Tiffen Umumkan Perangkat Stabilizer Steadicam Steadimate-S untuk DJI Ronin S

Memproduksi video dengan bantuan gimbal seperti DJI Ronin S memang dapat menghasilkan rekaman yang smooth. Namun meskipun handheld motorized stabilizer bisa digunakan dengan satu tangan saja, tapi cukup melelahkan penggunanya.

Produsen aksesori kamera Tiffen mencoba memberikan solusi dengan memperkenalkan perangkat yang ditujukan untuk pemilik gimbal single handled seperti DJI Ronin S. Di mana memungkinkan menghubungkan gimbal ke rompi, sehingga kita dapat mengoperasikan gimbal lebih lama tanpa kelelahan.

Tiffen-Steadimate-S

Perangkat stabilizer tersebut bernama Steadicam Steadimate-S, yang terdiri dari bracket dan sepasang alat penghitung berat. Braket menempelkan gimbal ke lengan rompi Steadicam dan alat penghitung berat memastikan gimbal tetap tegak. Gimbal yang sudah menjadi bagian dari rompi tersebut akan memanfaatkan z-axis stabilization dari lengan Steadicam dan x/y-axis stabilization dari kepala gimbal.

Tiffen menyediakan dua opsi untuk Steadicam Steadimate-S sesuai dengan bobot konfigurasi kamera kita. Pertama Steadicam Steadimate-S 15 System dengan A-15 Steadicam Arm dan Scout Vest (rompi) yang dapat menampung bobot hingga 6,8 kg.

Kedua Steadimate-S 30 System dengan A-30 Steadicam Arm dan Zephyr Vest yang mampu menahan bobot hingga 13,6 kg. Sayangnya, belum diketahui harga dan kapan ketersediaan stabilizer ini di pasaran.

Sumber: DPreview

Canon Luncurkan Empat Camcorder Profesional Seri XA, dengan Perekam Video 4K dan 5-axis OIS

Canon telah meluncurkan empat camcorder profesional seri XA dengan kemampuan perekaman video 4K pada 25/30p, yaitu XA55, XA50, XA45, dan XA40. Keempatnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para videografer profesional dan telah dibekali sistem 5-axis Intelligent Optical Image Stabilization.

Pada dasarnya camcorder Canon XA50 dan XA55 adalah kamera yang sama, bedanya terletak pada penambahan HD-SDI (3G-SDI di Eropa) di XA55. Keduanya menggunakan sensor CMOS tipe 1 inci dan dilengkapi sistem Dual Pixel AF andalan Canon.

Canon XA55
Canon XA55
Canon XA50
Canon XA50

Baik Canon XA50 maupun XA55 menawarkan fitur zoom sebanyak 15x dengan lensa kisaran focal length setara 25.5-382.5mm di sistem full frame. Mereka juga memiliki mode Wide Dynamic Range Gamma yang akan meningkatkan dynamic range hingga 800 persen untuk mendapat detail pada area yang di-highlight dan guna menghasilkan warna yang lebih akurat.

Canon XA45
Canon XA45
Canon XA40
Canon XA40

Beralih ke Canon XA45 dan XA40, mereka menggunakan sensor berukuran lebih kecil yakni 1/2.84 inci dan menawarkan kemampuan zoom 20x dengan lensa focal lenght 29.3-601mm. Selain mampu merekam video 4K pada 30p, mereka juga menyediakan mode footage HD yang over-sampled.

Satu lagi, Canon juga memperkenalkan camcorder VIXIA/LEGRIA HF G60 4K UHD yang budget-friendly dengan dimensi body lebih compact dan ringan. Kamera ini mengusung sejumlah fitur yang terdapat XA55 dan menggunakan sensor tipe 1 inci, memiliki sistem Dual Pixel AF, dan zoom 15x dengan aperture variable.

Canon VIXIA / LEGRIA HF G60 4K
Canon VIXIA / LEGRIA HF G60 4K

Menurut Canon, camcorder XA55 dan XA45 sangat cocok digunakan untuk news reporting dan shooting documentary. Sedangkan, XA50 dan XA40 lebih ditujukan untuk sekolah broadcasting, agen pemerintah, dan perusahaan corporate. Lalu, VIXIA HF G60 ditujukan untuk videografer amateur hingga advanced untuk dokumentasi wedding atau proyek film mahasiswa.

Untuk harga dan ketersediaannya di pasar global, XA55 dibanderol US$$2.699, sedangkan XA50 dijual US$2.199 dan akan dikirim pada bulan Juni 2019. Sementara, XA45 dibanderol US$2.199 dan XA40 US$1.699, mereka akan tersedia pada akhir bulan April. Satu lagi, VIXIA/LEGRIA HF G60 dibanderol US$1.699.

Sumber: DPreview

[Review] OPPO F11 Pro; Berkekuatan AI dan Kamera 48 MP

Belakangan smartphone masa kini makin pintar, utamanya sejak teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau disingkat AI) merambah ke dunia smartphone. Di mana perangkat ini mempelajari dan berusaha memahami kebiasaan penggunanya, sehingga mampu meningkatkan user experience secara personal sesuai kebutuhan.

Salah satu smartphone yang mengusung fitur-fitur berbasis AI terbaru adalah OPPO F11 Pro, fokusnya pada sistem manajemennya yang pintar dan efisien, serta meningkatkan kemampuan kameranya. Langsung saja kita mulai review OPPO F11 Pro-nya.

Kamera 12 MP atau 48 MP tanpa AI

Review-OPPO-F11-Pro
Antarmuka kamera OPPO F11 Pro/ Lukman Azis

Dua kamera 48 MP dan 5 MP (depth sensor) tersemat di punggung F11 Pro, lengkap dengan phase-detection autofocus dan single-LED flash. OPPO mengandalkan sensor gambar utama Sony IMX586 yang berukuran 1/2 inci beresolusi 48 MP dengan piksel 0.8 μm dan aperture f/1.8.

Review-OPPO-F11-Pro
Modul dual kamera OPPO F11 Pro/ Lukman Azis

Berkat implementasi pola filter warna ‘Quad Bayer‘, setiap 2×2 piksel digabungkan dan bekerja sebagai satu piksel. Sehingga menawarkan resolusi 12 MP dengan piksel besar 1,6 μm yang memiliki performa low-light lebih baik.

Review-OPPO-F11-Pro

Pada F11 Pro, kita bisa memilih menggunakan resolusi 12 MP atau 48 MP. Bila memilih resolusi 12 MP dengan piksel 1,6 μm, Anda akan mendapat dukungan AI Image Processing, seperti AI Scene Recognition dan Beautification. Serta banyak fitur lain yang ditawarkan seperti optical zoom 2x, dazzle color mode, HDR, dan efek filter.

Sebaliknya bila memilih mode 48 MP dengan piksel 0.8 μm, kita mendapatkan foto dengan resolusi sangat tinggi. Namun kehilangan dukungan AI Image Processing dan hampir kehilangan semua fitur yang ada.

Sejauh ini mode 12 MP (1,6 μm) dengan AI Scene Recognition pada F11 Pro memang sangat mengesankan, terutama detail dan warnanya yang lebih keluar.

AI Scene Recognition sendiri kini dapat mengenali 23 jenis pemandangan (scene) dan 864 skenario. Meskipun terkadang kontras warnanya terlihat sangat berlebihan, tapi kita dapat menghasilkan foto yang bagus secara instan tanpa perlu di-edit lagi.

