Penjualan CMP, GPU Khusus Mining dari Nvidia, Mencapai Rp8 Triliun dalam 6 Bulan

Tren mining atau penambangan cryptocurrency memang jadi salah satu sebab derita para gamer PC karena membuat harga kartu grafis meroket dan bahkan mengalami kelangkaan stok hingga tahun ini.

Dari laporan keuangan yang baru saja dikeluarkan oleh NVIDIA, kelihatannya kelangkaan kartu grafis ini akan berlangsung cukup lama karena NVIDIA mencatatkan bahwa pada kuartal pertama 2021 ini mereka telah menjual CMP ( Cryptocurrency Mining Processors) atau prosesor grafis khusus mining cryptocurrency dengan keuntungan sebesar US$155 juta atau Rp2,2 triliun.

NVIDIA sendiri percaya diri bahwa kartu grafis khusus mining-nya tersebut akan terjual dua kali lipat pada kuartal kedua tahun ini yang berarti hingga 30 Juni 2021 mendatang. NVIDIA melaporkan perkiraan sebanyak US$400 juta atau Rp5,7 triliun.

Image credit: jcutrer

CFO dari Nvidia, Collete Kress juga mengatakan bahwa produk CMP mereka memang sengaja diluncurkan untuk memenuhi permintaan terhadap mining. GPU CMP ini memang dioptimalkan secara performa dan juga efisiensi untuk mining, sehingga kartu grafis ini tidak memenuhi spesifikasi kartu grafis gaming mereka yaitu GeForce.

Nvidia juga menjamin bahwa produksi CMP ini tidak akan mempengaruhi produksi dan suplai dari kartu grafis GeForce mereka untuk para gamer. Ada dua kartu CMP Nvidia yang sudah dirilis yaitu 30HX dan 40HX, sedangkan Nvidia akan segera mirilis versi lebih tingginya yaitu 50HX dan 90HX.

2 kartu CMP baru inilah yang diyakini oleh Nvidia akan meningkatkan penjualannya hingga dua kali lipat karena keduanya menawarkan performa mining yang jauh lebih tinggi dari dua kartu sebelumnya.

ASUS CMP 40 HX (image credit: videocardz)

Bila prediksi dari NVIDIA nantinya menjadi kenyataan maka dalam waktu 6 bulan di 2021 ini saja mereka akan berhasil menjual kartu CMP ini dengan keuntungan $555 juta atau sekitar Rp 7,9 triliun. Yang berarti akan membutuhkan banyak stok dari GPU CMP.

Namun setidaknya, semoga keberadaan kartu grafis khusus mining ini membuat kelangkaan kartu grafis gaming Nvidia GTX dan RTX yang terjadi sejak tahun kemarin ini bisa kembali normal di pertengahan tahun nanti. Dan mungkin, bila beruntung, bisa menurunkan harganya ke harga normal seperti sedia kala.

Valve Dikabarkan Tengah Mengerjakan Konsol Handheld Baru

Dominasi Nintendo dalam hal konsol genggam (handheld) memang masih belum bisa disaingi oleh siapapun. Smartphone mungkin kini menjadi solusi bermain game portabel bagi mayoritas orang, namun tentunya ia tidak dapat menawarkan pengalaman bermain game sebaik handheld Nintendo seperti Switch, Game Boy, dll.

Namun ketenangan Nintendo di pasar konsol genggam kelihatannya akan segera terusik karena menurut laporan terbaru yang dilansir dari Ars Technica, Valve dilaporkan tengah mengembangkan sebuah konsol portabel ala Switch yang digunakan untuk memainkan game dari Steam.

Dari informasi yang ada, proyek konsol misterius ini memiliki kode nama SteamPal. Nama ini sendiri belum resmi dan kemungkinan akan diganti saat konsolnya benar-benar dirilis nanti. Kode nama SteamPal ini pertama kali ditemukan di dalam launcher terbaru Steam. Yang menarik SteamPal direferensikan untuk dirilis pada akhir tahun 2021 ini.

