10 Kamera untuk Video dengan Harga Kurang dari 10 Juta Rupiah yang Bisa Dibeli di Indonesia

Hampir semua kamera modern, termasuk halnya smartphone, bisa digunakan untuk menjepret foto dan merekam video sekaligus. Kendati demikian, tidak semuanya betul-betul didedikasikan untuk perekaman video.

Memilih kamera untuk video pada dasarnya lebih rumit ketimbang memilih kamera untuk foto, sebab yang perlu diperhatikan bukan cuma resolusi video yang dapat dihasilkan saja. Rekan saya, Lukman, sebelumnya sempat menuliskan sejumlah tips memilih kamera untuk video, dan di artikel ini, saya ingin memberikan rekomendasi langsung terkait kamera-kamera yang pantas dibeli, khususnya bagi yang memiliki bujet terbatas.

Tanpa basa-basi lebih jauh, berikut adalah 10 kamera untuk video yang bisa dibeli di Indonesia dengan dana kurang dari 10 juta rupiah.

1. Sony ZV-1

Dari perspektif sederhana, Sony ZV-1 pada dasarnya merupakan Sony RX100 yang sudah dioptimalkan untuk pengambilan video. Berbekal sensor 1 inci dan bodi yang ringkas, ia pantas dijadikan senjata andalan saat vlogging, apalagi jika melihat layarnya yang bisa dihadapkan ke depan. Keberadaan lensa 24-70mm f/1.8-2.8 juga membuatnya semakin fleksibel.

Kemampuan videonya pun tidak boleh diremehkan. Sony ZV-1 mampu merekam dalam resolusi maksimum 4K 30 fps dengan bitrate 100 Mbps dan tanpa pixel binning pada format XAVC S. Ia juga dibekali hot shoe dan colokan untuk mikrofon eksternal seandainya pengguna tidak puas dengan kualitas mikrofon bawaannya (yang sebenarnya sudah tergolong bagus).

Di Indonesia, kamera ini bisa dibeli dengan harga Rp9.499.000. Anda hanya perlu menyiapkan SD card, maka perangkat bisa langsung digunakan. Buat yang ingin tahu lebih detail mengenai kamera ini, Anda bisa membaca review lengkapnya di sini.

Link pembelian: Sony ZV-1

2. Sony RX0 II

Anda lebih suka dengan desain ala action cam? Coba lirik Sony RX0 II. Kamera ini betul-betul Sony rancang untuk videografer, baik yang masih amatir sampai yang sudah masuk kelas profesional. Para vlogger pun masuk sebagai target pasarnya, sebab layarnya memang bisa dilipat sampai menghadap ke depan.

Di balik ukurannya yang terbilang mungil, bernaung sensor 1 inci bertipe stacked dengan kemampuan merekam dalam resolusi 4K 30 fps, juga dengan bitrate 100 Mbps dan tanpa pixel binning pada format XAVC S. Seperti kebanyakan action cam, ia mengemas lensa fixed (24mm f/4.0). Input mikrofon pun juga tersedia bagi yang membutuhkan.

Dengan banderol Rp9.999.000, kamera ini bakal jadi upgrade yang sangat signifikan bagi mereka yang masih menggunakan smartphone untuk merekam video. Silakan baca artikel hands-on singkatnya seandainya masih penasaran.

Link pembelian: Sony RX0 II

3. Panasonic Lumix LX10

Alternatif lain buat para vlogger, kamera ini turut mengemas sensor 1 inci pada bodi mungilnya. Tipikal Panasonic, sensor tersebut ditandemkan dengan lensa Leica 24-72mm f/1.4-2.8. Sistem penstabil gambar 5-axis turut tersedia, tapi ini hanya bisa aktif ketika merekam video di resolusi 1080p ke bawah.

Namun tak usah khawatir, sebab kamera ini tetap mampu merekam dalam resolusi maksimum 4K 30 fps di bitrate 100 Mbps. Kekurangannya mungkin hanya satu: ia tidak punya port mikrofon. Oh dan satu lagi, ia merupakan produk keluaran tahun 2016. Terlepas dari itu, ia tetap sangat bisa diandalkan untuk keperluan merekam video, dengan catatan dana Anda tidak kurang dari Rp9.499.000.

Link pembelian: Panasonic Lumix LX10

4. Panasonic Lumix G85

Kalau yang diincar adalah fleksibilitas terbaik, maka Anda harus mempertimbangkan kategori mirrorless. Di rentang harga ini, ada Lumix G85. Ia dibekali sensor Micro Four Thirds dan sanggup merekam dalam resolusi 4K 30 fps dengan bitrate 100 Mbps. Ia bahkan punya port HDMI out untuk disambungkan ke external recorder.

Kamera ini memang bukan model yang paling baru, tapi harganya sudah tinggal Rp7.999.000, sehingga sisa dua jutanya bisa dibelikan lensa. Memangnya ada lensa semurah itu yang mendukung autofocus? Well, silakan tengok lensa 14-42mm f/3.5-5.6 milik Olympus, yang sepenuhnya kompatibel dan dijual seharga 1,3 juta saja. Atau kalau bujet Anda bisa melar sedikit, tersedia pula bundel G85 plus lensa 25mm f/1.7 seharga 10,5 juta.

Link pembelian: Panasonic Lumix G85 (body only)

5. Fujifilm X-T200

Mirrorless lain yang patut dilirik adalah Fujifilm X-T200, yang bisa didapat seharga Rp9.499.000, sudah termasuk lensa 15-45mm f/3.5-5.6. Ia mengemas sensor APS-C dan sanggup merekam video 4K secara proper di 30 fps, dengan bitrate maksimum 100 Mbps, tidak seperti pendahulunya yang terbatas di 4K 15 fps saja (alias tidak usable).

