Blanja Bidik Transaksi 1 Triliun Rupiah di 2020

Blanja, marketplace patungan (joint venture) antara TelkomMetra dan eBay, membidik nilai transaksi (Gross Merchandise Value / GMV) sebesar Rp 1 triliun di 2020. Untuk itu, proses pembangunan fundamental di internal perusahaan pun ditargetkan kelar tahun ini, agar pada 2017 fokus mengejar pertumbuhan bisnis sudah bisa dilakukan.

Aulia E Marinto, CEO Blanja, mengatakan proses fundamental kini tengah dirampungkan. Salah satunya, mengembangkan aplikasi smartphone, menambah fitur user experience, dan sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, membangun fundamental penting guna menciptakan fondasi yang kuat agar saat melakukan ekspansi besar-besaran, struktur dasar menjadi lebih kokoh.

“Sejak awal kita berdiri, fokusnya adalah membuat fundamental yang kokoh selama dua hingga tiga tahun. Kami menargetkan seluruh proses tersebut akan selesai pada akhir tahun ini. Sebab, tahun depan saya baru mau sangat ngebut mencetak nilai transaksi Rp1 triliun di 2020,” ujarnya saat ditemui DailySocial, Kamis (21/7).

Untuk pengembangan aplikasi smartphone, lanjut dia, dalam waktu dekat akan segera diluncurkan. Pasalnya, proses tersebut sudah mencapai 90% dan rencananya aplikasi tersebut dapat diunggah oleh pengguna Android dan iOS.

Selain itu, ada beberapa fitur tambahan yang diharapkan dapat meningkatkan pengalaman seller dan buyer saat berkunjung ke Blanja misalnya fitur re-order dan lainnya yang kini masih dikembangkan.

Sebelumnya diberitakan tahun ini Blanja mendapat pendanaan baru dari kedua pemegang saham sebesar Rp330 miliar. Menurut Aulia, mayoritas penggunaan dana tersebut akan dialokasikan untuk belanja iklan, pengembangan teknologi, operasional, dan menambah SDM.

Dia menjelaskan, seluruh dana tersebut dinilai cukup untuk memacu peningkatan fundamental di perusahaan bahkan hingga tahun depan saat mulai gencar ekspansi bisnis. “Dengan adanya funding baru ini, kami yakin kebutuhan dana sampai tahun depan bakal tercukupi karena bisnis dapat memanfaatkan jaringan yang dimiliki Telkom dan eBay.”

Bangun awareness

Aulia menjelaskan, tantangan terbesar dalam meningkatkan jumlah transaksi terletak dari segi menciptakan repeat order. Maka dari itu, menciptakan awareness menjadi target utama perusahaan saat melakukan promosi pemasaran.

Pasalnya, sambung dia, mengembangkan aplikasi smartphone tidak begitu sulit dan tidak butuh waktu lama. Akan tetapi, yang terpenting adalah bagaimana menciptakan proses bisnis di dalamnya.

“Kalau mencetak berapa orang yang sudah unggah aplikasi Blanja, tidak penting seberapa banyak karena belum tentu seluruh orang tersebut sudah melakukan transaksi. Yang terpenting adalah berapa banyak proses bisnis yang tercipta setelah kami meluncurkan aplikasi.”

Hingga Juni 2016, pengguna terdaftar di Blanja mencapai 1,25 juta, listing lebih dari 4 juta, dan seller sekitar 6000 terdiri dari 80% skala UKM dan sisanya skala besar.

Karena ingin membangun awareness terlebih dahulu, membuat perusahaan belum ingin melakukan sosialisasi mengenai fitur yang menjadi diferensiasi dibandingkan daring lainnya yakni fitur negosiasi.

Mengenai hal tersebut, Aulia memberi alasan bahwa belum saatnya perusahaan melakukan sosialisasi mengenai fitur negosiasi, sebab banyak urgensi lainnya yang lebih penting untuk perusahaan lakukan.

“Paling tidak, kami baru bisa lakukan sosialisasi mengenai fitur negosiasi kepada masyarakat pada tahun depan saat kami mulai mengakselerasi bisnis.”

