Razer zGold adalah mata uang digital yang dapat digunakan untuk membeli item dalam game, sementara zSilver adalah platform untuk reward ssytem. Pada Desember 2018, Razer mengubah nama kedua produknya menjadi Razer Gold dan Razer Silver, walau fungsi keduanya masih sama.

Selain itu, Razer juga menyediakan Razer Pay, sebuah ewallet. Razer pay pertama kali diluncurkan di Malaysia pada 2018. Menurut laporan The Drum, per 30 Juni 2019, jumlah pengguna Razer Pay telah mencapai satu juta orang. Sayangnya, saat ini, Razer Pay hanya tersedia di Malaysia dan Singapura.

Razer Gold merupakan mata uang digital untuk membeli item dalam game. | Sumber: Razer
Razer Gold merupakan mata uang digital untuk membeli item dalam game. | Sumber: Razer

“Beberapa tahun belakangan, kami terus menciptakan produk baru untuk menjadi bagian dari generasi muda dan milenial di dunia. Ini memberikan kami kesempatan untuk mencoba masuk ke berbagai industri baru,” kata Lee Li Meng, Chief Strategic Officer Razer dan CEO Razer Fintech, dikutip dari The Drum. Salah satu industri baru yang diminati Razer adalah finansial. Sekarang, mereka bahkan memiliki Razer Fintech, divisi yang khusus mengembangkan layanan finansial.

Pada awal tahun ini, Razer mengungkap rencananya untuk membuat bank digital. Di bawah Razer Fintech, mereka meminta lisensi bank digital pada Monetary Authority of Singapore (MAS). Tujuannya adalah untuk menyediakan produk finansial yang transparan untuk generasi muda. Selain itu, dengan menyediakan berbagai layanan finansial, Razer juga berharap, generasi muda akan semakin melek akan literasi keuangan. Memang, Razer mengklaim bahwa 80 persen dari total pengguna mereka — yang mencapai 80 juta orang di dunia — berumur kurang dari 35 tahun.

“Razer Fintech akan fokus pada segmen generasi muda dan milenial yang masih kesulitan mendapatkan layanan finansial. Kami percaya, membuat Razer Youth Bank adalah keputusan yang masuk akal untuk memperluas bisnis pembayaran digital kami,” kata Lee Li Meng.

Kesimpulan

Seiring dengan perkembangan teknologi, maka model bisnis developer game juga terus berubah. Kini, semakin banyak game yang menggunakan model berlangganan atau free-to-play dengan microtransaction di dalamnya. Ada pihak yang diuntungkan dengan model ini, walau tentu saja, juga ada pihak dirugikan (tapi topik itu akan dibahas dalam artikel lain).

Kartu kredit menjadi metode pembayaran utama yang disediakan oleh publisher game. Sayangnya, di Indonesia, tak banyak orang yang punya kartu kredit. Jadi, mulai bermunculan alternatif metode pembayaran mulai dari mobile banking, ewallet, sampai penjualan voucher di convenient store. Ada banyak perusahaan yang tertarik untuk menyediakan payment channel adalah kabar baik bagi konsumen. Ini memberikan Anda kebebasan untuk memilih metode yang memang paling nyaman untuk Anda.

Sumber header: Flickr/Hloom Template

SEACA 2019 Ingin Menjadi Gerbang Pemain Amatir Untuk Menjadi Profesional

Tanggal 8 November 2019 telah menjadi momen pembukaan dari salah satu gelaran esports terbesar di Indonesia, Southeast Asia Cyber Arena. Para peserta dari berbagai daerah di Indonesia datang untuk berkompetisi dan beradu gengsi mulai dari 8 sampai 10 November 2019 di Kartika Expo, Balai Kartini, Jakarta.

Mengusung sistem kompetisi terbuka, kompetisi ini berhasil menjaring 10.000 tim peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Semua peserta memberikan usaha terbaiknya demi mendapat tempatnya bertanding di Grand Final UniPin SEACA 2019. Kualifikasi dibagi jadi dua bagian kualifikasi, yang dimulai sejak April 2019 lalu. Untuk kualifikasi Indonesia ada UniPin Indomaret Championship dan UniPin City League. Begitu juga dengan kualifikas tingkat Asia Tenggara yang dibagi menjadi, Unipin KK Mart Championship (UKK Championship yang diselenggarakan di Malaysia dan UniPin SEACA 2019 Phillippine Qualifer.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Setelah pertandingan demi pertandingan berlangsung, kini tersisa 464 peserta saja, yang terbaik ke dalam 66 tim. Total peserta tersebut bertanding terbagi ke dalam 3 cabang game yang dipertandingkan oleh SEACA 2019, yaitu Dota 2, Free Fire, dan PUBG Mobile. Mereka akan memberikan jerih payah terbaiknya untuk memperebutkan total hadiah sebesar Rp2,4 Miliar.