Steam Remote Play yang memungkinkan memainkan game Steam di smartphone secara streaming (Image credit: Steam)

Mengenai konsol portabelnya tersebut, dilaporkan bahwa SteamPal akan memiliki kontroler dan juga dukungan layar sentuh. Dan mirip seperti Switch konsol ini juga disebut-sebut akan memiliki fungsi dock untuk memainkannya di layar/TV. Perbedaannya adalah SteamPal tidak akan memiliki fitur joystick yang bisa dicabut-pasang namun akan memiliki sambungan kabel USB biasa bila dock-nya tidak ada.

Untuk hardware-nya, SteamPal dikabarkan akan menggunakan APU baik dari AMD maupun Intel dan akan memiliki basis sistem Linux. Meskipun disebutkan juga bahwa sistem konsolnya tetap mampu menjalankan game-game berbasis Windows.

Steam Machine dari Alienware (Image credit: Valve)

Belum ada pernyataan resmi dari Valve mengenai SteamPal ini, tetapi beberapa sumber menyebutkan bahwa Valve memang tengah mengerjakan konsol gaming portabel dan ternyata sudah dikembangkan selama beberapa waktu lalu.

Yang seharusnya masih membuka jendela kemungkinan bagi Valve untuk memperkenalkan SteamPal ini sebelum tahun 2021 berakhir nanti. Bos dari Valve, Gabe Newell memang sempat memberikan sinyal bahwa dirinya tertarik untuk membawa Steam ke konsol dan mungkin SteamPal akan jadi langkah besar bagi Steam untuk memberikan pengalaman bermain baru bagi pemainnya.

Sayangnya, perlu diperhatikan bahwa ini bukanlah kali pertama Valve mencoba terjun ke dunia hardware. Karena sebelumnya mereka telah mencoba merilis Steam Machine yang diposisikan sebagai pesaing konsol, namun ternyata kurang berhasil di pasaran. Apakah akhrinya Valve bisa berhasil dengan SteamPal ini nantinya?

Tencent Kini Miliki Saham dari Developer Control, Remedy Entertainment

Raksasa teknologi Tencent memang terus memperluas kerajaan di industri game. Dan yang terbaru, Tencent Holdings dilaporkan baru saja mengakusisi 3,8% saham dari pengembang dari game Control dan Alan Wake yaitu Remedy Entertainment.

Tencent dikabarkan membeli kurang lebih 500.000 lembar saham tersebut dari perusahaan investasi lain, Accendo Capital. Accendo Capital sendiri masih memiliki 14% bagian atau sekitar 1,8 juta lembar saham yang tersisa setelah transaksinya dengan Tencet tersebut.

Pengembang Remedy baru diinformasikan mengenai penjualan ini setelah transaksinya terjadi. Namun, pengembang yang tengah sibuk dengan beberapa projek termasuk yang dirumorkan sebagai Alan Wake 2 tersebut tetap tenang karena transaksi yang terjadi merupakan “capital market transaction” atau transaksi pasar modal.

Markas besar Tencent di China (Image credit: Tencent)

Transaksi tersebut dikatakan tidak akan memiliki hubungan dengan aktifitas komersial yang akan terjadi di dalam studio.

“Kami telah menyadari bahwa Tencent telah memiliki banyak pengalaman di industri ini, sehingga kami merasa terhormat atas ketertarikan mereka terhadap Remedy dan dengan senang hati menyambut Tencent sebagai pemegang saham baru,” ungkap sang CEO, Tero Virtala.

2020 lalu menjadi tahun fiskal terbaik bagi Remedy Entertainment dengan pendapatan dalam setahun kemarin yang meningkat sebanyak 30% menjadi €41,1 juta atau sekitar Rp721 miliar.

Control game (Image Credit: Remedy Entertainment)

Hebatnya, peningkatan tersebut terjadi meski Remedy Entertainmen tidak merilis game apapun tahun kemarin namun lebih berfokus pada pengembangan lanjutan serta penyempurnaan dari game Control.

Dengan bergabungnya Tencent sebagai pemegang saham dari Remedy maka semakin panjang juga portofolio pengembang dan penerbit video game yang telah mendapat suntikan dari mereka.

Sebelumnya, Tencent  telah membeli saham dari Activision, Ubisoft, Epic Games, PlatinumGames, Dontnod Entertainment, Funcom, Bohemia Interactive, dan bahkan studio-studio game kecil lainnya.