Fitur negosiasi, terangnya, dapat dilakukan oleh buyer saat membeli barang dalam jumlah banyak. Buyer nantinya bisa menghubungi seller baik secara online maupun offline. Setelah terjadi kesepakatan harga, seller diharuskan untuk mengubah sistem harga khusus buyer yang dimaksud.

Fitur ini sebenarnya menjadi salah satu kekuatan yang menarik. Pasalnya, belum banyak e-commerce yang menawarkan hal demikian.

Model bisnis Blanja

Aulia menjelaskan ada tiga model bisnis yang menjadi fokus Blanja untuk dikembangkan. Pertama, jual beli barang antara buyer dan seller lokal. Kedua, jual beli antara seller internasional dengan buyer lokal. Terakhir, jual beli antara seller lokal dan buyer internasional.

Nah, model bisnis yang baru bisa dilakukan hingga saat ini adalah model bisnis no. 1 dan 2. Namun, itupun untuk no. 2 porsinya masih sangat minim dibandingkan dengan no. 1. Dari total transaksi, model bisnis no. 1 bisa mencapai lebih dari 90%.

Dirinya pun tidak muluk-muluk kapan saat yang tepat model bisnis no. 3 bisa segera dijalankan. Malah, pihaknya memprediksi bisa bertahun-tahun dari sekarang. Adapun proses bisnisnya dalam bayangannya bisa memanfaatkan jaringan yang dimiliki eBay.

“Impian kami, Blanja bisa menjadi fasilitator untuk model bisnis no. 3. Kami ingin memberi kesempatan kepada UKM lokal menjual produknya secara global, tidak tertentu di satu negara saja. Dalam bayangan kami, nanti eBay yang akan jadi platform kami. Tapi belum terpikirkan detailnya akan bagaimana,” pungkas Aulia.

Fokus Nida Rooms di Indonesia Tahun Ini Mengakselerasi Bisnis

PT Global Rooms Indonesia (Nida Rooms), startup yang bergerak di bidang Virtual Hotel Operator (VHO) di Asia Tenggara, mulai mengakselerasi bisnis hotel mulai semester II 2016. Sebelumnya, perusahaan gencar melakukan akuisisi ribuan hotel berbintang tiga.

Kurang dari setahun sejak pertama kali berdiri di Indonesia, mulai semester II 2016 Nida Rooms menggenjot kontribusi bisnis lewat beberapa online travel agent (OTA) dan direct sales. Diharapkan, target akuisisi hotel yang sudah dilakukan sampai akhir Juli 2016 tembus ke 1500 hotel yang berlokasi dari Aceh hingga Manado.

Suman Mathevan, Country Head of Indonesia Nida Rooms, menargetkan sampai akhir tahun ini hotel yang diakuisisi bisa mencapai 2500 unit. Sementara, untuk tingkat pemesanan hotel dapat mencapai 500 booking per harinya. Adapun realisasinya, tingkat pemesanan sekitar 10% dari target atau sekitar 50 booking per harinya.

Menurutnya, sejak Nida Rooms didirikan pada akhir tahun lalu, perusahaan lebih memilih strategi memperbanyak akuisisi hotel dibandingkan strategi lainnya. Hal tersebut didasarkan sebagai langkah meraih marketshare di Indonesia, terlebih sudah banyak VHO lainnya yang sudah bermunculan.

“Kendati kami masih baru, namun kami yakin sampai akhir tahun target booking hotel dapat mencapai 500 per harinya karena menerapkan service quality guaranteed. Sehingga, di manapun konsumen berada kualitas yang diberikan Nida Rooms tetap sama,” ujarnya saat mengunjungi kantor DailySocial, Rabu (20/8).

Lanjut Mathevan, pihaknya yakin akan dapat dengan cepat menarik perhatian calon konsumen untuk beralih ke Nida Rooms. Terlebih, perusahaan hanya menyasar hotel berbintang tiga dengan range harga antara Rp250.000 sampai Rp500.000.

