[Review] Mencoba Wireless Headphone dari Sennheiser, PXC 550

Era komputasi bergerak yang semakin canggih dan murah juga menuntut perangkat untuk mendengarkan musik yang bisa dibawa ke mana saja tanpa kendala berarti. Mendengarkan lagu lewat smartphone atau alat pemutar lain dengan dukungan file offline atau layanan pemutar musik streaming kini menjadi kegiatan yang lumrah untuk menemani para komuter.

Wireless headphone adalah salah satu perangkat yang bisa menjadi jawaban, meski memang tidak melulu untuk para komuter saat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, perangkat mendengarkan musik jenis ini bisa pula dinikmati sambil duduk di kantor atau di kafe sambil bekerja secara remote. Saya berkesempatan untuk mencoba perangkat headphone wireless dari Sennheiser bernama PXC 550, artikel ini adalah rangkuman singkat dari pengalaman mencoba saya.

Pertama kali bertemu dengan PXC 550 adalah saat saya berkesempatan untuk mencoba headphone (super) premium dari Sennheiser yaitu HE 1. Saat proses menunggu giliran untuk hands-on, Sennheiser menyediakan beberapa headphone terbaru mereka untuk dicoba, salah satunya adalah PXC 550. Kesan pertama yang saya dapatkan memang cukup menggoda, sampai akhirnya kesampaian juga untuk mencoba lebih lama secara lebih intens.

Desain

Sennheiser PXC 550

Dari sisi desain, sebenarnya tampilan dari luar PXC 550 ini cukup minimalis, hanya ada dua elemen warna utama yang dihadirkan, abu-abu (perak) dan hitam. Hitam menjadi warna dominan dengan elemen perak yang cukup tepat ditempatkan di area earcup bagian luar, meski bagi saya agak mengganggu ketika ditempatkan di gagang headphone.

Secara keseluruhan, untuk sebuah headphone wireless dengan harga yang tidak terlalu murah, bagi saya, kesan minimalis adalah langkah yang tepat untuk dihadirkan.

Untuk body sendiri terdiri dari elemen plastik, sedikit elemen metal dan plastik dengan efek mate serta bahan serupa kulit untuk earpad serta gagang penahan di kepala. Kombinasi bahan ini menurut saya cukup baik meski, lagi-lagi desain gagang headphone bagian pinggir, yang terdapat logo Sennheiser, elemen metalnya membuat desain agak jadul dan kurang keren. Namun secara keseluruhan cukup baik tampilan desainnya. Favorit saya adalah bagian earcup luar.

Fitur

Premis headphone nirkabel tentu saja fitur utama PXC 550 adalah kemampuannya terkoneksi secara bluetooth atau NFC sehingga tidak memerlukan kabel. Selain itu, fitur sentuh di bagian kanan luar dari earcup, menurut saya adalah fitur unggulan yang layak untuk dibahas. Satu lagi, adalah noise cancelling yang tersedia dalam beberapa level memungkinkan pengguna untuk menikmati secara penuh lagu atau suara yang didengarkan tanpa terganggu suara dari luar.

Sennheiser PXC 550

Dalam boks, pengguna tidak hanya mendapatkan headphone tetapi berapa fasilitas lain, antara lain aksesoris kabel jika Anda menginginkan PXC 550 menjadi tidak wireless (PXC 550 menyediakan dua pilihan penggunaan, tanpa kabel dan dengan kabel audio), kabel USB, konektor untuk di pesawat, dan aksesoris penting berupa case untuk menyimpan dan membawa headphone saat traveling.

Pengalaman Mendengarkan

Lebih lengkap dengan beberapa fitur unggulan di headphone ini akan saya bahas bersamaan dengan pengalaman penggunaan.

Sennheiser PXC 550

Proses pairing adalah hal pertama yang bisa dibahas. Perangkat ini memungkinkan penggunanya untuk menyimpan beberapa koneksi perangkat. Jadi akan lebih mudah untuk mem-pair-kan perangkat yang sering digunakan untuk memutar musik. Meski demikian, jika ingin mengganti atau menambah perangkat baru maka prosesnya agak sedikit lama karena harus mereset koneksi yang telah Anda miliki. Tapi, pengalamannya relatif mudah, Anda hanya perlu menekan tombol bluetooth agak lebih lama dan mulai menkoneksikan perangkat yang ingin digunakan.

Saya mencona mengkoneksikan (pairing) Sennheiser PXC 550 dengan dua perangkat, smartphone untuk menonton video dan film via Netflix dan iPod Touch untuk mendengarkan Spotify. Cukup menyenangkan ketika saya telah menyimpan koneksi dua perangkat ini, perangkat mana pun yang saya ambil atau gunakan untuk memutar konten, maka PXC 550 sudah bisa mengenali dan bisa langsung digunakan. Tidak perlu lagi pairing, cukup menyalakan perangkat dan koneksi bluetooth-nya. Cukup memudahkan saat ingin segera mendengarkan lagu atau menonton video.

Untuk menyalakan dan mematikan headphone ini juga cukup mudah. Memutar bagian earcup headphone yang terdapat pad sentuh dalam posisi untuk mendengarkan audio berarti menyalakan headphone dan memutarnya dalam posisi ‘tidur’ berarti mematikan headphone.

Sennheiser PXC 550

Untuk pengalaman yang berhubungan dengan suara, saya berpendapat bahwa Sennheiser PXC 550 ini semacam jalan pintas untuk average consumer yang bukan audiophile tapi mulai ingin mendengarkan musik dengan baik dan benar. Kombimasi bass, mid dan high-nya semacam seimbang untuk menghasilkan suara yang bagus. Bass tetap terasa, di beberapa lagu saya malah sempat kaget karena suara drum bass-nya begitu kerasa, sisi vokal juga baik untuk aktivitas mendengarkan lagu saat mobile. Selain itu sound stage-nya juga menyenangkan dan memberikan hasil suara yang nyaman untuk berbagai jenis lagu.

Pengaturan mode setting suara yang ada di headphone ini juga memberi pilihan tambahan, termasuk untuk menonton film di perjalanan. Ada beberapa mode pengaturan suara secara mudah yang bisa digunakan, dua diantaranya adalah untuk movie dan untuk voice. Yang pertama adalah pengaturan yang disediakan bagi pengguna yang ingin menonton film menggunakan PXC 550, sedangkan yang kedua adalah pengaturan headphone untuk melakukan panggilan telepon atau mendengarkan konten yang fokus terhadap suara seperti podcast atau rekaman pidato/seminar.

Satu pengalaman yang sangat menyenangkan saya alami ketika menggunakan mode movie. Saya menggunakan Netflix dan sesekali mengaksesnya saat traveling untuk menonton serial favorit saya. Suara surround dan bass terasa cukup menyenangkan dan menambah seru saat menonton film seri. Saya mencoba untuk menonton film aksi atau yang menghasilkan suara riuh, terasa layaknya menonton bioskop tetapi secara private karena hanya  saya yang mendengar suaranya. Untuk film drama yang lebih banyak menghadirkan percakapan, headphone ini juga cukup baik untuk menawarkan pengalaman menonton yang lengkap.

Sennheiser PXC 550

Untuk menguji kadar kekedapan suara yang ditawarkan oleh PXC 550, saya mencona melakukan uji sederhana dua kali. Sebagai informasi, PXC 550 ini memberikan 3 pilihan pengaturan kekedapan suara yang bisa disesuaikan dengan preferensi.

Untuk uji yang pertama, saya mencoba menggunakan pengaturan yang paling kedap dan memakai headphone di tempat umum, lebih tepatnya cafe di sebuah mall Jakarta. Saat saya mencoba, sedang ada acara semacam bazzar di samping cafe yang saya datangi. Suara acara yang cukup keras ini ternyata bisa teredam cukup baik, saya bisa mendengarkan dan menikmati lagu yang diputar di headphone tanpa terganggu. Meski suara dari acara tetap terdengar tetapi cukup kecil dan tidak mengganggu.

Percobaan kedua saya lakukan saat dalam perjalanan dari Jakarta ke Bandung menggunakan kereta api. Mendengarkan lagu di kereta api terkadang bercampur dengan suara ramai dari penumpang lain, atau lagu/film yang diputar di kereta. Dengan pengaturan kedap paling tinggi, PXC 550 mampu meredam berbagai suara ini sehingga saya bisa menikmati lagu atau konten yang saya inginkan dengan baik. Meski demikian, saya akui bahwa mendengarkan audio dengan mode kedap paling tinggi di headphone ini dalam waktu yang cukup lama, bisa membuat agak tidak nyaman karena setelah Anda melepas headphone, kuping Anda akan terasa tertutup selama beberapa saat, dan butuh penyesuaian sebentar.