Sementara hasil foto 48 MP (0.8 μm) tanpa AI Image Processing, warna yang dihasilkan cenderung lebih flat dan mungkin perlu pengolahan lebih lanjut. Tetapi satu hal menarik adalah kita bisa menggunakan resolusi 48 MP ini di mode expert.

Review-OPPO-F11-Pro

Pada kondisi cahaya yang ideal atau berlimpah, kita bisa memaksimalkan resolusi 48 MP ini dengan menerapkan ISO 100 untuk mendapatkan foto yang detail, shutter speed mengikuti nilai exposure compensation, dan kunci terakhirnya ada di white balance untuk mendapatkan warna foto akurat atau dengan sengaja untuk membuat nuansa yang berbeda.

Tak hanya siang hari, dengan F11 Pro kita juga bisa menghasilkan potret malam hari memukau. Tentunya berkat ukuran piksel 1,6 μm yang besar di resolusi 12 MP dan mode malamnya (night).

Kamera akan menggunakan shutter speed lebih lambat, menggabungkan multi frame untuk mengurangi noise, sehingga dapat menghasilkan foto yang cerah. Kuncinya tangan kita harus benar-benar stabil, untuk hasil yang optimal letakkan smartphone atau gunakan tripod. Berikut hasil foto dari OPPO F11 Pro:

Rising Camera dan Face Unlock

Review-OPPO-F11-Pro-10

Satu hal yang mencolok pada F11 Pro tentunya rising camera. Perangkat ini memiliki kamera depan 16 MP (f/2.0) yang tersembunyi di body dengan mekanisme pop-up yang akan muncul saat menggunakan kamera depan dan face unlock.

Ya, ada fitur face unlock – terus terang saya keberatan kalau fitur ini hilang karena bagaimana pun face unlock memudahkan untuk membuka kunci smartphone.

OPPO menyediakan dua cara, tekan tombol power dan kamera depan akan langsung muncul atau tekan tombol power, terus usap ke atas, dan barulah kamera depan akan muncul.

Saya memilih opsi kedua karena dua alasan, pertama kadang saya hanya ingin sekilas melihat jam dan notifikasi. Kedua, alasan keamanan – bagaimana bila saat smartphone dikantongi tidak sengaja tertekan tombol power-nya.

Soal ketahanan, OPPO mengklaim mekanismenya mampu bertahan hingga 200.000 naik turun. Bila simulasi pemakaian sehari untuk selfie dan face unlock sebanyak 30 kali, artinya kamera depannya dapat digunakan lebih dari 6 tahun.

Review-OPPO-F11-Pro-11

Beralih ke antarmuka kameranya, ada lima mode yang tersedia yaitu photo, portrait, video, pano, dan time-lapse. Perlu diketahui, fitur AI Scene Recognition tidak bekerja di kamera depan, sedangkan fitur Beautification hanya bekerja di mode photo dan portrait (tidak bekerja di video).

Hasil foto selfie 16 MP sudah mencukupi untuk di-share ke media sosial, bagaimana bila untuk vlog? Saya akan membahas sedikit kemampuan perekaman video depannya, kamera depannya ini belum auto focus dan hanya mampu merekam video 1080p saja. Serta, ada sedikit kena crop, karena di mode photo aspek rasionya 4:3, sementara di mode video berubah menjadi 16:9.

Review-OPPO-F11-Pro-13

Uniknya adalah kamera depannya ini sepertinya punya fitur face detection, jadi untuk aktivitas vlogging cukup baik karena kamera akan fokus ke muka. Dengan catatan jangan bergerak terlalu cepat dan cahayanya ideal. Fitur efek filter juga dapat digunakan untuk menyesuaikan tema cerita video kita.

Desain Panoramic Screen dan Warna Thunder Black

Review-OPPO-F11-Pro-2

F11 Pro tersedia dalam warna thunder black dan aurora green, kedua warna tersebut diambil dari seri flagship Find X. Thunder black hadir dalam warna utama hitam dengan gradasi ungu di atas kanan dan biru di bawah kiri. Sementara, aurora green punya gradasi dari biru ke hijau.

Bagian mukanya hanya dipenuhi layar dan bezel disekelilingnya sangat tipis. F11 Pro ini mengusung desain panoramic screen dengan panel IPS seluas 6,53 inci resolusi Full HD+ dan rasio 19.5:9 ratio yang siap mengakomodasi berbagai kebutuhan.

Kamera selfie pop-up terletak di sisi atas, tepatnya di tengah. Bersama mikrofon noise-canceling, earpiece, ambient light sensor, dan dua proximity sensor. Jack audio 3.5mm, mikrofon, port yang masih microUSB, dan speaker terletak di sisi bawah. Lalu, tombol power ada di sisi kanan, serta tombol volume dan SIM tray berada di sisi kiri.

Review-OPPO-F11-Pro

Sayangnya, slot SIM yang digunakan bentuknya hybrid. Artinya, kita harus puas dengan kapasitas memori internal 64GB bila menggunakan fungsi dual SIM. Lalu, meski masih menggunakan port microUSB, F11 Pro sudah membawa fitur pengisian cepat VOOC flash charge 3.0. Di mana baterai 4.000 mAh F11 Pro dapat terisi penuh hanya dalam waktu 80 menit saja.

Android 9.0 Pie dengan ColorOS 6

Review-OPPO-F11-Pro

OPPO F11 Pro telah menjalankan sistem operasi Android versi teranyar 9.0 Pie dengan ColorOS 6 yang tampil lebih clean, menekankan latar belakang putih berpadu dengan warna terang.

Seperti biasa, ada Smart Assistant di homescreen paling kiri yang menampilkan banyak informasi seperti event, quick function, step tracker, photo, favorite contact, dan lainnya. Untuk pertama kalinya OPPO menyediakan app drawer ke UI, Anda bisa menemukan drawer mode di pengaturan.

Navigasi berbasis gesture dan berbagai akses pintas juga mendapat peningkatan. Ada swipe-up gestures, misalnya usap sisi kiri untuk fungsi kembali, tengah untuk ke homescreen, dan kiri untuk recent task. Lalu, ada assistive ball, smart sidebar, screen-off gestures, smart call, raise to turn on screen, dan banyak lagi.

Agar smartphone selalu responsif dan cekatan dalam memenuhi penggunanya, OPPO membawa fitur akselerasi hardware bernama Hyper Boost yang meliputi tiga mode yaitu System Boost, APP Boost, dan Game Boost.

Fitur ini akan bekerja setelah mempelajari kebiasaan penggunanya, singkatnya sistem akan mengoptimalkan alokasi sumber daya sehingga mampu mendongkrak performa secara optimal untuk memenuhi kebutuhan khusus penggunanya. Selain itu, terdapat juga fitur System Smart Management yang akan menghentikan aplikasi yang jarang digunakan untuk menghemat baterai.

Performa & Gaming

Pusat dari F11 Pro adalah chipset mid-range terbaru besutan MediaTek, Helio P70. Berpacu besaran RAM 6 GB dan memori internal 64 GB. Berikut hasil benchmark dari F11 Pro:

  • AnTuTu – 148.414
  • PCMark – 7.953
  • 3DMark Sling Shot – 1.716
  • 3DMark Sling Shot Extreme (OpenGL ES 3.1) – 1.277
  • 3DMark Sling Shot Extreme (Vulkan) – 1.259
  • Geekbench 4 – single core 1.548 dan multi-core 6.006

Untuk penggunaan sehari-hari, unit F11 Pro yang saya review mampu menyuguhkan performa yang konsisten. Kegiatan multi-tasking, berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi lainnya lancar tanpa kendala. Bagaimana untuk kegiatan gaming?