Adapun hotel yang bisa diajak bermitra, lanjut Mathevan, harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Salah satunya, memiliki resepsionis, kamar yang bersih, shower, AC, televisi, dan Wi-Fi.

“Jadi, entah itu bentuknya apartemen atau condo, mitra harus memiliki standar yang dimiliki oleh hotel, sebab itu standar utama kami.”

Untuk menggenjot pencapaian target, pada Agustus 2016 Nida Rooms akan memperbarui sistem, salah satunya pencarian hotel berdasarkan rating yang direkomendasikan pelancong.

“Ini diharapkan akan mengunggah minat pelancong untuk menggunakan Nida Rooms saat mereka hendak mencari lokasi hotel.”

Berdasarkan catatan Nida Rooms, mayoritas lokasi hotel mitra yang mencatatkan penjualan tiket tertinggi adalah Bali, Yogyakarta, dan Jakarta.

Tren baru

Mathevan berharap semakin banyaknya hotel yang berhasil dirangkul Nida Rooms dapat meningkatkan okupasi hotel itu sendiri yang tadinya berada di bawah 60%.

Menurutnya, hotel bintang tiga kini tidak hanya dihuni oleh budget traveler, tetapi oleh corporate dan business traveler. Tren yang mengarah saat ini, sambungnya, semakin banyaknya dari dua segmen tersebut yang menggunakan hotel bintang tiga sebab mereka hanya menginap semalam atau dua malam saja. Salah satu hal yang bakal diterapkan adalah ketersediaan corporate account untuk kemudahan perusahaan mengatur perjalanan pegawainya.

“Sudah mulai banyak business traveler yang hanya bepergian semalam atau dua malam saja. Tentu saja, bagi mereka tidak perlu memerlukan fasilitas yang belum tentu akan dipakai, contohnya kolam renang atau spa. Sebab, yang dibutuhkan hanya kamar hotel bersih, nyaman, dan mudah dijangkau. Segmen itu akan kami sasar dengan peningkatan standar hotel mitra.”

Application Information Will Show Up Here

Strategi Layanan Pembayaran Cashlez Raih Perhatian Pasar Indonesia

Semakin maraknya perusahaan startup yang bergerak di bidang financial technology (fintech) menjadikan para pemain baru harus melakukan diferensiasi bisnis guna mendapatkan perhatian dari pasar di Tanah Air. Begitupula yang dilakukan PT Cashlez Worldwide Indonesia (Cashlez). Perusahaan fokus mengembangkan dongle mPOS (mobile point of sales) hingga versi terbaru 3.0 yang sudah mengakomodasi penggunaan PIN untuk otorisasi kartu debit dan kredit.

Teddy Setiawan Tee, pendiri dan CEO Cashlez, menjelaskan bahwa Cashlez sendiri baru berdiri pada tahun lalu. Meski masih muda, perusahaan yakin Cashlez dapat menarik perhatian publik. Pasalnya, ada perbedaan yang cukup kontras dengan kompetitor, yakni dari segi bluetooth untuk menyambungkan antara dongle dengan smartphone.

“Asal pengguna sudah mengunduh Cashlez dalam smartphone mereka dan memiliki bluetooth, transaksi pasti berhasil karena dibalik proses yang ringkas itu sudah ada keamanan berlapis, sehingga aman dari cyber crime, merchant pun demikian,” ujarnya saat mengunjungi kantor DailySocial, Selasa (19/7).

Untuk kenyamanan pengguna, perusahaan kini juga menyediakan fitur tambahan yang sudah di tanamkan dalam aplikasi. Yakni, e-receipt, photo description, dan calculator.

Dia melanjutkan, dengan adanya fitur e-receipt, merchant dapat secara langsung menerima tanda terima transaksi secara real time, sekaligus tersimpan secara online ke dalam server Cashlez. Fitur tersebut juga dilengkapi dengan lokasi transaksi terjadi dengan memanfaatkan geo-location information dari smartphone merchant.

Pengguna juga langsung menerima e-receipt yang akan dikirimkan lewat email dan pesan singkat. Fitur lainnya adalah calculator yang dapat memudahkan merchant saat melakukan kalkulasi.

