Pentingnya Customer Loyalty Program bagi Perusahaan

Fokus pada pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari berbagai macam sudut pandang. Dalam internal perusahaan, inovasi yang terus digenjot dengan beragam product testing adalah contohnya. Sedangkan di hadapan konsumen, menjaga keberlangsungan pertumbuhan perusahaan dapat dilakukan dengan loyalty program.

Loyalty program dapat memberi pelanggan akses untuk mendapatkan produk baru, voucher khusus atau produk gratis. Program yang bertujuan untuk memberi reward kepada pelanggan setia ini biasanya diawali dengan mengidentifikasi kegiatan pembelian pengguna, sebab biasanya pengguna mendaftarkan informasi pribadi mereka kepada perusahaan dan diberi pengenal unik, misalnya user ID, dan menggunakan pengenal tersebut saat melakukan pembelian.

Berbasis bisnis model dan lingkup bisnis yang berbeda, empat perusahaan ini telah menerapkan loyalty program, dan bisa kamu tiru dan sesuaikan untuk growth hacking pada bisnis yang tengah kamu rintis.

GO-JEK

GO-JEK merancang program loyalty program dengan satu fitur baru yang berkaitan dengan Go-Pay, yakni Go-Points. Program ini menggunakan loyalty point untuk setiap transaksi layanan GO-JEK yang menggunakan Go-Pay. Semakin banyak transaksi, semakin banyak poin yang bisa didapatkan user, dan poin tersebut kemudian bisa ditukarkan dengan berbagai reward, dari mulai voucher belanja sampai MacBook.

Zalora

Di sektor e-commerce, perusahaan fashion marketplace Zalora memiliki program bernama Zalora Rewards, sebuah program loyalitas di mana pelanggan diizinkan untuk menukarkan poin yang telah mereka kumpulkan dari belanja online dengan penawaran khusus, kupon belanja gratis, pembungkus kado gratis, layanan prioritas, dan dua fitur segera: akses ke Zalora Shopping Club dan Personal Shopper. Seperti program loyalitas lainnya, poin dapat ditukarkan saat ini mencapai ambang batas tertentu, dan akan berlaku dalam 12 bulan.

Traveloka

Loyalty program dari Traveloka ialah Traveloka Poin yang bisa dikumpulkan bisa ditukarkan dengan diskon tiket pesawat atau hotel untuk perjalanan selanjutnya. Untuk bisa mendapatkan Traveloka Poin, pengguna harus memiliki akun di Traveloka dan menggunakannya saat bertransaksi. Traveloka Poin hanya tersedia jika pengguna memesan tiket pesawat juga hotel melalui situs resmi atau Traveloka App (minimum versi 2.12 untuk Android dan iOS). Poin yang terkumpul berlaku sampai dengan 1 tahun setelah tanggal aktivasi pertama kali.

Danamon

Pada sektor perbankan, baru-baru ini terdengar kabar mengenai D-Point, Danamon Reward Point. D-Point adalah sistem reward point terintegrasi dari beragam transaksi di Danamon, yang bisa ditukarkan dengan berbagai hadiah yang bisa dipilih sesuai keinginan dan kebutuhan kamu. Untuk mengikuti program ini nasabah tidak perlu melakukan registrasi apapun, karena saat kamu tercatat sebagai nasabah Danamon maka secara otomatis kamu langsung bisa mengumpulkan poin dari beragam aktivitas perbankan kamu. Mulai dari transaksi belanja, pencairan pinjaman, kepemilikan produk asuransi atau investasi dan layanan lainnya.

Jadi, bukan tidak mungkin nasabah bisa mendapatkan loyalty reward lintas perusahaan; misalnya, dengan melakukan booking di aplikasi Traveloka dengan menggunakan pembayaran dari Danamon. Dan lagi, keuntungan berlipat bukan tidak mungkin dirasakan nasabah, terlebih dengan adanya loyalty program pendukung seperti program “Debar D-Point Kejutan Rabu Seru” dari Danamon yang bisa diikuti dengan menggunakan D-Point.

Seperti prinsip reward point yang sudah dijelaskan sebelumnya, program tersebut membuka kesempatan bagi nasabah Danamon untuk mendapatkan iPhone 7 hanya dengan menukarkan D-Point. Bedanya pada program ini nasabah bisa mengajukan penawaran dengan jumlah D-Point yang dimiliki atau sesuai dengan jumlah yang ditaksir. Kesempatan menawar ini dibuka setiap dua minggu sekali di hari Rabu selama periode program berlangsung, yang dapat dicari tahu selengkapnya di tautan berikut ini.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Danamon.