Jawabannya perangkat ini memang dioptimalkan untuk gaming dengan dukungan fitur-fitur penting seperti Hyper Boost, Game Space, dan Game Assistant. Lewat Game Space kita bisa mengaktifkan mode ‘high performance‘ dan memblokir notifikasi banner.

Verdict

Review-OPPO-F11-Pro-31

OPPO F11 Pro dibanderol Rp4.999.000, kalau dilihat dari spesifikasinya memang bukan yang terkencang di kelasnya. Namun F11 Pro didukung fitur-fitur berbasis AI dan punya mekanisme kamera depan yang inovatif.

Bila ingin alternatif lebih terjangkau, OPPO menyediakan F11 dengan pengalaman yang sama dibanderol Rp3.999.000. Bedanya tanpa rising camera dan masih punya notch, dengan RAM 4GB tapi memori internal 128GB.

Bila tetap menginginkan mekanisme kamera depan yang naik turun, di harga Rp4.399.000 tersedia Vivo V15 tapi tanpa kamera utama 48 MP. Lalu, bila inginkan lebih dari OPPO F11 Pro, tersedia Vivo V15 Pro yang dibanderol Rp5.699.000 dengan SoC Snapdragon 675, tambahan kamera 8 MP ultra wide-angle, dan pemindai sidik jari di bawah layar.

Sparks

  • Ada fitur face unlock
  • Kamera utama resolusi 48 MP
  • VOOC flash charge 3.0

Slacks

  • Port jadul microUSB
  • Belum mampu merekam video 4K

[Hands-on] Sony RX0 II; Ultra Camera Spesialis untuk Nge-Vlog

Pada acara bertajuk ‘Vlog With Sony‘ di Art Science Museum, Singapura – 26 Maret 2019, Sony telah mengumumkan premium ultra-compact camera RX0 II. Keunikannya ialah panel LCD RX0 II ini dapat dimiringkan hingga 180 derajat ke atas dan 90 derajat ke bawah.

Dimensinya sangat kecil seukuran action camera, 59×40.5×35 mm dengan bobot 132 gram. Namun, Sony tidak mau RX0 II disebut action camera melainkan ultra camera. Kenapa?

Satu hal yang ditekankan oleh Sony ialah kualitas. RX0 II dispesialisasikan sebagai equipment videography, baik untuk para videografer profesional sebagai solusi multi-camera maupun untuk para vlogger atau content creator yang ingin meningkatkan kualitas kontennya.

Sony-RX0-II

Satoshi Hatano, General Manager Digital Imaging Group, Sony Imaging Product & Solutions mengakui bahwa kamera ini mungkin bukan pilihan yang paling ekonomis. Akan tetapi, Sony mengembangkan sensor gambar sendiri dan semua pengembangan komponennya dilakukan secara mandiri. Sebab itu, Sony bisa mengemas teknologi terbaru ke dalam body sekecil ini.

Ia menambahkan bahwa Sony RX0 II memiliki fitur multi-camera shot, di mana kita bisa menggabungkan lima unit kamera untuk merekam suatu adegan. Hal ini yang membuatnya sangat berbeda dari action camera dan mungkin ini juga salah satu alasan mengapa Sony enggan mengkategorikannya sebagai action camera.

Spesifikasi Sony RX0 II

Bagian inti dari Sony RX0 II ialah image sensor 1.0-type stacked 15.3MP dan dan prosesor Sony BIONZ X. Hadir dengan lensa fix wide-angle ZEISS Tessar T* 24mm, aperture f4.0, jarak fokus minimum 20cm, dan rentang ISO 80-12800.

Untuk still photography, RX0 II mendukung shutter speed hingga 1/32000s, anti-distortion shutter hingga 16fps continuous shooting, dan Eye AF. Hasil fotonya, bisa disimpan di Jpeg dalam kualitas extra fine atau standar.

Produk ini bisa dibilang merupakan cara Sony dalam merespon naiknya penggunaan smartphone untuk membuat konten video. Meski begitu bagi Sony smartphone itu bukan kompetitor, tetapi sebagai pelengkap user experience.

Sebab itu, Sony melengkapi RX0 II dengan konektivitas yang lengkap agar bisa terhubung dengan smartphone. Baik itu untuk fungsi remote control maupun mengirim hasil foto dan videonya secara instan ke smartphone.

Dirancang untuk Videografer dan Vlogger

Sony-RX0-II

Saya berkesempatan menjajal Sony RX0 II pada acara ‘Vlog With Sony’ di Singapura. Unit RX0 II yang saya coba berpasangan dengan shooting grip model VCT-SGR1, mereka sangat serasi.

Shooting grip ini tak hanya memberikan pegangan yang mantap, tapi juga dibekali tombol untuk memotret, merekam video, dan melakukan zooming dengan mudah. Namun Anda harus menghubungkan shooting grip ini ke kamera melalui port multi atau microUSB.

Begitu panel layar RX0 II saya putar 180 derajat, saya dapat melihat dengan jelas apa yang saya rekam. Bagaimana soal audio? Ada port 3.5mm untuk menggunakan mikrofon eksternal. Jadi, kebutuhan dasar untuk aktivitas nge-vlog sudah terpenuhi.

Berikutnya, Sony RX0 II memiliki fitur internal recording 4K/30p full pixel readout tanpa pixel binning untuk mendapatkan footage yang berkualitas dalam format XAVC S dan bit rate 100 Mbps, serta XAVC S HD 1080p hingga 120 fps. Lengkap dengan dukungan picture profile yang menyuguhkan fleksibilitas dalam pengolahan pasca produksi seperti color grading.

Body Ringkas dan Solid

Sony-RX0-II

Bila shooting grip dilepas, saya benar-benar bisa menyisipkan Sony RX0 II ke saku celana – memang seringkas itu dimensinya. Walaupun mungil, RX0 II memiliki kontruksi yang terbilang tangguh, sehingga dapat digunakan di berbagai kondisi lingkungan yang sulit.

Sony-RX0-II

Body-nya waterproof (tahan air) yang bisa diajak menyelam 10 meter, shock resistant (tahan goncangan) hingga ketinggian 2 meter, crushproof (tahan benturan) hingga berat 200 kg, dan rustproof (anti karat).

Sony-RX0-II

Beralih ke menu kameranya, saya agak sedikit kaget karena antarmukanya sama persis dengan kamera mirrorless Sony. Menu dan ukuran font-nya pun sangat kecil, parahnya layarnya belum mendukung touchscreen. Di sektor UI, Sony jelas harus memperbaikinya di masa mendatang.

Sony-RX0-II

Jadi, untuk menjelajah menu Anda bisa menggunakan tombol navigasi kanan (juga untuk shortcut FN) dan kiri (juga untuk shortcut mode pengambilan gambar) yang ada di bawah layar bersama tombol menu.

Sony-RX0-II

Sementara, di sisi kanan ada tombol navigasi atas (sekaligus display) dan bawah (sekaligus play back), serta tombol tengah atau enter. Lalu, di sisi kanan layar ada port HDMI, port Multi, slot microSD, dan input mikrofon 3.5mm.

Bagian muka ada lensa Zeiss tessar T* 4/24, lengkap dengan keterangan RX0 II. Kemudian, sebelah kanan ada logo Zeiss dan sebelah kiri slot baterai tipe NP-BJ1 700 mah. Bagian atas ada tombol power dan tombol recording video. Soket untuk tripod ada di bagian bawah.