Terakhir, fitur photo description memudahkan merchant saat mengirimkan foto barang atau tanda terima yang telah dibeli oleh konsumen. “Intinya kami terus melakukan inovasi agar dapat menyesuaikan kebutuhan masyarakat Indonesia.”

Produk Cashlez saat ini memiliki irisan dengan Moka POS dan Kartuku. Berbeda dengan Kesles yang bernama mirip, Cashlez tidak menyediakan fasilitas wallet. Ke depannya Cashlez tengah menyiapkan perangkat POS agar UKM yang menggunakannya mendapatkan nilai lebih,

Gencar sosialiasasi

Teddy melanjutkan, tahun ini perusahaan bakal gencar menggaet merchant usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai sasaran utama mitra. Terhitung saat ini kurang dari 50 UKM yang sudah menggunakan dongle Cashlez yang berlokasi di sekitar ibukota.

Teddy menargetkan, pada Agustus 2016 sampai akhir tahun ini pihaknya dapat menggandeng sekitar 2.000 UKM dengan fokus lokasi di sekitar Pulau Jawa dan Bali. “Mulai bulan depan [Agustus] kami sudah mulai sosialisasi sekaligus edukasi ke calon mitra UKM.”

Untuk menarik pengguna baru Cashlez, pihaknya memberikan free trial kepada para merchant selama tiga bulan. Apabila ingin menyewanya, merchant akan dikenakan sekitar Rp100.000 per dongle setiap bulannya.

Selain itu, menggandeng mitra UKM, pihaknya juga akan giat menggandeng mitra dari industri perbankan dan industri lainnya yang berkaitan. Saat ini, sudah ada dua bank yang bergabung, yakni PT Bank Mandiri Tbk (Persero) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero). Tak lama lagi, Cashlez juga bakal tersedia sebagai salah satu pelayanan di PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI).

Menurutnya, dengan menggandeng banyak mitra dari perbankan secara langsung turut membantu merealisasikan gerakan nasional non tunai (cashless society) yang dicanangkan pemerintah.

“Perkembangan teknologi terus bergerak, sekarang ini pengguna kartu kredit dan debit sudah banyak. Namun, belum banyak merchant terutama UKM yang menyediakan pembayaran secara online. Padahal potensi jumlah UKM terus bertambah. Nah, kami masuk sebagai third party menjembatani itu semua,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Fesyen LYKE Tembus 1 Juta Unduhan

Aplikasi fesyen teranyar di Indonesia, LYKE telah diunduh hingga 1 juta kali sejak pertama kali diluncurkan pada lima bulan lalu, Februari 2016. Alhasil, jumlah pesanan yang tercatat hingga kini telah menembus 30.000 pesanan dalam sebulannya.

Bastian Purrer, pendiri LYKE, mengatakan pihaknya bangga karena telah mencapai tonggak sejarah dalam periode yang cukup singkat. “Dengan hadirnya LYKE, kami ingin memberikan pengalaman baru untuk konsumen cara berbelanja yang termudah. Selain itu, bagi mitra penjual fesyen pun dimudahkan karena semakin didekatkan dengan konsumen,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Rabu (20/7).

Semangat yang ingin ditularkan, lanjutnya, mitra dapat terus berkembang dari segi bisnisnya mengingat masih banyak dari mereka yang belum tersentuh LYKE yang disokong Rocket Internet. Pihaknya mengklaim, seluruh produk fesyen yang tersedia mencapai 120.000 item, mulai dari pakaian, aksesori, hingga kosmetik.

Purrer berharap semakin lengkapnya produk dapat membantu konsumen saat berbelanja.

Secara statistik, lebih dari 60% pengguna internet di Indonesia berselancar di dunia maya lewat smartphone. Melihat potensi tersebut, membuat LYKE akhirnya dikembangkan hanya untuk smartphone saja berplatform Android dan iOS.