Sennheiser PXC 550

Saran saya, jika ingin menggunakan mode paling kedap dalam waktu cukup lama, sesekali lepas headphone sebentar sebelum menggunakannya lagi. Atau Anda bisa menggunakan mode kedap tingkat yang lebih rendah, ada dua mode kedap yang bisa dipilih, meski tidak bisa menutup suara luar secara total, namun cukup untuk mengurangi dan bisa memberikan fasilitas yang baik untuk mendengarkan lagu/audio yang sedang diputar.

Untuk pemakaian yang lama, selain yang berhubungan dengan kedap suara di atas, saya juga menemukan bahwa ketika mendengarkan di udara yang agak panas atau pengap, earpad agak basah oleh keringat, meski masih dalam taraf wajar dan tidak mengganggu.

Untuk urusan navigasi menu, PXC 550 ini juga memiliki beberapa kelebihan. Bagian sentuh di earcup cukup sensitif dan berjalan dengan baik, misalnya ketika rekan sebelah Anda mengajak berbincang, Anda bisa dengan mudah men-tap untuk pause musik. Atau ketika suasana di sekitar cukup ramai, Anda bisa menggeser untuk menaikkan menu volume.

Sennheiser PXC 550 ini menggunakan sistem baterai yang bisa di-charge. Pada spesifikasi kotaknya, disebutkan bahwa dalam kondisi penuh, bisa digunakan dalam jangka waktu 30 jam lebih. Sayangnya, saya tidak sempat menguji secara detail untuk urusan baterai ini. Pengalaman yang bisa diceritakan adalah, sekali charge penuh yang saya lakukan, mampu menemani penggunaan normal saat traveling (pulang pergi ke Jakarta – Bandung dengan kereta api), serta penggunaan singkat di beberapa kesempatan. Headphone masih bisa digunakan serta belum memberikan tanda harus di-charge kembali, namun jika ditotal, waktunya saya kira tidak akan sampai 30 jam non-stop.

Kesimpulan

Sennheiser PXC 550

Sennheiser PXC 550 adalah salah satu headphone ternyaman yang pernah saya coba, bukan hanya dari desain pad-nya saja tetapi dari suara yang dihadirkannya. Bisa jadi headphone ini tidak menghadirkan pengalaman suara sedetail atau sebaik headphone Sennheiser kelas atas yang juga pernah saya coba, namun saya merasakan kenyamanan yang unik saat menikmati audio dari headphone ini. Kombinasinya pas antara berbagai elemen suara, tidak berlebih tetapi tidak kurang. Comfort.

Akses sentuh di salah satu earcup memang terkadang membuat saya agak sedikit merasa aneh, terutama jika mengakses menu ini di tempat umum, tetapi jika sudah terbiasa maka akan cukup membantu. Desain earcup bagian luar cukup minimalis, dipadu dengan pad yang nyaman.

Salah satu hal yang saya ingat dari mencoba headphone ini adalah pengalaman saat menikmati film seri via Netflix. Saya mendapatkan pengalaman yang sangat menyenangkan karena bisa merasakan pengalaman cukup kaya dari sisi audio

Worth to buy? Persaingan di segmen wireless headphone memang semakin sengit dan rata-rata harganya masih bisa dibilang cukup tinggi. Jika Anda memiliki dana yang cukup dan ingin menikmati berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh wireless headphone, Sennheiser PXC 550 bisa jadi salah satu pilihan yang patut dipertimbangkan.

Update: Harga Sennheiser PXC 550 di salah satu ecommerce lokal adalah 6.839.000 (belum diskon).

Sparks

  • Ada banyak pilihan menu noise cancelling
  • Menyenangkan untuk digunakan menonton film
  • Noise cancelling done well
  • Nyaman, baik suara maupun earpad
  • Fitur sentuh di earcup

Slacks

  • Elemen metal di desain bagian gagang headphone cukup aneh
  • Warna hitam mate menjadi rumah untuk bekas sentuhan jari
  • Harga cukup mahal

[BtS] Berkenalan dengan Program Komunitas Seller dari Shopee

Episode Behind the Scene kali ini tidak akan membicarakan teknologi di balik layar dari layanan ecommerce di tanah air. Tetapi lebih berbincang tentang sentuhan ‘manusia’ yang hadir dalam bentuk program komunitas penjual.

Dalam pengembangan layanan startup berbasis teknologi, khususnya ecommerce, teknologi tentu memegang porsi yang penting, meski demikian peran lain di luar hal teknis tentu tak kalah penting. Salah satunya adalah komunitas.

Video BtS kali ini akan menampilkan Shopee dengan program komunitas seller mereka. Menjadi menarik tentunya karena seller adalah bagian penting dari layanan Shopee, dan menarik melihat strategi mereka untuk memelihara hubungan dengan para penjual yang tergabung di platform mereka.

Bernama komunitas Kampus Shopee, wadah ini merangkul para seller untuk saling berbagi informasi, tips dan trik, serta networking. Komunitas ini telah menjangkau 515 kota dan kabupaten di Indonesia serta 16 komunitas offline yang secara rutin menggelar kegiatan.

iPrice bekerja sama dengan DailySocial menghadirkan episode selanjutnya dari cerita di balik layar layanan ecommerce di Indonesia. Seperti apa lengkapnya? Yuk, tonton video berikut ini.

Disclosure: Segmen BtS atau Behind the Secene merupakan segmen yang hadir atas kerja sama antara iPrice dengan DailySocial. Video diproduksi oleh iPrice dengan dukungan dari DailySocial.

[BtS] Mengenal di Balik Layar Customer Service MatahariMall

Salah satu ujung tombak dalam pengelolaan layanan ecommerce adalah customer service. Bagian ini menjadi salah satu titik yang bersinggungan dengan konsumen secara langsung.

Mengingat tren ecommerce di Indonesia juga masih tergolong baru, tentunya akan ada banyak pertanyaan, keluhan serta komunikasi yang harus dibina dengan konsumen, nah customer service-lah yang menjadi jembatan antara layanan perusahaan dengan konsumen. Pertanyaan tentang produk, cara penggunaan sampai dengan keluhan jika terjadi ketidaknyamanan atau error, adalah beberapa titip poin yang harus bisa ditangani oleh customer service.

Episode Behind the Scene kali ini akan menyoroti hal tersebut, khususnya untuk ecommerce MatahariMall. DailySocial bekerja sama dengan iPrice menghadirkan perbincangan singkat dengan Eric Antono, Head of Costumer Experience MatahariMall. Video yang diproduksi oleh iPrice ini akan mencoba menggali secara singkat bagaimana proses dibalik layar dari layanan pelanggan milik MatahariMall.

Ada empat channel costumer servicei MatahariMall yaitu Live Chat, E-mail, Telepon, dan Sosial Media. Beberapa data menarik lainnya antara lain, customer service MatahariMall diharapkan bisa menjawab chat pelanggan tidak lebih dari 60 detik, harus menggunakan gaya bahasa yang tidak formal dan santai, harus bisa multitasking untuk memberikan solusi pada pelanggan dan juga harus menjaga ritme dari proses penanganan pelanggan.

Tidak kalah penting adalah adanya proses evaluasi dari tugas customer service, untuk mendapatkan data apakah proses yang telah diberikan telah bisa memenuhi kriteria serta mendengar feedback dari konsumen.

Untuk lengkapnya, Anda bisa menonton video berikut ini.

Disclosure: Segmen BtS atau Behind the Secene merupakan segmen yang hadir atas kerja sama antara iPrice dengan DailySocial. Video diproduksi oleh iPrice dengan dukungan dari DailySocial.

[BtS] Bertemu dengan Orang di Balik Layar Kolom Pencarian Bukalapak

Salah satu fitur yang penting hadir di layanan ecommerce adalah kolom pencarian. Bukan hanya digunakan untuk mencari barang namun kehadirannya harus bisa dioptimasi sesuai dengan perkembangan layanan ecommerce itu sendiri.