Verdict

Sony-RX0-II

Meski secara langsung ditujukan sebagai equipment for vlogging, Sony RX0 II adalah ultra camera yang bisa digunakan oleh videografer untuk produksi konten yang lebih serius. Misalnya, sebagai solusi multi camera yang praktis dan dapat menjakau di tempat yang sulit.

Harus diakui, capability Sony RX0 II memang luar biasa. Tapi menurut saya, Anda harus memiliki gear utama terlebih dahulu sebelum melirik RX0 II. Bagi vlogger atau content creator, RX0 II menawarkan kualiatas dan portability, serta tidak mencolok ketika vlogging di depan umum.

Belum diketahui kapan Sony RX0 II masuk Indonesia, mungkin bulan April ini? Di global Sony RX0 II dibanderol US$699 atau sekitar Rp9,9 juta. Kita tunggu saja tanggal mainnya.

[VlogWithSony] Membahas Tren Vlogging dan Pendapat Content Creator Tentang Sony A6400

Sony Southeast Asia (SEA) telah menggelar acara bertema ‘Vlog With Sony‘ di Art Science Museum, Singapore pada tanggal 26 Maret 2019. Vlog With Sony adalah interactive campaign yang melibatkan 39 vlogger top dari 6 negara di kawasan Southeast Asia, meliputi Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Singapura.

Vlogger atau content creator tersebut terdiri dari empat kategori berbeda, mulai dari beauty, entertainment, travel, dan gadget. Sony ingin dunia mengetahui, bahwa mereka punya produk kamera dan aksesori yang dirancang untuk vlogger dengan background, konten, dan level experience yang berbeda-beda.

Dari Indonesia sendiri ada enam vlogger yang dipilih oleh Sony Indonesia, yaitu Vincent Raditya, JWestBros, Titan Tyra, Akadika, Estechmedia, dan BangRipiu. Saya mewakili Dailysocial sebagai media Indonesia bersama Infofotografi.

Tren-vlogging-5

Di acara ‘Vlog with Sony‘ ini mereka mengumumkan premium ultra-compact camera; Sony RX0 II. Ada juga sesi sharing seperti beauty vlog sharing, entertainment vlog sharing, travel vlog sharing, hingga special performance dari international YouTuber Sam Tsui.

Artikel hands-on untuk Sony RX0 II saya buat terpisah, singkatnya ultra camera ini sangat ideal untuk aktivitas vlog. Karena ukurannya yang ringkas, sangat serasi berpasangan dengan shooting grip (VCT-SGR1) – membuat vlogging di tempat umum tidak akan begitu mencolok.

Meningkatkannya Tren Vlogging 

Tren-vlogging-2

Tren vlogging meningkat pesat dari tahun ke tahun. Suka tidak suka banyak brand yang melirik content creator [baca; YouTuber] sebagai salah satu cara efektif untuk menyampaikan pesan kepada para audiensnya.

“Tren vlogging tidak terjadi serentak, tetapi marak di sejumlah wilayah di dunia. Contohnya Asia terutama Tiongkok dan juga di Amerika Serikat. Sedangkan di negara asal kami; Jepang, angkanya tidak meningkat pesat, tapi kenaikannya masih positif.” Ungkap Satoshi Hatano, General Manager Digital Imaging Group, Sony Imaging Product & Solutions.

Satoshi Hatano menambahkan bahwa meskipun tren vlog baru muncul belakangan ini, namun sejatinya Sony sudah sejak lama mendalami ranah di sektor kamera digital. Mulai dari handycam (camcorder) yang ‘easy to use‘ dan punya battery life panjang, action camera dan compact camera yang mengunggulkan portability, hingga mirrorless camera yang expandability – di mana bisa mengganti lensa dan compatibility dengan mikrofon eksternal.

Ada pertanyaan yang cukup menarik yang dilontarkan oleh awak media kepada Satoshi Hatano mengenai produk favorit yang digunakan untuk menciptakan video. Ternyata jawabannya bukan RX0 II, tapi A9 karena sudah memilikinya. Namun untuk kebutuhan yang lebih menyeluruh, Satoshi Hatano pribadi menyarankan A6400.

Saya juga setuju dengan Satoshi Hatano, menurut saya Sony A6400 memang sangat ideal untuk aktivitas vlog. Setelah memiliki kamera utama, Anda bisa melirik Sony RX0 II sebagai kamera sekunder untuk solusi pengambilan gambar multi kamera.

Tren-vlogging-4

Capability Sony RX0 II cukup mengagumkan, layarnya dapat diputar hingga 180 derajat, body-nya waterproof dan shockproof, mampu merekam video 4K dengan dukungan picture profile, dan punya jack mikrofon. Kamera ini juga punya fitur di mana kita bisa menggabungkan lima unit RX0 II untuk merekam bersama, bayangkan uniknya konten yang bisa Anda dapat.

Apa Kata Content Creator Mengenai Sony A6400?

Pada acara Vlog With Sony, para vlogger asal Tanah Air ditantang untuk membuat konten video menggunakan Sony A6400. Ada pula beberapa vlogger yang menggunakan compact camera premium Sony RX100 VI yang memiliki kelebihan dalam segi kenyamanan dan kepraktisan tingkat tinggi.

Enche Tjin - Infofotografi
Enche Tjin – Infofotografi

Lalu, apa pendapat mereka mengenai tren vlog dan Sony A6400? Menurut Enche Tjin sebagai pendiri Infofotografi dan seorang fotografer, tren vlog yang semakin marak dan bervariasi genrenya saat ini membutuhkan gear dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Menyikapi itu, Sony menawarkan kamera dalam berbagai bentuk untuk mengakomodir kebutuhan yang berbeda-beda.

“Tapi ingat, meskipun dipromosikan sebagai kamera untuk vlog, sebagian besar kamera-kamera Sony adalah kamera yang mumpuni untuk still photography juga.” Ujar Enche Tjin.

Akadika, vlogger dan profesional wedding photography
Akadika, vlogger dan profesional wedding fotografer

Beralih ke pendapat Akadika, vlogger yang juga seorang profesional wedding fotografer dari Bengkulu. Menurutnya, tren vlogging saat ini sudah menjadi salah satu racun yang diikuti banyak kalangan nggak cuma anak muda bahkan yang tua pun juga ikutan.

“Kalau pengalaman pakai A6400, gue cukup surprise karena beberapa fitur di dalamnya terutama soal focusing ya, focus-nya membantu banget untuk bikin vlog apa lagi kamera itu kita pegang sendiri. Terus yang gue suka lagi dari A6400 adalah transisi dari ruangan gelap ke terang peralihan exposure-nya halus banget.” Ungkap Akadika.

Erwin - Estechmedia
Erwin – Estechmedia

Menuju ke pendapat Erwin dari Estechmedia yang bercita-cita menjadi director, ia melihat tren vlogging sebagai sesuatu yang memang sangat potensial kedepannya, karena walaupun ini bukan hal baru tapi masih sangat menjanjikan kedepannya secara influence. Karena vlogging ini memiliki pengaruh yang cukup luas layaknya media tapi memiliki poin personal branding di mana para penonton dapat merasakan kedekatan dengan sang vlogger.

“Mengenai A6400, sejauh ini bisa dibilang A6400 itu seperti monster kecil, tapi bukan cuma kamera ini yang masuk dalam kategori itu tapi nggak perlu disebutkan ya. Ini kamera kecil yang memiliki potensi yang sangat tinggi seperti kamera profesional.” Kata Erwin.

Ikhsan - BangRipiu
Ikhsan – BangRipiu

Beralih ke Bang Ikhsan (BangRipiu) menurutnya sebagai first time user Sony Mirrorless, saya impress dengan kemampuan continuous autofocus-nya A6400 yang sangat responsive.