 

Di Indonesia, sudah cukup banyak layanan e-commerce dengan bisnis inti yang serupa dengan LYKE. Sebut saja, Lazada, Berrybenka, Zalora, HijUp, dan lainnya. Berbeda dengan layanan tersebut, LYKE hanya bisa diakses melalui perangkat mobile. Pesaing terdekat LYKE, yang ujung tombaknya berbasis mobile, adalah Shopee, Carousell, dan Coral.

Application Information Will Show Up Here

Pentingnya Evaluasi Produk Sebelum Melakukan Pivot

Mengevaluasi produk yang sudah diluncurkan ke pasar sangat penting untuk diukur keefektifannya, apakah sudah sesuai target atau belum sebelum akhirnya pendiri memilih langkah pivot sebagai bagian dari strategi bisnis. Perusahaan perlu melakukan pengumpulan feedback data dari konsumen.

Seperti dikemukakan halaman Medium Chargify, menurut pendiri Qualaroo Sean Ellis sebaiknya feedback berisi pertanyaan yang spesifik. Misalnya:

Bagaimana rasanya bila anda tidak dapat menggunakan produk ini?

1. Sangat kesal
2. Agak kecewa
3. Tidak kecewa
4. Saya tidak lagi memakai produk ini

Ellis menjelaskan, apabila lebih dari 40% koresponden memilih opsi nomor 1, artinya anda sudah menemukan produk sesuai dengan kebutuhan pasar. “Untuk produk di atas 40%, berarti produk sudah stabil dari skala bisnis. Tapi untuk di bawah 40% tampaknya perlu ditingkatkan,” ujarnya.

Cara lainnya, yakni dengan memberikan Net Promoter Score (NPS). NPS bekerja dengan memberikan pertanyaan ke konsumen, seberapa jauh keinginan mereka untuk merekomendasikan produk ke koleganya dengan skala 1 sampai 10.

Terakhir, temui langsung konsumen. Alex Turnbull, CEO Groove, menjelaskan saat perusahaan baru berdiri, pihaknya kerap aktif menemui langsung setiap konsumen yang melakukan transaksi di tempatnya.

“Kita menghabiskan banyak waktu berbicara ke setiap pelanggan kami. Kita tidak punya pilihan, berbicara dengan pelanggan selama berjam-jam adalah satu-satunya cara terbaik yang bisa membuat produk kami cocok di pasar,” katanya.

Sisi positifnya, lanjut Turnbull, kita tidak perlu banyak cara untuk mendapat feedback dari konsumen. Dia mengaku beberapa bulan kemudian, saat Groove meluncurkan produk baru, apresiasi pasar ternyata yang luar biasa.

Repetisi menjadi kunci evaluasi

Menjadikan konsumen terus melakukan repetisi penggunaan produk, tentunya menjadi model bisnis impian seluruh perusahaan, sebab dari sanalah tercipta produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

“Mendapatkan pelanggan yang melakukan menjadi validasi utama membangun model bisnis ideal yang dapat terukur,” kata Ash Maurya, kreator LeanStack.

Pivot sebagai strategi

Menurut Jens Lapinski, Direktur Pelaksana Techstar Berlin, mendefinisikan pivot sebagai strategi mengubah target konsumen, proposisi produk, pemasaran, penjualan, atau perubahan model bisnis secara signifikan.

Dari pengalaman Lapinski berkarier, pihaknya menemukan fakta bahwa pivot bisa dilakukan sampai kamu menemukan produk yang pas, tapi pivot bisa membuat bisnis menjadi gagal.

Sementara itu, Marc Andressen, penulis blog The Only Thing That Matters, mengatakan lakukan apapun demi mendapatkan produk yang sesuai pasar.

Caranya bisa lewat mengubah orang, menulis ulang produk, mengubah target pasar, atau lainnya apapun yang diperlukan. “Untuk bisa capai target, abaikan hal lain seluruhnya.”

Pendapat lainnya, Brian Balfour, pendiri Boundless, produk sesuai pasar bisa didapat bila menggunakan konsep “trifecta,” yakni non-trivial top line growth, retention, dan meaningful usage.