Pertumbuhan jenis dan jumlah produk membutuhkan kolom pencarian yang terus berkembang kemampuannya. Pentingnya kolom pencarian ini salah satunya karena akan langsung bersinggungan dengan konsumen. Tentunya Anda akan merasa terbantu jika bisa mendapatkan produk hanya dengan mengetikkan kata kunci yang Anda ingat, tidak perlu persis sama dengan keterangan produk yang dijual. Atau Anda akan sangat terbantu jika layanan ecommerce bisa memberikan usulan kata kunci tertentu hanya dengan mengetikkan beberapa kata.

Nah, salah satu ecommerce yang pupuler di Indonesaia adalah Bukalapak. Tentunya akan menarik untuk melihat, seperti apa sebenarnya proses dibalik fitur pencarian yang hadir di situs mereka.

iPrice bekerja sama dengan DailySocial menghadirkan video kedua dari cerita di balik layar layanan ecommerce di Indonesia. Kali ini video akan menampilkan Product Manager Bukalapak yang akan menceritakan proses dibalik pengembangan kolom pencarian di situs Bukalapak.

Ada dua tim yang yang bertugas untuk mengembangkan fitur ini, yang pertama adalah Core Search Enginering serta yang keduua adalah tim Shopping Growth. Dua tim ini saling bekerja sama untuk menghadirkan proses pencarian yang efektif, lalu melakukan uji performa dan riset lainnya yang bersifat jangka panjang. Selain itu tentunya memastikan bahwa fitur yang ada bisa digunakan dengan baik oleh pengguna Bukalapak.

Pengembangan alat pencarian ini juga dikembangkan berdasarkan algoritma yang terus diperbarui dan sesuai dengan apa yang terjadi di Bukalapak. Fokusnya juga terhadap pengguna Bukalapak, bagaimana bisa keep up dengan kebutuhan mereka dan menghadirkan hasil atau fitur yang bisa mengakomodir kebutuhan tersebut.

Disclosure: Segmen BtS atau Behind the Secene merupakan segmen yang hadir atas kerja sama antara iPrice dengan DailySocial. Video diproduksi oleh iPrice dengan dukungan dari DailySocial.

[BtS] Melihat Proses Photoshoot Katalog Ecommerce Zalora

Perkembangan ecommerce di Indonesia memang cukup pesat, selain pemain baru, pemain lama juga terus melancarkan strategi untuk meraih konsumen.

Di bidang fashion, bisa jadi salah satu yang paling populer itu adalah Zalora. Anda mungkin menjadi konsumen ecommerce fashion ini. Jika tidak, mungkin saudara, pacar atau teman Anda pernah membeli di Zalora.

Dari sekian banyak konsumen yang mampir ke situs Zalora, bisa saja awalnya tidak tertarik beli, tapi saat ‘windows shopping’ virtual, mereka akhirnya mengeklik buy dan membayar. Atau, ada pula penjual produk yg terbantu penjualannya karena tampil dengan foto produk yang jelas, menarik dan ‘menggoda’.

Salah satu faktor yg mempengaruhi pembelian adalah tampilan visual alias gambar. Selain menarik pembeli yangg sedang jalan-jalan virtual, urusan gambar ini juga bisa membantu sebuah produk berkualitas untuktampil lebih bersinar karena difoto dengan baik, profesional serta menonjolkan kualitas si produk.

Di Zalora Indonesia sendiri ada beberapa proses atau tahapan yang dilalui dalam memproduksi katalog di situsnya. Antara lain:

  • Studio, bertanggung jawab pada segala kegiatan terkait pemotretan produk. Antara lain: fotografer, model, stylish, hair and makeup stylish, dan lainnya.
  • Digital Imaging, bertanggung jawab melakukan retouch foto dari hasil pemotretan agar tampil lebih menarik bagi konsumen.
  • Tim penulis konten, tim ini akan berkutat dengan kata-kata terbaik dalam deskripsi produk. Agar konsumen bisa mengenal lebih jauh mengenai produk yang dijelaskan.
  • Quality Control, proses ketat untuk mengecek lagi apakah semua foto-foto dan konten telah tersusun sempurna dan siap untuk live.

Nah, bagi Anda yang penasaran seperti apa ‘dapur’ dari tampilan produk yang sering Anda lihat di Zalora Indonesia? Segmen BtS atau Behind the Scene kali ini menghadirkan video yang diproduksi iPrice dan didukung oleh DailySocial yang akan memberikan gambaran bagaimana Zalora membuat foto katalog mereka sehingga produk tampil baik dan bisa dinikmati oleh konsumen lewat situs mereka.

Selamat menonton.

Disclosure: Segmen BtS atau Behind the Secene merupakan segmen yang hadir atas kerja sama antara iPrice dengan DailySocial. Video diproduksi oleh iPrice dengan dukungan dari DailySocial. 

Sennheiser Sound Forum 2017: In Ear Wireless, VR Mic dan Cara Sennheiser Sambut Tren Audio

Tahun 2017 hampir berakhir, dan sepertinya sudah waktunya Sennheiser menggelar acara rutin mereka. Adalah Sennheiser Sound Forum 2017 acara yang saya maksud. Ini adalah kali ketiga Sennheiser menggelar acara serupa.

Lokasi acara kali ini memang berbeda dengan acara serupa tahun lalu, acara kembali diadakan di coworking space. Lebih tepatnya di JSC Hive yang terletak di sebelah Tokopedia Tower yang baru. Formatnya sendiri secara mendasar masih sama tetapi setelah mengikuti rangkaian acara sepertinya antara waktu dan jumlah peserta yang hadir kurang seimbang. Berbeda dengan sound forum yang kedua, waktu dan ruang untuk mencoba terasa luas sehingga bisa mendapatkan pengalaman yang cukup menyeluruh.

Meski demikian, salah satu acara yang paling saya tunggu jika berhubungan dengan audio adalah Sennheiser Sound Forum, karena di acara ini, tidak hanya mendapatkan info atau rilis terbaru yang masuk ke pasar Indonesia, peserta diberikan waktu untuk mencoba berbagai perangkat Sennheiser secara langsung.

Presentasi dari perwakilan Sennheiser

Seperti biasanya, sebelum acara dimulai, ada presentasi dari beberapa perwakilan Sennheiser, seperti yang sudah-sudah, perwakilan dari Sennheiser ini memberikan penjelasan tentang produk serta tidak lupa menjelaskan tips terkait audio.

Sennheiser

Dari presentasi Martin Low, Managing Director Sennheiser Asia, saya bisa merasakan sedikit banyak keinginan Sennheiser untuk catch up dengan tren digital saat ini atau pangsa pasar kekinian serta pasar masa depan, terutama yang berhubungan dengan urusan konten audio, baik produksi maupun konsumsi konten.

Dalam rilis resmi juga diberi penekanan tentang bahasan tentang membentuk masa depan audio, beberapa di antaranya adalah tentang mobilitas dan akses audio dari smartphone, perangkat untuk pembuat konten, dan 3D audio. Tidak lupa juga dibahas tentang amplifier terbaru untuk penikmat audio kelas berat.

Beberapa hal yang saya tangkap menjadi niat Sennheiser untuk memberikan produk yang menyasar pengguna perangkat atau gadget masa kini antara lain, seperti pengguna smartphone dengan wireless earphone untuk aktivitas mobile, mic untuk action camera untuk menangkap pasar Youtuber dan traveller, Audio 3D untuk konten yang lebih immersive termasuk untuk konten VR atau konten 360 termasuk untuk platform Facebook dan Youtube, serta mic untuk merekaman audio 3D untuk pengguna profesional.

Tren penikmat audio hi-res juga tidak ketinggalan ‘disentuh’ oleh Sennheiser lewat penjelasan tips yang disampaikan oleh Kuan Wee Hong, Senior Product Manager Sennheiser Asia.

Momentum In Ear Wireless

sennheiser momentum in ear wilress

Pertama-tama mari kita bahas wireless earphone yang diperkenalkan kemarin oleh Sennheiser. Yang pertama adalah seri Momentum namun hadir dengan tampilan yang cukup berbeda. Selain wireless, ada dua ciri yang menempel pada earphone ini. Momentum In Ear Wireless yang pertama dilengkapi neckband dan yang kedua dilengkapi magnet di ujung ear piece-nyam hadir dengan nama HD1 Free.