“Tampaknya kamera ini akan sangat mendukung saya dalam pembuatan video-video tentang gadget di YouTube, terutama pada video bertemakan unboxing gadget.” Ungkapnya.

Verdict

Melihat tren vlogging ini apakah Anda ingin ikut-ikutan menjadi vlogger atau content creator? Bila tertarik mulai saja dulu dengan smartphone, seiring perkembangan channel Anda bisa meng-upgrade equipment Anda secara perlahan. Yang pasti mereka para content creator telah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk mencapai titik sampai di acara Vlog With Sony.

Mendengar cerita perjuangan, merasakan semangat mereka, dan berbagi perspektif – banyak hal yang bisa dipetik. Sebenarnya banyak peluang lain juga yang bisa didapat dengan memiliki sebuah kamera mirrorless baik di ranah photography maupun videography, selain membuat konten video dan diunggah ke YouTube.

Saya sudah request unit review Sony A6400 dan terus terang saya sudah tidak sabar untuk me-review nya. Dengan harga Rp13 juta untuk body only, posisi A6400 memang untuk para vlogger yang sudah mulai dan ingin meningkatkan kualitas konten videonya.

[Review] Vivo V15; Bertumpu Pada Fitur 32MP Pop-up Camera

Dulu kalau saya mau ganti smartphone paling cepat itu setahun saat penerusnya sudah keluar. Kadang juga harus nunggu setahun lagi (jadi dua tahun) biar harganya turun.

Bagaimana kalau sekarang? Nggak ganti dalam kurun waktu setahun saja, smartphone yang kita gunakan sudah terasa ‘kedaluwarsa’. Karena siklus peluncuran smartphone baru terjadi lebih cepat, bulanan.

Kita ambil contoh Vivo V15, cuma berselang kurang lebih enam bulan saja sejak Vivo meluncurkan V11 pada bulan September 2018. Saya tekankan lagi, Vivo V15 adalah penerus dari Vivo V11, bukan yang versi Pro-nya. Jadi, Anda tidak akan menemukan sensor fingerprint di bawah layar. Langsung saja kita mulai review Vivo V15.

32MP Pop-up Selfie Camera

Review-Vivo-V15

Fitur utama yang paling menonjol adalah kamera depannya, bukan hanya tentang resolusinya yang tinggi mencapai 32MP – tapi karena inovasi mekanisme pop-up nya yang diturunkan langsung dari flagship Vivo NEX.

Efek suara turut menyertai saat kamera depan ini muncul, ada empat efek suara yang bisa Anda temukan di pengaturan kamera yaitu mute, sci-fi, machine, dan rhythm. Namun meski Anda memilih mode mute, motor penggerak kamera depan yang terletak di sisi kanan atas smartphone tersebut masih menimbulkan suara saat bekerja.

Review-Vivo-V15

Saya penasaran, bagaimana bila kita dengan sengaja menaik dan turunkan kamera depan dengan cepat? Tenyata muncul peringatan seperti ini; “Untuk melindungi kamera depan Anda, jangan terlalu sering melakukan tindakan ini.

Review-Vivo-V15

Sekarang kita masuk ke antarmuka kameranya, ada lima mode pengambilan gambar yang bisa digunakan kamera depan yaitu Photo, Video, AI Beauty, Pano, dan AI Stickers. Pada mode Photo, Anda juga bisa menemukan fitur HDR, Live Photo, dan filter.

Tentu saja, dua kunci yang akan membantu Anda mendapatkan foto selfie yang memukau adalah AI Beauty dan Portrait light effect. Dengan AI Beauty, Anda bisa mendapatkan makeover secara virtual – mulai dari warna kulit, memutihkan, membuat wajah tirus, merampingkan hidung, hingga menyesuaikan bentuk mulut.

Sementara dengan Portrait light effect, Anda bisa menambahkan efek pencahayaan yang menawan berkualitas studio ke selfie Anda. Mulai dari natural light, studio light, stereo light, loop light, rainbow light, dan monochrome backgroud untuk mendapatkan background hitam dan putih yang klasik.

Ada satu fitur yang bagi sebagian orang sangat penting dikorbankan Vivo yakni face unlock. Dari Vivo V7, V9, hingga V11 – fitur face unlock selalu menjadi salah satu fitur unggulan smartphone Vivo dan terakhir mencoba di V11 performanya sangat cepat dan konsisten.

Semoga saja, Vivo menemukan cara untuk mengembalikan fitur face unlock kembali di update firmware masa mendatang. Sementara ini, kita bisa mengandalkan pemindai sidik jari yang jelas-jelas lebih aman di bagian belakang.

Berikut adalah hasil foto 32MP Pop-up Camera Vivo V15:

Ultra All Screen

Vivo V15 sudah move-on dari notch, desain full-screen display yang baru ini disebut Ultra All Screen. Harus saya akui, pop-up selfie camera Vivo V15 kesannya futuristik, seolah membuat smartphone dengan notch terlihat ‘usang’.

Smartphone ini juga datang dalam balutan warna bergradasi, topaz blue dan glamour red. Seperti biasa, bagian belakangnya hadir dengan finishing glossy seperti kaca dan kerangka aluminium. Materialnya bukan kaca, tapi kemungkinan menggunakan jenis material komposit berjenis tempered glass seperti sebelumnya.

Modul tiga kamera menonjol di belakang yang berbaris secara vertikal. Sebaiknya selalu kenakan case yang ada dalam paket penjualan untuk melindungi body smartphone dan utamanya modul kamera belakangnya. Desain dan kualitas case-nya sudah cukup oke, dengan paduan warna hitam di sekelilingnya.

Review-Vivo-V15

Mengenai kelengkapannya, tombol volume dan power berada pada sisi kanan. Lalu, di sisi kiri ada SIM tray berdampingan dengan smart buttonDefault-nya bila kita menekan smart button sekali maka akan mengaktifkan Google Assistant, bila menekan dua kali akan mengaktifkan Image Recognizer yang akan mencari tahu informasi dari konten yang sedang tampil di layar.

Review-Vivo-V15

Smart button juga bisa disesuaikan, caranya pergi ke Settings dan pilih Jovi. Namun pilihan yang tersedia sebatas Google Search, Google Assistant, Google Assistant Visual Snapshot, dan Image Recognizer. Anda juga bisa menonaktifkan fungsi tombol tersebut.

Lanjut ke sisi atas, disana ada mikrofon dan kamera depan yang tersembunyi di body Vivo V15. Sementara di sisi bawah ada jack audio 3.5mm, mikrofon, speaker, dan standar port microUSB yang sebenarnya sudah usang menurut saya untuk smartphone baru yang diluncurkan di tahun 2019.

Android 9 Pie; FuntouchOS 9

Vivo V15 bergerak pada sistem operasi Android versi paling baru; 9.0 Pie dengan FuntouchOS 9. Menurut saya, FuntouchOS adalah salah satu user interface smartphone terbaik. Smart Launcher, Jovi, dan navigation gestures adalah tiga fitur favorit saya.

Smart Luncher berada di ujung kiri homescreen, saat ini ada empat kartu yang bisa ditampilkan. Mulai dari to-do list yang terintregrasi dengan kalender, jangan sampai lewatkan sesuau. Jovi Smart Scene yang akan menampilkan informasi seperti acara favorit, serta langkah kaki dan kalori yang terbakar.

Kemudian ada shortcut, Anda bisa menempatkan pengaturan cepat dan aplikasi hingga sepuluh pintasan. Satu lagi kartu ramalan cuaca, meski sebenarnya saya tidak begitu memperhatikannya.