Dia mencontohkan, salah satu produk yang menggunakan konsep tersebut adalah Snapchat. Aplikasi tersebut, setelah beberapa diluncurkan, mencatatkan perolehan yang fantastis, yakni diunduh 200.000 kali, memiliki 100.000 pengguna harian, dan secara rata-rata pengguna harian mengirimkan 1 juta foto per harinya.

Produk lainnya adalah PayPal. Awalnya PayPal tidak berjalan sesuai ekspektasi kemudian pendirinya melakukan pivot. Kemudian, perubahan yang terjadi ialah PayPal memberikan fitur kepada penggunanya mengirimkan uang secara elektronik.

Ketika eBay menemukan PayPal, kedua perusahaan pivot lagi hingga kemudian PayPal menjadi pilihan pembayaran pengguna eBay.

Pivot yang terakhir dilakukan tersebut menjadi apa yang orang-orang kenal PayPal saat ini: menawarkan transaksi pembayaran yang aman via internet.

Intinya adalah entah itu perubahan kecil atau besar saat melakukan pivot, asalkan mengarah ke perubahan yang signifikan produk dijamin cocok dengan kebutuhan pasar.

Pivot yang sukses adalah selalu menggunakan apa yang selama ini anda pelajari. Misalnya, dari hasil survei jajak pendapat konsumen.

“Proses memilih strategi tidak akan berakhir karena pasar terus bergerak dengan cepat. Saat pasar anda bergerak, produk yang anda buat juga harus bergerak mengikutinya,” pungkas Balfour.

Tiga Hal yang Bisa Dipelajari dari Pokemon Go Mengenai Startup Internal

Pokemon Go kini menjadi game yang digandrungi oleh banyak kalangan di seluruh dunia dan memberikan banyak hal yang bisa dipetik lewat keberadaannya. Salah satunya terkait dengan perusahaan pengembangnya yang pada musim gugur tahun lalu masih menjadi bagian dari keluarga Google, yakni Niantic Labs.

Lewat Niantic Labs, setidaknya ada tiga hal yang bisa kita pelajari mengenai startup internal yang dikembangkan oleh perusahaan besar.

1. Niantic Labs, yang dikembangkan sebagai startup internal, terbukti bisa sukses hidup mandiri dan lepas dari label anak perusahaan Google. Padahal, tidak lama sebelum lepas, Google telah bertransformasi mendirikan induk perusahaan baru bernama Alphabet untuk menaungi seluruh anak usaha Google.

Perlu diketahui, saat startup dikembangakan secara internal dan menjadi bagian dari korporasi, ada stigma negatif yang kerap muncul di jagat maya yang berkaitan dengan sulitnya mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) untuk suatu hasil karya yang telah diciptakan. Pasalnya, kebanyakan startup internal berakhir di pertempuran demi mendapatkan HKI. Namun, Niantic Labs telah membuktikan bahwa memperjuangkan HKI itu masih bisa didapatkan.

2. Niantic Labs berhasil membuktikan bahwa mereka masih bisa meningkatkan sumber pendanaannya di luar eks-induk perusahaan. Pasca berpisah, perusahaan tersebut justru berhasil menggalang kepercayaan dari investor baru untuk menanamkan uangnya seperti dari The Pokemon Company dan Nintendo.

[Baca juga: Tahukah Bahwa Pokemon Go Bagus untuk Pemasaran Bisnis Anda?]

Padahal seringkali muncul stigma negatif dalam pandangan investor baru terkait konflik kepentingan laten yang terjadi di eks-induk startup tersebut berasal. Tapi, Niantic Labs berhasil menyelesaikan isu tersebut dengan baik.Flickr

3. Startup internal bisa meluncurkan Minimum Viable Product (MVP) ketika masih menjadi bagian dari perusahaan. Pada 1 April 2014 silam, Google membuat sebuah game untuk merayakan April Mop yang mengizinkan penggunanya mencari pokemon dari Google Map.

Niantic Labs adalah developer di balik game tersebut. Dengan adopsi yang cepat dan memanfaatkan momentum penggunaan lelucon, dikombinasikan dengan pembelajaran dari integrasi sistem dengan permainan adalah pencerahan untuk Pokemon Go hari ini.

