Remake Splinter Cell Orisinal Mulai Digarap Menggunakan Engine Milik The Division

Kabar gembira bagi para penggemar seri game stealth Splinter Cell. Setelah delapan tahun sejak terakhir melihat aksi Sam Fisher di Splinter Cell: Blacklist, kita akhirnya bakal bisa bermain sebagai agen rahasia veteran itu kembali. Namun ketimbang di sebuah game baru, Sam justru akan kembali ke game yang menjadi debut perdananya, yakni Splinter Cell orisinal.

Lewat sebuah siaran pers, Ubisoft mengumumkan bahwa mereka telah memulai pengembangan remake dari game Splinter Cell yang pertama. Berhubung ini remake dan bukan remaster, otomatis perubahan yang dibawa bakal sangat signifikan. Utamanya, remake Splinter Cell ini bakal digarap menggunakan engine Snowdrop, engine yang sama yang dipakai untuk mengembangkan seri game The Division maupun game Avatar yang akan datang tahun depan.

Meski dikerjakan dari nol, remake ini tentu masih akan tetap mempertahankan jalan cerita game aslinya. Ubisoft bahkan memastikan bahwa alurnya bakal tetap linear dan tidak dibuat menjadi open-world seperti kebanyakan game Ubisoft belakangan ini. Fokus utamanya adalah menghadirkan visual yang jauh lebih baik, serta beberapa penyempurnaan mekanik agar game bisa memenuhi ekspektasi gamer modern.

Ubisoft tidak lupa menekankan bahwa remake Splinter Cell ini bakal tetap memprioritaskan elemen stealth ketimbang action. Pemain sekali lagi bakal diajak untuk mengobservasi dan merencanakan langkah-langkahnya secara matang guna menyelesaikan misi sebisa mungkin tanpa terdeteksi oleh lawan. “Stealth Action Re-redefined,” mungkin seperti itu slogan yang bakal dipakai oleh remake-nya.

Tentunya bakal sangat menarik melihat esensi game Splinter Cell orisinal dikawinkan dengan engine Snowdrop. Game aslinya yang digarap menggunakan Unreal Engine 2.0 sudah tergolong ciamik dalam hal implementasi efek bayangan dan pencahayaan yang dinamis (karena ini merupakan bagian dari gameplay, bukan sekadar pemanis visual saja), dan itu semestinya bakal disempurnakan lebih jauh lagi di remake-nya berkat penggunaan engine yang jauh lebih modern.

Pengembangan Splinter Cell Remake ini dipimpin oleh Ubisoft Toronto, studio yang sebelumnya bertanggung jawab atas Splinter Cell: Blacklist. Meski saat ini Ubisoft Toronto sedang aktif merekrut karyawan baru, mereka memastikan bahwa beberapa sosok veteran yang sebelumnya punya pengalaman dengan game Splinter Cell bakal ikut berpartisipasi dalam pengembangan remake ini.

Juga menarik adalah bagaimana Ubisoft melihat remake ini sebagai fondasi yang solid untuk masa depan franchise Splinter Cell. Apakah ini berarti mereka ke depannya juga akan me-remake Pandora Tomorrow dan Chaos Theory, atau lanjut mengerjakan game Splinter Cell yang benar-benar baru? Well, kita harus ekstra sabar menunggu jawabannya, sebab remake Splinter Cell yang pertama ini pun juga masih belum punya estimasi jadwal rilis sama sekali.

Semoga saja Ubisoft bisa memberikan update yang lebih banyak soal ini tahun depan, bertepatan dengan perayaan ulang tahun Splinter Cell orisinal yang ke-20 pada November 2022.

Sumber: Ubisoft.

10 Game PlayStation 1 yang Harusnya Di-Remake Kembali

Remake dari sebuah game lawas memang dahulu banyak ditentang oleh para gamer. Namun dengan semakin berumurnya game-game lama tersebut, keinginan untuk bernostalgia sekaligus melihat bagaimana visi para pengembang untuk membawa game klasik mereka tersebut dengan teknologi sekarang semakin meningkat.

Beberapa game pun berhasil mendapatkan proses remake yang sangat layak yang bahkan mampu memberikan pengalaman baru bagi para pemain lama ataupun baru. Kami bahkan sudah merangkumnya di “10 Game Remake Terbaik yang Paling Menawan”. Tentunya kita juga punya harapan besar kepada penerbit dan para pengembang untuk membawa kembali game-game klasik era PlayStation 1 untuk dibawa ke konsol Next-Gen.

Dan lewat daftar ini, kami telah merangkum 10 Game legendaris PlayStation 1 yang perlu di-remake di PlayStation 5 ataupun platform lain.

Nascar Rumble

Pengembang: EA Redwood Shores | Penerbit: EA Games

Genre game balap dengan power-up memang masih mampu bertahan hingga saat ini namun yang memiliki pendekatan seunik Nascar Rumble memang tidak ada. Seperti namanya game ini menjadi “spin-off” untuk game Nascar yang dikemas layaknya Mario Kart.