Seperti hampir semua kamera yang ada di artikel ini, layarnya juga bisa dihadapkan ke depan sehingga cocok untuk keperluan vlogging. Hot shoe dan colokan 3,5 mm juga tersedia sehingga pengguna bisa memasangkan mikrofon eksternal dengan mudah.

Link pembelian: Fujifilm X-T200

6. Canon PowerShot G7 X Mark III

Model compact premium dari Canon ini menawarkan peningkatan pesat dibanding generasi sebelumnya dalam bentuk sensor 1 inci bertipe stacked. Kemampuan videonya pun juga dirombak besar-besaran. 4K 30 fps dengan bitrate 120 Mbps adalah opsi tertinggi yang bisa dipakai, dan ia bahkan dibekali mode khusus untuk live streaming ke YouTube dalam resolusi 1080p 30 fps. Ya, langsung dari kamera dengan mengandalkan Wi-Fi.

Canon bahkan mengambil satu langkah ekstra dengan menyematkan mode perekaman video vertikal, sehingga hasilnya bisa langsung diedit di smartphone dan dibagikan ke media sosial. Ia memang tidak punya hot shoe, tapi setidaknya masih ada colokan 3,5 mm untuk mengakomodasi mikrofon eksternal.

Harganya? Rp9.499.000 saja. Simak juga ulasan lengkapnya untuk mendapatkan impresi yang lebih lengkap.

Link pembelian: Canon PowerShot G7 X Mark III

7. Insta360 One R 1-Inch Edition

Buat yang berniat membawa kameranya bertualang, Anda tentu butuh action cam dengan fisik yang tangguh. Salah satu kandidatnya adalah Insta360 One R 1-Inch Edition yang dijual seharga Rp8.749.000. Kamera ini tak hanya sekadar mengandalkan bodi yang kokoh saja (bisa menyelam sampai 5 meter tanpa bantuan casing tambahan), tetapi spesifikasinya pun sangat mumpuni berkat sensor 1 inci dan lensa 14,4mm f/3.2 yang dikembangkan bersama Leica.

Resolusi maksimum yang dapat direkam adalah 5,3K 30 fps dengan bitrate 100 Mbps. Namun hal menarik lain dari kamera ini adalah desain modularnya; sensor dan lensanya itu bisa dicopot dan diganti dengan modul yang lain. Insta360 bahkan punya modul berlensa ganda yang dapat dipakai untuk merekam video 360 derajat.

Link pembelian: Insta360 One R 1-Inch Edition

8. GoPro Max

Kalau memang yang diincar adalah perekaman video 360 derajat, maka GoPro Max bisa jadi salah satu alternatif yang menarik. Menarik karena selain bisa merekam video 360 derajat dalam resolusi 5,6K 30 fps, ia juga dapat berperan sebagai action cam biasa maupun kamera vlogging, meski di mode ini resolusinya cuma terbatas di 1440p 60 fps saja.

Seperti GoPro modern lain, Max turut dibekali sistem stabilisasi HyperSmooth yang sangat efektif dalam meredam guncangan. Total ada enam buah mikrofon yang tertanam di kamera ini, dan GoPro mengklaim kinerjanya tak kalah dari shotgun mic.

GoPro Max memang sudah tidak tergolong baru, tapi itu berarti harganya pun sudah turun menjadi Rp7.828.000. Namun kalau Anda menginginkan yang terbaik dari GoPro, masih ada kamera lain yang lebih oke.

Link pembelian: GoPro Max

9. GoPro Hero10 Black

Kamera lain yang saya maksud adalah GoPro Hero10 Black yang masih sangat gres. Dibandingkan versi sebelumnya, Hero10 mengemas sensor baru sekaligus prosesor baru. Alhasil, kemampuan perekaman videonya naik menjadi 5,3K 60 fps, atau 4K 120 fps. Ya, Anda bisa menciptakan adegan slow-motion di resolusi 4K menggunakan kamera ini.

Kinerja kamera secara keseluruhan juga lebih gegas daripada pendahulunya, sehingga semua pemrosesan bakal rampung dalam waktu yang lebih singkat. Pembaruan pada sistem penstabil gambarnya berarti ia dapat meredam guncangan yang lebih ekstrem daripada sebelumnya.

Di Indonesia, pre-order GoPro Hero10 Black saat ini sudah dibuka di harga Rp8.499.000, dengan estimasi kedatangan pada akhir Oktober 2021. Buat yang sebelumnya memiliki Hero9, semua aksesori untuk kamera tersebut kompatibel dengan Hero10.

Link pembelian: GoPro Hero10 Black

10. DJI Pocket 2

Untuk mendapatkan stabilisasi yang lebih baik, videografer biasanya memanfaatkan alat bantu bernama gimbal. Kalau tidak mau ribet, Anda juga bisa mencari kamera yang dari sananya memang sudah dibekali gimbal bawaan. Contohnya seperti DJI Pocket 2 ini.

Duduk manis di gimbal 3-axis miliknya adalah sensor 1/1,7 inci dan lensa 20mm f/1.8 yang siap digunakan untuk merekam video 4K 60 fps dengan bitrate 100 Mbps. Berkat keberadaan sebuah layar mungil, kamera ini tentu juga sangat ideal untuk vlogging.

Konsumen tanah air bisa membeli kamera ini seharga Rp5.999.000. Sederet aksesori opsional juga tersedia guna semakin menambah fleksibilitasnya.