Momentum In Ear Wireless (Rp3.299.000) dengan neckband, sesuai namanya adalah earphone yang penggunaannya mirip kalung ketika tidak digunakan. Ini memberikan karakter bahwa earphone tidak true wireless, tetapi di sisi lain memberikan beberapa kelebihan juga.

Fitur yang disematkan di luar audio antara lain adalah kemampuan digunakan selama 10 jam, dukungan konektivitas wireless bluetooth 4.1 serta NFC. Lalu dukungan codec AAC serta Qualcomm apt-X. Jadi akan lebih mendukung untuk mendengarkan musik lewat perangkat bergerak. Memungkinkan untuk digunakan dalam mode panggilan telepon serta memiliki fitur getar untuk notifikasi panggilan masuk. Cara pengisian baterai adalah dengan USB, colokan tersedia di ujung neckband.

sennheiser momentum wireless in ear

Untuk pengalaman hands-on sendiri, sayangnya waktu yang diberikan sangat singkat. Bahkan tidak ada perangkat pemutar musik yang disiapkan, jadi harus menggunakan player sendiri dan proses pairing agak memakan waktu, karena harus ‘reset’ koneksi setelah sebelumnya digunakan peserta sound forum lain.

Saya akhirnya bisa mengkonekikan iPod saya untuk mencoba suara dari Sennheier Momentun In Ear Wireless dengan neckband. Untuk suara sendiri saya mencoba dua lagi secara singkat dan tidak full yaitu lagu Tak Pernah Padam – Sandy Sandhoro dan Bohemian Rhapsody – Queen. Untuk yang lagu Sandy terasa cukup deep, bass dan detail menyatu dan warna suaranya terasa bernyawa. Sedangkan untuk lagu Queen, bass cukup terasa meski detail agak ke belakang dan power-nya terasa cukup baik.

Dari sisi desain sendiri adalah sebuah kelebihan yang bisa jadi unggulan wireless in ear ini. Bahan neckband hadir dengan desain dan bahan yang cukup premium plus fitur jahitan yang memberikan kesan mewah. Bahan utama memang plastik tapi kombinasi hitam dan elemen merah adalah kombiasi yang bisa dibilang akan selalu pas untuk earphone. Tombol-tombol ada di bagian ujung neckband yang agak tebal. Colokan untuk mengisi daya bisa diakses dengan membuat karet penutuh di ujung neckband.

Sedangkan untuk desain earpiece-nya, menurut saya juga tampil cukup keren. Kabel ada semacam kaitan yang mungkin berfungsi juga untuk pelindung, kombinasi warna glossy hitam yang menambah kesan elegan.

Wireless Earphone ini juga hadir dengan boks untuk dibawa yang cukup premium.

Sennheiser CX 7.00BT – wireless in ear earphone

Sennheiser CX 7.00BT

Secara penampilan CX 7.000BT dan Moementun In Ear Wireless memang tampak sama, tetapi selain perbedaan harga, ada beberapa perbedaaan dari sisi desain dan dari sisi keluaran audio yang dihasilkan.

Dari sisi desain sendiri, tingkat kualitasnya memang menurun dari Memetun in ear wireless. Tidak ada efek elegan balutan penutup neckband, efek jahitan dan kombinasi warna hitam – merah. CX 7.00BT (Rp2.489.000) hadir dengan desain mirip robot. Tidak jelek tapi terkesan kaku dan hanya fokus ke fungsi. Bahan utama plastik tetapi ada elemen rubber di bagian bawah neckband sehingga untuk dipakai aktivitas bergerak sepertinya wireless in ear ini lebih cocok.

Earpiece-nya bagi saya cukup keren, dengan bentuk yang modern dan elemen logo di ujung earpiece. Tombol-tombol terletak di bagian neckband yang tebal, akses untuk mengisi daya ada diujung neckband yang ditutup karet pelindung. Jam aktif sama 10 jam dan fitur panggilan telepon serta koneksi pun sama, tersedia bluetooth 4.1 dan NFC serta Qualcomm® apt-XTM dengan kualitas suara Hi-Fi.

Sennheiser CX 7.00BT

Untuk urusan suara sendiri, saya mencoba dengan kombinasi lagu yang sama dengan Momentum In Ear Wireless. Pengalaman saya, earphone ini mendengarkan lagu yang sama dengan Momentum In Ear Wireless, untuk lagu Bohemian Rhapsody, bass cukup terasa meski detail agak ke belakang. Lalu untuk lagu Tak Pernah Padam dari Sandy Sandoro, bass terasa cukup kuat, vokal hadir dengan detail yang baik namun clearness terasa agak kurang.
Jika dibandingkan dengan Momentun In Ear Wireless ada beberapa hal yang saya temukan, antara lain secara keseluruhan suaranya kurang ‘bernyawa’, lalu power juga agak kurang dibandingkan dengan Momentum In Ear Wireless.

HD 1 Free

Sennheiser HD1 Free

Selain dua in ear wireless ini ada pula Satu in ear wireless yang saat acara belum tersedia di Indonesia (baru akan). Sennheiser HD 1 Free hadir dengan desain yang memang tidak full wireless karena masih ada tali, namun tidak berbentuk neckband. Dari sisi desain HD1 Free sangat menarik dan mewah. Kombinasi warna hitam dan merah serta hitam di earpiece memberikan kesan eksklusif. Tersedia button untuk kontrol seperti volume dan ujung earpiece ada magnetic yang memungkinkan untuk semacan fitur mengunci.

Untuk suara, saya tidak mencoba terlalu lama, namun kesan yang saya dapatkan bahwa suara yang ditawarkan earphone ini mirip dengan Momentun In Ear neckband tetapi suaranya lebih detail.

Beberapa produk unggulan yang dipamerkan di acara

HDV 820

HDV 820

Amplifier yang satu ini hanya sempat saya coba sebentar. Saya justru mencoba amplifier generasi sebelumnya dengan cukup intens ketika mencoba 3 headphone dari Sennheiser beberapa waktu lalu. (Artikel bisa dilihat di sini).

Dalam rilisnya disebutkan perangkat amplifier digital ini memiliki peningkatan seperti resolusi yang lebih tinggi, kompinen distorsi rendah. Lalu performa akustik juga menjadi unggulan dari HDV 820 (Rp44.990.000).

AMBEO VR Mic

Sennheiser Ambeo VR Mic

Perangkat yang satu ini sebenarnya bisa menjadi salah satu bintang dari dalam acara sound forum kemarin, namun sayangnya harganya yang mahal (yang memang ditujukan untuk kalangan profesional) serta demo yang singkat mengurangi keunggulan dari perangkat mic yang mampu merekam dari berbagai angle suara ini.

Mic yang satu ini (dijual seharga Rp32.099.000), disebutkan Sennheiser bisa digunakan untuk membuat konten VR, menjelaskan langkah Sennheiser untuk menangkap tren konten audio visual terkini. Mic ini akan memberikan tangkapan suara 3D sehingga pendengarnya bisa merasakan secara menyeluruh pengalaman sesuai kejadian asli.

Pada dasarnya mic ini memiliki 4 sisi untuk merekam suara namun hadir dalam balutan layaknya mic ‘normal’ biasa, sehingga ringkas dan mudah dibawa. Untuk hasil rekamannya pun ada 4 tracks (4 channel output) yang nantinya (dalam post production) harus dilakukan pengaturan untuk menyatukan. Dijelaskan untuk hasil output konten yang akan di publikasikan di FB ada format software-nya.

Sennheiser juga menjelaskan bahwa mereka telah menyiapkan ekosistem untuk penggunaan mic ini, mulai dari capturing, mixing, processing, dan listening.

Sennheiser Ambeo VR Mic

Untuk hasil suaranya sendiri cukup memberikan pengalaman immersive. Contoh yang dicoba dalam waktu yang cukup singkat adalah video shooting film yang menghadirkan adegan motor berjalan dari satu sisi ke sisi lain. Suara yang ada memberikan pemgalaman ingin menoleh karena kita jadi tau dari sisi mana motor tersebut datang.

Produk lain yang mencuri perhatian

Dua produk lain yang mencuri perhatian saya pada acara sound forum selain yang telah dijelaskan di atas antara lain Sennheiser Ambeo Smart Headset serta earphone IE 80 S.

Sennheiser Ambeo Smart Headset

Sennheiser Ambeo Smart Headset

Perangkat yang satu ini memang hanya jadi pajangan alias pelengkap, bukan perangkat yang dirilis pada acara sound forum 2017, dan bukan pula produk yang baru-baru amat. Tetapi sejak pertama kali melihat info perangkat ini, saya penasaran dengan kemampuannya.