Sayangnya seri keren ini hanya berhenti pada Rumble Racing di PlayStation 2. Tentunya akan menyenangkan bila EA dan pengembang EA Redwood Shores (sekarang Visceral Games) me-remake game balap arcade ini.

Digimon Rumble Arena

Pengembang: Bandai | Penerbit: Bandai

Era Digimon mungkin kini telah meredup karena serial animasinya juga telah berhenti tayang di televisi. Namun kami yakin bahwa banyak yang memiliki memori tentang game pertarungan Digimon ini.

Apalagi game fighting-platformer seperti ini kini tengah lumayan diminati, seperti SpongeBob yang bahkan mendapatkan game fighting-nya sendiri. Sekarang bisa jadi waktu yang tepat bagi Bandai Namco mengajak para gamer dan khususnya fans Digimon untuk bernostalgia dengan remake dari game ini.

Pepsiman

Pengembang: KID Corp. | Penerbit: KID Corp.

Video game yang berisi iklan tentunya sangat menyebalkan, apalagi bila game tersebut memang dibuat untuk mempromosikan produk tersebut secara penuh atau yang biasa disebut dengan Advergame.

Namun Pepsiman mungkin menjadi salah satu pengecualian lewat gameplay-nya yang menarik dan seru. Sebuah remake untuk game ini tentunya akan menarik melihat game serupa seperti Temple Run atau Subway Surf laku keras.

Twisted Metal

Pengembang: Single Trac| Penerbit: Sony Interactive Entertainment

Siapa yang tidak mengenal Twisted Metal, game pertarungan antar mobil dengan senjata dan maskot badut berapi-api ini. Cukup aneh melihat bahwa di era game shooter dan battle royale seperti saat ini Sony Interactive Entertainment tidak membawa kembali game ini.

Setidaknya mereka bisa membuat versi remake layaknya Crash Bandicoot untuk melihat respon pasar sekaligus bernostalgia. Apalagi memang game bergenre serupa memang telah tidak ada kelanjutannya saat ini.

Silent Hill

Pengembang: Konami Team Silent| Penerbit: Konami

Silent Hill mungkin menjadi game horor yang paling berpolemik dalam beberapa tahun terakhir. Game ini bahkan harus melewatkan generasi konsol PlayStation 4 saat Hideo Kojima keluar dari Konami.

Kini Silent Hill kembali dirumorkan akan dirilis untuk konsol next-gen. Dan pastinya akan sangat menyenangkan juga bila Konami mau me-remake Silent Hill original dengan gaya Resident Evil 2 yang mampu memberikan pengalaman yang fresh dan baru.

Dino Crisis

Pengembang: Capcom | Penerbit: Capcom

Tentu banyak fans yang telah melihat keberhasilan Capcom dalam me-remake  dua seri Resident Evil kemarin. Karenanya, semakin banyak juga fans yang menginginkan Capcom untuk me-remake Dino Crisis.

Apalagi berbeda dengan Resident Evil yang terus memiliki instalasi baru, Dino Crisis sudah vakum sejak 2003. Seharusnya Capcom tidak perlu meragukan animo para gamer bila memang mereka berencana untuk me-remake game yang satu ini.

Rampage

Pengembang: Midway | Penerbit: Activision

Meskipun berhasil diadaptasi menjadi film layar lebar yang dibintangi oleh Dwayne “The Rock” Johnson, namun sayangnya hal tersebut masih tetap membuat Rampage belum berhasil untuk mendapatkan game barunya.

Padahal franchise ini kini dimiliki oleh Warner Bros, yang bisa dengan mudah me-remake game pertamanya dengan visual, konten, dan tentunya gameplay yang lebih modern.

Tenchu

Pengembang: From Software | Penerbit: Activision

Sepertinya sudah lama kita tidak melihat game yang mengambil latar cerita ninja yang kental. Bila berbicara soal ninja, saya langsung teringat dengan nama Tenchu.

Game ninja satu ini memang tengah diistirahatkan oleh From Software. Namun bila From Software ingin me-remake game mereka lainnya, Tenchu bisa menjadi salah satu game yang layak dibawa ke era modern.

Castlevania Symphony of the Night

Pengembang: Konami | Penerbit: Konami

Salah satu franchise milik Konami yang sayangnya dianaktirikan begitu saja. Padahal serial animasinya yang tayang di Netflix bisa dibilang sukses besar. Namun Konami nampaknya sudah puas dengan hal tersebut dan tidak merilis game terbarunya.

Para fans tentu akan sangat gembira bila Konami mau me-remake Castlevania Symphony of the Night dengan grafis dan gameplay yang lebih modern layaknya Lord of Shadow.

Bishi Bashi

Pengembang: Konami| Penerbit: Konami

Game bergenre mini-games kompetitif memang tidak dilirik lagi oleh mayoritas pengembang, termasuk Konami yang dulu membuat Bishi Bashi.

Namun di saat beberapa game kompetitif menyenangkan seperti Fall Guys mencuri banyak perhatian, tidak ada salahnya juga bila Konami me-remake game yang satu ini mengingat banyak keluarga yang membutuhkan game untuk menghabiskan waktu bersama-sama karena pandemi.