Link pembelian: DJI Pocket 2

Zhiyun Weebill 2 Adalah Handheld Gimbal Komplet dengan Layar Sentuh Terintegrasi

Nama Zhiyun tentu sudah tidak asing lagi di telinga kalangan videografer. Tidak hanya di kalangan pengguna amatir saja, deretan handheld gimbal bikinan Zhiyun juga populer di kalangan pengguna profesional. Yang terbaru, mereka punya gimbal menarik bernama Zhiyun Weebill 2.

Perangkat ini merupakan penerus dari Weebill-S yang diluncurkan di tahun 2019. Keduanya tentu memiliki sejumlah kemiripan, utamanya desain ringkas yang serupa, dengan rangka seberat 1,5 kilogram saja. Bobot itu tergolong ringan untuk sebuah gimbal yang mampu membopong kamera sekelas Canon EOS 5D Mark IV dengan mudah, lengkap beserta lensa Canon EF 24-70mm f/2.8 yang terpasang.

Selain DSLR, Weebill 2 tentu juga ideal disandingkan bersama kamera mirrorless, seperti misalnya Sony a7 III yang dipasangkan dengan lensa Sony FE 24-70mm f/2.8 GM. Berkat penggunaan sensor baru dan torsi motor yang telah disempurnakan, kinerjanya diklaim lebih responsif, lebih stabil, sekaligus lebih minim getaran dibanding pendahulunya.

Seperti pendahulunya, Weebill 2 juga menawarkan kemudahan untuk berganti mode menggenggam tanpa harus mengubah struktur rangkanya secara keseluruhan. Satu perbedaan terbesarnya adalah, Weebill 2 dibekali sebuah layar sentuh 2,88 inci terintegrasi yang dapat dilipat dan diputar. Selain untuk memudahkan pengaturan parameter, layar ini tentu juga dapat dimanfaatkan untuk memonitor hasil tangkapan kamera tanpa menginterupsi proses syuting.

Semua fitur yang ditawarkan Weebill 2, mulai dari one-touch smart follow, timelapse, sampai kendali gestur, dapat diakses melalui layar flip-out ini. Dengan kata lain, pengguna Weebill 2 tak lagi memerlukan bantuan aplikasi pendamping di smartphone seperti pada gimbal Zhiyun lainnya.

Sayang keberadaan layar sentuh dan peningkatan kinerja ini harus dibayar dengan penurunan daya tahan baterai. Dalam sekali charge, Weebill 2 bisa beroperasi sampai 9 jam nonstop. Bandingkan dengan pendahulunya yang memiliki daya tahan baterai sekitar 14 jam. Untungnya, waktu charging yang dibutuhkan Weebill 2 lebih singkat, dan ia juga dapat tetap berfungsi selagi dicolokkan ke power bank.

Zhiyun saat ini sudah memasarkan Weebill 2 dalam empat variasi bundel: Weebill 2 Standard seharga $549, Weebill 2 Combo seharga $649, Weebill 2 Pro seharga $899, dan Weebill 2 Pro+ seharga $1.099. Bundel termahalnya itu mencakup dua aksesori tambahan berupa Zhiyun MasterEye Visual Controller dan TransMount Image Transmitter AI.

Sumber: PetaPixel.

Atomos Umumkan Ninja V+ dan Stream, Tawarkan Kapabilitas 8K 30fps ProRes Raw

Atomos telah mengumumkan dua perangkat monitor/recorder baru yaitu Ninja V+ dan Ninja Stream. Serta, pembaruan besar untuk Ninja V dengan firmware berbayar pertamanya seharga US$99 atau sekitar Rp1,4 jutaan yang rencananya akan dirilis pada bulan Mei 2021.

Ninja V sendiri dirilis pada tahun 2018, sejak itu Atomos secara konsisten merilis pembaruan gratis agar kompatibel dengan kamera baru. Lewat firmware berbayar ini Atomos meningkatkannya dengan memberi dukungan codec H.265 (HEVC). Berkat codec baru, monitor HDR 5 inci 1000 nit ini memungkinkan merekam footage 4K 60fps 10-bit 4:2:2 full ‘i’ frame dan juga 8-bit dengan opsi kecepatan data bervariasi.

Ninja V+ dan Ninja Stream

Butuh tiga tahun bagi Otomos untuk merilis penerus Ninja V. Dari segi desain, keduanya berbagi form factor yang sama. Bedanya bezel Ninja V+ dipoles dengan warna stealth grey. Tentu saja, perubahan besar terletak pada bagian dalamnya untuk merekam video dengan kualitas setinggi mungkin.

Keunggulan Ninja V+ dibanding pendahulunya adalah kemampuannya merekam video hingga resolusi 8K 30fps dan 4K 120fps secara terus menerus di format Apple ProRes RAW pada sistem kamera yang kompatibel. Ninja V+ secara bawaan juga sudah mendukung codec H.265 (HEVC) tanpa perlu melakukan upgrade berbayar.

Atomos belum mengungkap daftar lengkap kamera yang kompatibel dengan Ninja V+, pada press release-nya Atomos menyebut Canon EOS R5 untuk perekaman 8K 30fps. Sedangkan untuk dukungan 4K 120fps akan datang ke Z CAM E2 dan E2-M4.

Untuk mendukung pengguna SDI, Atomos juga memperkenalkan Ninja V+ Pro Kit yang dilengkapi dengan aksesori tambahan seperti adapter AtomX SDI. Dengan ini memungkinkan perekaman 4K 120fps ProRes RAW dari output SDI RAW pada Sony FX9 dan FX6.