Beralih ke Jovi, fitur ini meliputi Smart Camera seperti AI Face Beauty, AI Scene Identification, dan AI Portrait Framing. Lalu, Image Recognizer yang mampu mencari informasi dari konten yang tampil di layar. Satu lagi, Smart Scene yang ada di Smart Launcher.

Review-Vivo-V15-45

Rasanya tidak asyik kalau tidak menggunakan Navigation gesture, seperti biasa usap ke atas di sisi kiri untuk menampilkan Control Center. Lalu, usap ke atas di sisi tengah untuk ke homescreen, usap dan tahan ke atas untuk menampilkan recent app, dan usap ke atas di sisi kanan untuk fungsi back atau kembali.

Saya melihat Vivo menyisipkan sejumlah bloatware, saya tidak masalah selagi masih bisa dihapus bila tidak digunakan. Namun ada beberapa aplikasi buatan mereka sendiri yang punya fungsi sama dan tidak bisa dihapus seperti V-Appstore, layanan yang serupa dengan Play Store.

Chipset Mediatek Helio P70

Dapur pacu Vivo V15 mengandalkan chipset Mediatek Helio P70 yang terdiri dari CPU octa-core (quad-core 2.1 GHz Cortex-A73 dan quad-core 2.0 GHz Cortex-A53), dan GPU Mali-G72 MP3. Kinerjanya dibantu RAM 6 GB, memori internal 64 GB, dan tangki baterai 4.000 mAh dengan teknologi Dual-Engine Fast Charging.

Di AnTutu, Vivo V15 memperoleh nilai 141.022 poin, PCMark 8.266 poin, 3DMark Sling Shot 1.634 poin, Geekbench single-core 1.517 poin, dan Geekbench multi-core 5.432 poin.

Di test aktivitas gaming saya mencoba PUBG Mobile, pastikan Anda sudah menambah daftar game ke Game Cube yang bisa ditemukan di Settings. Game battle royale dengan formula last man standing ini dapat ditelan mentah-mentah sampai kualitas grafis ‘HD’ dan frame rate ‘high‘.

Hanya saja, output suara dari game PUBG Mobile di unit Vivo V15 yang saya review ini tidak begitu lantang. Selain itu, penempatan speaker juga payah -saya sudah memutar bermain dari sisi yang berbeda tapi speakernya kerap terhalangi tangan.

AI Triple Camera dengan Lensa Wide-angle

Kamera utama Vivo V15 yang posisinya paling bawah memiliki resolusi 12MP dengan 24 juta unit foto sensitif dan mendukung teknologi Dual Pixel. Ditambah dengan sensor 1/ 2.8 inci, aperture f1.78, dan ukuran pixel 1.28um.

Review-Vivo-V15-50

Kamera keduanya 8MP AI Super Wide-Angle Camera membawa sudut pandang 120 derajat yang sama dengan mata manusia dan kamera ketiga 5MP Depth Camera.

Kemarin kebetulan habis dari event di SCBD Jakarta, lokasi tersebut cukup asyik buat test kamera wide-angle Vivo V15. Buat motret arsitektur perkotaan atau landscape memang seru banget, kita bisa menangkap banyak objek di dalam foto.

Efek distorsi justru sengaja saya manfaat untuk mendapatkan kesan yang unik. Satu hal yang mengejutkan saya adalah mode wide-angle ini bukan hanya tersedia di foto saja, tapi juga bekerja di video. Sayangnya, perekam videonya belum mencapai resolusi 4K dan sebatas 1080p.

Berikut hasil foto dari Vivo V15:

Verdict

Vivo V15 dibanderol Rp4.399.000, harganya seratus ribu lebih murah dari Vivo V11 saat diluncurkan pertama kali. Perubahannya meliputi 32MP Pop-up Camera, versi OS dan chipset lebih baru (Android 9.0 Pie dan Mediatek Helio P70), RAM 6GB, serta AI Triple Camera.

Sebagai informasi tambahan juga, Vivo juga telah resmi mengumumkan penerus V11 Pro yakni V15 Pro dengan harga Rp5.699.000. Tambahan “Pro”, tentunya smartphone ini mengusung spesifikasi yang lebih superior.

Dengan menambah budget Rp1,3 juta, Anda akan mendapatkan mulai dari sensor sidik jari di bawah layar atau yang disebut Screen Touch ID, layar Super AMOLED, kamera utama 48MP, chipset Qualcomm Snapdragon 675 yang lebih powerful dengan RAM 6GB, dan memori internal 128GB.

Review-Vivo-V15

Sparks

  • 32MP Pop-up Selfie Camera yang Inovatif
  • Lensa Wide-angle yang Suguhkan Foto Unik
  • Ultra All Screen, Bagian Muka Nyaris Tanpa Bezel

Slacks

  • Tanpa Fitur Face Unlock
  • Port Pengisian Daya Tergolong Jadul – microUSB

OPPO F11 Pro Warna Thunder Black Lebih Laris Dibanding Aurora Green

Sabtu kemarin saya menghadiri acara penjualan perdana smartphone OPPO F11 Pro di ITC Roxy Mas. Tempat ini sangat familier bagi saya, karena dulu sebelum kenal e-commerce saya selalu ke sini saat membeli smartphone baru, aksesori, hingga layanan service center.

Begitu masuk di lobby utama, saya melihat ramainya iklan dari berbagai brand smartphone di papan reklame. OPPO salah satunya, tapi yang menarik ialah tak lama kemudian saya ditawari perangkat OPPO oleh SPG dan SPB OPPO, serta bisa mencoba langsung smartphone OPPO terbaru seperti F11 Pro di gerainya.

Mencapai Target Penjualan

OPPO-F11-Pro

Ya, mulai tanggal 23 Maret – perangkat OPPO F11 Pro yang resmi dirilis di Indonesia pada 13 Maret 2019 ini sudah bisa didapatkan secara bebas. Sebelumnya sesi pre-order berlangsung pada 14 sampai 22 Maret di seluruh gerai resmi OPPO dan di sejumlah e-commerce.

Aryo Meidianto, PR Manager OPPO Indonesia mengumumkan bahwa F11 Pro berhasil menembus target penjualan sebelum dijual resmi ke pasar, tepatnya empat hari (17 Maret) setelah F11 Pro resmi diperkenalkan dan sampai hari ini (23 Maret) sudah dua kali lipatnya.

“F11 Pro adalah perangkat tercepat OPPO yang menembus target penjualan, meningkatkan sekitar 200 persen jika dibandingkan dengan penjualan F9 varian RAM 6GB. Konsumen sekarang mencari perangkat dengan RAM besar dan F11 Pro punya RAM 6GB yang menjadi salah satu feedback paling besar dari konsumen.” Ungkap Aryo.

OPPO-F11-Pro

Ia juga menambahkan, tentunya juga karena respon baik dari konsumen, F11 Pro tampil dengan keunggulan yang berbeda dari sebelumnya. Mulai dari kamera belakang 48MP yang jago motret siang malam, desain panoramic screen dengan rising selfie camera, dan yang benar-benar dapat dirasakan ialah VOOC flash charge 3.0. Di mana baterai 4.000 mAh F11 Pro akan terisi penuh hanya dalam waktu 80 menit.

Thunder Black Menjadi Warna Favorit

OPPO-F11-Pro

F11 Pro sendiri punya dua warna, yaitu Thunder Black dengan tiga gradasi warna dari hitam, merah, sama biru. Sementara, di Aurora Green punya gradasi dari biru ke hijau. Kedua warna tersebut diambil dari seri flagship Find X. Dari penjualan yang disebutkan di atas perbandingannya 2:1, lebih banyak konsumen yang menyukai F11 Pro Thunder Black.