Film Uncharted Akhirnya Tunjukkan Foto Pertamanya

Setelah lama muncul dan hilang, film adaptasi dari game petualangan milik Naughty Dog – Uncharted akhirnya terus menunjukkan progresnya. Sebelumnya, foto dari sang pemeran utama – Tom Holland sebagai Nathan Drake muda sudah mengemuka.

Kali ini, Sony akhirnya menunjukkan Nathan bersama sang mentor Victor “Sully” Sullivan yang diperankan oleh Mark Wahlberg. Kali ini adalah penampakan resmi perdana Wahlberg sejak dirumorkan akan memerankan Sully. Di 2010, ia juga dirumorkan akan memerankan Nathan Drake.

Foto ini diunggah pertama kali oleh New York Time dengan sumber gambar langsung dari Sony Pictures Entertainment. Artikelnya sendiri tidak membahas khusus film adaptasi Uncharted ini namun lebih ke usaha Hollywood untuk kembali membawa adaptasi video game.

Foto perdana Uncharted Movie (Image credit: New York Times)

Dalam foto tersebut terlihat keduanya tengah berada di suatu ruangan di dalam gedung tua (katedral ataupun yang lainnya). Nathan Drake terlihat menggunakan kaos biru yang mirip dengan yang dikenakan dalam game ke-4 Uncharted.

Sedangkan Sully  tampil sedikit kontroversial karena dalam foto tersebut Mark Wahlberg tampil tanpa kumis khas milik Sully. Padahal dalam video game-nya Sully tidak pernah ditampilkan tanpa kumis.

Mark Wahlberg dengan kumis lebat ikonik milik Sullyb (Image credit: Push Square)

Hal ini langsung memancing perdebatan para fans apalagi sebelumnya Mark Wahlberg sempat menunjukkan dirinya yang sudah memiliki kumis lebat khas Sully. Tidak sedikit fans yang langsung khawatir bahwa film ini nantinya akan melenceng dari game-nya.

Namun beberapa fans juga memberikan teori bahwa adegan tersebut terjadi di waktu sebelum Sully menumbuhkan kumis ikoniknya. Dan hal tersebut akan menjadi bagian dari “character development” bagi Sully di film tersebut.

Foto Tom Holland sebagai Nathan Drake tahun kemarin (Image Credit: Sony)

Selain Uncharted, PlayStation Productions juga dikabarkan tengah mengerjakan film adaptasi dari game mereka lainnya yaitu The Last of Us bersama HBO dan juga film adaptasi Ghost of Tsushima yang akan dikerjakan oleh sutradara dari film John Wick, Chad Stahelski.

Film adaptasi Uncharted ini dikerjakan oleh Ruben Fleischer yang sebelumnya mengerjakan Venom dan Zombieland. Filmnya direncanakan untuk dirilis pada 18 Februari 2022 mendatang, tentunya bila tidak ada penundaan.

Studi Terbaru Berikan Durasi Bermain Game yang Aman Bagi Anak-Anak

Bermain game tentunya merupakan aktivitas yang lumrah dilakukan oleh anak-anak dan remaja di masa sekarang. Namun berapa lama durasi yang aman untuk bermain game tentu masih menjadi perdebatan dari berbagai pihak.

Namun studi terbaru yang dilakukan oleh Universitas Rutgers, Amerika Serikat menawarkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dan secara ringkas mereka menyebutkan bahwa “satu jam” merupakan durasi yang aman bagi anak-anak bermain game pada hari aktif sekolah.

Mereka juga menyebutkan bahwa bila anak-anak atau remaja tersebut dibiarkan bermain melebihi satu jam maka hal tersebut langsung akan beresiko memengaruhi performanya di sekolah.

image credit (wired)

Hasil tersebut muncul dari penelitian kampus tersebut terhadap Online gambling atau perjudian online. Mereka menemukan bahwa remaja yang menghabiskan waktu lebih dari satu jam dalam sehari untuk bermain game dan juga berselancar di internet untuk tujuan hiburan jauh lebih beresiko untuk mendapat nilai ujian yang lebih lebih rendah dibandingkan anak-anak lain yang menghabiskan waktu lebih sedikit di sana.