Geser ke Ninja Stream, Atomos bilang bahwa monitor/recorder ini dirancang khusus untuk mengatasi tantangan produksi pada pembatasan jarak sosial seperti saat pandemi saat ini. Ninja Stream menawarkan perekaman ProRes dan H.264/5 proxy secara simultan dengan nama file dan timecode bersama, sambil mengirim feed video ke Ninja lain, smart device, atau platform berbasis web secara bersamaan.

Untuk detail spesifikasinya, monitor/recorder HDR 5 inci 4K dengan kecerahan maksimum 1.000 nit ini telah dilengkapi konektivitas WiFi, Ethernet, dan port USB-C. Feed video dari Ninja Stream dapat dibagikan dengan orang lain melalui WiFi atau melalui Ethernet 1Gbe hingga 300 meter tanpa perlu PC untuk transfer data dan live streaming.

Sumber: DPreview

5 Tips Memaksimalkan Mode Video Pro di Smartphone

Mode kamera profesional atau manual di smartphone kini tak hanya tersedia untuk pengambilan foto, tetapi juga untuk perekaman video. Kalau saya amati, mode video pro ini baru hadir di smartphone Android flagship terbaru, pengguna ponsel pintar kelas menengah belum tentu menjumpai fitur kamera ini.

Lantas apa yang membuat mode video pro ini istimewa? Alasannya karena kita bisa menggunakan kamera smartphone layaknya seperti kamera digital, teknik video seperti penggunaan shutter speed 2x frame rate dan manual fokus dapat diterapkan dengan lebih baik. Berikut beberapa tips untuk memaksimalkannya.

1. Resolusi Video & Frame Rate

Mode-video-pro-smartphone-resolusi

Umumnya resolusi dan frame rate yang bisa dipilih ialah 4K atau 1080p di 30fps atau 60fps. Kalau berfokus pada kualitas, maka rekomendasi saya pilih 4K dan frame rate tinggi 60fps.

Video dengan resolusi tinggi ini memberi manfaat pada saat post processing. Contohnya meski video yang nanti diedit tetap pada resolusi 1080p, footage 4K yang diambil bisa di-crop hingga 50%. Jadi, bila perlu kita bisa gunakan itu untuk reframing atau mendapatkan detail (closeup).

Sementara, penggunaan frame rate tinggi 60fps memungkinkan memperlambat video hingga 40%. Selain untuk mendapatkan efek yang sinematik, juga dapat berfungsi untuk mengisi timeline video lebih banyak.

2. ISO

Mode-video-pro-smartphone-ISO

Untuk mendapatkan kualitas video yang optimal, kita perlu menggunakan nilai ISO yang kecil seperti 50, 100, 200, atau 400, terutama saat syuting di siang hari dan di luar ruangan. Karena ukuran sensor kamera kecil, masalah muncul saat syuting dengan pencahayaan rendah, menggunakan ISO terlalu tinggi akan muncul noise.

Solusinya saat ambil gambar di dalam ruangan, manfaatkan cahaya dari jendela. Biasanya pagi dan menjelang sore, cahaya masuk dari samping. Sementara untuk malam hari, maka harus dekat dengan sumber cahaya misalnya lampu dan sebaiknya gunakan artificial light.

3. Shutter Speed

Mode-video-pro-smartphone-shutter-speed

Setelah menetapkan frame rate yang digunakan, agar gerakan di dalam video terlihat natural, berkat mode video pro di smartphone kita bisa menggunakan rumus shutter speed 2x frame rate atau setidaknya mendekati. Shutter speed ini menentukan seberapa banyak motion blur yang muncul, semakin cepat makin sedikit motion blur yang didapatkan.

Namun meski sudah pakai ISO paling kecil, sangat sulit menerapkan rumus ini saat syuting di kondisi cahaya berlimpah (di bawah matahari). Solusinya ialah menggunakan aksesori tambahan, yaitu ND filter untuk mengurangi cahaya sampai intensitas yang dapat ditangani.

4. White Balance

Mode-video-pro-smartphone-white-balance

Selanjutnya pada mode video pro, kita juga bisa mengatur white balance. Fungsinya untuk membuat warna putih tampak putih dengan mengkompensasi pengaruh warna cahaya di bawah lingkungan pengambilan gambar, karena cahaya berbeda memiliki warna dan karakteristik berbeda.

Selain untuk mereproduksi keputihan, fungsi white balance juga bisa digunakan sebagai filter warna untuk menyesuikan rona warna. Kita bisa membuat video yang lebih hangat atau lebih dingin bergantung pada tema yang ingin diekspresikan atau preferensi pribadi.

5. Manual Fokus

Mode-video-pro-smartphone-manual-focus

Salah satu masalah utama mengandalkan autofocus ketika merekam menggunakan kamera smartphone ialah focus breathing. Di mana video seperti berkedip karena kehilangan fokus dan lensa mencarinya kembali terus-menerus.

Pada mode video pro, masalah tersebut bisa diatasi dengan penggunaan manual fokus. Yang menarik, di perangkat Samsung bahkan dibekali focus peaking untuk membantu memastikan objek utama tajam.

Dengan semua fitur-fitur video di atas, kemampuan perekam video di smartphone memang setingkat lebih baik berkat mode video pro. Meski begitu, menjadikan smartphone sebagai alat utama produksi saya pikir masih kurang tepat. Namun untuk kamera sekunder sebagai solusi multi-kamera sudah dapat diandalkan.

3 Tips Membuat Video Timelapse dengan Kamera Smartphone

Fitur timelapse sudah cukup lama tersedia di kamera digital, bahkan sudah menjadi fitur standar di smartphone. Namun apakah Anda sudah benar-benar mengeksplorasi teknik fotografi ini? Bila ingin mencobanya, berikut beberapa tips membuat video timelapse dengan kamera smartphone.