Mirrorless untuk Kebutuhan Vlogging dan Travelling-mu

Tahun 2015 bisa dikatakan sebagai titik sentral pertumbuhan tren vlogging. Di tahun itu, 42% dari pengguna internet mengaku terpapar oleh konten-konten video yang merupakan transformasi dari blog tersebut. Tarik maju ke hari ini, tren ini disinyalir meningkat lebih gila lagi. Kanal yang dapat secara bebas dimanfaatkan (umumnya YouTube) adalah satu alasannya. Faktor pendukung lainnya ialah maraknya kamera ringkas di pasar.

Konten secara esensial memang penting untuk memancing viewers mampir menonton vlog. Tapi, dalam hal teknis, kamera juga punya nilai yang tak kalah tinggi bagi kualitas vlog. Artikel ini akan mengulas “standar” kamera yang dapat digunakan untuk vlogging; atau untuk merekam momen di kegiatan mobile-mu, seperti travelling. Kamera yang kita ulas sebagai perbandingan antara “teori teknis” dengan penggunaannya di lapangan ialah Panasonic Lumix DC-GF9K.

Desain dan bodi

Vlogging berbicara soal momentum; bagaimana kita menyoroti suatu hal dengan angle tertentu adalah seninya. Jika kamu sedang travelling, membuat vlog akan setingkat lebih “sulit” lagi, oleh sebab setiap detik yang menjadi begitu penting untuk direkam. Karenanya, penting bagimu untuk menenteng kamera mirrorless yang ringan dan ringkas.

WhatsApp_Image_2017-10-18_at_23745_PM

Panasonic Lumix DC-GF9K saya rasa punya poin ini. Bobotnya yang hanya sebesar 269 gram dan berukuran 64.4 mm x 33.3 mm x 106.5 mm ini sangat membantu dalam penyimpanan. Meski kemudian ukuran demikian bagi saya terkesan “ringkih” saat digenggam, namun perlu diakui bahwa DC-GF9K tercipta memang untuk traveler.

WhatsApp_Image_2017-10-18_at_23755_PM

rsz_whatsapp_image_2017-10-25_at_64653_pm

Bagi vlogger, desain bodi harusnya jadi hal penting yang harus diamati saat memilih kamera, agar tetap keren saat mengambil shot di mana pun—karena orang-orang sekitar yang menoleh ke arahnya. Lumix DC-GF9K yang saya coba berwarna orange dengan motif kulit jeruk. Saya melihat ada kesan leather yang ingin ditunjukkan; namun sayang, hal terlihat kurang optimal. Di sisi lain, tampilan analog dan klasik tetap terpancar dan menjadi daya tarik dari mirrorless yang tersedia dalam empat warna ini.

Tampilan antar muka

Sempat saya bahas di awal bahwa vlogging menjadi tren. Fenomena ini seketika melahirkan banyak video content creator yang bertebaran di mana-mana—tak jarang vlogger juga kini sudah menjadi cita-cita anak kecil dan menjadi profesi pilihan. Tidak semua dari mereka lama bergelut di dunia videografi; banyak juga yang baru mengikuti tren ini sambil belajar mengambil gambar.

Tampilan antar muka dari menu yang ada di Lumix DC-GF9K ini sebenarnya mudah, karena Panasonic menyajikan sistem pengaturan dengan touch screen dan pengaturan shutter button yang otomatis pindah ke button bagian kiri saat sedang selfie mode.

Tapi—sepertinya disebabkan oleh penggunaan pertama kali—bagi saya tampilan antar muka ini terasa kurang user-friendly. Penempatan konten menu dan fitur-fiturnya agak sedikit sulit dipahami dengan cepat, apalagi bagi vlogger pemula atau pengguna Lumix pertama kali. Rasanya, akan menjadi kesalahan besar bila kita lupa menaruh manual book yang tersedia di dalam box. Beruntung poin ini tidak terlalu menutupi fitur-fitur mumpuni yang ada di Lumix DC-GF9K, seperti 4K photo dan post focus mode.

Performa dan kualitas gambar

Bagian terakhir inilah yang menjadi unsur penting dalam vlogging. Bagaimana seorang vlogger menangkap momen bertumpu pada performa dan kualitas gambar dari kamera mirrorless. Jika kamu merasa kualitas 4K adalah titik pengalaman tinggi, Lumix DC-GF9K memang disiapkan untukmu.

Fitur 4K yang digelorakan oleh Panasonic membawa kesan baik bagi saya saat mengambil gambar Lumix DC-GF9K. Fitur ini didukung post focus mode dan focus stacking, yang dipoles oleh micro 4/3 sensor, sehingga membuat fleksibilitas dari pemilihan focus lebih nyaman dengan hasil maksimal.

Screenshot_2017-10-25_at_113650

Screenshot_2017-10-25_at_113415

P1060068JPG

Jika kembali ke urusan vlogging, kamera ini belum begitu memanjakan dalam hal merekam suara. Panasonic Lumix DC-GF9K tidak dipersenjatai output audio video, yang sejatinya dapat memberi daya dobrak yang lebih kuat perihal merekam suara. Namun, Panasonic menebusnya dengan mikrofon stereo yang dibekali wind noise canceller.