Advokasi Sistem Terbuka dan SEACA 2019 Sebagai Wadah Berkompetisi Amatir/Semi-Pro

Sebelum ini, Hybrid sudah sempat membahas soal sistem liga kompetisi yang umum digunakan di dunia olahraga. Dua sistem ini adalah sistem kompetisi tertutup atau dikenal juga sebagai franchise model, satu lagi sistem terbuka atau dikenal sebagai european sports system.

Keduanya punya kelebihannya masing-masing. Sistem tertutup mungkin lebih untung bagi pemodal besar, karena memastikan sustanability ekosistem bisnis suatu liga. Di Indonesia sistem ini pertama kali dicoba untuk MPL ID Season 4. Sementara sistem terbuka cenderung lebih menguntungkan komunitas, karena semua orang punya kesempatan yang sama untuk bertanding di panggung utama.

Ashadi Ang, CEO dan CoFounder UniPin menekankan bahwa dirinya ingin mendorong sistem kompetisi terbuka yang bisa memunculkan bibit-bibit unggul untuk ekosistem esports, lewat SEACA. “Kami ini menerbangkan juara-juara dari kotanya masing-masing ke Jakarta, dan mereka yang kami terbangkan tersebut adalah pemain tingkat amatir atau semi-pro. Lewat SEACA para pemain jadi bisa menunjukkan bakatnya, dan harapannya mereka nantinya bisa direkrut oleh organisasi esports profesional.”

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Saat diwawancarai dalam sesi doorstop oleh awak Media, Ashadi juga mengemukakan sedikit pendapatnya terhadap sistem kompetisi tertutup. “Balik lagi, visi saya adalah agar SEACA bisa menjadi wadah bagi pemain dari berbagai kalangan yang ingin menunjukkan bakatnya, dan membuat kompetisi ini sebagai gerbang menuju tingkat profesional. Contohnya seperti SEACA tahun lalu saat juara SEACA 2018 direkrut oleh tim profesional. Dari saya, SEACA tujuannya adalah untuk mencari bibit-bibit baru di ekosistem esports. Hal ini tentunya tidak mungkin dilakukan jika saya langsung meminta biaya investasi sebesar US$1 juta kepada para peserta. Tapi kalau soal sistem terbuka atau tertutup, nantinya mungkin tergantung dari regulasi PB (Pengurus Bersama) Esports saja. Saya sebagai swasta akan mengikuti regulasi yang ada nantinya.”

Satu kekhawatiran dari sistem kompetisi seperti SEACA mungkin adalah soal para pemain yang nantinya jadi terlalu cepat matang atau ibarat matang dikarbit.  Namun demikian, inisiatif seperti tetap menjadi salah satu yang dibutuhkan, sebagai wadah putra daerah untuk unjuk kemampuan mereka di tingkat nasional.

UniPin Hadirkan SEACA 2019 Dengan Konsep dan Suasana Baru

Salah satu kompetisi terbesar di Asia Tenggara, SEA Cyber Arena (SEACA), kembali hadir di tahun 2019. Tahun ini, kompetisi yang diselenggarakan oleh UniPin Esports mempertandingkan empat cabang game, yaitu Dota 2, Free Fire, PUBG Mobile, dan Tekken 7 sebagai cabang eksibisi.

Ada beberapa perbedaan yang terasa pada SEACA tahun ini jika dibandingkan dengan tahun lalu. Absennya WESG dari rangkaian acara, menjadi salah satu hal yang cukup terasa pada SEACA 2019. Kendati demikian SEACA tahun ini menawarkan rangkaian acara dan suasana baru, lewat gelaran SEAME (SEA Millenial Expo), UIC (UniPin Indomaret Championship), UCL (UniPin City League), ditambah dengan venue acara yang berbeda, yaitu Balai Kartini.

Sumber: Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Hybrid – Akbar Priono

UIC merupakan bagian dari rangkaian Road to SEACA 2019. Mempertandingkan Free Fire, gelaran UIC bekerja sama dengan Indomaret, dan digelar di Indomaret terbesar di 24 kota di Indonesia. Sama seperti UIC, UCL juga merupakan bagian dari rangkaian SEACA 2019.

Bedanya, UCL diselenggarakan di 12 kota berbeda dengan mempertandingkan game yang sama, Free Fire. Nantinya, jawara-jawara dari rangkaian UIC dan UCL akan diundang untuk bertanding di main event SEACA 2019 pada bulan November mendatang.