Ceritanya pada awal bulan Desember saya pulang ke kampung halaman di Petungkriono Pekalongan. Dari awal saya sudah memiliki rencana mengeksplorasi video timelapse pemandangan alam di sana. Sebetulnya bayangan saya langsung tertuju pada pemandangan saat sunrise atau sunset, dengan peralihan cahaya dan gerakan awan yang dramatis.

Namun sekarang bulan Desember, artinya musim hujan dan di dataran tinggi bahkan siang hari pun matahari belum tentu nongol alias selalu tertutup awan. Kemungkinan untuk menangkap keindahan matahari terbit atau terbenam pun sangat tipis. Meski begitu saya mendapati pemandangan kabut yang begitu tebal juga tak kalah menarik.

1. Pengaturan Mode Timelapse

Kebanyakan smartphone saat ini sudah dilengkapi mode timelapse, namun kualitasnya berbeda-beda. Biasanya smartphone flagship terbaru relatif memiliki fitur atau pengaturan lebih lengkap pada mode timelapse-nya daripada smartphone kelas menengah.

Pada tutorial ini saya menggunakan ASUS ROG Phone 3, tak masalah jika smartphone yang Anda gunakan berbeda, tinggal disesuaikan saja. Mari mulai dari pengaturan, saya akan membahas resolusi video, panjang video, dan kecepatan rekaman.

Untuk resolusi, saran saya pilih resolusi tertinggi yang tersedia di smartphone – bila ada 4K atau setidaknya Full HD. Panjang video idealnya berkisar antara 15 detik sampai 30 detik sudah cukup.

Kemudian untuk kecepatan rekaman, pada ROG Phone 3 ada empat opsi. Mulai dari 30x yang cocok untuk merekam kerumumanan dan lalu lintas, 90x untuk merekam matahari terbit dan tenggelam, 150x untuk merekam awan yang bergerak, dan 300x untuk merekam langit malam penuh bintang.

Semakin lama video dan semakin tinggi kecepatan yang dipilih, otomatis durasi perekamannya juga semakin lama. Perhitungannya sederhana, panjang video dikali kecepatan rekaman dan dibagi 60. Contohnya video 15 detik dengan kecepatan rekaman 15x dibutuhkan waktu 37,5 menit.

2. Wajib Pakai Tripod

Untuk mendapatkan video timelapse yang maksimal, maka tripod menjadi alat yang wajib digunakan. Fungsinya selain untuk menyangga kamera dengan stabil dalam waktu yang cukup lama, alat ini juga membantu mendapatkan angle dan komposisi dengan lebih baik.

Bayangkan seperti memotret menggunakan kamera film, kita hanya memiliki beberapa kali jepretan untuk dilakukan. Sebab itu, saat mengambil timelapse kita perlu melakukan survei lokasi pemotretan untuk mencari spot terbaik.

Penempatan tripod juga perlu diperhatikan, pastikan lalu lalang orang atau kendaraan yang lewat tidak masuk frame. Begitu juga dengan keamanan, pastikan kamera selalu dalam pengawasan saat menunggu.

3. Kunci Exposure

tips-membuat-video-timelapse-dengan-kamera-smartphone-5

Setelah mendapatkan spot yang bagus, sebelum menekan tombol perekaman ada satu hal penting yang perlu dilakukan yaitu mengunci exposure. Kalau di ROG Phone 3, caranya dengan tap layar misalnya pada objek utama yang ingin ditonjolkan.

Karena membuat video timelapse menyita cukup banyak waktu, pastikan baterai smartphone terisi penuh dan bawa power bank bila perlu. Satu hal lagi, trip di musim hujan seperti jangan lupa membawa dry bag untuk melindungi perangkat elektronik yang kita bawa agar tidak rusak karena kehujanan.

Itu dia beberapa tips membuat video timelapse menggunakan kamera smartphone, teknik ini memang membutuhkan effort lebih. Menunggu hampir satu jam atau beberapa jam untuk video belasan detik, tetapi hasilnya juga bakal sangat memuaskan.

Saya juga sedang berburu timelapse menggunakan kamera mirrorless. Di Sony A6400 sudah memiliki fitur interval shoot function, namun hasilnya perlu diolah di software edit video misalnya Premiere Pro dan tidak bisa langsung membuat video timelapse dari kamera, nanti akan coba saya buat di artikel terpisah.

Mengenal Fitur-Fitur Fotografi dan Videografi Unggulan OPPO Reno4

Melanjutkan tradisi yang dimulai oleh tiga generasi sebelumnya, OPPO Reno4 hadir mengunggulkan kemampuan fotografi dan videografi yang mumpuni. Di atas kertas, spesifikasi kameranya sebenarnya sudah sangat kapabel: kamera utama 48 megapixel f/1.7, kamera ultra-wide 8 megapixel f/2.2, kamera macro 2 megapixel, kamera monokrom 2 megapixel, dan kamera depan 32 megapixel.

Namun apalah arti semua itu tanpa didukung oleh fitur-fitur pintar yang dirancang untuk semakin memaksimalkan peran smartphone sebagai alat bantu berkreasi. Itulah mengapa Reno4 juga datang membawa sederet fitur fotografi dan videografi yang menarik. Berikut adalah penjelasan singkat dari fitur-fiturnya.

AI Color Portrait

Kita mulai dari yang paling memikat perhatian, yakni AI Color Portrait. Berkat fitur ini, pengguna dapat mengisolasi subjek foto secara lebih maksimal lagi. Jadi ketimbang sekadar membuat latar belakang terlihat kabur, kenapa tidak sekalian dihilangkan saja warnanya?