Vlogger juga perlu kecepatan. Tidak hanya dalam mengambil shot, tapi juga dalam menyimpan dan memindahkan data. Performa dalam hal kirim-mengirim dan simpan-menyimpan data ini terasa lebih mudah dengan kehadiran fitur pemindahan data dengan berbasis Wi-Fi melalui Panasonic Image App. Fitur ini memungkinkan penggunanya untuk “melempar” data tanpa harus terkoneksi dengan kabel.

Konklusi

Bicara vlogging, bicara tentang kecepatan dan portabilitas—kualitas konten adalah syarat mutlak, sehingga tak perlu disebutkan. Panasonic Lumix DC-GF9K yang terlahir dengan tubuh mungil dan enteng serta memiliki resolusi 4K sepertinya sudah menjawab dua kebutuhan tadi. Kendati secara penggunaan akan memakan waktu untuk mempelajarinya, tapi untuk para vlogger dan traveler—apalagi jika kamu keduanya—kamera mirrorless 16,84 megapiksel ini dapat menjadi pilihan untuk merekam momen harianmu.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Panasonic.

Kala Startup Founder Menjadi Business Traveler

Menjalankan bisnis startup memang dekat dengan gaya kerja fleksibel. Bukan hanya soal kebiasaan harian dengan jam kerja dan suasana kantor yang santai saja, ada kalanya fleksibilitas tersebut menuntut founder untuk sering melakukan business traveling, oleh sebab usahanya yang konsisten berkembang. Bertemu klien, melakukan pendekatan dengan calon partner usaha, sampai meriset calon konsumen; itu sedikitnya gambaran task list di note smartphone mereka.

“Enak juga ya, bisa jalan-jalan sambil tetap dapat uang.” Anggapan ini sepertinya sudah umum dilontarkan orang-orang ketika melihat seorang business traveler. Pandangan tersebut mungkin saja valid, andai saja tambahan workload, penundaan jadwal keberangkatan, dan penurunan produktivitas tidak termasuk di dalam kegiatan business traveling.

Tantangan-tantangan tersebut sebenarnya dapat dihadapi, jika seorang startup founder bisa mengoptimalisasi dua hal: ruang di dalam tasnya dan device yang digunakannya.

Pastikan semuanya ringan dan nyaman

Yang perlu diingat adalah kamu bepergian bukan untuk berlibur sebagai backpacker. Jadi, kamu tidak perlu memenuhi tasmu dengan pakaian ganti yang bertumpuk. Manfaatkan ruang yang tersedia untuk seluruh device yang kamu perlukan; laptop, tablet, smartphone, MiFi, sampai external hard disk.

Karena banyak aspek yang harus diperhatikan oleh seorang startup founder, maka jangan sampai hal-hal kecil mengganggu pikiran mereka, seperti misalnya tas yang keberatan. Optimalisasi ruang dalam tas akan memastikan beban yang dibawa ringan dan nyaman.

Dorong kinerja dengan device unggulan

Bayangkan, seorang founder yang melakukan business traveling harus memikirkan setidaknya dua hal: bisnisnya dan perjalanannya. Dua hal ini pun sudah cukup menyita perhatian besar, dan jika tidak didukung device dan aplikasi unggulan, bukan tidak mungkin tantangan ini mengambil banyak ruang di kepala.

Jika sudah memutuskan untuk banyak melakukan business traveling, seorang founder harus segera menggunakan laptop dengan performa di atas rata-rata (setidaknya ditenagai Intel Core i7 misalnya), smartphone yang tahan banting (secara harfiah dan kiasan), dan MiFi berkecepatan tinggi.

Kombinasi di atas terhitung ideal bagi seorang startup founder dengan segudang pekerjaan rumah dan memerlukan segala sesuatunya cepat. Apalagi di zaman serba digital, MiFi seperti modem MiFi M5 diperlukan untuk menunjang kinerja. Desain yang ringkas dan kapasitas baterai besar (3250 mAh) adalah pengalaman yang menyenangkan dari sebuah MiFi, dan modem MiFi M5 memiliki itu. Selebihnya, gratis kuota Internet 150 GB tentu cukup untuk membantu pekerjaan seorang founder yang sedang traveling, dengan banderol sebesar Rp 999.000.

“Kemewahan” dari penggunaan gadget tersebut sudah sepatutnya dirasakan oleh para business traveler. Karena perjalanan yang mereka alami bukan hanya tentang mencari jati diri, tapi soal mewujudkan visi.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Smartfren.