Aryo juga mengatakan bahwa lonjakan pre-order F11 Pro tak hanya terjadi di Jakarta, tapi juga kota-kota lain, baik di pulau Jawa dan luar Jawa. Akibatnya di beberapa wilayah mengalami kendala masalah ketersediaan produk.

“Atas nama Oppo kita minta maaf, prediksi kita enggak se-hype ini, kita sedang berusaha agar stok dapat terpenuhi dari pabrik maksimal dalam waktu seminggu ini. Kita juga sempat mengalami masalah di hadiah pre-order.” Kata Aryo.

OPPO-F11-Pro

F11 Pro ini dibanderol Rp4.999.000, bagi yang penasaran akan kelebihan dan kekurangannya, tunggu review OPPO F11 Pro selengkapnya di Dailysocial. Saat ini saya telah mulai mengujinya secara intens.

Rp1.999.000, Redmi Note 7 by Xiaomi Hadir di Indonesia; Garansi 18 Bulan

Sebelumnya saya sudah melakukan hands-on Redmi Note 7 dan menjajal kemampuan kameranya. Kini Xiaomi telah resmi meluncurkannya, smartphone ini membawa banyak perubahan dibanding pendahulunya; Redmi Note 6 Pro.

Menimbang spesifikasi yang diusungnya, saya berpikir sangat wajar bila Redmi Note 7 dibanderol Rp2 jutaan (seperti Rp2,5 juta) untuk varian dasar dengan RAM 3GB. Sementara, varian yang lebih tinggi dengan RAM 4GB dibanderol Rp3 jutaan.

Redmi-Note-7

Tapi Xiaomi mengejutkan saya dan mungkin semua orang yang hadir di sana, smartphone berotak chipset Snapdragon 660 AIE yang punya kamera utama 48MP ini ternyata dijual hanya Rp1.999.000 untuk varian RAM 3GB dan memori internal 32GB. Serta, Rp2.599.000 untuk varian RAM 4GB dan memori internal 64GB. Anda bisa mendapatkannya mulai dari tanggal 27 Maret mendatang.

Sebagai pembanding, saat pertama dirilis Xiaomi Redmi Note 6 Pro dibanderol Rp2.899.000 (3/32GB) dan Rp3.299.000 (4/64GB). Redmi Note 7 by Xiaomi pun menjadi smartphone dengan chipset Snapdragon 660 AIE dan kamera 48MP paling terjangkau.

Bagaimana dengan harga offline dan ketersediaan offline-nya? Xiaomi mengatakan bahwa harga tersebut adalah harga untuk online (seperti flash sale) dan juga offline di Authorized Mi Store dengan stok yang terjamin. Semoga saja, Redmi Note 7 ini tidak sulit didapat.

Desain Cantik dan Kuat

Redmi-Note-7

Redmi Note 7 by Xiaomi mengusung desain baru yang cantik dengan notch mini Dot Drop display 6,3 inci Full HD+ dan dalam balutan warna menarik. Ada nebula red dan neptune blue bagi yang ingin tampil menonjol dan space black yang kalem.

Desain anyar ini disebut ‘gradient glass back cover‘, di mana bagian depan dan belakangnya berbalut material kaca berlapis Corning Gorilla Glass 5 untuk memastikan ketahanannya.

Rupanya tak hanya itu, Xiaomi melapisi kaca setebel 0.8mm pada layar depan dan memperkuat bagian sudut-sudutnya. Tombol dan port Redmi Note 7 juga dilengkapi segel kedap air, hasilnya body smartphone mengantongi sertifikat P2i splash-proof.

Redmi-Note-7

“Sang Gatotkaca”, itulah sebutan Redmi Note 7 oleh Mi Fans Indonesia. Harusnya smartphone ini cukup tangguh dari benturan ringan, kalau tiba-tiba kehujanan sedikit basah, tidak sengaja terkena tumpahan air, dan juga karena keringat – itu tidak masalah. Masih kurang? Xiaomi juga memberi masa garansi 6 bulan lebih lama yakni 18 bulan dan bukan cuma setahun.

Port penting seperti jack audio 3.5mm dengan komponen Smart PA untuk memastikan kualitas audio-nya dan IR Blaster di sisi atas juga masih tersedia untuk menjadikan smartphone sebagai remote. Untuk mengisi ulang dan transfer data, port yang dimilikinya sudah standar terbaru yakni port USB Type-C.

Kamera Utama 48MP & SoC Snapdragon 660 AIE

Redmi-Note-7

Singkat saja karena sudah dibahas sebelumnya, Redmi Note 7 memiliki AI dual rear camera 48MP+5MP. Kamera utamanya menggunakan sensor gambar Samsung ISOCELL Slim GM1 beresolusi 48MP dengan ukuran pixel 0.8µm.

Singkatnya, berkat teknologi 4-in-1 Super Pixel yang menggabungkan empat pixel menjadi satu, Redmi Note 7 mampu menghasilkan foto pada resolusi 12MP dengan ukuran pixel setara 1.6µm. Tetapi kita tetap bisa menggunakan resolusi 48MP pada mode pengambilan gambar Pro.

Xiaomi juga menunjukkan skor dari aplikasi benchmark AnTutu Redmi Note 7 mencapai 144.441 poin, yang mengungguli nilai yang diraih Asus Zenfone Max Pro M2, Realme 2 Pro, dan Vivo V11 Pro.

Itu karena ketiga smartphone di atas, memiliki CPU Kryo 260 dengan clock speed 1.95 GHz. Sementara, Redmi Note 7 memiliki CPU Kryo 260 dengan clock speed hingga 2.2 GHz.

Daya tahan baterai sebagai salah satu ciri khas Redmi Note juga dipertahankan, kapasitasnya 4.000 mAh dan untuk bermain game kurang lebih bisa tujuh jam. Tak lupa, Redmi Note 7 juga mendukung teknologi pengisian cepat Quick Charge 4.

Produk Ekosistem Baru

Satu lagi, Xiaomi juga bilang kalau mereka bukan hanya cuma pabrikan ponsel tapi juga pabrikan peralatan elektronik juga. Daftarnya sebagai berikut:

  • Mi Smart Kettle Rp599.000
  • Mi Induction Heating Rice Cooker Rp1.299.000
  • Mi Compact Bluetooth Speaker 2 Rp159.000
  • Mi Bedside Limp Rp699.000
  • Mi LED Smart Bulb Rp299.000
  • Mi LED Desk Lamp Rp499.000

Tiga produk yang terakhir cukup menarik buat tambahan lighting di studio. Dailysocial juga sedang mengerjakan review Redmi Note 7, jadi tunggu review-nya dan baca sebelum membelinya.

Smartphone Android One Nokia 3.1 Plus Resmi Hadir di Indonesia

Dalam acara bertajuk ‘Hangout Night with Nokia Mobile‘ di Co-Hive Filateli pada tanggal 19 Maret, HMD Global secara resmi meluncurkan smartphone Nokia 3.1 Plus ke Indonesia.

Acara peluncurannya berlangsung meriah dan turut diramaikan oleh komunitas. Nokia juga mengundang Co-Hive, Loket, dan Whatravel karena punya kesamaan target market. Sekaligus untuk sharing pengalaman mereka guna memberikan motivasi dan inspirasi.

