Ubah Fokus Kegiatan, NextIcorn Tahun Ketiga Perbanyak “Deal” Investasi Baru

Memasuki tahun ketiga, gelaran tahunan NextIcorn (Next Indonesia Unicorn) menggeser fokus kegiatannya dengan perbanyak pertemuan bilateral antara investor dengan startup demi mencetak deal investasi baru. Perubahan ini sekaligus menandakan dimulainya NextIcorn sebagai sebuah yayasan independen.

Chairman of NextICorn Daniel Tumiwa menjelaskan, pada dua tahun sebelumnya, NextICorn masih berstatus sebagai program konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Ada misi pemerintah yang dibawa dengan menggelar berbagai konferensi dan seminar yang menghadirkan banyak pembicara.

“Kami ingin mengurangi itu, dengan lebih perbanyak meeting bilateral. Kami harus menganggarkan dana yayasan agar bisa mempersiapkan mimpi yang lebih besar ke depannya,” terang dia, Kamis (7/11).

NextICorn tahun ini akan diselenggarakan pada 14-15 November 2019 di Jimbaran Hub, Bali. Targetnya dihadiri 150 investor dari berbagai belahan negara dan 132 startup lokal.

Dari kurasi tahapan pendanaan startup, sekitar 20% dari mereka sudah mendapat pendanaan di bawah $1 juta, 55% telah memperoleh pendanaan antara $1 juta-$5 juta, dan 25% di atas $5 juta.

Diharapkan bakal ada 4.800 permintaan pertemuan bilateral dalam dua hari tersebut dan setidaknya ada 1.500 pertemuan yang bisa mengarah ke pertemuan lanjutan hingga benar-benar terjadi deal.

Sebagai catatan, tahun lalu acara ini didatangi oleh 125 investor dan 88 startup. Terjadi 3.999 permintaan pertemuan selama cara tersebut, namun realisasinya hanya 801 pertemuan saja. Dari situ, pertemuan follow up sebanyak 400 pertemuan.

Startup yang bergabung telah dikurasi secara ketat. Daniel menjelaskan, ada sejumlah kriteria yang mesti dipenuhi, misalnya berbentuk PT atau PMA dengan kepemilikan lokal minimum 25% dan setidaknya sudah memperoleh investasi $100 ribu dari investor eksternal.

Bila masih bootstrap startup peserta minimal punya traksi sebesar 5 juta MAU untuk startup media, GMV di atas $1 juta untuk startup e-commerce, atau aplikasi sudah diunduh lebih dari 1 juta kali. Jika berbentuk startup SaaS, minimal Annual Recurring Revenue (ARR) sebesar $500 ribu.

Setelah itu mereka harus mengikuti proses wawancara oleh tim Amvesindo sampai akhirnya resmi masuk ke daftar peserta.

Seluruh ringkasan (compendium) dari startup ini akan diberikan secara eksklusif dan rahasia bagi investor. Level investor yang datang juga dibatasi, minimal selevel Managing Director.

“Klasifikasi ini membuat kurasi startup yang dihadirkan berkualitas. Bagi investor, list ini akan memudahkan mereka untuk langsung mengadakan pertemuan dengan startup. Informasinya sudah lengkap, bisa langsung dibaca.”

Daniel menyebut sejauh ini, pihaknya telah menerima sekitar 100 startup yang mendaftarkan diri. 40 startup di antaranya adalah perusahaan baru yang didominasi sektor kesehatan, pendidikan, dan agrikultur.

Sepenuhnya biayai sendiri

Semenjak menjadi yayasan, NextICorn kini membiayai seluruh kegiatannya secara mandiri dan ini adalah tahun pertamanya. Pada dasarnya, yayasan ini didirikan secara personal dengan dana sendiri oleh para founder-nya yang datang dari berbagai stakeholder.

Beberapa nama tersebut adalah Rudiantara, Thomas Lembong, Lis Sutjiati, Rambun Tjajo, Nadiem Makarim, Achmad Zaky, William Tanuwijaya, Feri Unardi, Rudy Ramawy, David Rimbo, dan Donald Wihardja. Di luar itu, NextICorn mendapat jajaran investor dari kalangan korporat, termasuk Gojek, BCA, Grup Sinar Mas, dan Grup Astra.

Daniel menuturkan, bersama seluruh stakeholder, pihaknya akan menyeriusi NextICorn agar tidak sekadar sebagai acara konferensi tahunan skala internasional, tetapi melakukan promosi ke seluruh Indonesia dan mendorong kolaborasi antara startup dengan korporat.

Timing-nya sekarang pas. Korporasi mulai lirik startup untuk kolaborasi. Beberapa di antara mereka juga sudah mulai inisiasi masuk ke digital. Beberapa tahun lalu jembatannya terlalu jauh, sekarang sudah pas,” pungkasnya.

Tak Sekadar Jadi Acara Tahunan, NextICorn Diresmikan sebagai Yayasan

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Badan Koordinasi Penananaman Modal (BKPM) pada hari Jumat (05/4) lalu menandatangani Akta Yayasan NextICorn. Tujuannya untuk memastikan keberlangsungan program Next Indonesia Unicorn yang sebelumnya sudah dilaksanakan–berupa acara terpadu yang menghubungkan startup calon unicorn dengan investor potensial.

Model yayasan ini dipilih pemerintah agar bisa lebih dalam terlibat menjadi fasilitator pengembangan ekosistem digital. Penandatanganan akta yayasan tersebut dilakukan langsung Menkominfo Rudiantara dan Kepala BKPM Thomas Lembong yang disaksikan anggota Nexticorn, antara lain Lis Sutjiati, Rambun Tjajo, Donald Wirahardja, David Rimbo, Rudy Ramawy, dan Italo Gani.

Visi utama Yayasan NextICorn adalah melembagakan keberlangsungan kerja sama antara pemerintah dengan ekosistem yang diwakili tokoh-tokoh yang telah memberikan warna bagi wajah ekonomi digital di Indonesia melalui program-program NextICorn selama ini. Termasuk para founder unicorn Indonesia yaitu William Tanuwijaya, Nadiem Makarim, dan Achmad Zaky.

“Bukan hanya berorientasi pada kepentingan dan keuntungan jangka pendek masing-masing. Langkah mendirikan yayasan merupakan bagian dari proses pembangunan ekosistem jangka panjang yang berkelanjutan sehingga industri ekonomi digital dapat berkembang lebih cepat dan lebih baik,” sambut Rudiantara.

Fasilitas yang disediakan Yayasan NextICorn tidak hanya dalam hal akses dengan investor, namun juga membuka kesempatan pendanaan, teknologi, pemasaran, maupun dukungan model usaha. Para board member NextICorn sepakat bahwa pembentukan yayasan adalah langkah tepat untuk mengelola dan melakukan kegiatan-kegiatan lainnya untuk memfasilitasi percepatan lahirnya unicorn Indonesia yang baru.

“Yayasan ini adalah kendaraan bagi startup untuk bisa tumbuh dan meminimalisir efek dari fenomena ‘buble burst’. BKPM akan berpartisipasi aktif, tidak hanya menjadi pembina yayasan, namun juga membantu dari segi sponsorship maupun dukungan-dukungan lainnya,” ujar Thomas Lembong.