“Hal ini mengingat semakin meningkatnya jumlah penggemar esports di Indonesia. Maka dari itu, lewat gelaran SEACA, UniPin adalah wujud nyata untuk mendukung minat dan hobi generasi muda Indonesia di bidang esports.” Ashadi Ang, CEO dan Co-Founder UniPin, dalam gelaran konfrensi pers yang diselenggarakan di Grand Indonesia pagi (23 Juli 2019) tadi.

Untuk gelaran utama SEACA 2019, nantinya akan ada kualifikasi di beberapa negara Asia Tenggara. Selain dari kualifikasi Indonesia, akan ada juga kualifikasi SEACA Filipina yang diselenggarakan pada Agustus 2019. Selanjutnya disusul dengan kualifikasi SEACA Malaysia yang diselenggarakan pada September 2019 mendatang.

Sumber: SEACA Official Media
Panggung megah SEACA 2018 yang diselenggarakan di Atrium Mall Taman Anggrek Sumber: SEACA Official Media

Kualifikasi akan diselenggarakan untuk cabang game Dota 2 dan PUBG Mobile. Nantinya, dari kualifikasi berjalan, akan dipilih 2 tim terbaik untuk bertanding di dalam gelaran utama SEACA 2019 di Indonesia, untuk memperebutkan total hadiah sebesar Rp2,4 miliar.

Kehadiran SEACA dapat menjadi wadah bagi Anda yang ingin merintis karir sebagai atlet esports di Indonesia. Dengan sistemnya yang terbuka, siapapun punya kesempatan yang sama untuk menjadi juara di dalam kompetisi ini. SEACA 2019 akan diselenggarakan pada tanggal 8 hingga 10 November 2019 mendatang di Kartika Expo, Balai Kartini.

UniPin Resmi Menggelar Kompetisi Esports SEACA Tingkat Asia Tenggara

Potensi esports di Indonesia terus meningkat, hal tersebut dibuktikan dari munculnya sejumlah kompetisi besar di ranah gaming. Salah satunya dari UniPin esports, mereka telah resmi menggelar kompetisi esports tingkat Asia Tenggara bertajuk SEACA (South East Asia Cyber Arena) yang berlangsung pada tanggal 17 sampai 21 Oktober 2018.

Kompetisi SEACA ini menghadirkan tim-tim profesional dari Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina – mereka akan berlaga untuk memperebutkan total hadiah senilai Rp1,4 milyar. Beberapa game yang dipertandingkan antara lain: Mobile Legends: Bang Bang, Arena of Valor (AOV), PlayerUnknown’s Battleground (PUBG), Point Blank, dan DOTA 2.

Kompetisi SEACA diawali babak kualifikasi, di Indonesia sendiri telah digelar di 16 kota dan menjaring 230 finalis. Acara finalnya akan diadakan di Mall Taman Anggrek Jakarta dan diagendakan dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. H. Joko Widodo (Jokowi).

Foto 4

Di acara SEACA ini, turut menghadirkan kompetisi World Electronic Sports Games (WESG) dengan total hadiah sebesar US$5,5 juta, di mana pemenangnya akan dikirim untuk bertanding mewakili Indonesia di kancah Internasional yang grand final- nya akan diselenggarakan di China.

Perkembangan Esports

Menurut Newzoo, pada tahun 2017 terdapat 43,7 juta gamer di Indonesia yang rela membelanjakan uangnya hingga total US$880 juta dan menempatkan Indonesia di posisi 16 dunia dari sisi pendapatan yang berasal dari game online.

Sementara, di kawasan Asia Tenggara terdapat 9,5 juta penggiat esports, jumlah ini akan naik dua kali lipat di tahun 2019. Diperkirakan total jumlah penonton esports lebih dari 40 juta orang di tahun 2019, dan Indonesia termasuk dalam 6 negara besar selain Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam yang menyumbang 98% penggiat esports di kawasan ini.

Setelah pada Asian Games 2018 menjadi pertandingan eksibisi, esports akan mulai dipertandingkan di ajang Asian Games 2022 mendatang. Fenomena meningkatnya pertumbuhan industri esports di kawasan Asia Tenggara ini yang menjadi pertimbangan PT. Dua Puluh Empat Jam Online membentuk UniPin esports untuk menggelar acara SEACA.