Penutup

Tentunya kami tidak bisa merangkum semua game favorit setiap gamer ke dalam daftar ini karena tiap orang memiliki game kesukaannya masing-masing. Namun setidaknya 10 game di atas merupakan game-game yang bisa dibilang ikonik pada jamannya.

Memang di era sekarang, ketika para pengembang game mulai rajin untuk menghidupkan judul-judul lama mereka. Para gamer yang merindukan game-game favorit mereka dulu jadi berharap agar para pengembang mau menghidupkan game-game masa kecil mereka lewat remake.

Penjualan Mass Effect Legendary Edition Ternyata Melebihi Ekspektasi EA

Banyak gamer yang mengatakan bahwa remaster dari sebuah game hanyalah cara malas dari para pengembang dan penerbit untuk menjual ulang game-game lawas mereka. Namun kenyataannya game-game lama yang diimprovisasi ini tetap disukai oleh para fans.

Sebut saja versi remaster dari trilogi Mass Effect yang baru saja dirilis oleh EA. Game yang berjudul lengkap Mass Effect Legendary Edition ini ternyata mampu laris terjual dan bahkan melebihi ekspektasi dari EA pada awalnya.

Hal ini diungkap oleh EA lewat laporan finansial terbaru mereka lewat sang CEO, Andrew Wilson. Sayangnya tidak disebutkan berapa angka pasti dari total penjualannya. Namun klaim tersebut dapat dibuktikan lewat game-nya yang populer di Steam.

Image Credit: EA

Dari data yang dicatat Steam, Mass Effect Legendary Edition berhasil mencapai pemain terbanyaknya dengan hampir 60.000 pemain. Angka tersebut menjadikan game buatan BioWare ini sebagai game EA terlaris kedua di Steam setelah Apex Legends.

Sebelum Mass Effect, EA memang telah merilis beberapa remaster dari game lain mereka seperti Command & Conquer, Burnout Paradise, dan juga Need For Speed Hot Pursuit. Namun memang remaster yang paling serius baru diterapkan pada Mass Effect yang berbuah manis dengan penjualannya yang tinggi.

Meskipun dengan penjualan yang melebihi ekspektasi, namun keuntungan terbesar dari EA tetap berada pada game-game multiplayer live-service mereka, game olahraga, dan juga game mobile. Dalam laporannya, EA mengatakan bahwa pendapatan mereka dari game-game tersebut mencapai $1,5 miliar atau meningkat sebanyak 6% dari tahun lalu.

Image Credit: EA

Ke depannya, EA juga telah memiliki proyek remaster lain yang telah diumumkan yaitu Dead Space remake. Dan bila nantinya game tersebut mendulang kesuksesan tentu hal tersebut akan membuat EA semakin percaya diri untuk membawa lebih banyak judul-judul lama mereka yang mungkin sudah dianggap tidak laku.

EA memang berada di titik seimbangnya karena mereka berhasil menghadirkan game-game multiplayer seperti Apex Legends dan Knockout City. Battlefield 2042 juga kemungkinan besar akan menjadi hits terbaru mereka selanjutnya. Namun EA juga sukses menghadirkan game-game single player berbasis narasi berkualitas seperti Star Wars: Jedi Fallen Order, Mass Effect Legendary Edition, dan nantinya Dead Space Remake.

Dead Space Akhirnya Dapatkan Remake untuk Next-Gen

Para fans memang telah menanti lama untuk dapat melihat kembali seri game survival horor fiksi-limiah klasik milik EA, Dead Space. Dan EA akhirnya secara resmi mengumumkan bahwa mereka akan membuat versi “remake dari game original Dead Space untuk PC, PlayStation 5, dan Xbox Series X.

Lewat gelaran EA Play Live yang baru dilaksanakan pada Jumat dinihari, EA menjadikan Dead Space menjadi kejutan terbesar di akhir acara virtual-nya tersebut.

Sebenarnya tidak banyak yang ditunjukkan oleh EA lewat teaser berdurasi sekitar 1 menit tersebut. Namun setidaknya hal ini mengabulkan doa para fans yang sudah sangat merindukan seri Dead Space sejak seri terakhirnya di 2013 silam.

Dead Space remake ini kini ditangani oleh EA Motives Studio dan akan menawarkan cerita yang diimprovisasi, karakter, mekanik gameplay, dan banyak lainnya. Game Dead Space ini dikatakan akan mendapatkan perlakuan “remake” layaknya Resident Evil 2 Remake yang memang sukses besar.

Pemain tetap akan mengikuti aksi dari protagonis Isaac Clarke di cerita originalnya ketika dirinya harus bertahan hidup di dalam pesawat luar angkasa USG Ishimura, sekaligus mengungkap misteri apa yang terjadi terhadap kru dalam kapal tersebut.

Image credit: EA

Produser Senior dari Dead Space, Phillippe Ducharme mengungkapkan kegembiraannya ketika dirinya dan Studio Motive mengerjakan game ini dan mengatakan bahwa game remake ini adalah sebuah surat cinta untuk franchise-nya.