Ini Seninya Bekerja secara Remote

Kedai kopi bagi kebanyakan orang adalah sebuah tempat untuk memenuhi gaya hidup. Sambil ngobrol melantur dengan kawan-kawan, ditemani beberapa cangkir kopi dan camilan manis, banyak masyarakat urban yang menghabiskan waktu dan uangnya di kedai kopi.

Di lain pihak, sebagian dari kaum perkotaan tersebut justru memanfaatkan waktunya berjam-jam di kedai kopi untuk menghasilkan uang. Bukan, mereka bukan barista atau pegawai kedai tersebut. Mereka adalah para pekerja jarak jauh (remote).

Remote work belakangan memang menjadi tren di industri, khususnya bila dikaitkan dengan ranah freelancer, agency, dan kantor startup. Umumnya sebuah kantor memang memiliki satu headquarter yang menjadi tempat bernaung semua karyawan.

Sejalan kemajuan teknologi, para pekerja kini dapat melakukan tugas-tugasnya serta berkomunikasi dengan sesama karyawan. Kehadiran teknologi seperti Slack, Skype, dan Trello terbukti dapat memperlancar alur kolaborasi mereka. Begitulah sejatinya konsep remote work bekerja.

Remote work bukanlah soal bekerja secara bebas. Kedisiplinan dalam koneksi dengan tim dan klien serta ketaatan pada deadline tetap harus dimiliki, dengan tempat kerja yang dapat dipilih sendiri (senyaman mungkin, dan mendukung produktivitas). Lebih detailnya, dua langkah ini yang perlu kamu coba sebagai seorang remote worker.

Selalu siaga dalam komunikasi di email dan instant messenger

Email dan instant messenger adalah alat-alat komunikasi yang perlu tersimpan di smartphone dan laptopmu jika kamu adalah seorang remote worker.

Meski tidak duduk di kursi kantor, tapi koneksimu dengan anggota tim lain jangan sampai terputus, apalagi dengan alasan seperti baterai laptop habis.

Device seperti Lenovo Yoga 520 bisa membantumu untuk permasalahan tersebut. Sebagai pekerja remote, baterai tahan lama adalah sebuah kewajiban tersendiri; belum lagi jika device tersebut ditenagai otak mesin optimal seperti Intel® Core™ i7 processor.

lenovo-yoga-720-15-subseries-feature-1-windows-10

 

Jadi, jangan sampai klien atau rekan satu tim menunggumu hanya karena performa baterai laptopmu lemah!

Saatnya berkolaborasi

Mengorganisasi to-do list pribadi adalah satu hal; namun mengelola to-do list sebuah tim adalah hal lain. Banyak aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk mempermudah pengelolaan proyek-proyek, baik yang berkaitan dengan tim internal maupun klien, seperti Slack dan Trello.

lenovo-yoga-520-14-subseries-feature-2-active-pen-v2

yoga_520 (1)

Kegiatan seperti ini juga nyatanya memerlukan device mumpuni untuk melakukannya, dan Lenovo Yoga 720 adalah salah satunya. Dengan RAM 8GB dan Intel® Core™ i5-7200U 2.5GHz processor, kamu tidak perlu ragu lagi bila harus terus menerus saling berkirim file dengan size besar dan harus mengirimkannya di waktu-waktu mendesak.

Dua poin umum di atas jelas menunjukkan bahwa di samping keinginan untuk membangun komitmen dan komunikasi antara remote worker dengan tim di kantor, device andal juga menjadi entitas penting yang harus siap menemani mereka.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Lenovo.

Konsisten Rangkul Developer, Samsung Temukan Aplikasi Lokal Terbaik

Rangkaian acara Indonesia Next Apps (INA) 4.0 akhirnya berakhir di babak pamungkas, yakni Judging dan Awarding, pada hari Senin (9/10), di AYANA Midplaza, Jakarta. Dua puluh aplikasi lokal yang mengikuti kategori Samsung SDK, Gear VR, Tizen Smartphone, dan Tizen Wearable dipresentasikan di hadapan dewan juri dalam sesi Judging. Proses pencarian aplikasi terbaik ini sejalan dengan keadaan dan kebutuhan industri teknologi saat ini.

Ekosistem tech startup di Indonesia tengah menghadapi tantangan dalam menemukan talenta digital yang profesional. Menurut survei Indonesia Tech Startup Report 2016 dari DailySocial, 50% startup founder mengaku isu ini masih dialami terus di tahun 2017. Menyadari akan tantangan tersebut, Samsung Indonesia bekerja sama dengan DailySocial dan Dicoding menggelar Indonesia Next Apps (INA) 4.0 yang menjadi ajang penemuan bakat-bakat terbaik IT se-Indonesia.

Menyisihkan 923 aplikasi, inilah aplikasi-aplikasi terbaik yang menjadi juara di Indonesia Next Apps 4.0.