Itulah premis sederhana dari AI Color Portrait. Hasil akhir foto yang diambil menggunakan fitur ini akan menampilkan subjek dengan warna yang lengkap, dan sisanya hitam-putih. Yang lebih istimewa lagi adalah, fitur ini berlaku untuk kamera belakang maupun kamera depan, serta bisa juga digunakan saat merekam video.

AI Monochrome Video

Alternatif dari AI Color Portrait untuk perekaman video adalah fitur AI Monochrome Video. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk membuat warna-warna tertentu saja dalam frame video jadi lebih menonjol. Jadi kalau yang dipilih adalah warna merah, maka semua yang tidak masuk dalam spektrum warna merah akan dijadikan hitam-putih.

960 fps AI Smart Slow-Motion

Sesuai namanya, fitur ini hadir untuk membantu pengguna menciptakan aksi slow-motion yang sangat dramatis dalam resolusi maksimum 720p. Begitu dramatisnya, aksi yang sebenarnya hanya memakan waktu satu detik saja jadi bisa memiliki durasi 10 detik saat ditampilkan dalam format slow-motion.

Ultra Steady Video 3.0

Sama seperti Reno sebelum-sebelumnya, Reno4 turut dibekali fitur Ultra Steady Video guna memuluskan hasil rekaman video penggunanya, dan pada versi 3.0 ini, fiturnya juga bekerja saat pengguna merekam memakai kamera depan. Alternatifnya, ada Ultra Steady Video Pro yang siap dipakai ketika memerlukan peredaman secara ekstrem, semisal ketika harus merekam sambil berlari atau bersepeda.

SoLoop

Selesai merekam klip demi klip, saatnya semua itu diedit dan dikemas menjadi satu video yang menarik untuk ditonton dari awal hingga akhir. Stok aplikasi edit video yang tersedia di Google Play memang luar biasa banyak, akan tetapi Reno4 sudah punya yang ter-install secara default, serta cukup pintar untuk meracikkan sendiri kumpulan klipnya sekaligus menyinkronisasikan semuanya dengan musik yang selaras.

Night Flare Portrait

Dahulu smartphone kesulitan untuk mengambil gambar yang bersih di malam hari. Sekarang, Reno4 bahkan bisa menambahkan efek bokeh yang lebih dramatis jika diperlukan. Fitur Night Flare Portrait justru bisa bekerja maksimal saat matahari sudah mulai terbenam, dan pada lokasi dengan banyak kelap-kelip lampu.

Ultra Dark Mode dan Ultra Clear 108MP Image

Dua fitur ini sudah OPPO kembangkan sejak lama, dan tentu saja kembali dijadikan hidangan utama pada Reno4. Pada kenyataannya, fitur Night Flare tadi bisa dibilang merupakan evolusi yang lebih spesifik dari Ultra Dark Mode ini. Pun demikian, Ultra Dark Mode tetap hadir untuk kebutuhan memotret di kegelapan secara umum.

Ultra Clear 108MP Image di sisi lain hadir buat para penggemar fotografi landscape, sebab fitur ini dirancang supaya perangkat dapat menjepret beberapa gambar sekaligus, lalu menyatukannya menjadi foto beresolusi 108 megapixel dengan tingkat detail yang luar biasa.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Tips Merekam Video dengan Picture Profile Sony dan Basic Correction-nya

Pas awal belajar videografi, teman saya seorang videografer memberi tahu pengaturan terbaik saat merekam video (saya kebetulan pakai kamera mirrorless Sony) yaitu menggunakan S-Log2. Namun penggunaan color profile atau disebut picture profile di kamera mirrorless Sony, mengharuskan kita untuk melakukan color grading di post processing.

S-Log2 ini memang membawa fleksibilitas yang sangat luas, secara teori menawarkan dynamic range 14 stop. Namun perlu usaha ekstra, baik saat produksi karena mininum ISO yang digunakan ialah 800, kemampuan color grading yang mumpuni, dan juga pastikan batas waktu project tidak mepet.

Selain S-Log2, sebetulnya Sony juga punya picture profile yang juga tidak kalah populer di kalangan content creator dan sering dibandingkan dengan S-Log yaitu Cine4. Proses pengolahannya relatif cepat dan hanya membutuhkan pemahaman basic correction yang bisa dipelajari dengan mudah.

Cine4 vs. S-Log2

WhatsApp Image 2020-07-21 at 7.33.19 PM

Cine4 adalah salah satu dari banyak preset gamma yang disediakan oleh Sony. Preset ini menawarkan dynamic range lebih baik daripada profil video standar tapi tidak seluas yang disuguhkan S-Log2.

Tidak seperti S-Log2 yang memberi keleluasaan mengatur warna, Cine4 sudah menyajikan warna yang cukup ideal dan secara native lebih kontras. Dalam hal workflow post-production, Cine4 juga lebih menguntungkan karena hanya butuh basic correction.

Minimum ISO yang digunakan pada Cine4 adalah 200, sedangkan S-Log2 minimum 800 sehingga kita harus menggunakan ND filter saat syuting di pencahayaan cerah. Selain itu, untuk menghindari munculnya noise saat memulihkan detail pada area shadow, biasanya videografer sengaja mengambil footage overexposure sebanyak dua stop yang artinya hal ini mengurangi performa kamera di cahaya rendah.

Fitur picture profile sendiri tersedia di kamera mirrorless dengan sensor APS-C dan full frame terbaru Sony. Untuk APS-C mulai dari Sony A6300, A6400, A6500, dan A6600. Kalau pada Sony A6400, pengaturannya berada di tab pertama nomor sebelas.