Foto 3

“Kami ingin membangun dan mempromosikan gaya hidup sehat melalui esports. Hal ini sejalan dengan visi kami menjadikan Indonesia sebagai pusat esports se-Asia Tenggara, karena Indonesia memiliki potensi yang sangat besar yaitu populasi terbesar di Asia Tenggara dan ke-4 di dunia. Kami yakin dan mampu untuk mencapai visi dan misi tersebut, karena kami memiliki dukungan teknologi dan analisis data yang memudahkan untuk memetakan perilaku dan preferensi para gamer.” Ujar Co-founder & CEO UniPin, Ashadi Ang.

“Melalui event SEACA ini kami berharap akan memotivasi serta menumbuhkan kesadaran pada generasi muda bahwa esports bila ditekuni secara sungguh-sungguh dan profesional akan menjadi profesi yang sangat menjanjikan. Harapan kami kedepannya dukungan dari berbagai pihak, khususnya pemerintah akan semakin besar sehingga industri esports akan semakin berkembang dan Indonesia sebagai pusat eSports di Asia Tenggara akan tercapai.” tambah Ashadi.

Selain itu, kompetisi Cosplay juga turut meramaikan acara ini dan penutupan akan dihadiri oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Bapak Rudiantara S.Stat. MBA, serta performance dari RAN. Bagi masyarakat umum yang ingin hadir menonton, acara ini tidak dipungut biaya dan bisa langsung datang ke Mall Taman Anggrek.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner UniPin Esports

Gamers Mobile Legends Kini Dapat Top Up Melalui UniPin

Kepopuleran game mobile dengan genre MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) seperti Mobile Legends: Bang Bang, tidak dipungkiri lagi sedang meroket di Indonesia. Game garapan developer Moonton ini telah di-download lebih dari 50 juta kali di Google Play Store.

Di Indonesia sendiri, Mobile Legends punya 10 juta pengguna aktif dan pengguna yang mendaftar mencapai 30 juta. Para pemain Mobile Legends, khususnya yang di Indonesia kini akan semakin dimanjakan, karena dapat melakukan top up melalui UniPin.
Mobile-Legends-Kini-Dapat-Top-Up-Melalui-UniPin
UniPin kini telah resmi menjadi official payment partner dari game MOBA fenomenal Mobile Legends. UniPin sendiri adalah sebuah produk yang diciptakan oleh PT Dua Puluh Empat Jam Online, yang sudah berkiprah di industri game Tanah Air selama 6 tahun.

Saat ini, UniPin telah menjadi payment gateway game di Indonesia dengan 2,5 juta pengguna yang aktif membayar. UniPin sendiri berambisi untuk menjadi sebuah solusi yang menyediakan pembayaran untuk semua jenis game online di seluruh Indonesia.

“Kami menganut Falsafah, customer adalah soul kami, jadi memenuhi keinginan gamers merupakan tanggung jawab kami”. Ujar Ashadi Ang selaku Direktur Eksekutif PT. Dua Puluh Empat Jam Online, dalam acara di Jakarta kemarin.

Ashadi Ang menambahkan, kekuatan utama UniPin antara lain karena penggunaan big data analytics sehingga dapat dengan mudah mempelajari karakter dan kebiasaan para gamers. Data ini berguna untuk strategy partner UniPin dalam membuat strategy planning yang berhubungan dengan penetrasi market di Indonesia, sehingga mudah untuk menentukan arah pengembangan bisnis.
top-up-mobile-legends-unipin
Dengan terjalinnya kerja sama ini, UniPin mentargetkan 10 juta pengguna aktif Mobile Legend di Indonesia untuk beralih melakukan top up melalui UniPin. Anda bisa melakukan top up mulai dari nominal Rp10 ribu dan paling besar Rp500 ribu. Anda juga dapat melakukan pembelian bundling starlight member dan diamond di angka Rp300 ribu dan Rp500 ribu.

Bagi Anda yang ingin membeli bundling starlight member dan diamond bisa didapatkan di sini (UniPin Starlight) dan untuk top up Mobile Legends via UniPin bisa lewat sini (UniPin top up Mobile Legends).

UniPin Hadirkan Solusi Payment Bagi Online Gamers Indonesia

Kesulitan mendapatkan voucher game sebagai “alat” payment in-game purchase merupakan masalah utama yang jamak ditemui oleh para online gamer di Indonesia. Kurangnya distribusi yang merata di berbagai spot penjualan voucher dan ketersediaan yang terbatas dituding sebagai masalah yang perlu perhatian khusus bagi para gamer. Melihat hal tersebut, UniPin yang merupakan startup pembayaran Indonesia memiliki alternatif terbaik dalam mengatasi dilematis voucher game fisik tersebut. Continue reading UniPin Hadirkan Solusi Payment Bagi Online Gamers Indonesia