Pada dasarnya perangkat headset ini bisa merekam suara dan juga bisa menjadi alat untuk mendengarkan suara tersebut. Suara yang dihasilkan terasa 3 dimensi. Suara yang Anda rekam akan sesuai dengan posisi suara itu datang. Misalnya dari depan, pinggir atau belakang.

Meski demikian, smart headset ini bukan ditujukan untuk kalangan profesional, jarak rekamnya pun hanya normal mic biasa, akan maksimal untuk jarak 1 meter-an. Dengan harga di pasar AS yang bisa dibilang cukup terjangkau, bisa jadi pasar untuk perangkat ini adalah para kreator video yang ingin memaksimalkan pengalaman suara untuk video 360 yang mereka ambil. Bisa untuk YouTube, FB atau platform yang telah mendukung video 360.

Ambeo Smart Headset

Pengalam mencoba perangkat ini cukup menyenangkan dalam arti saya bisa dengan jelas merekam dan mendengarkan dari mana suara dateng, meski dalam ruangan yang cukup kecil dan banyak orang. Suara 3D yang dapat direkam juga terasa seperti posisi suara aslinya, pinggir depan dan belakang.

Perangkat ini juga bisa merekam secara langsung dari perangkat bergerak misalnya smartphone atau secara terpisah. Kamera untuk video suara dengan smart headset, kemudian disatukan dalam proses post production.

Sennheiser IE 80 S

Sennheiser IE 80 S

Beralih kembali ke earphone, kali ini saya disuguhkan sebuah earphone in ear yang dari tampilannya seperti biasa saja namun ternyata di dalamnya menyimpan kualitas suara yang menakjubkan. Sebagai informasi, saya kurang menyukai model earphone in ear dan lebih memilih model earbud. Namun setelah mencoba IE 80 S, persepsi saya akan in ear sedikit melunak, dan bisa menerima IE 80 S sebagai earphone dengan kualitas yang menarik untuk dicoba.

Kesan singkat yang saya dapatkan ketika mencoba IE 80 S adalah suara bass yang menyenangkan, bisa diatur tingkat bass-nya dengan menggunakan alat tambahan serupa obeng pipih. Letak pengaturannya ada di bagian luar rumah earphone. Meski agak ribet untuk pengaturannya namun menjadi maklum karena ini adalah in ear earphone yang bentuknya cukup mungil.

Kenyamanan juga menjadi kesan yang saya dapatkan lewat IE 80 S. Ear tips dihadirkan bekerja sama dengan Comply dan disediakan beberapa ukuran. Untuk suara lain selain bass, pengalamannya cukup enak untuk didengarkan. Kombinasinya pas dan terasa sangat baik.

Sennheiser IE 80 S

Untuk desain masing memiliki karakter dari seri sebelumnya namun dengan beberapa detail yang berubah, seperti elemen warna merah serta bagian hitam yang lebih banyak untuk di bagian luar earphone. Kabel juga bisa dicopot dari rumah earphone dan Anda akan mendapatkan case premium untuk menyimpan earphone. IE 80 S dijual dengan harga retail Rp5.890.000.

Selain Apa yang menarik di atas, Sennheiser juga memperkenalkan atau memamerkan beberapa produk lain. Misalnya mikrofon video MKE 2 elements (Rp3.889.000) yang diperuntukkan bagi content creator termasuk pelaku media. Mikrofon untuk GoPro Gero4 serta seri perangkat mikrofon plug and play AVX yang merupakan perangkat mic nirkabel untuk DSLR. Dijual dengan harga retail (Rp13.619.000 – Rp19.459.000). Produk lain adalah Handmic Digital (Rp5.039.000) serta ClipMic digital untuk perangkat iOS, dijual dengan harga Rp3.889.000.

Kesan Sound Forum 2017

Seperti yang sedikit saya utarakan di atas, kesan yang saya dapatkan dari acara sound forum 2017 ini adalah Sennheiser tidak hanya menyediakan berbagai perangkat audio untuk mereka yang gemar mendengarkan musik seperti jajaran earphone baik in ear, earbud atau over the ear headphone, tidak hanya pula menyediakan mic dengan kualitas yang bisa diandalkan tetapi juga ingin menangkan berbagai kegiatan yang menggunakan perangkat audio kekinian. Misalnya konten 360 dengan 3D mic, mic untuk action camera (meski bukan untuk model terbaru), lalu perangkat yang bisa digunakan para kreator konten termasuk awak media yang kini dituntut untuk membuat konten video (plus audio) secara mobile, serta wireless in ear earphone yang sedikit banyak mengikuti perkembangan perangkat smartphone terbaru yang kini meninggalkan jack audio serta penggunaan perangkat audio untuk aktivitas yang membutuhkan lebih banyak gerak.

Tentu saja, strategi untuk menangkap tren terkini dan masa depan ini tidak meninggalkan ranah yang menjadi salah satu keahlian Sennheiser yaitu perangkat yang diperuntukkan bagi penikmat audio terutama para audiophile dengan amplifier terbaru serta update in ear earphone yang ditujukan untuk kelas menengah – atas.

Jika dibandingkan dengan dua sound forum yang pernah saya ikuti, meski jajaran headphone (yang merupakan kegemaran saya) tidak sebanyak dua sound forum sebelumnya, acara sound forum tahun ini tetap menjadi menarik. Karena di sound forum kali ini, Sennheiser ingin menangkap peluang untuk ikut serta pada perkembangan audio masa depan dan ingin menangkap tren terkini dari para konten kreator, yang tentunya berhubungan dengan perangkat audio seperti 3D mic dan Ambeo Smart Headset.

Saya jadi penasaran, kira-kira, apa yang akan diperkenalkan serta dipamerkan Sennheiser di sound forum berikutnya.

One more thing

Seperti yang disebutkan di atas, menjadi hal rutin untuk Sennheiser memberikan tips terkait audio.

Kali ini tips yang dihadirkan adalah yang berhubungan dengan cara menikmati lagu. Tren yang kini sedang berkembang adalah mendengarkan lagu atau musik secara hi-ress, tips yang diberikan oleh Sennheiser antara lain adalah:

1. Jika Anda ingin mendapatkan audio yang baik, maka cari file atau layanan yang menampilkan dukungan untuk hi-ress audio, misalnya untuk iOS adalah ALAC sedangkan Android FLAC atau DSD (SACD).

2. Di mana bisa mendapatkan hi-ress audio? Penikmat audio bisa membeli lewat HDtracks.com atau jika menggunakan layanan streaming seperti Spotify, gunakan pengaturan kualitas audio ke maksimal.

3. Untuk yang akan menggunakan bluetooth headphone dan masih ingin mendapatkan kualitas audio yang maksimal, maka Sennheiser menyarankan untuk melihat audio codec-nya untuk iOS AAC sendangkan Android APTX by Qualcomm atau standar universal SBC.

4. Tips yang terakhir adalah berkaitan dengan ear tips dari perangkat earphone. Jika Anda akan membeli tipe earphone jenis ini pastika ear tips-nya dari merek ternama. Anda bisa membeli ear tips tambahan jika memungkinkan. Lalu untuk membersihkannya bisa gunakan tisu basah. Dan untuk perawatannya, kurangi menekan bagian ruas penyambung. Cara menyimpan yang disarankan adalah gulung dan taruh dalam kotak tersendiri (atau kota khusus untuk earphone).

[Outcue] Code Name Minerva dan Fitur Embed untuk DailySocial Research

Memperkenalkan dua fasilitas baru bagi pembaca DailySocial. Yang pertama adalah fitur chat atau bot dan yang kedua adalah fitur embed untuk hasil laporan/report dari DailySocial Research.

Fitur Chat

Minerva adalah code name untuk fitur chat atau bot yang dikembangkan DailySocial. Fitur ini kami buat untuk memberikan kemudahan bagi penikmat konten teknologi untuk mendapatkan informasi. Anda bisa bertanya pada Minerva untuk mendapatkan jawaban dari informasi seputar dunia teknologi.