“Kembali ke (game) originalnya dan mendapatkan kesempatan untuk membawanya ke konsol next-gen membuat semua anggota tim bersemangat. Saat kami ingin memodernisasi sebuah game, kami akan meminta para fans setia untuk memberikan feedback sejak tahap awal produksi untuk menghadirkan game Dead Space yang mereka inginkan dan juga dapat dinikmati oleh para pemain baru.” Ungkap Ducharme.

Dead Space original. Image credit: EA

Bila EA Motives berhasil menangkap esensi dari Dead Space asli yang dibuat oleh Visceral Game pada 2008 lalu tersebut, kelihatannya kita akan dihadapkan kembali pada nuansa horor dan kesadisan yang memang membuat seri pertama dari Dead Space dikenang oleh banyak para fans.

Satu hal yang langsung dipastikan oleh EA Motive pada Dead Space ini adalah dihapuskannya microtransaction di dalam game sebelumnya, Dead Space 3 yang banyak mengecewakan para fans kala itu.

Di lain sisi, jika Anda tertarik, kami pernah menuliskan kenapa semakin banyak game-game remake, remastered, dan kawan-kawannya.

10 Game Remake Terbaik yang Paling Menawan

Game remake dibuat bukan serta-merta hanya untuk mengais kembali pundi-pundi uang dari game lama mereka namun juga untuk menunjukkan bagaimana jika game-game klasik terbaik diluncurkan dengan dukungan teknologi modern.

Selain itu, para pemain yang pernah memainkannya punya kesempatan untuk bernostalgia dengan tampilan yang lebih ciamik. Sedangkan para pemain baru pun bisa mencicipi game-game legendaris dengan grafis yang lebih manis ataupun mencari mesin-mesin gaming jadul.

Para pengembang juga berusaha untuk memberikan pengalaman yang baru bagi game-game remake mereka lewat penambahan berbagai fitur, sehingga para pemain tidak hanya akan merasa memainkan game yang sama hanya dengan grafis yang lebih bagus saja.

Berikut adalah 10 game remake terbaik yang bisa Anda mainkan di tahun 2021.

 

The Legend Of Zelda: Link’s Awakening (2019)

Bagi para pemilik Nintendo Switch yang ingin kembali atau bahkan baru pertama kali ingin merasakan salah satu game Zelda klasik legendaris, The Legend of Zelda: Link Awakening ini adalah jawaban yang tepat.

Nintendo membangun ulang game ini dengan membawa aspek-aspek yang sama dari game-nya namun dengan pendekatan desain yang berbeda. Tampilan game-nya berubah menjadi retro-modern dengan karakter yang terlihat seperti mainan dan dunia yang terlihat seperti diorama. Hal ini membuat memainkan The Legend of Zelda: Link Awakening di Switch memberikan pengalaman yang berbeda namun tetap ikonik.

SpongeBob SquarePants: Battle for Bikini Bottom – Rehydrated (2020)

Menjadi salah satu karakter kartun paling ikonik di tahun 2000-an, SpongeBob menjadi bagian masa kecil dari banyak orang. Apalagi game adaptasinya SpongeBob SquarePants: Battle for Bikini Bottom yang dirilis pada 2003 menjadi salah satu yang hits pada jamannya.

17 tahun berlalu, Nickelodeon dan THQ Nordiq akhirnya me-remake game klasik tersebut dengan memberikan tampilan modern khas desain SpongeBob dari film terbarunya. Hal ini membuat tampilan secara keseluruhan dari game ini lebih segar namun tetap mempertahankan nostalgia yang diusung dari game aslinya.

Tony Hawk’s Pro Skater 1 + 2 (2020)

Menyebutkan nama Tony Hawk tanpa mengingat game-game skateboard keren yang menggunakan namanya tentu terasa aneh. Apalagi bila membicarakan game Tony Hawks Pro Skater yang dulu muncul dan terasa revolusioner untuk game olahraga ekstrim kala itu.

Activision sendiri sudah mencoba me-remake game ini pada 2012 dengan judul Tony Hawks Pro Skater HD namun sayangnya game ini tidak dapat memenuhi ekspektasi dari para fans. Akhirnya Activision mencoba untuk kedua kalinya, pada 2020 atau 20 tahun setelah game originalnya keluar, dan berhasil merangkum semua yang diinginkan oleh para fans

Yakuza Kiwami 1-2 (2016-2017)

Seri Yakuza tentunya menjadi salah satu seri game yang ikonik di era PlayStation 2 dahulu. Game ini sendiri secara epik mengajak para pemain untuk merasakan kehidupan para yakuza dan segala permasalahannya di kota Tokyo yang tampil sangat mengagumkan.

11 tahun berlalu, Sega pun me-remake game ini untuk konsol PS4, Xbox One, dan PC dengan judul Yakuza Kiwami. Menggunakan Dragon Engine milik Yakuza 6, Sega akhirnya berhasil menghadirkan game Yakuza klasiknya tersebut dalam versi terbaiknya dari segala hal mulai dari grafik hingga gerakan bertarung yang lebih realistis.

Shadow of Colossus (2018)

Entah sengaja atau hanya kebetulan, game Shadow of Colossus ini selalu hadir di tiap generasi baru dari PlayStation. Game ini sendiri pertama kali muncul di PlayStation 2 pada tahun 2005. Dan secara bertahap selalu muncul di tiap generasi baru konsol PlayStation muncul.