Kategori Samsung SDK

No.   Nama Aplikasi Nama Developer
1 Mona Arrival Sentosa (ODT Indonesia)
2 Kato Sulistiyanto
3 Athlest Ian Rachman Dana

Kategori Gear VR

No.   Nama Aplikasi Nama Developer
1 GoSimulator VR Ikl Mazadi (Gobaksodor)
2 Starship Infiltration VR Lazuardi Ya’qub Affan (Calcatz Studio)
3 Sky Battle Arena Gathot Fajar (Creacle)

Kategori Tizen Smartphone

No.   Nama Aplikasi Nama Developer
1 Crazy Cargo Rudy Sumarso (Wisageni)
2 Kitaria Heroes: Force Bender Yogie Aditya
3 Relaxio Adi Nugroho (Lonely Box)

Kategori Tizen Wearable

No.   Nama Aplikasi Nama Developer
1 Fishing Go Frida Dwi Iswantoro (Noobzilla)
2 Snipe & Watch Gathot Fajar (Creacle)
3 Mucha Gun Rizal Syaputra (NOXTAGE)

Kategori Industry Challenge

No.   Nama Aplikasi (Sektor Industri) Nama Developer
1 UKM Bersama BRI (Perbankan) Toyo Wiyatno
2 SkyPass (Jasa Publik) Puja Pramudya
3 vMuseum (Tata Kelola Kota) Davis Ray
4 City Point (Properti) Ade Rofaldi

Enam belas juara INA 4.0 di atas diumumkan pada sesi Awarding, yang dihadiri oleh menteri, pejabat kementerian, dan para pimpinan industri yang menjadi partner dalam INA 4.0, antara lain ialah Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, Direktur Jenderal ILMATE Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan, Corporate Affairs Vice President Samsung Electronics Indonesia Kang Hyun Lee, Direktur Operasional BRI Indra Utoyo, Group CEO Associates Sinar Mas Land Yonas Yasahardja, Kepala Unit Pengelola Jakarta Smart City Setiaji, dan Direktur SDM & IT Angkasa Pura II Tina T. Kemala Intan.

Perekonomian yang berbasis layanan di sektor media dan komunikasi memerlukan network, device, dan aplikasi yang solid. Dalam hal ini, terselenggaranya Indonesia Next Apps 4.0 menjadi bagian dari upaya menstimulus pengembangan ekonomi berbasis media dan komunikasi. “Kita tidak bisa menumbuhkembangkan ekonomi services media dan komunikasi ini kalau ketiga ekosistem ini tidak berjalan bersama,” tegas Menkominfo Rudiantara.

Senada dengan Menteri Rudiantara, Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) melihat pengembangan aplikasi adalah unggulan di sektor industri ekonomi kreatif, dan kompetisi tahunan Indonesia Next Apps terlihat secara konkret membawa dampak pada pengembangan tersebut. “Kompetisi ini memberikan peluang bagi generasi muda untuk meraih dan menguasai teknologi masa depan. Kami atas nama pemerintah mengapresiasi upaya baik dari PT. Samsung Electronics Indonesia yang telah ikut berkontribusi dalam pencapaian nawacita Presiden Republik Indonesia, khususnya dalam pembangunan ekonomi digital,” ujar Kepala BEKRAF Triawan Munaf.

Disclosure: DailySocial adalah bagian dari penyelenggara Indonesia Next Apps 4.0.

5 Tips Fotografi dengan Smartphone

Fotografi hari ini bukanlah kegiatan yang unik di masyarakat; boleh jadi hampir setiap orang kini bisa memotret. Di samping karena photo-editing apps yang menjamur, salah satu penyebab utamanya ialah karena maraknya smartphone dengan kamera unggul. Kendati pun aktivitasnya tidak unik, tapi sebuah karya fotografi tetap harus unik dan mencuri pandangan orang-orang, apalagi jika kamu ingin membaginya di Instagram atau Flickr.

Dengan segala teknologi yang tertanam di kamera smartphone, rasanya sayang sekali bila hanya memahami ukuran megapiksel tanpa mempelajari betul karakter dan setting-nya. Kabar baiknya, sekarang kamu bisa mempelajari fotografi dengan smartphone melalui langkah-langkah sederhana, seperti tips di bawah ini.

1. Pahami setting-an kamera

20170919_144807

Penting diingat bahwa fotografi dengan smartphone bukan tentang penggunaan default auto mode. Untuk mempertajam skill dan hasil fotografi, kamu bisa mencoba manual mode (atau pro mode di Samsung Galaxy S8). Kamu dapat dengan leluasa menyesuaikan ISO, focus, exposure, dan white balance, berdasarkan situasi di sekitar.