Biasanya perusahaan besar sering tidak ingin mengambil risiko merusak merek untuk merilis MVP, bahkan jika pembelajaran yang bisa diperoleh sangat besar. Mereka lebih suka bermain aman dan tidak mengambil risiko pers buruk. Tapi, Google membahas hal ini dengan meluncurkan produk sebagai lelucon April Mop dan menangkap analisis dalam penelitian ini.

Lewat kehadiran Ingress dan Pokemon Go, Niantic Labs sudah membuktikan bahwa sebuah perusahaan startup internal dapat mendulang kesuksesan berulang kali. Mereka berhasil menyelesaikan isu HKI, membesarkan perusahaan sembari menciptakan game berkonsep Augmented Reality (AR), dimana semua orang pasti akan berburu mencontohnya.

Tidak Memiliki Co-Founder Teknis Bukan Akhir Dari Segalanya

Ide-ide baru terus bermunculan untuk pengembangan produk, sementara kamu hanya seorang diri tidak memiliki co-founder teknis. Ditambah, kamu tidak mengerti coding. Lantas, apakah ini akhir dari segalanya? Tentu saja tidak. Ada dua pilihan yang bisa kamu lakukan, yakni menyewa tenaga ahli sebagai outsourcing atau merekrut co-founder teknis.

Perlu diperhatikan ada beberapa kekurangan dan kelebihan yang masing-masing dimiliki dua opsi tersebut. Saat menyewa tenaga ahli outsourcing, di satu sisi biaya yang dikeluarkan cukup mahal. Sebab, biaya tergantung kesulitan proyek yang ditangani.

Adapun kelebihannya, bila membandingkan antara biaya yang harus dikeluarkan antara menyewa outsourcing dengan merekrut co-founder teknis, akan lebih murah outsourcing sebab tidak melewati proses perekrutan bahkan training.

Sehingga, beban pikiran yang kamu tanggung menjadi lebih ringan dan bisa fokus mengerjakan hal penting lainnya. Hal ini dilakukan oleh Alex Turnbull, pendiri Groove HQ, yang mendirikan aplikasinya dengan menyewa tim outsourcing. Menurutnya, dengan outsourcing, pihaknya tidak harus melakukan training. Dia bisa fokus mengerjakan hal lainnya.

“Saya tidak perlu merekrut dan melatih siapapun. Ketika saya bekerja sama dengan MojoTech, saya tidak perlu mengawasi secara langsung. Saya pun bisa fokus ke hal penting lainnya, yakni berkontribusi secara langsung dalam penciptaan produk,” ujarnya.

Merekrut co-founder teknis dinilai gampang-gampang susah. Tidak bisa sembarangan merekrut. Kamu perlu orang yang tepat dan sudah dikenal luar dalam guna mendapatkan visi misi yang sama.

Butuh waktu dan tenaga untuk merekrut partner bisnis dan tidak ada jaminan kamu akan menemukan sosok tersebut. Agar waktu dan tenaga tidak habis saat mencari sosok tersebut, lebih baik mengembangkan ide bisnis lainnya.

Terus bergerak

Kendati masih belum menemukan co-founder teknis, kamu masih bisa mengembangkan ide cemerlang lainnya. Perlu diketahui, aplikasi terbaik di dunia itu bakal tidak berarti bila tidak didasari strategi pemasaran yang tepat.

Untuk itu, mulai dari menulis visi ke dalam secarik kertas. Gunakan alat bantu seperti Lean Canvas dan buat pemetaan dengan mencari wilayah pasar yang potensial. Kemudian, lakukan diskusi dengan konsumen potensial untuk menguji dan mendapatkan masukan sesuai keinginan mereka.

Hal tersebut perlu bagi perusahaan startup. Bila kamu sudah mulai mendirikan produk sebelum mengerti kebutuhan konsumen, semuanya akan percuma.