Yang terakhir tentunya adalah versi remake untuk PlayStation 4 yang dirilis pada 2018 lalu yang mendapat pujian dari para fans karena pengembang Bluepoint Games berhasil mengimplementasikan teknologi next-gen ke dalam game yang sudah berumur 13 tahun tersebut. Satu-satunya hal yang berubah selain grafis adalah kontrol sedangkan sisanya masih tetap game Shadow of Colossus klasik yang masih sama.

Crash Bandicoot N. Sane Trilogy (2017)

Menghidupkan kembali karakter ikonik game yang sempat hiatus dan bahkan absen selama satu generasi konsol tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Activision terhadap Crash Bandicoot. Karakter yang ikonik di era PlayStation 1 ini memang sempat tidak aktif selama 6 tahun di era PlayStation 3.

Namun, Activision punya langkah yang cerdik untuk mengembalikan kecintaan para fans dengan memberikannya aspek nostalgia lewat remake dari trilogi original game-nya di PlayStation 1. Dan hasilnya sangat tidak mengecewakan karena pengembang Vicarious Visions berhasil membuat ulang 3 game pertama Crash lewat visual baru yang lebih hidup dan gameplay yang banyak dikenang oleh para gamer dahulu.

Demon’s Souls (2020)

Menjadi cikal bakal genre baru “soulsborne”, Demon’s Souls memang menjadi salah satu game yang memberikan impresi membekas bagi mereka yang memainkannya. Sang kreator sendiri sebenarnya sudah lama ingin membuat remake game yang dirilis pada 2009 lalu tersebut.

Dan akhirnya doa para fans pun terkabul saat remake dari Demon’s Souls ini muncul sebagai salah satu game eksklusif untuk konsol next-gen PlayStation 5. Mengingat game ini melompat dari PlayStation 3 ke PlayStation 5, perubahan grafisnya terlihat sangat signifikan namun tetap terasa familiar.

Mafia Definitive Edition (2020)

Seri game Mafia mungkin akan selalu disebut sebagai versi serius dari GTA karena menyuguhkan cerita yang lebih dewasa atau bahkan kelam. Karena dirilis terpaut cukup panjang antar game-game di seri Mafia, grafis game pertamanya yang dirilis tahun 2002 terlihat sudah uzur.

Hal inilah yang membuat Hangar 13 akhirnya me-remake seri pertamanya dari trilogi game Mafia. Namun bukan sekadar menempelkan game-nya dengan tekstur yang lebih tinggi, mereka membangun ulang game-nya dari nol namun dengan mempertahankan cerita dan misi dari game originalnya. Hasilnya, game ini tampil seperti layaknya game baru dengan visual yang jauh lebih realistis.

Final Fantasy VII Remake (2020)

Game Final Fantasy VII merupakan salah satu judul yang paling berkesan bagi para gamer pecinta JRPG di seluruh dunia. Game yang dirilis pada 1997 ini menjadi salah satu seri yang paling dikenang dan dicintai oleh para fansnya. Sehingga, ketika akhirnya Square Enix mengumumkan remake dari game-nya, gamer pun dengan sabar menunggunya dengan suka cita.

Semua penantian tersebut pun terbayar saat Final Fantasy VII Remake akhirnya dirilis pada 2020 lalu. Square Enix juga membangun game ini dari awal, yang bahkan sudah tidak dapat disamakan dengan game originalnya untuk masalah visual. Terlebih mode gameplay turn-based yang ada di game originalnya kini diganti dengan real-time action yang tentunya lebih seru dimainkan.

Resident Evil 2 Remake (2019)

Rasanya tidak ada yang lebih memuaskan untuk memainkan sebuah game remake lebih dari Resident Evil 2 Remake sampai saat ini. Bagaimana tidak, Capcom dan Hideki Kamiya membangun ulang game ini mulai dari desain karakter hingga dunia yang terasa sangat realistis berkat RE Engine yang baru. Namun ia tetap bisa memberikan impresi yang sama dengan game originalnya.

Selain visual, mekanisme gameplay dan kamera juga dirombak total mengikuti gaya Resident Evil 4 hingga 6. Namun hebatnya, Capcom masih berhasil mempertahankan cerita dan narasi dari game originalnya. Kombinasi tersebut membuat game ini menghadirkan sisi nostalgia horor yang sama seperti game original namun juga dengan pengalaman bermain yang baru dan fresh.

Kesimpulan

Keputusan penerbit ataupun pengembang game untuk melakukan remake terhadap game-game lamanya tidak selalu negatif. Selain permintaan dari para fans yang menginginkan game tersebut mendapatkan ‘treatment’ modern, para gamer juga berkesempatan untuk mengenang kembali bagaimana game-game tersebut menyuguhkan kebahagiaan yang didapatkan saat masih muda atau bahkan kanak-kanak.