Para peneliti juga memahami bahwa internet di masa sekarang sangat krusial karena jalannya program pendidikan dan juga portal ke berbagai sumber ilmu dan edukasi. Namun mereka lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat hiburan seperti media sosial, video games, dan portal internet lain yang tidak berhubungan dengan pendidikan akan memberikan dampak negatif bagi anak-anak.

Image credit (Getty Images)

Dalam studi tersebut dikumpulkan sekitar 10.000 data yang diambil dari siswa SMP-SMA yang merupakan bagian dari China Educational Panel Survey. Hasilnya menunjukkan bahwa remaja yang menggunakan gadget atau komputer untuk hiburan selama 4 jam atau lebih dalam sehari akan 4 kali lipat beresiko untuk membolos sekolah.

Namun hal tersebut juga bukan berarti bahwa akses hiburan dan video game di internet perlu dibatasi 24 jam, namun para peneliti memberi catatan bahwa jumlah jam yang dihabiskan untuk online dapat ditingkatkan menjadi empat jam setiap akhir pekan.

The Infinity Juara PUBG Mobile Pro League Season 3 SEA Finals

Gelaran grand final turnamen PUBG Mobile Pro League (PMPL) SEA Season 3 Final akhirnya selesai juga dengan tim asal Thailand, The Infinity, berhasil dinobatkan menjadi juaranya. Mereka berhasil mengalahkan 15 tim terbaik lainnya dan berhak membawa hadiah sebesar $32.000 atau sekitar Rp460 juta.

4 tim asal Indonesia yang berhasil lolos, termasuk juara bertahan Bigetron RA, sayangnya tidak berhasil membawa pulang piala. Hanya Evos Reborn yang berhasil pulang sebagai juara runner-up dan berhak membawa pulang hadiah sebesar $21.000 atau sekitar Rp 300 juta.

Posisi ketiga ditempati oleh Infinity IQ yang berasal dari Vietnam, yang membawa pulang hadiah $16.500 atau sekitar Rp236 juta.

PMPL SEA 2021 (Image credit: PUBGM esport)

Turnamen PMPL SEA Season 3 ini menghadirkan pertarungan penuh aksi selama 3 hari yang sulit untuk diprediksi. Seperti pada hari pertama yang didominasi oleh tim-tim Indonesia seperti Aura, Evos Reborn, dan juga sang juara Bigetron yang berhasil menempati posisi 3 besar.

Namun di hari kedua, hal tersebut mulai berbalik karena Bigetron dan Aura menderita kekalahan yang membuat mereka harus tersingkir dari posisi 3 besar yang kemudian mulai didominasi oleh tim seperti Orange, The Infinity, dan juga Infinity IQ.

Di final hari ketiga banyak fans yang mengharapkan perlawanan balik dari tim-tim besar terutama dari Bigetron, sebagai juara bertahan yang banyak difavoritkan. Namun sayangnya performa mereka di hari terakhir juga tidak maksimal yang menyebabkan mereka harus tersingkir ke posisi ke-8.

Hasil akhir PMPL SEA 2021 dan MVP (Image credit: PUBG Mobile esport Indonesia)

Sedangkan The Infinity masuk ke mode non-stop winning yang membuat mereka memperkuat posisinya sebagai pemimpin klasemen. Tidak hanya menang sebagai tim juara, nOOzy dari tim Infinity juga dianugerahi sebagai MVP (Most Valuable Player) lewat performanya yang krusial untuk membawa timnya menjadi juara.

nOOzy sendiri berhasil mendapatkan total 56 kills dengan total damage hampir 10k atau lebih tepatnya 9997. Dengan total kill tersebut, nOOzy juga keluar sebagai Top Fragger dan berhak menerima hadiah sebagai MVP sebesar $6.000 atau Rp86 juta.

Ke depannya, The Infinity dan Evos Reborn memastikan posisinya untuk langsung masuk ke kualifikasi PMPL Season 4 tahun depan. Sedangkan Bigetron yang gagal masuk ke 5 besar serta tim-tim Indonesia lain seperti Aura dan juga Geekfam ID harus berjuang keras untuk bisa mengejar kemenangan tahun depan. Terlebih Geekfam ID sendiri tahun ini harus merelakan slotnya dikarenakan adanya 2 tim yang sama dalam turnamen tersebut.