2. Gunakan resolusi paling tinggi

 

20170919_132232

Semakin tinggi resolusi, semakin tinggi kualitasnya. Formula umum ini mungkin banyak yang memahami, namun tak sedikit yang melupakan dalam praktiknya. Prinsipnya, lebih baik menggunakan resolusi paling tinggi yang bisa dilakukan smartphone-mu ketimbang menggunakan zoom in. Pada Samsung Galaxy S8 misalnya, kamu bisa menggunakan resolusi hingga 4023 x 3024.

3. Manfaatkan cahaya sekitar

20170919_210147-01

Sadari bahwa kamera akan secara optimal menangkap objek yang terpapar cahaya. Sebisa mungkin kamu memanfaatkan cahaya alami yang ada di sekitar, dan pastikan kamu memahami dari mana cahaya berasal. Ini akan menghindarimu dari masalah-masalah seperti backlight.

Tapi, di posisi minim cahaya pun sebenarnya kamu tetap bisa menangkap momen. Beberapa smartphone punya kapabilitas dalam melakukan low-light photography, seperti kamera Samsung Galaxy S8. Dengan begini, kamu tidak perlu ragu untuk traveling dan berfoto di malam hari.

4. Komposisi: harga mati

20170919_134001-01

Mulai pelajari dasar-dasar dalam komposisi foto, seperti Golden Ratio dan Golden Triangles. Kamu juga perlu mencoba mengambil gambar dari berbagai macam angle, sebab melatih penggunaan komposisi akan mempermudahmu dalam memanfaatkan fitur kamera di smartphone.

5. Terakhir, biarkan photo editing apps yang bekerja

20170919_123457-01

Kuncinya, lakukanlah editing secara ‘manusiawi’; jangan terlalu habis-habisan dalam menggunakan filter sehingga malah mengurangi ketajaman kualitas foto. Seperti fotografer profesional dengan Adobe Photoshop-nya, kamu bisa memanfaatkan aplikasi-aplikasi seperti Pixlr dan Snapseed.

Penguasaan fitur kamera memungkinkan “fotografer smartphone” untuk mengambil shot yang jernih dan artistik di mana pun kamu berada, seperti yang dilakukan Nicholas Saputra yang melakukan traveling ke Aceh dan berfoto dalam rangka Unbox Indonesia.

Lanskap Bumi Pertiwi memang memiliki eksotisme yang bisa menjadi cerita abadi lewat fotografi. Seperti Nicholas Saputra yang telah meng-Unbox Aceh dan menemukan sisi sentimental dari keindahan di sana, DailySocial juga telah melakukan Unbox Jakarta dengan contoh potret-potret di atas; sebab Ibu Kota punya keindahan tersendiri di tengah dinamikanya.

Indonesia bukan hanya Jakarta, Aceh, dan Sumba. Masih banyak destinasi yang bisa digali; masih banyak potensi yang bisa diselami, dengan Unbox Indonesia.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Samsung.

Inilah 20 Besar Finalis Indonesia Next Apps 4.0

Indonesia tidak kehabisan talenta dalam pengembangan teknologi informasi apalagi dengan dorongan Samsung melalui Indonesia Next Apps (INA) 4.0. Dalam rangkaian acara INA 4.0 yang terdiri dari Developer Workshop dan Developer Code Night di delapan kota di Indonesia (Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Jakarta, Bandung, Medan, dan Makassar), Samsung menemukan banyak sekali potensi-potensi besar dari developer tanah air yang partisipasinya mencapai lebih dari 1.600 orang.

Sebagaimana tujuan awal INA 4.0 yakni untuk mengembangkan inovasi aplikasi di tanah air dan mendorong penciptaan aplikasi solusi untuk menjawab permasalahan industri di Indonesia, Samsung membuka pendaftaran aplikasi untuk seluruh pengembang aplikasi dan teknologi di Indonesia, dengan kategori Samsung SDK, Gear VR, Tizen Smartphone, Tizen Wearables, dan Industry Challenge.

Mereka yang mendaftarkan dirinya untuk kompetisi INA 4.0 telah berlomba mempersiapkan aplikasi terbaik, demi memperebutkan total hadiah hingga lebih dari 600 juta rupiah. Kompetisi tersebut kini sudah selangkah menuju acara puncaknya; 20 aplikasi akan mengikuti proses Judging dan Awarding INA 4.0, untuk mencari tahu siapa pengembang aplikasi terbaik tahun ini. Berikut adalah daftar finalis INA 4.0.

Catatan: Kategori Industry Challenge sudah melewati proses judging terpisah sebelumnya, dan akan langsung diumumkan pemenangnya pada saat Judging dan Awarding INA 4.0.