Sony menyediakan sepuluh slot picture profile (PP), bisa pilih salah satunya. Misalnya pilih PP1, lalu atur gamma ke Cine4 dan color mode ke Pro atau Cinema. Atau bisa coba pengaturan yang direkomendasikan oleh seorang content creator bernama Cody Blue, sebagai berikut:

  • Gamma: Cine4
  • Black Gamma: Wide, +4
  • Knee: Manual, Point: 80%, Slope +2
  • Color Mode: Pro
  • Saturation: -5

Basic Correction

Basic Correction 1

Untuk menghasilkan video yang cinematic menggunakan Cine4, yang dibutuhkan saat post processing ialah basic correction yang mudah dipelajari. Kalau kalian suka edit foto pakai aplikasi Lightroom, kurang lebih prosesnya bakal sama.

Pada tutorial kali ini, saya menggunakan Adobe Premiere Pro. Setelah memilih footage yang akan diedit, langsung saja kita menuju tab ‘color‘ (Lumitri Color) dan pilih menu basic correction.

Basic Correction 2

Sebetulnya kita bisa mengeditnya sesuai preferensi, tapi umumnya adalah menurunkan hightlight untuk memperoleh detail atau meredam area yang terlalu terang, menambah atau mengurangi shadow, menambah white agar video tampak lebih cerah, dan menaikkan saturation agar warna pada video sedikit lebih menonjol.

Basic Correction 3

Satu hal lagi, kita menuju menu Curves. Pada bagian warna putih, kita buat empat titik seperti pada gambar dan naikkan sedikit titik yang ditengah untuk membuat tampilan video lebih terang dan juga berdimensi.

Bagaimana pun S-Log2 dan Cine4 memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sesuaikan dengan kebutuhan. Bila project yang dikerjakan punya batas waktu yang lama dan durasinya juga tidak terlalu panjang, S-Log2 masih dipercaya opsi terbaik untuk mengeluarkan potensi dan mendapatkan kualitas video secara optimal.

(Referensi: Premiumbeat)

Rekomendasi Gimbal Smartphone Untuk Content Creator

Kemampuan perekam video di smartphone terus meningkat. Rata-rata smartphone flagship saat ini sanggup merekam video 4K 60fps, bahkan sampai 8K 24fps di Samsung Galaxy S20+ dan S20 Ultra.

Fitur videonya juga makin berlimpah, mulai dari dukungan stabilisasi video dan dukungan lensa yang berbeda dari ultra wide hingga telephoto. Hal ini memungkinkan kita mengambil video long shot hingga closeup.

Nah untuk mendapatkan movement video seperti panning, tilting, dolly, dan follow yang mulus, kita butuh bantuan gimbal. Kabar baiknya, harga gimbal untuk smartphone terbilang terjangkau yakni sejutaan. Berikut rekomendasi gimbal smartphone versi saya:

Zhiyun Smooth Q2 Rp1.599.000

Zhiyun-Tech-Smooth-Q2

Pertama adalah Zhiyun Smooth Q2, 3-axis gimbal ini dimensinya sangat ringkas. Panjang grip-nya 12cm dan seluruh panjang gimbal hanya 20cm, body-nya sebagian besar terbuat dari materi aluminium dengan bobot 430 gram dan dapat menampung hingga 260 gram.

Jangan lupa untuk menginstal aplikasi ZY Play di smartphone. Sejumlah fitur unggulannya antara lain object tracking, time-lapse, hyperlapse, panorama, dan mode 360-degree POV. Selain itu, gimbal ini mengemas baterai 4.500 mAh yang sanggup bertahan hingga 17 jam. Yang terbaru, mereka juga telah mengumumkan Smooth X yang bisa dilipat tapi khusus perangkat iPhone.

DJI Osmo Mobile 3 Basic Rp1.499.000 dan Combo Rp1.749.000

DJI Osmo Mobile 3

Dibanding pendahulunya, dimensi DJI Osmo Mobile 3 sudah jauh lebih ringkas karena dapat ditekuk saat tidak digunakan. Saat ditekuk, dimensinya hanya 157×130×46 mm sehingga mudah disimpan dan dibawa bepergian.

3-axis gimbal untuk smartphone ini mengusung teknologi SmoothTrack yang secara efektif meredam gerakan kecil dan guncangan. Prosesnya setup-nya mudah dan tidak butuh waktu lama untuk balancing.

Jangan lupa untuk download aplikasi DJI Mimo dan aktifkan koneksi Bluetooth, smartphone akan langsung mendeteksi stabilizer tersebut. Lewat aplikasi ini, Anda bisa mengakses berbagai fitur seperti activetrack, panorama, long exposure, live stream, dan motion time lapse.

Kita bisa dengan mudah untuk beralih ke mode landscape ke vertical atau portrait, caranya dengan menekan tombol mode (M) dua kali. Terus ada standby mode, tidak perlu copot pasang saat ingin menyimpannya sebentar.

Feiyu Vimble 2S Rp1.099.000

Feiyu Vimble 2S

Keunikan dari 3-axis gimbal besutan Feiyutech ini ialah fungsinya yang bisa menjadi selfie stick atau tongsis. Walaupun tidak terlalu panjang, yaitu 18cm tapi bila dipadukan dengan mode wide angle dan pedestal movement, tentunya bisa menghasilkan footage yang terlihat epic dan bisa memasukkan banyak sekali orang dalam satu frame.