Roblox Akan Masuk ke PS4, PS5, Switch, dan VR?

Sebagai salah satu game terlaris di dunia karena kebebasannya untuk membangun game apapun di dalamnya dan memainkannya bersama pemain lain, popularitas Roblox terus meningkat.

Untuk sekarang, Roblox sudah mendulang kesuksesan besar lewat platfiorm PC, Xbox, dan mobile. Namun ternyata hal ini tidak membuat penerbit dan pengembang Roblox Corporation cukup puas. Karena kelihatannya mereka juga ingin membawa game ini ke platform lainnya.

Hal tersebut diutarakan oleh sang CEO sekaligus co-founder Dave Baszucky pada saat panggilan konferensi terhadap para investor beberapa waktu lalu.

“Switch, PlayStation, (Oculus) Quest — semua konsol tersebut merupakan platform yang cocok bagi Roblox.” Ujar sang Baszucky.

Sayangnya, meski sang CEO telah menyinggung platform-platform tersebut, belum ada pengumuman resmi kapan game ini akan masuk ke dalam platform lainnya. Namun langkah ini sejalan dengan keinginan Roblox Corporation untuk memperluas Roblox ke audiens yang lebih besar.

Roblox sendiri sebenarnya sudah ada sejak 2006, bahkan jauh sebelum adanya Minecraft. Namun berkat kebebasan yang diberikan kepada sang pengembang terhadap komunitasnya, game ini terus bertumbuh lewat berbagai mode game baru yang dibuat di dalamnya.

Menurut laporan, game ini sendiri masih dimainkan oleh sekitar 150 juta orang setidaknya sekali dalam setiap bulan. Laporan inilah yang kelihatannya mendorong Roblox Corporation untuk melakukan ekspansi ke platform-platform lainnya.

Dan apabila nantinya game ini akan masuk ke PlayStation dan juga Switch, maka diprediksi akan ada sekitar 200 juta lebih pemain yang akan memainkannya di masing-masing platform.

Para fans memprediksi bahwa Roblox untuk PlayStation, Switch, dan VR ini akan diumumkan pada gelaran E3 yang akan diadakan pada pertengahan bulan Juni mendatang.

PlayStation 5 Kalahkan Xbox Series X, Switch Dominasi Penjualan 2021

Pertarungan konsol next-gen sudah dimulai sejak keduanya dirilis pada akhir tahun kemarin. Memasuki tahun 2021, ternyata PlayStation 5 jauh mengungguli XboX Series X/S hingga dua kali lipat. Namun penjualan keduanya ternyata masih kalah jauh bila dibandingkan dengan Nintendo Switch.

Laporan tersebut dikeluarkan oleh Ampere Analysis yang menampilkan bahwa, pada kuartal awal 2021 ini, sudah sebanyak 2,83 juta PS5 berhasil terjual. Lebih dari dua kali lipat dari jumlah konsol Series X yang terjual sebanyak 1,31 juta unit di kurun waktu yang sama.

Meskipun secara angka tertinggal jauh dari Sony, namun Microsoft sendiri melaporkan bahwa keuntungan hardware mereka sendiri naik hingga 232% dari tahun kemarin. Apalagi Microsoft juga tidak hanya bergantung pada penjualan konsolnya saja, namun juga pada layanan Xbox Game Pass mereka.

Baik Sony dan Microsoft sendiri masih diterpa dengan permasalahan produksi dan kesulitan untuk memenuhi permintaan di seluruh dunia. Kondisi ini sendiri diprediksi akan terus berlanjut selama 2021 ini. Sehingga para gamer pun kelihatannya masih akan kesulitan untuk menemukan konsol next-gen dengan harga sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Sony maupun Microsoft.

Di sisi lain, kombinasi angka penjualan duna konsol next-gen ini ternyata masih jauh tertinggal oleh konsol hybrid Nintendo Switch. Yang pada kuartal pertama 2021 ini saja berhasil menjual hingga 5,86 juta unit. Angka tersebut sendiri membuat Switch telah total terjual 84 juta unit sejak dirilis pada 2017 lalu. Dan Nintendo sendiri masih memiliki rencana untuk meningkatkan produksi Nintendo Switch hingga 30 juta unit.