Akses untuk Minerva bisa dilakukan dengan beberapa cara. Yang pertama adalah akses desktop situs DailySocial.id. Jika Anda melihat di bagian pojok kanan web lewat perangkat desktop (laptop atau PC) maka Anda akan menemukan dua menu pilihan baru: Chat dan Search. Dua fitur ini merupakan fitur pencarian atau search, dengan Chat Anda akan berbincang dengan Minverva (bot) untuk mendapatkan informasi atau jawaban tentang hal terkait teknologi. Sedangkan menu yang satu lagi adalah pencarian biasa.

Selain versi web, dua cara baru untuk mencari dan menikmati konten DailySocial juga bisa dinikmati dari akses mobile web. Fungsinya sama seperti yang dijelaskan di atas.

Di fitur Chat, Anda bisa bertanya tentang penjelasan atas startup tertentu, investor dari startup tertentu atau membaca artikel terbaru tentang startup tertentu.

Akses lain untuk bot adalah via Facebook Messenger, Anda bisa berkomunikasi via PM ke Facebook Page DailySocial untuk menanyakan berbagai informasi terkait teknologi.

Selangkapnya tentang fitur bot Minerva:

  • Apa itu [nama startup]: untuk menanyakan tentang startup tertentu
    Berita terbaru [nama startup]: untuk menanyakan berita terbaru yang diinginkan
  • Siapa investor [nama startup]: untuk mencari informasi investor startup tertentu
    Memudahkan untuk mencari informasi di DailySocial tanpa harus meninggalkan layanan chat Messenger
  • Memudahkan untuk mencari informasi startup Indonesia tanpa harus meninggalkan layanan chat Messenger

Fitur embed DailySocial Research

DailySocial secara rutin merilis laporan/report terkait topik teknologi. Laporan ini kami kumpulkan dan tempatkan dalam satu kategori khusus. Selama ini kami memberikan fasilitas untuk mengunduh secara gratis laporan atau hasil survei yang telah kami rilis.

Sekarang kami memberikan kemudahan lain dengan merilis laporan ringan atau simple report untuk pembaca setia DailySocial.

Pada Simple Report Anda tidak hanya bisa mengunduh bagian kecil dari laporan, tetapi juga bisa meng-embed dan menempelkannya di situs atau blog Anda untuk melengkapi tulisan dan artikel dengan data yang berasal dari laporan atau survei DailySocial.

Fitur embed ini tersedia secara gratis untuk berbagai laporan ringan dalam bentuk image yang tersedia di DailySocial. Seperti halnya full report, Anda juga bisa mengunduh bagian kecil dari laporan yang disusun DailySocial ini secara gratis.

Anda bisa menjelajah laporan ringan DailySocial lewat tautan ini: https://dailysocial.id/report/category/all?q=simple+reports

What’s Next

Pengembangan Minerva atau bot DS memang masih tahap awal. Kami masih terus melakukan penyempurnaan, baik akses data maupun kepintaran bot dalam membaca percakapan dan memberikan jawaban yang sesuai. Perkembangan terdekat adalah tersedianya Minerva di platform LINE dan integrasi dengan beberapa properti DailySocial lain, seperti DSdeals dan DSstore.

Tim produk DailySocial juga terus mengembangkan produk lain yang akan kami rilis secara berkala. Sudah pasti ini bukan produk kami yang terakhir. Selamat mencoba dan sampai jumpa di rilis produk selanjutnya.

Mencoba Headphone Sennheiser HD 800 dan HD 600 serta HD 650

Hari itu terasa cukup menyenangkan, Jakarta yang masih pagi jadi tidak terasa (belum) panas dan perjalanan naik kereta dari Bandung juga terasa asik. Rencana yang saya hadapi hari itu adalah memenuhi undangan untuk mendengarkan dan menikmati, tidak satu tapi tiga headphone dari Sennheiser dengan format listening yang eksklusif, karena hanya akan ada saya sendiri ditemani perwakilan dari Sennheiser.

Adalah Sennheiser HD 600, HD 650 dan HD 800, headphone yang saya coba selama kurang lebih 3 jam secara intens. Selain headphone yang di atas kertas cukup mumpuni ini,  file flac serta satu hal yang tidak kalah penting, amplifier dari Sennheiser, Sennheiser HDV 800 menemani sesi listening tersebut.

Listening eksklusif memberikan ruang yang cukup luas untuk menikmati karakter headphone yang telah disediakan Sennheiser. Meski mencoba headphone secara maksimal tidak bisa dalam waktu singkat, namun dengan listening eksklusif, saya bisa menikmati lebih banyak lagu dengan waktu dengar yang juga lebih lama.

Metode yang dihadirkan oleh Sennheiser adalah mendengarkan lagu dari genre tertentu yang sama dengan ketiga headphone yang tersedia. Salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui secara runut perbedaan pengalaman apa yang dirasakan dari ketiga headphone tersebut. Di sesi akhir, saya juga diberi kesempatan untuk mencoba headphone manapun dengan lagu pilihan saya sendiri.

sennheiser

Pengalaman mendengarkan secara general

Secara general, karakter suara yang dihasilkan dari HD 600 cenderung lebih terasa raw, sesuai apa adanya saat rekaman dan terasa tanpa layer. Saya merasakan kombinasi audio yang lebih detail dari lagi yang didengarkan. Sedangkan HD 650 memberikan suara bass yang lebih terasa, keseluruhan suara lebih lembut dibandingkan HD 600 dan suara 3 dimensi lebih terasa, dengan perbedaan lain yang cukup tipis dibanding HD 600.

Sedangkan HD 800 memberikan pengalaman yang cukup berbeda dari kedua headphone lainnya. Power yang pertama kali saya rasakan berbeda dari headphone yang lain, terasa lebih kuat. Saat mendengarkan lagu, saya merasa bahwa HD 800 ini seperti gabungan pengalaman dari HD 600 dan HD 650. Sound stage terasa lebih realistis dan suara yang dihasilkan juga lebih luas, bass, detail lagu, terasa lebih baik. Suara rendah pun tetap terasa nyaman.

Desain

Sennheiser HD 600 dan HD 650 memiliki desain serupa dengan pad yang tidak bulat tetapi oval. Bentuk seperti ini bagi saya lebih baik karena bisa menutupi bentuk kuping secara keseluruhan, karena bentuk kuping pun tidak bulat. Keduanya hadir dengan tipe over the ear dengan bahan pad yang empuk dan nyaman, baik yang ditelinga atau bantalan kepala.

Bagian desain lainnya sebenarnya tidak istimewa, ada elemen plastik dan ada elemen logam untuk bagian luar pad. Headphone HD 600 dan HD 650 memang bukan headphone dengan desain yang menakjubkan, namun tetap memberi ciri tersendiri.

Sedangkan HD 800 memiliki cukup banyak perbedaan dari sisi tampilan. Tipe over the ear dan open headphone ini tetap menghadirkan bentuk pad yang oval namun agak melebar ke samping, Jadi ruang untuk menempatkan telinga lebih luas sehingga memberikan kenyamanan tersendiri. Untuk bahan busa pad sendiri hadir dengan elemen cukup premium dan bahan headphone gabungan antara metal dan plastik.

Desain tampak luar HD 800 memang agak terkesan tidak biasa, mungkin bisa dibilang terlalu tampilannya terlalu geeky. Namun ketika Anda mulai menyentuh dan menggunakan headphone ini maka imaji itu akan berubah. Beberapa detail kombinasi antara bahan dalam dan luar serta tentu saja bagian pad headphone terasa modern dan nyaman untuk digunakan. HD 800 memiliki pad lebih lebar, dan bagi saya ini terasa lebih nyaman untuk digunakan.

sennheiser

Mendengarkan secara berurutan dengan lagu tertentu

Seperti yang saya tuliskan sebelumnya. sesi mendengarkan secara intens kali ini menggunakan metode satu lagu untuk ketiga headphone sebelum beralih ke lagu berikutnya. Nah, kini saya akan mencoba menuliskan pengalaman mendengarkan masing-masing lagu dan masing-masing headphone secara sederhana.

Meski tidak terlalu detail, tetapi semoga tetap bisa memberikan gambaran, seperti apa pengalaman mendengarkan yang saya nikmati.

Adele – Skyfall

Sennheiser HD 600

Lagu yang terjasi terasa ‘kasar’ (raw) tapi detail dari vokal dan musik cukup terasa. Karakter vokal Adele sangat terasa, gabungan bermacam instrumen agak terasa campur tanpa pemisahan tapi bisa mengetahui masing-masing instrumen itu seperti apa aslinya.