Belajar coding

Tidak perlu menjadi seperti Mark Zuckerberg, paling tidak kamu perlu memiliki pemahaman dasar bagaimana coding dan piranti lunak bekerja. Sebagai satu-satunya pendiri, semua keputusan awal akan berhenti di kamu sendiri.

Kamu perlu tahu lebih dari apa yang kamu ketahui saat ini, agar saat memutuskan keputusan nanti dapat tepat sasaran. Bukan tidak mungkin bisa belajar bahasa pemrograman sendiri, sebab ada program gratis yang bisa dipelajari seperti Codeacademy.

Pada akhirnya, bukan karena kamu tidak bisa coding dan tidak memiliki co-founder teknis kamu ditakdirkan untuk gagal. Kamu punya ide. Lakukan observasi, kerjakan, dan buat strateginya. Meski tidak punya partner teknis, tidak ada hal yang lebih menyenangkan karena perusahaan 100% milikmu sendiri.

Orami Luncurkan Fitur Same-Day Delivery

Orami, hasil merger Bilna dan Moxy, meluncurkan fitur pengiriman VIP berupa same day-delivery atau pengiriman (dan penerimaan) di hari yang sama. Kami belum mendapatkan konfirmasi kota-kota mana saja yang mendapat fitur ini, tetapi kami berasumsi setidaknya diuji coba di Jabodetabek terlebih dahulu. Sebelumnya tak banyak layanan e-commerce yang berani menawarkan fitur ini. Tokopedia dan Go-Jek dengan program Go-Kilat adalah salah satunya.

Same day-delivery kami persiapkan untuk membuat pengalaman berbelanja pelanggan menjadi lebih mudah dan cepat. Hal inilah yang menjadi dasar dari visi kami dan fitur ini adalah salah satu prioritas dalam strategi inisiatif kami,” ujar Hendrawan Kartika, Chief Operating Officer Orami, dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Senin (18/7).

Dia mengatakan tidak semua kebutuhan produk sehari-hari cocok untuk diberikan pelayanan same-day delivery. Namun, bagi pelanggan Orami, di mana sebagian besar adalah wanita karier dan ibu rumah tangga, hal itu sangat dibutuhkan.

“Selain Orami, mayoritas pelaku e-commerce di Indonesia tidak dapat menawarkan opsi pengiriman yang cepat seperti ini. Ini menyebabkan hilangnya belanja online di benak masyarakat sebagai pilihan untuk berbelanja khususnya terkait dengan produk yang dibutuhkan secara mendesak,” ujarnya.

Hendrawan melanjutkan, tantangan terbesar sebuah layanan e-commerce ketika menawarkan layanan pengiriman kilat adalah ketersediaan produk. Hendrawan mengklaim Orami memiliki stok tersendiri yang selalu tersedia di gudang atau hubs di beberapa kota sekitar Jakarta.

“Di Orami, kami memiliki tim dan infrastruktur yang terdedikasi untuk same-day delivery service mulai dari gudang dan distribution center hingga tim kurir internal.”

Pihaknya mengklaim, selama beberapa minggu terakhir, keterlambatan pengiriman tidak pernah terjadi. Namun, apabila terjadi, Orami akan memberitahukan konsumen dengan cepat, menjadwalkan pesanan untuk dikirim esok harinya, dan membebaskan biaya klaim.

Untuk mitra distribusi ke seluruh Indonesia, Orami telah bekerja sama dengan JNE, SAP Express, dan First Logistics.

Persaingan pengiriman kilat

Dari semua e-commerce B2C di Indonesia, Orami menjadi layanan e-commerce pertama yang mengusung layanan tersebut menggunakan kurir internal. Lazada Express hanya menawarkan layanan next-day delivery dan berlaku pada hari kerja saja.

Service grocery e-commerce, seperti Go-Jek dan Happy Fresh juga telah menawarkan same-day delivery, tapi kedua perusahaan tersebut tidak memiliki stok, mereka membelinya dari toko/pasar swalayan yang ada di sekitarnya.

Go-Kilat yang disajikan Tokopedia dan Go-Jek adalah satu-satunya layanan yang paling mendekati fitur same-day delivery ini.