Image credit: Nintendo

Nintendo Switch sendiri mendapat peningkatan pamor yang sangat signifikan sejak pandemi terjadi dan banyak orang yang mencari hiburan untuk di rumah. Ditambah dengan meledaknya peluncuran Animal Crossing: New Horizon pada Maret tahun lalu yang membuat harga dari konsol ini sempat melonjak hingga dua kali lipat.

Baik Sony maupun Nintendo juga dikabarkan tengah bersiap-siap untuk merilis pembaruan untuk konsol mereka. Nintendo Switch akan mendapat penyegaran hardware setelah 4 tahun demi performa yang tentunya lebih baik, sedangkan Sony dirumorkan akan menggunakan arsitektur baru AMD 6nm pada PS5 2022 mendatang.

10 Game Remake Terbaik yang Paling Menawan

Game remake dibuat bukan serta-merta hanya untuk mengais kembali pundi-pundi uang dari game lama mereka namun juga untuk menunjukkan bagaimana jika game-game klasik terbaik diluncurkan dengan dukungan teknologi modern.

Selain itu, para pemain yang pernah memainkannya punya kesempatan untuk bernostalgia dengan tampilan yang lebih ciamik. Sedangkan para pemain baru pun bisa mencicipi game-game legendaris dengan grafis yang lebih manis ataupun mencari mesin-mesin gaming jadul.

Para pengembang juga berusaha untuk memberikan pengalaman yang baru bagi game-game remake mereka lewat penambahan berbagai fitur, sehingga para pemain tidak hanya akan merasa memainkan game yang sama hanya dengan grafis yang lebih bagus saja.

Berikut adalah 10 game remake terbaik yang bisa Anda mainkan di tahun 2021.

 

The Legend Of Zelda: Link’s Awakening (2019)

Bagi para pemilik Nintendo Switch yang ingin kembali atau bahkan baru pertama kali ingin merasakan salah satu game Zelda klasik legendaris, The Legend of Zelda: Link Awakening ini adalah jawaban yang tepat.

Nintendo membangun ulang game ini dengan membawa aspek-aspek yang sama dari game-nya namun dengan pendekatan desain yang berbeda. Tampilan game-nya berubah menjadi retro-modern dengan karakter yang terlihat seperti mainan dan dunia yang terlihat seperti diorama. Hal ini membuat memainkan The Legend of Zelda: Link Awakening di Switch memberikan pengalaman yang berbeda namun tetap ikonik.

SpongeBob SquarePants: Battle for Bikini Bottom – Rehydrated (2020)

Menjadi salah satu karakter kartun paling ikonik di tahun 2000-an, SpongeBob menjadi bagian masa kecil dari banyak orang. Apalagi game adaptasinya SpongeBob SquarePants: Battle for Bikini Bottom yang dirilis pada 2003 menjadi salah satu yang hits pada jamannya.

17 tahun berlalu, Nickelodeon dan THQ Nordiq akhirnya me-remake game klasik tersebut dengan memberikan tampilan modern khas desain SpongeBob dari film terbarunya. Hal ini membuat tampilan secara keseluruhan dari game ini lebih segar namun tetap mempertahankan nostalgia yang diusung dari game aslinya.

Tony Hawk’s Pro Skater 1 + 2 (2020)

Menyebutkan nama Tony Hawk tanpa mengingat game-game skateboard keren yang menggunakan namanya tentu terasa aneh. Apalagi bila membicarakan game Tony Hawks Pro Skater yang dulu muncul dan terasa revolusioner untuk game olahraga ekstrim kala itu.

Activision sendiri sudah mencoba me-remake game ini pada 2012 dengan judul Tony Hawks Pro Skater HD namun sayangnya game ini tidak dapat memenuhi ekspektasi dari para fans. Akhirnya Activision mencoba untuk kedua kalinya, pada 2020 atau 20 tahun setelah game originalnya keluar, dan berhasil merangkum semua yang diinginkan oleh para fans

Yakuza Kiwami 1-2 (2016-2017)

Seri Yakuza tentunya menjadi salah satu seri game yang ikonik di era PlayStation 2 dahulu. Game ini sendiri secara epik mengajak para pemain untuk merasakan kehidupan para yakuza dan segala permasalahannya di kota Tokyo yang tampil sangat mengagumkan.