Mendengarkan Adele dengan headphone ini memberikan pengalaman baru bagi saya karena suara Adele yang keluar dari HD 600 tidak seperti suara Adele yang saya kenal. Karakter headphone-nya yang raw seperti menghadirkan karakter suara Adele yang lain (atau yang sebenarnya, seperti saat rekaman).

Sennheiser HD 650

Karakter suara yang terasa oleh saya adalah lebih soft dari yang HD 600. Bisa jadi ini masalah selera namun bagi saya, karakter HD 650 terasa lebih nyaman terutama jika membayangkan untuk penggunaan sehari-hari. Selain itu, bass lebih terasa, dan seperti ada layer tambahan yg membuat suara yang keluar jadi terasa lebih halus, minimal dari HD 600.

Untuk karakter lain, detail dari lagi cukup terasa tidak sedetail HD 600. Suara juga terasa lebih bulat untuk bulet vokalnya, dan high agak kurang.

Sennheiser HD 800

Vokal dari lagu yang didengarkan terasa lebih luas, gabungan suaranya terasa lebh nyaman karena ada cukup banyak campuran bunyi. Bass yang dihasilkan terasa cukup dalam. Dan yang paling saya suka adalah, deepness vokal Adele terasa. Layer tambahan yang saya rasakan di HD 650 seperti dilepas, jadi hasilnya terasa lebih jernih dan lebih baik. Meski demikian lagu yang terdengar tidak se-raw HD 600. Untuk detail lagi juga terasa, high, mid, dan low kombinasinya pas.

Queen – Bohemian Rhapsody

Sennheiser HD 600

Vokal Freddie Mercury terasa sekali dengan headphone ini. Semacam mendengarkan versi asli pas rekamannya. Agak terkesan flat meski detail tetap bisa dinikmati. Gabungan musik juga terasa flat namun bagian-bagian dari lagunya tetap bisa dinikmati.

Sennheiser HD 650

Jika mendengarkan dengan HD 600 seperti mendapatkan karakter lain dari vokal lagu yang saya dengar, beda dengan HD 650. Pengalaman lagu yang saya dengar vokalnya seperti yang biasa dikenal dan sering saya dengarkan. Pemisahan suaranya agak lebih terasa jadi seperti tidak menyatu. Bass lebih terasa dan surround-nya juga, jadi secara keseluruhan terasa lebih lembut.

Dengan karakter yang ada, HD 650 rasanya akan lebih nyaman untuk digunakan sehari-hari. Meski demikian, saya merasakan pengalaman yang sangat menyenangkan ketika mendengarkan karakter vokal Freddie dengan HD 600 alih-alih HD 650.

Sennheiser HD 800

Seperti pengalaman dua headphone sebelumnya, suara yang terasa dengan headphone ini leih luas. Vokalnya mirip dengan apa yang dihadirkan oleh HD 600, jadi terasa karakter lagunya tanpa ada semacam masking.

Kenyamanan saat mendengarkan lagu yang dihadirkan lebih tinggi dari HD 600 da HD 650. Detail juga lebih terasa, termasuk bisa mendengarkan detail gitar yang lebih jelas di beberapa bagian lagi dibandingkan dengan dua headphone yang lain.

Lainnya

Saya juga mencoba headphone Sennheiser HD 800 untuk beberapa lagu selain yang disebutkan di atas. Semua lagu yang ada di daftar ini saya dengarkan menggunakan headphone HD 800. Berikut pengalamannya.

Adele – Hello

Mendengarkan lagu Hello dengan headphone ini terasa nyaman banget untuk bagian vokalnya, cocok sama jenis lagu yang memang untuk menonjolkan vokal. High di vokalnya cukup terasa tetapi tidak menusuk.

RATM – Killing in The Name

Ternyata cukup enak juga menggunakan headphone ini dalam mendengarkan lagu rock, vokal kerasa, bass juga, serta detail juga terasa. Hanya saja lagu rock di headphone ini terasa agak soft, namun masih cukup nyaman.

Norah Jones – Come Away With Me

Lagu tipe swing jazz seperti ini menghadirkan detail vokalnya yang terasa, bass, detail suara lain pun cukup terasa. Kombinasi atau perpaduan alunan musik menjadi nyaman ketika mendengarkan dengan HD 800.

Ray Charles/Natalie Cole – Fever

Pengalaman yang menyenangkan menggunakan HD 800 untuk mendengarkan lagu klasik seperti ini, sangat nyaman, detail masing-masing instrumen juga terasa, vokal juga menyenangkan untuk didengar.

sennheiser amplifier

Untuk mendapatkan pengalamanan yang penuh dari sebuah headphone memang diperlukan beberapa faktor. Waktu yang singkat memang terkadang hanya memberikan kesan atau impresi singkat, kita bisa mendapatkan pengalaman penuh dengan mendengarkan secara intens. Selain itu jenis file lagu dan amplifier juga akan berpengaruh.

Meski waktu yang saya dapatkan cukup singkat, hanya beberapa jam, namun pengalaman mendengarkan secara intens memberikan kesan tersendiri, bisa menikmati satu lagu dengan beberapa karakter headphone. Amplifier yang digunakan juga tentunya membantu menghadirkan kualitas audio yang baik.

Dari ketika model yang saya coba, dari sisi desain HD 600 dan HD 650 memang terkesan polos dan biasa-biasa saja namun dari segi kenyamanan dan kualitas audio memberikan beberapa pengelaman unik tersendiri. Sedangkan HD 800, dari sisi desain, memang agak tidak biasa, namun pemilihan bahan serta model pad memberikan kenyamanan tersendiri.

Meski bukan ditujukan sebagai review lengkap, semoga pengalaman yang saya ceritakan di atas bisa memberikan gambaran singkat tentang karakter suara yang dihasilkan ketiga headphone dari Sennheiser: Sennheiser HD 600, HD 650 dan HD 800.

*) Koreksi: Mohon maaf ada beberapa kesalahan penulisan nama penyanyi dan judul lagu. Telah diperbaiki.

3 Kegiatan Digital Positif yang Bisa Dilakukan di Bulan Ramadhan

Kegiatan menunggu berbuka di bulan Ramadhan bisa diisi dengan berbagai kegiatan, tentunya kegiatan yang positif dan akan lebih baik kegiatan yang bisa memberi manfaat. Di era digital saat ini menunggu berbuka tidak bisa lepas dari kegiatan menggunakan gadget. Lalu apa saja kegiatan berbasis teknologi yang tetap bisa memberi manfaat? Berikut daftarnya.

1. Menambah ilmu dengan bacaan digital

Salah satu kelebihan yang dimiliki dari perangkat Smartfren adalah, Anda bisa mengaksesnya dari mana saja. Termasuk juga untuk kegiatan membaca, dengan perangkat yang memiliki jaringan 4G, proses menjelajah bacaan, mengunduh dan membaca akan sangat menyenangkan.

Bacaan digital bisa didapatkan dari berbagai cara, yang pertama adalah aplikasi ebook seperti Bookmate. Di aplikasi ini Anda bisa mengunduh berbagai jenis buku mulai dari novel sampai dengan buku bisnis.

Anda juga bisa menggunakan cara lain misalnya dengan aplikasi Flipboard atau yang lokal seperti Kurio. Di aplikasi ini Anda bisa membaca dari berbagai sumber misalnya media lokal atau internasional.

2. Mengunduh aplikasi rohani

Smartphone dengan toko aplikasinya memberikan sebuah ruang bagi penggunanya untuk mengakses konten yang berguna bagi dirinya. Salah satunya adalah aplikasi bertema rohani. Pas dengan momen Ramadhan, Anda bisa mengunduh aplikasi yang bisa membantu menjalankan puasa dengan lebih baik serta mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa.

Aplikasi untuk membantu arah Kiblat, aplikasi Al Quran atau aplikasi yang memberikan jadwal sholat dan mengingatkan Anda untuk menjalankan ibadah sholat lima waktu. Pengembang lokal maupun regional sudah menghadirkan aplikasi-aplikasi ini yang bisa Anda gunakan untuk mengisi waktu luang saat menunggu berbuka.

3. Menulis blog

Nah, untuk kegiatan yang satu ini bisa memberikan beberapa manfaat. Yang pertama dengan menulis blog Anda bisa mengisi waktu luang, tulisan yang Anda buat juga bisa memberikan inspirasi untuk pembaca. Konten yang dituliskan tentunya sebaiknya konten yang baik dan memberi manfaat. Ada banyak pilihan konten yang bisa dibuat, mulai dari tips sampai dengan cerita fiksi.