Kategori Samsung SDK

No.   Nama Aplikasi Nama Developer
1 Athlest Ian Rachman Dana
2 Kato Sulistiyanto
3 Speak Out Loud Fenton Martin
4 Mona Arrival Sentosa (ODT Indonesia)
5 Catatan Harian Pak Lurah Buchori Rafsanjani

Kategori Gear VR

No.   Nama Aplikasi Nama Developer
1 GoSimulator VR Ikl Mazadi (Gobaksodor)
2 Starship Infiltration VR Lazuardi Ya’qub Affan (Calcatz Studio)
3 Road Crosser Wida Praponco
4 Mini Races Christian Saragih
5 Sky Battle Arena Gathot Fajar (Creacle)

Kategori Tizen Smartphone

No.   Nama Aplikasi Nama Developer
1 Super Little Jogger Steven Aang (Firebeast)
2 Kitaria Heroes: Force Bender Yogie Aditya
3 Crazy Cargo Rudy Sumarso (Wisageni)
4 Dijamin Halal Sabit Huraira
5 Relaxio Adi Nugroho (Lonely Box)

Kategori Tizen Wearable

No.   Nama Aplikasi Nama Developer
1 Calculate Area Toyo Wiyatno
2 Fishing Go Frida Dwi Iswantoro (Noobzilla)
3 Lava Leap Rudy Sumarso (Wisageni)
4 Mucha Gun Rizal Syaputra (NOXTAGE)
5 Snipe & Watch Gathot Fajar (Creacle)

Lima besar finalis dari masing-masing kategori akan mengikuti proses Judging dan Awarding INA 4.0 pada hari Senin, 9 Oktober 2017, di AYANA Midplaza, Jakarta. Masing-masing peserta diminta untuk mempresentasikan dan mendemonstrasikan aplikasi yang telah dikembangkannya di hadapan dewan juri yang terdiri kalangan profesional.

Di hari yang sama, pada sesi Awarding, Samsung akan mengumumkan juara dari setiap kategori kompetisi INA 4.0, dengan dihadiri Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perindustrian, dan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama Samsung dan DailySocial, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Indonesia Next Apps 4.0.

Apa Kabar Taksi Argo di Tengah Arus Digitalisasi?

Menurut data DailySocial.id, masyarakat Indonesia saat ini semakin terbiasa dan nyaman dengan layanan on-demand yang tersedia, dan lebih dari 63% di antara mereka adalah pengguna layanan pemesanan mobil/taksi melalui mobile apps.

Memesan taksi online dengan beberapa sentuhan jari memang terlihat sudah menjadi gaya hidup masyarakat. Padahal “taksi argo” sejatinya masih eksis di jalanan. Lalu, dengan “digitalisasi” taksi serta kultur pemanfaatan online platform untuk transportasi yang sudah membumi ini, bagaimana kabar keberadaan taksi argo?

Lahir di tengah era digital, para pemain taksi online dianggap punya ruang inovasi yang lebih besar dengan talenta-talenta muda di dalamnya. Di sisi lain, taksi argo dengan usianya yang lebih dewasa dianggap lebih rentan menghadapi persoalan inovasi.

Benarkah demikian?

Taksi Argo dan Aplikasi Mobile

Pada kenyataannya, taksi argo kini telah menunjukkan keseriusannya dalam memasuki sektor digital. Inisiatif ini terlihat dari pendekatan taksi argo yang sudah mulai membuka diri dengan multi-channel access, agar penumpang bisa menggunakan jasa mereka. Eksistensi taksi argo di jalanan semakin terlihat dengan aplikasi mobile yang mereka kembangkan (dan terus diperbarui versinya), misalnya My Blue Bird.

Kemampuan aplikasi taksi argo dapat diandalkan oleh pengguna. Fitur-fitur seperti advanced booking, kemampuan melihat taksi yang tersedia di sekitar lokasi, serta sistem penilaian untuk pengemudi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan. Taksi argo juga terus berinovasi dalam hal transaksi yang memungkinkan pengguna untuk membayar non tunai dengan e-voucher atau kartu kredit.

Belum lagi, salah satu pemain besar taksi argo kini telah meluncurkan fitur Easy Ride yang merupakan bentuk penyempurnaan dari sistem pembayaran di taksi argo, di mana penumpang bisa menyetop taksi di jalan, tetapi bisa melakukan pembayaran non-tunai melalui aplikasi. Sebuah bukti bahwa inovasi tidak harus mengganggu kebiasaan yang sudah lama berdiri.

Berdasarkan laporan Popular Cashless Payment Instruments in Indonesia dari DailySocial menyebutkan bahwa lebih dari 80% responden adalah pengguna aktif dari sistem non-tunai. Jadi tidak hanya pada digitalisasi sistemnya, taksi argo bahkan kini sudah terbuka pada perwujudan cashless society.