Nokia-3-1-Plus

Bila tahun lalu, Nokia memposisikan dirinya sebagai ‘ponsel yang bisa diandalkan’ (reliability). Sekarang ada satu lagi yang dibawa oleh Nokia yakni ‘adaptability‘.

“Semua ponsel Nokia, baik flagship, mid-tier, maupun yang affordable – ketiganya punya derajat fleksibilitas yang tinggi.” Ungkap Miranda Warokka, Head of Marketing Indonesia for HMD Global.

Update ke versi Android terbaru 9 Pie adalah salah satunya, sehingga smartphone Nokia bisa bekerja optimal baik performa maupun ketahanan baterainya. Nokia 3.1 Plus sendiri menjalankan program Android One dan ditujukan untuk mendorong penggunanya lebih produktif.

Fitur & Spesifikasi Nokia 3.1 Plus

Unit demo untuk mencoba Nokia 3.1 Plus baru dipasang dipenghujung acara. Unitnya juga terbatas, harus bergantian dengan yang lain, kondisi cahayanya kurang baik, dan akhirnya saya tidak mendapat kesempatan untuk hands-on.

Sekilas dari desainnya, Nokia 3.1 Plus mengusung body dengan material aluminium. Penempatan setup dual camera, LED flash, dan sensor fingerprint di bagian belakangnya berjajar vertikal khas kebanyakan smartphone Nokia.

Kamera utamanya 13 MP (f/2.0, AF) dan 5 MP (f/2.4) sebagai depth sensor. Sementara, bagian depannya 8 MP (f/2.2). Bentang layar 6 inci miliknya menggunakan panel IPS dengan resolusi sebatas HD+ (720×1440 piksel) dalm rasio 18:9.

Untuk dapur pacunya, Nokia 3.1 Plus mengandalkan chipset Mediatek Helio P22 dengan RAM 3GB dan memori internal 32GB. Bila kurang, bisa diperluas hingga 400GB melalui slot microSD.

Baterai berkapasitas 3.500 mAh juga menjadi keunggulannya dan diklaim mampu bertahan hingga dua hari. Satu lagi, Nokia 3.1 Plus punya fitur NFC yang berguna top-up eMoney atau sekedar untuk menyambungkan smartphone secara instan ke perangkat lain.

Nokia-3-1-Plus

Nokia 3.1 Plus hadir dalam dua pilihan warna, blue dan baltic dengan harga Rp2.399.000. Bila tertarik, Anda bisa mengikuti pre-order dengan cashback Rp300.000 yang telah dimulai pada tanggal 15 sampai 22 Maret melalui Blibli.com, Dinomarket.com, Erafone.com, JD.id, Shopee, dan Tokopedia.

Leica Q2 Mendarat di Indonesia, Pocket Camera Bersensor Full Frame 47,3MP

Sebagai seorang penggemar fotografi, saya amat antusias mencoba berbagai jenis kamera baru dari brand berbeda. Saya sudah me-review Sony Alpha A7 III, Panasonic Lumix DC-GH5, Canon EOS R, hands-on Fujifilm GFX 50R, dan banyak lagi.

Hari ini, saya datang ke acara peluncuran Leica Q2. Leica Store Indonesia membanderol pocket camera dengan sensor full frame beresolusi 47,3-megapixel ini seharga Rp81,9 juta dan mulai tersedia tanggal 19 Maret 2019.

Leica-Q2

Jelas saya tidak bisa membandingkan kamera Leica ini dengan kamera buatan pabrikan kamera asal Jepang yang berlomba-lomba dalam mengadopsi teknologi kamera. Tapi, saya percaya tiap brand kamera memiliki nilai-nilai yang membedakan satu dengan yang lainnya.

Easy to Use

Leica-Q2

Saya hanya sebentar mencoba Leica Q2, karena unit demonya hanya satu dan harus bergantian dengan yang lain. Dari sisi tampilan, desain Leica Q2 amat detail, klasik tapi sangat berkelas.

Build quality-nya terasa sangat solid dengan sasis magnesium yang weather resistant (IP52). Body dan lensanya dilengkapi dengan perlindungan terhadap debu (dust) dan cipratan air (splash).

Leica-Q2

Pengoperasiannya pun simple, ada dua cara untuk menetapkan titik AF yaitu lewat layar sentuh 3 inci yang beresolusi 1,04 juta dot atau menggunakan tombol navigasi d-pad empat arah.

Di sebelah kiri layar terdapat tiga tombol yaitu Play, FN, dan Menu. Kemudian ada tombol programmable di ujung kanannya. Sementara, di atas ada dua kenop untuk mengatur exposure.

Menariknya, dengan menekan tombol Menu sekali maka akan muncul menu ‘Favorit’ yang terdapat 15 shortcut yang bisa disesuaikan. Bila menekannya dua kali akan muncul menu utama.

Leica-Q2

Electronic viewfinder-nya (EVF) menggunakan panel OLED beresolusi 3,68 juta dot dengan pembesaran 0,76x. Kenop dioptri disamping EVF harus ditekan sebelum bisa diputar untuk mencegah perubahan yang tidak disengaja.

Lensa Fix 28mm

Leica-Q2

Inti dari Leica Q2 adalah sensor full frame 47,3-megapixel dan lensa fix Summilux 28mm f1.7 APH. Lensa terdiri dari 11 elemen dalam 9 grup, dengan 3 elemen aspherical dan optical stabilized.

Dibantu dengan prosesor Maestro II yang mampu menjepret tanpa henti 10 fps dengan mechanical shutter dan hingga 20 frame dengan electronical shutter. Kecepatan auto focus-nya 0,15s dan sensitivitasnya berada di rentang ISO 50 hingga 50.000.

Leica-Q2

Bagi yang membutuhkan fleksibilitas lebih dalam mengatur komposisi foto, Leica Q2 memiliki crop mode yang memungkinkan kita untuk memotret dengan pilihan focal length 35mm (30MP), 50mm (15MP), dan 75mm (6,6MP). Berkat resolusinya yang tinggi, kualitas hasil fotonya pun tetap terjaga baik.

Leica-Q2
Ambassador Leica, Mario Wibowo/ Foto: Lukman Azis

Saya tidak bisa mencoba Leica Q2 berlama-lama karena keterbatasan unit. Tapi, saya melihat jepretan dari salah satu ambassador Leica, Mario Wibowo yang ditampilkan di sana, hasilnya memang mengundang decak kagum, tajam dan warnanya begitu khas.

Perekam Video 4K

Leica-Q2

Untuk sekedar mengambil footage, Leica Q2 mampu merekam video 4K pada 24 fps atau 30 fps. Serta, video slow-motion 120 fps pada resolusi Full HD. Perlu diketahui, Leica Q2 tidak memiliki port audio untuk mencapkan mikrofon eksternal.

Daya tahan baterainya 30 persen lebih baik dari Leica Q, dari 250 shot menjadi 370 shot. Kamera ini sudah dilengkapi konektivitas WiFi dan Bluetooth, hasil jepretannya bisa dikirim ke smartphone dengan mudah menggunakan aplikasi Leica Fotos.

Verdict

Leica-Q2

Saya perlu menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leica Q2 untuk lebih memahami nilai-nilai yang ditawarkan, tapi saya harus mengantri lama untuk peminjaman unit review-nya. Kesan awal saya, Leica Q2 menawarkan kemudahan untuk mendapatkan foto berkualitas secara instan.

Buat fotografer profesional, kamera ini mungkin bakal merepotkan bila dijadikan kamera utama tapi sempurna sebagai kamera kedua. Harganya yang mencapai Rp81,9 juta, target pasarnya memang lebih segmented. Cocoknya untuk siapa ya?