Square Enix Akan Rilis Beberapa Remake Game Sekaligus dari Satu Franchise Miliknya

Originality is overrated, dan itulah mengapa kian hari kian banyak game yang dibuatkan versi remake atau remastered-nya. Kalau Anda tidak setuju dengan pernyataan ini, saya persilakan Anda berdebat dengan para penggemar Final Fantasy VII Remake.

Buat perusahaan game yang punya sejarah panjang seperti Square Enix, remake maupun remaster sudah terbukti merupakan cara yang efektif untuk menyenangkan banyak pihak; para gamer veteran senang karena bisa kembali menyentuh permainan favoritnya, para gamer muda senang karena bisa ikut merasakan keasyikan permainan idola orang tuanya, dan developer maupun publisher bisa meraup untung tanpa harus bertaruh pada sukses atau tidaknya suatu IP baru.

Pada kenyataannya, Square Enix sudah punya rencana untuk merilis remake dari IP mereka yang lain. Guna mewujudkannya, mereka memutuskan untuk menggandeng Forever Entertainment. Perusahaan game asal Polandia tersebut kabarnya dipercaya untuk mengembangkan beberapa remake game sekaligus dari satu IP milik Square Enix.

Sebagai sebuah remake, tentu saja aspek visual dari gamegame ini akan dirombak total selagi mempertahankan gameplay sekaligus narasinya. Namun yang tentu menjadi pertanyaan banyak orang adalah, apa IP yang dimaksud? Apakah masih Final Fantasy? Atau malah Dragon Quest?

Kemungkinannya jelas sangat banyak, sebab Square Enix memang punya banyak sekali franchise game yang amat populer. Saya pribadi tidak akan menolak seandainya yang di-remake adalah Chrono Trigger dan Chrono Cross, atau mungkin malah seri Front Mission. Bagaimana dengan Kingdom Hearts? Star Ocean? Drankengard? Lufia? Valkyrie Profile? Parasite Eve?

Semuanya tentu punya potensi untuk dibuat ulang sesuai dengan standar modern. Namun sayangnya untuk saat ini baik Square Enix maupun Forever Entertainment masih enggan mengungkap IP yang dimaksud. Forever Entertainment sendiri bukanlah nama yang asing di dunia remake game. Salah satu karya terbaru dan terbesar mereka belum lama ini adalah Panzer Dragoon: Remake yang menuai respon sangat positif.

Sumber: Gematsu.

Pokemon Rayakan Ulang Tahun ke-25 Lewat Tiga Game Baru untuk Nintendo Switch

Tidak terasa sudah seperempat abad Pokemon eksis sebagai salah satu franchise hiburan yang paling populer di seluruh dunia. Dalam rangka merayakan ulang tahun Pokemon yang ke-25, The Pokemon Company mengumumkan tiga game anyar yang akan hadir secara eksklusif di Nintendo Switch.

Game yang pertama dan kedua adalah Pokemon Brilliant Diamond dan Pokemon Shining Pearl. Kalau namanya terdengar cukup familier, itu dikarenakan masing-masing merupakan remake dari Pokemon Diamond dan Pokemon Pearl yang dirilis untuk Nintendo DS di tahun 2006. Seperti versi aslinya, Brilliant Diamond dan Shining Pearl bakal membawa pemain kembali ke region Sinnoh.

Juga tidak berubah adalah starter Pokemon yang bisa dipilih, yakni Turtwig, Chimchar, dan Piplup. Brilliant Diamond dan Shining Pearl digarap oleh ILCA Inc., studio asal Jepang yang portofolionya mencakup judul-judul bergengsi seperti NieR: Automata, Code Vein, Dragon Quest XI, maupun Ace Combat 7: Skies Unknown.

Pokemon bukanlah franchise yang asing buat ILCA, sebab mereka sebelumnya sudah berkontribusi terhadap pengembangan Pokemon Home. Memang kedengarannya cukup mengejutkan melihat Game Freak tidak dilibatkan dalam pengembangan kedua game ini, akan tetapi The Pokemon Company rupanya sudah menyiapkan kejutan yang lebih besar lagi.

Ketimbang sebatas mengerjakan sebuah remake, Game Freak justru dipercaya untuk menggarap game yang benar-benar baru berjudul Pokemon Legends: Arceus. Game ini dideskripsikan sebagai action RPG, dan dari trailer-nya kita dapat melihat gameplay open-world macam yang bisa kita jumpai di The Legend of Zelda: Breath of the Wild.

Arahan baru ini sejatinya sudah bisa diendus eksistensinya semenjak Pokemon Sword dan Pokemon Shield, yang dirilis di tahun 2019, memperkenalkan Wild Area, suatu wilayah open-world di tengah-tengah region Galar yang dapat pemain jelajahi secara leluasa.

Dari segi cerita, Pokemon Legends: Arceus memang juga mengambil region Sinnoh sebagai setting lokasinya, akan tetapi peristiwanya terjadi jauh sebelum istilah Pokemon Trainer maupun Pokemon League eksis. Di setting masa lampau tersebut, misi yang harus dicapai pemain adalah menciptakan Pokedex pertama untuk region tersebut.