Selain inovasi digital, satu hal yang menjadi nilai tambah dari taksi argo adalah penumpang dimungkinkan mendapatkan pengemudi yang lebih profesional dan telah mengikuti training untuk menerapkan prosedur pelayanan yang baik. Selain itu, tarif taksi argo tidak berubah sesuka hati karena tidak berlakunya surge price di kondisi tertentu, misalnya di lokasi sibuk, saat hujan, atau jam sibuk.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Blue Bird.

Pendaftaran Aplikasi Indonesia Next Apps 4.0 akan Ditutup Minggu Ini

Kemeriahan roadshow Developer Workshop dan Developer Code Night dari program Indonesia Next Apps (INA) 4.0 di delapan kota Indonesia (Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Jakarta, Bandung, Medan, dan Makassar) telah berakhir. Lebih dari 1.600 developer telah ikut serta dalam rangkaian Developer Workshop dan Developer Code Night INA 4.0. Kini saatnya menanti siapa saja developer yang dapat mengembangkan aplikasi dengan basis teknologi Samsung.

Dalam gelaran tahunan keempatnya ini, Samsung masih merangkul pengembangan inovasi aplikasi pada teknologi Samsung SDK, Tizen Wearable, Tizen Smartphone, dan Gear VR. Pada puncaknya, 20 aplikasi terbaik akan berlaga pada acara malam penganugerahan (awarding) di Jakarta, dan berlomba meraih total hadiah lebih dari 600 juta rupiah.

Kategori-kategori perlombaannya adalah sebagai berikut.

revised-website-hadiah-1

Untuk kategori Industry Challenge, para peserta akan diminta untuk mengembangkan aplikasi sebagai solusi bagi permasalahan industri. Kategori Industry Challenge terdiri dari kategori Banking, Urban Planning, Property, dan Public Service.

no-blili-hadiah-industri-JPG

Seorang developer dapat mendaftarkan lebih dari satu aplikasi untuk setiap kategori challenge. Sebagai contoh, developer boleh men-submit empat aplikasi; Satu aplikasi untuk Tizen Smartphone Challenge, satu aplikasi untuk Samsung SDK, satu aplikasi untuk Industry Challenge (Banking), dan satu aplikasi untuk Industry Challenge (Urban Planning).

Inilah kesempatan bagi para developer untuk membuktikan diri dalam pengembangan aplikasi sekaligus menjadi bagian besar bagi perubahan di industri. Pendaftaran dibuka hanya sampai 18 September 2017 di www.indonesianextapps.com.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama Samsung dan DailySocial, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Indonesia Next Apps 4.0.

Menilik Keseruan Rangkaian Workshop INA 4.0

Rangkaian program Indonesia Next Apps (INA) 4.0 semakin mendekati puncaknya. Roadshow Developer Workshop dan Developer Code Night INA 4.0 telah berlangsung di delapan kota Indonesia (Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Jakarta, Bandung, Medan, dan Makassar), dan terlihat berhasil memantik semangat para developer untuk berkarya. Sebanyak lebih dari 1.600 developer turut memeriahkan rangkaian kegiatan Developer Workshop dan Developer Code Night.

Selama Developer Workshop, para developer mencari tahu lebih banyak mengenai teknologi yang dikembangkan Samsung, seperti di antaranya ialah Samsung SDK, Gear VR, Tizen Smartphone, dan Tizen Wearable. Baik dalam kelas yang membahas pemaparan mendasar maupun pendalaman dari sisi teknis, para developer memperlihatkan ketertarikannya dalam pengembangan aplikasi.

Dalam ajang Developer Code Night, semakin tampak jelas mana saja developer yang siap melakukan pengembangan di teknologi Samsung, lewat keikutsertaan mereka dalam sesi pengembangan aplikasi.

Berikut adalah gambaran kemeriahan dan antusiasme peserta INA 4.0 dalam rangkaian Developer Workshop dan Developer Code Night INA 4.0.

IMG_9596JPG IMG_9565JPG IMG_9542JPG IMG_5381JPG IMG_5111JPG IMG_5018JPG IMG_4913JPG DSC_0400JPG DSC_0204JPG DSC_0190JPG DSC_0144JPG DSC_0094JPG DSC_0047JPG DSC_0035JPG

Itulah beberapa potong keseruan INA 4.0. Melihat dari semangat developer Indonesia ini, kelihatannya semakin banyak inovasi yang lahir untuk Samsung SDK, Tizen (smartphone dan wearable), dan Gear VR, khususnya yang membawa manfaat langsung bagi industri. Siapapun yang berhasil mengembangkan aplikasi terbaik berkesempatan mendapatkan total hadiah senilai lebih dari 600 juta rupiah.

Jika Anda termasuk salah satu developer yang siap dengan tantangan dan ingin meraih total hadiah senilai lebih dari 600 juta rupiah, Anda dapat langsung mendaftarkan aplikasi Anda di www.indonesianextapps.com.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama Samsung dan DailySocial, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Indonesia Next Apps 4.0.