11 tahun berlalu, Sega pun me-remake game ini untuk konsol PS4, Xbox One, dan PC dengan judul Yakuza Kiwami. Menggunakan Dragon Engine milik Yakuza 6, Sega akhirnya berhasil menghadirkan game Yakuza klasiknya tersebut dalam versi terbaiknya dari segala hal mulai dari grafik hingga gerakan bertarung yang lebih realistis.

Shadow of Colossus (2018)

Entah sengaja atau hanya kebetulan, game Shadow of Colossus ini selalu hadir di tiap generasi baru dari PlayStation. Game ini sendiri pertama kali muncul di PlayStation 2 pada tahun 2005. Dan secara bertahap selalu muncul di tiap generasi baru konsol PlayStation muncul.

Yang terakhir tentunya adalah versi remake untuk PlayStation 4 yang dirilis pada 2018 lalu yang mendapat pujian dari para fans karena pengembang Bluepoint Games berhasil mengimplementasikan teknologi next-gen ke dalam game yang sudah berumur 13 tahun tersebut. Satu-satunya hal yang berubah selain grafis adalah kontrol sedangkan sisanya masih tetap game Shadow of Colossus klasik yang masih sama.

Crash Bandicoot N. Sane Trilogy (2017)

Menghidupkan kembali karakter ikonik game yang sempat hiatus dan bahkan absen selama satu generasi konsol tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Activision terhadap Crash Bandicoot. Karakter yang ikonik di era PlayStation 1 ini memang sempat tidak aktif selama 6 tahun di era PlayStation 3.

Namun, Activision punya langkah yang cerdik untuk mengembalikan kecintaan para fans dengan memberikannya aspek nostalgia lewat remake dari trilogi original game-nya di PlayStation 1. Dan hasilnya sangat tidak mengecewakan karena pengembang Vicarious Visions berhasil membuat ulang 3 game pertama Crash lewat visual baru yang lebih hidup dan gameplay yang banyak dikenang oleh para gamer dahulu.

Demon’s Souls (2020)

Menjadi cikal bakal genre baru “soulsborne”, Demon’s Souls memang menjadi salah satu game yang memberikan impresi membekas bagi mereka yang memainkannya. Sang kreator sendiri sebenarnya sudah lama ingin membuat remake game yang dirilis pada 2009 lalu tersebut.

Dan akhirnya doa para fans pun terkabul saat remake dari Demon’s Souls ini muncul sebagai salah satu game eksklusif untuk konsol next-gen PlayStation 5. Mengingat game ini melompat dari PlayStation 3 ke PlayStation 5, perubahan grafisnya terlihat sangat signifikan namun tetap terasa familiar.

Mafia Definitive Edition (2020)

Seri game Mafia mungkin akan selalu disebut sebagai versi serius dari GTA karena menyuguhkan cerita yang lebih dewasa atau bahkan kelam. Karena dirilis terpaut cukup panjang antar game-game di seri Mafia, grafis game pertamanya yang dirilis tahun 2002 terlihat sudah uzur.

Hal inilah yang membuat Hangar 13 akhirnya me-remake seri pertamanya dari trilogi game Mafia. Namun bukan sekadar menempelkan game-nya dengan tekstur yang lebih tinggi, mereka membangun ulang game-nya dari nol namun dengan mempertahankan cerita dan misi dari game originalnya. Hasilnya, game ini tampil seperti layaknya game baru dengan visual yang jauh lebih realistis.

Final Fantasy VII Remake (2020)

Game Final Fantasy VII merupakan salah satu judul yang paling berkesan bagi para gamer pecinta JRPG di seluruh dunia. Game yang dirilis pada 1997 ini menjadi salah satu seri yang paling dikenang dan dicintai oleh para fansnya. Sehingga, ketika akhirnya Square Enix mengumumkan remake dari game-nya, gamer pun dengan sabar menunggunya dengan suka cita.