Ada beberapa detail yang menarik dari Pokemon universe zaman lawas ini, salah satunya adalah bentuk Poke Ball yang agak berbeda, yang ternyata terbuat dari bahan kayu, dan bakal mengeluarkan uap dari lubang di atasnya ketika seekor Pokemon berhasil ditangkap. Untuk starter Pokemon-nya, pemain bisa memilih antara Rowlet, Cyndaquil, dan Oshawott. Sesuai judulnya, status legendary Pokemon dalam game ini dipegang oleh Arceus.

Kabar buruknya, Anda harus bersabar menanti kehadiran game ini. Pasalnya, Pokemon Legends: Arceus baru akan diluncurkan di awal tahun 2022. Untungnya kita bisa memainkan Pokemon Brilliant Diamond dan Shining Pearl terlebih dulu, yang kabarnya bakal dirilis mendekati akhir tahun ini nanti.

Sumber: Nintendo.

Versi Demo System Shock Remake Sudah Bisa Dimainkan Secara Cuma-Cuma

Saat System Shock dirilis di tahun 1994, saya masih terlalu muda untuk bisa menikmati genre immersive sim yang banyak menghadapkan pemain dengan sejumlah pilihan yang berbeda. Barulah di tahun 2007, saya mulai menggandrungi bentuk permainan seperti itu, diawali dengan Bioshock.

Pada kenyataannya, inspirasi terbesar pengembang Bioshock adalah System Shock itu sendiri. Maka dari itu, wajar apabila saya tersenyum lebar saat mendengar kabar bahwa sebuah developer bernama Nightdive Studios tengah sibuk menggarap remake System Shock. Saya sangat penasaran dengan System Shock, akan tetapi grafiknya kelewat kuno untuk bisa saya nikmati sampai tamat.

System Shock remake

Kabar yang lebih menggembirakan lagi, Nightdive baru saja merilis versi demonya di Steam dan GOG secara cuma-cuma. Dalam versi demo tersebut, pemain dipersilakan menjajal semua senjata yang ada sekaligus menelusuri area pertama di System Shock.

Remake System Shock ini dikerjakan menggunakan Unreal Engine 4 sehingga grafiknya tampak memukau dan sesuai standar ekspektasi mayoritas gamer di tahun 2020. Kendati demikian, Nightdive memastikan jalan ceritanya sama persis seperti System Shock orisinal. Jujur saya sangat penasaran bagaimana rasanya menamatkan RPG tanpa sekali pun bertatap muka langsung dengan NPC (non-playable character).

System Shock mengisahkan seorang hacker tak bernama yang terbangun dari koma selama 6 bulan di stasiun luar angkasa bernama Citadel Station. Sosok antagonis utamanya adalah AI jahat bernama SHODAN, dan plot dalam game disajikan melalui deretan email maupun log yang direkam oleh kru stasiun yang sudah mati, bermutasi, atau malah diubah menjadi cyborg.

System Shock remake

Demo System Shock remake ini mengindikasikan kalau jadwal perilisannya sudah semakin dekat. Nightdive pertama mengumumkan rencana pengembangannya di tahun 2016, namun proyeknya sempat terhenti sementara pada tahun 2018.

Juga sangat menarik adalah, meskipun plot ceritanya tidak diubah sama sekali, Nightdive tetap memercayakan Chris Avellone untuk menyempurnakan sejumlah dialog maupun memperbaiki plot hole yang ada di versi aslinya. Chris Avellone, buat yang tidak tahu, adalah otak di balik narasi-narasi mengesankan pada game seperti Planescape: Torment, Star Wars Knights of the Old Republic 2, Fallout: New Vegas, Pillars of Eternity, dan masih banyak lagi.

Sumber: Gamespot.

Activision Blizzard Akan Merilis Lebih Banyak Game Remaster di Tahun Ini

Di gaming, remaster dan remake ialah dua pendekatan berbeda dengan tujuan yang sama: agar konten permainan tersaji maksimal di hardware modern – entah melalui dukungan resolusi tinggi dan grafis lebih cantik, atau malah dibangun dari nol. Remake dan remaster memang bukan sesuatu yang baru, namun arahan ini belakangan jadi populer berkat keberhasilan sejumlah judul klasik memukau gamer.

Ada begitu banyak game remake dan remaster brilian tersedia saat ini. Kesuksesan mereka bahkan mendorong pihak pemilik IP mengubah strategi bisnis. Contohnya: Capcom sempat mengumumkan rencana untuk mengembangkan lebih banyak remake karena respons khalayak terhadap Resident Evil 2 sangat positif. Kali ini hal senada diungkap oleh Activision Blizzard dalam presentasi pemasukan Q4 FY2019 minggu lalu.

Di sana, CFO Dennis Durkin menyampaikan agenda Activision Blizzard buat melepas lebih banyak permainan remaster dan ‘reimagined‘ di tahun 2020, berbekal franchise-franchise terkenal mereka. Reimagined merupakan istilah yang menarik, boleh dibilang sebagai titik temu antara remaster dengan reboot. Satu game yang dibangun berdasarkan gagasan ini adalah Call of Duty: Modern Warfare 2019. Ia bukanlah reboot seri Modern Warfare, tapi bukan pula sekuel.