Fitur lain yang ditawarkan oleh Feiyu Vimble 2S adalah ialah face tracking, object tracking, mode POV 360 derajat, panorama, dan hyperlapse. Di pasaran, Feiyu Vimble 2S dibanderol Rp1.099.000 dan pendahulunya Vimble 2 dibanderol Rp850.000. Feiyu juga menyediakan Vimble 2S versi untuk action camera yang disebut Vimble 2A.

Moza Mini S – Rp899.000

Moza Mini S

Meski harganya paling terjangkau dan dirancang untuk pemula. Moza Mini-S menawarkan fitur yang cukup lengkap. 3-axis gimbal ini punya body yang ringkas dan dapat dilipat saat tidak digunakan, fleksibilitas kontrol manual dan mudah digunakan.

Meski begitu, daya tahan baterainya memang tidak sebagus yang lain. Hanya bertahan lima jam, tapi harusnya sudah lebih dari cukup untuk menemani satu sesi syuting. Fitur yang dibawa antara lain timelapse, vertigo, portrait mode, hyperlapse, dan slow-motion.

Verdict

Apakah kita butuh 3-axis gimbal? Ya, terutama bila Anda sedang merintis menjadi seorang video content creator menggunakan smartphone sebagai senjata utama. Perangkat gimbal ini meruapakan alat bantu, untuk meningkatkan kualitas visual Anda dan memungkin membuat konten video secara lebih kreatif.

Nikon Gratiskan Kursus Online-nya Selama Bulan April

Asalkan ada internet, kita tak akan kehabisan kegiatan selama masa swakarantina seperti sekarang. Kegiatan yang saya maksud bukan melulu streaming YouTube atau Netflix, tapi bisa juga yang lebih berfaedah seperti kursus online.

Kursus online ada yang gratis, ada yang berbayar. Kabar baiknya, tidak sedikit pihak yang menggratiskan kursus online berbayarnya selama pandemi COVID-19. Salah satunya adalah Nikon, yang membuka akses ke seluruh konten di Nikon School Online selama bulan April.

Total ada 10 video pembelajaran yang tersedia, masing-masing dengan durasi 15 menit sampai satu jam lebih, dan semuanya dibawakan oleh fotografer dan videografer profesional. Topik yang dibahas cukup beragam, dari yang mendasar sampai yang cukup advanced. Berikut rinciannya:

  1. Creator’s Mindset: Creating Video Content with Z 50
  2. Getting Started with Your Nikon DSLR
  3. Photographing Children and Pets
  4. Hands-on with SB-5000 Speedlight
  5. Fundamentals of Photography
  6. Environmental Portraiture
  7. The Art of Making Music Videos
  8. Beyond the Fundamentals of Photography
  9. Discovering Macro Photography
  10. Exploring Dynamic Landscape Photography

Menurut PetaPixel, konten-konten ini biasanya dihargai antara $15 sampai $50, dan jika ditotal semuanya berkisar $250. Khusus di bulan April, semuanya dapat ditonton dan dipelajari secara cuma-cuma.

Syarat yang harus dipenuhi cuma satu: Anda harus membuat akun terlebih dulu. Itu saja, Nikon bahkan tidak meminta informasi kartu kredit selama proses pendaftaran akunnya. Usai mendaftar dan login, videonya bisa langsung ditonton melalui situs Nikon.

Sumber: PetaPixel.

 

OnePlus Janjikan Kapabilitas Videografi yang Lebih Baik pada Ponsel Barunya Nanti

2020 baru berjalan hampir satu bulan, namun OnePlus rupanya sudah menggarap banyak pekerjaan rumahnya. Belum lama berselang sejak pengumuman mendetailnya terkait layar 120 Hz yang bakal diusung OnePlus 8, mereka kini membeberkan rencananya untuk menyempurnakan performa kamera ponsel bikinannya, spesifiknya kapabilitas videonya.

Lewat sebuah workshop yang diadakan di kota New York, OnePlus mengundang komunitas videografer guna menampung berbagai masukan dari mereka. Rangkuman sesi tanya-jawabnya OnePlus sampaikan melalui sejumlah poin secara cukup merinci di forumnya, dan saya akan coba soroti beberapa yang paling penting.

Yang pertama adalah terkait konsistensi. Semua ponsel sekarang punya lebih dari satu kamera belakang, namun sering kali karakteristik exposure maupun white balance-nya tidak sama. OnePlus bilang bahwa prioritas mereka adalah memastikan semua ini bisa konsisten di seluruh modul kamera milik ponsel baru mereka ke depannya.

Selanjutnya, OnePlus berencana menerapkan sejenis fitur super stabilization yang bisa diaktifkan saat merekam video 4K, demikian pula mode HDR dan fitur Night Mode untuk video, yang keduanya juga sedang mereka kerjakan. Lebih lanjut, OnePlus juga akan menyediakan tool untuk mengedit video yang lebih lengkap pada aplikasi Gallery bawaan.

Masukan lain yang cukup menarik adalah seputar pengoperasian menggunakan satu tangan. OnePlus sepertinya bakal merombak tampilan aplikasi kamera bawaan ponselnya supaya deretan fiturnya tidak terkumpul semua di bagian atas. Zooming misalnya, semestinya bisa dilakukan dengan satu tangan saja, dan itu juga bakal diusahakan oleh OnePlus.

Hal lain yang layak disoroti lebih dalam adalah komitmen OnePlus untuk berfokus pada aspek yang esensial saja. Fitur-fitur pemanis yang terkesan gimmicky macam AR emoji, light painting maupun reverse recording tidak akan mereka jadikan prioritas. Semuanya demi menghadirkan peningkatan kualitas video yang signifikan.

Sumber: OnePlus via Android Central.