Semua penantian tersebut pun terbayar saat Final Fantasy VII Remake akhirnya dirilis pada 2020 lalu. Square Enix juga membangun game ini dari awal, yang bahkan sudah tidak dapat disamakan dengan game originalnya untuk masalah visual. Terlebih mode gameplay turn-based yang ada di game originalnya kini diganti dengan real-time action yang tentunya lebih seru dimainkan.

Resident Evil 2 Remake (2019)

Rasanya tidak ada yang lebih memuaskan untuk memainkan sebuah game remake lebih dari Resident Evil 2 Remake sampai saat ini. Bagaimana tidak, Capcom dan Hideki Kamiya membangun ulang game ini mulai dari desain karakter hingga dunia yang terasa sangat realistis berkat RE Engine yang baru. Namun ia tetap bisa memberikan impresi yang sama dengan game originalnya.

Selain visual, mekanisme gameplay dan kamera juga dirombak total mengikuti gaya Resident Evil 4 hingga 6. Namun hebatnya, Capcom masih berhasil mempertahankan cerita dan narasi dari game originalnya. Kombinasi tersebut membuat game ini menghadirkan sisi nostalgia horor yang sama seperti game original namun juga dengan pengalaman bermain yang baru dan fresh.

Kesimpulan

Keputusan penerbit ataupun pengembang game untuk melakukan remake terhadap game-game lamanya tidak selalu negatif. Selain permintaan dari para fans yang menginginkan game tersebut mendapatkan ‘treatment’ modern, para gamer juga berkesempatan untuk mengenang kembali bagaimana game-game tersebut menyuguhkan kebahagiaan yang didapatkan saat masih muda atau bahkan kanak-kanak.

Call of Duty akan Kedatangan Rambo dan Die Hard di Event Terbarunya

Berbicara soal crossover tentu tidak lepas dari game-game yang berkolaborasi untuk membawa karakter dari game lain, animasi, atau bahkan film layar lebar. Activision juga kelihatannya juga tidak ingin ketinggalan tren tersebut dengan akhirnya membawa 2 ikon film aksi tahun 80-an ke dalam Call of Duty.

Lewat event terbarunya yang bertajuk “80’s Action Heroes”, Activision menghadirkan karakter John James Rambo dan juga John McClane dari film Die Hard ke dalam game-game Call of Duty mereka. Activision tidak hanya akan memasukkan ke salah satu game-nya saja. Namun 2 karakter itu akan muncul di 3 game Call of Duty milik Activision sekaligus, yaitu Call of Duty: Black Ops Cold War, Call of Duty: Warzone, dan juga Call of Duty: Mobile.

Event spesial ini akan diadakan dalam waktu terbatas saja yang akan diadakan mulai 20 Mei hingga 18 Juni mendatang. Ada banyak hal yang bisa dinikmati oleh para pemain di masing-masing game Call of Duty pada event spesial ini.

Pada Call of Duty: Cold War dan Warzone yang akan memilki bundel operator baru yaitu Rambo dan Die Hard, pemain bisa mendapatkan skin karakter Rambo dan juga John McClane ditambah dengan skin senjata dan item-item lain yang ikonik dengan karakter-karakter tersebut.

Call of Duty: Warzone juga akan kedatangan tiga map eksklusif baru yang terinspirasi langsung dari film Rambo dan juga Die Hard. Yang pertama adalah Survival Camp dan juga CIA Outpost yang merupakan lokasi-lokasi yang ada di film Rambo. Dan yang ketiga dan mungkin jadi yang terbaik yaitu kehadiran Nakatomi Plaza yang merupakan lokasi utama dari film Die Hard.

Hal-hal baru yang disediakan Activision selama event 80’s Action Heroes ini (sumber image: Call of Duty)

Sedangkan untuk Call of Duty: Mobile akan mendapatkan mode multiplayer terbatas baru yang diberi nama “Guns Blazing”. Dalam mode ini para pemain akan berkesempatan berubah menjadi Rambo dan McClane yang akan menggunakan senjata dual-wielded Choppers.

Di luar update menarik tadi, Activision masih menyuntikkan segudang hal menarik lain di event 80’s Action Heroes ini mulai dari senjata baru, mode zombi baru, hingga medali dan hadiah baru khusus yang bisa didapatkan para pemain selama event ini berlangsung.