Istilah remake dan remaster sebetulnya belum mempunyai batasan jelas dan kadang tercampur aduk. Remaster biasanya mengacu pada upaya pengembangan atau porting permainan ke sistem gaming anyar, membuat aspek visual (atau kendalinya) jadi lebih baik tanpa mengubah gameplay terlalu jauh. Untuk remake, umumnya developer membangun game atau aset-asetnya dari awal. Selain Resident Evil 2, contoh remake meliputi Shadow of the Colossus, The Legend of Zelda: Link’s Awakening dan Final Fantasy VII.

Activision sendiri cukup berpengalaman dalam menggarap remaster. Lewat studio first-party seperti Vicarious Vision dan Toys for Bob, Activision sempat merilis Crash Bandicoot N. Sane Trilogy serta Spyro Reignited Trilogy. Animo gamer terhadap keduanya sangat baik, Crash Bandicoot N. Sane Trilogy bahkan terjual lebih dari 10 juta kopi. Ada kemungkin pula perusahaan akan mencoba menghidupkan kembali franchise yang sudah lama tak aktif seperti Guitar Hero dan Tony Hawk’s Pro Skater.

Terlepas dari catatan pencapaian yang cukup membanggakan, tak semua upaya remaster/remake Activision Blizzard berjalan mulus. Anda mungkin telah mendengar soal kontroversi Warcraft III: Reforged. Gamer dan fans mengeluhkan perbedaan drastis antara presentasi konten di BlizzCon 2018 dengan saat permainan RTS ini dirilis, belum lagi banyaknya bug serta absennya sejumlah fitur penting.

Beberapa pakar berpendapat, salah satu alasan mengapa Warcraft III: Reforged jadi begitu mengecewakan adalah karena Blizzard ragu-ragu terhadap arahan remaster serta seberapa jauh modifikasi yang perlu dieksekusi. Dan selama periode pengembangannya, developer juga kurang baik dalam mensosialisasikan info terkait perubahan yang mereka terapkan di game.

Via IGN.

Final Fantasy VII Remake ‘Dikembangkan Secara Terpisah’? Gerbang Pre-Order Sudah Dibuka

Jika Anda gamer, mungkin seperti saya, jejaring sosial saat ini tengah dipenuhi diskusi mengenai remake Final Fantasy VII. Square Enix pertama kali mengumumkan rencana mereka buat membangun ulang permainan ketujuh di seri Final Fantasy itu hampir empat tahun silam, namun baru minggu lalu developer akhirnya berkenan memperlihatkan potongan kecil dari gameplay lewat video trailer singkat.

Namun teaser berdurasi satu menit lebih itu sudah cukup untuk menampilkan gambaran seperti apa versi remake Final Fantasy VII nantinya. Beberapa cuplikan di sana mengindikasikan perombakan pada elemen eksplorasi dan pertempuran, semuanya telah saya rangkum di artikel ini. Tapi ada sejumlah informasi penting lagi tentangnya yang tidak dibahas di live-stream PlayStation State of Play, misalnya terkait bagaimana game ini disajikan dan kapan bisa kita nikmati.

Kabar pertama dilaporkan Gematsu berdasarkan info yang mereka peroleh dari blog resmi berbahasa Jepang milik Square Enix. Sang developer menjelaskan bahwa ada banyak pertimbangan yang mereka lakukan demi menghidupkan kembali Final Fantasy VII di PlayStation 4. Salah satu bagian terunik adalah proses pengembangan ‘dalam beberapa bagian’ atau ‘secara terpisah’. Deskripsi ini memang terasa ambigu, dan menimbulkan sejumlah pertanyaaan.

Apakah itu artinya remake Final Fantasy VII akan disajikan dalam beberapa bagian berbeda (per episode) atau maksudnya ialah dikerjakan oleh beberapa tim sekaligus? Square Enix berjanji akan mengungkap segala detailnya pada bulan Juni besok, kemungkin besar ketika E3 2019 dilangsungkan. Saya pribadi penasaran mengenai platform ketersediaan game. Buat sekarang memang hanya PlayStation 4 yang baru dikonfirmasi, tetapi sudah lama Square Enix merilis Final Fantasy sebagai judul multi-platform.

ffvii_remake_02

Info selanjutnya merupakan kabar gembira bagi Anda yang sudah tidak sabar menyambut peluncuran game. Secara mengejutkan, kita telah dipersilakan buat melakukan pre-order Final Fantasy VII remake walaupun saat ini pemesanan baru bisa dilakukan via Amazon khusus untuk edisi standar versi PlayStation 4. Belum ada opsi edisi spesial, tetapi para pemesan dijanjikan akan mendapat bonus, walaupun belum diketahui seperti apa hadiah-hadiah tambahannya.

Satu hal menarik dari pre-order di Amazon adalah, Anda dijamin selalu mendapatkan harga termurah – entah apakah nanti ada kenaikan harga, atau harganya malah merosot (seperti Mortal Kombat 11). Ketika itu terjadi, Anda akan mendapatkan refund. Di situs e-commerce raksasa itu, Final Fantasy VII dibanderol US$ 60.

Final Fantasy VII Remake.

Tambahan: Gamespot.