Manfaat lain yang bisa didapatkan adalah penghasilan tambahan. Sudah bukan hal yang asing jika para blogger sering mendapat tawaran dari pemilik merek untuk mempromosikan produk mereka. Satu hal yang pasti tentu saja mendapatkan pemasukan bukanlah tujuan akhir dari menulis blog tetapi sebagai bonus saja. Intinya adalah saling berbagi hal positif yang memberi manfaat dari tulisan.

Berbagai kegiatan yang telah disebutkan di atas akan lebih lancar jika menggunakan jaringan internet 4G, nah Smartfren mengerti kebutuhan itu dan menghadirkan perangkat baru yang dikombinasikan dengan promo Ramadhan.

Smartfren B SE hadir dalam promo Ramadhan yang menghadirkan bonus internet setahun 30GB (GIS). Perangkat ini bisa Anda andalkan untuk mengakses internet dengan lancar, bisa juga Anda gunakan untuk tethering sehingga Anda bisa mengakses konten internet dari laptop, PC atau smartphone lainnya.

Smartfren B SE hadir dengan dukungan Snapdragon, Android Marshmallow, dual on 4G LTE + GSM serta dual kamera 5MP. Spesifikasi yang cukup ini dihadirkan dengan harga yang cukup terjangkau. Selain itu Smartfren juga menggelar promo Ramadhan bagi pengguna setia Smartfren, yaitu promo isi pulsa Smartfren. Untuk Anda yang telah memiliki modem Smartfren bisa melakukan isi pulsa minimal 150 ribu rupian dan mendapatkan bonus kuota 10 GB. Anda bisa mengisi ulang sampai tiga kali dengan total bonus 30 GB sampai 31 Juli 2017.

Promo untuk Anda yang ingin membeli smartphone 4G juga dihadirkan Smartfren. Dengan promo ini Anda bisa mendapatkan bonus di bulan pertama.
Promo ini dihadirkan Smartfren untuk menyambut bulan Ramadhan, jadi Anda bisa menjalankan kegiatan positif di era digital dengan akses internet cepat dan perangkat dengan harga yang terjangkau.

Informasi tentang promo Smartfren di bulan Ramadhan bisa dilihat di tautan berikut.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Smartfren.

5 Game Android yang Bisa Puaskan Dahaga Kompetitif Anda

Game di platform Android tersedia dalam berbagai genre berbeda. Jika Anda harus membuat daftar genre yang tersaji di Play Store, maka Anda akan mendapati ratusan genre dengan gameplay dan grafis yang berbeda pula. Namun, pertanyaannya; mampukah game-game itu memuaskan dahaga kompetitif Anda? Jawabannya tentu akan tergantung pada sistem kompetisi yang dipersiapkan oleh pengembang dalam game bersangkutan. Sistem levelling memegang peranan sangat penting, sebab saat seorang gamer kadung jatuh cinta pada sebuah judul, maka ia akan terus haus akan tantangan, maka ia akan terus menginginkan level-level baru yang lebih memompa adrenalin.

Dan dari sekian banyak judul game bersistem levelling yang tersedia, 5 game ini patut menghuni daftar teratas.

Clash of Clans

Sebelum Pokemon GO mencuri perhatian dunia, game kreasi Supercell ini menjadi salah satu game yang paling sering dimainkan oleh gamer mobile khususnya Android. Satu bukti sahih bahwa Clash of Clans adalah game terpopuler terlihat dari angka unduhan di Play Store yang tak kurang dari 500 juta unduhan. Clash of Clans sendiri merupakan game multiplayer online strategi di mana masing-masing pemain akan ditugaskan membangun klan, melatih tentara dan menyerang markas pemain lain untuk merebut elixir dan dark elixir. Level di Clash of Clans dinamai dengan Town Hall Level atau lebih familiar disebut dengan TH, mulai dari TH1, TH2, TH3 sampai dengan level tertinggi TH11.

Di level TH1, Anda hanya bisa melatih Barbarian. Untuk melatih pasukan lain, Anda harus meningkatkan level barak terlebih dahulu. Semakin tinggi Level TH Anda, maka semakin banyak item-item yang bisa Anda pergunakan, termasuk senjata, amunisi dan persenjataan untuk pertahanan. Satu lagi komponen kompetisi yang tak boleh dilewatkan yaitu fitur My League, di mana Anda akan bersaing memperebutkan posisi teratas dalam beberapa tingkatan, antara lain Bronze, Silver, Gold, Crystal, Master dan Champion.

Legacy of Discords: FuriousWings

Game karya Gtarcade yang satu ini merupakan game bergenre MMORPG dengan tampilan grafis kelas atas dan gameplay yang memanjakan pemburu adrenalin. Saat pertama kali dijalankan, game akan menawari Anda tiga kelas berbeda, yaitu kelas Berseker, Bladedance dan Sorceress. Masing-masing kelas mempunyai set skill tersendiri, kendati Anda tidak bisa memilih gender.

Legacy of Discords: FuriousWings mempunyai beberapa modus permainan. PvE terdiri dari beberapa pilihan, Story Campaign, Boss Challenges, Trials, dan lainnya. Kemudian ada juga modus PvP di mana Anda bisa mengajak teman untuk beraksi bersama. Jika ini menjadi pilihan Anda, maka battleground Guild War sebaiknya menjadi pilihan demi sebuah pertempuran berskala besar.

Di level pertama permainan, Anda hanya akan menjumpai 20 skill point setiap sekali upgrade skill. Bagi yang bukan penyabar, mekanisme ini terbilang lambat. Sebagai alternatifnya, Anda bisa membeli berlian untuk mempercepat kenaikan skill.

8 Ball Pool

Bagi Anda yang lebih menyukai permainan sporty ketimbang “bunuh membunuh”, maka game 8 Ball Pool sebaiknya jangan sampai absen dari ponsel pintar Anda. Salah satu alasannya, karena game Billiard yang satu ini menyuguhkan sistem levelling yang bakal membuat jiwa kompetitif Anda mendidih. Siapa bilang olahraga hanya untuk yang bermental lembek?!

Di level pertama permainan, Anda bisa memainkan satu dari dua jenis permainan; satu lawan satu dengan pemain lain, dan turnamen di mana Anda akan berkompetisi dengan 7 pemain lainnya. Sebagai reward untuk setiap kemenangan, adanya yang namanya Pool Coins yang dapat diperoleh dengan beberapa cara. Pertama, dengan bermain selama 30 menit Anda akan memperoleh 25 Pool Coins gratis. Kedua, memenangi pertandindan satu lawan satu. Jumlahnya bervariasi, tergantung lokasi pool. Paling tinggi adalah Moscow Winter Club yang memberikan Pool Coin sebanyak 30.000 untuk setiap pemenang. Ketiga, membeli. Cara terakhir ini adalah solusi paling mudah yang bisa Anda tempuh jika ingin cepat naik level.

Di 8 Ball Pool ada 150 level di mana setiap levelnya ditentukan oleh jumlah XP atau Experience Points. Ada juga yang namanya Rank, atau julukan khas untuk setiap level-nya.

Clash of Lords 2: New Age

Genre dan gameplay Clash of Lords 2 hampir sama dengan Clash of Clans. Bedanya, grafis permainan ini menurut saya pribadi sedikit lebih kaya meskipun relatif lebih kasar. Seperti di CoC, saat pertama kali bermain Anda akan menjadi seorang pemimpin dari sebuah klan.

Bermain di game Clash of Lords 2 relatif lebih mudah, karena kendati baru di level satu, Anda bisa langsung melatih dan memilih battle untuk memperkaya diri. Ada beberapa battleground yang bisa dipilih sesuai keinginan, antara lain Resource Raid dan Solo Campaign. Di pertempuran Campaign Class, Anda akan menjumpai 10 level dungeon yang akan dihadapi. Enaknya game ini, sejak Anda mempunyai lebih dari 5 hero, Anda bisa memilih hero favorit di mana masing-masing dari mereka mempunyai ajudan yang dinamai Mercheneries.

Game ini mempunyai salah satu fitur yang disebut dengan Lord League, di mana Anda akan bersaing dengan pemain lain memperebutkan tropi. Dalam satu kali percobaan, Anda memperoleh 10 kesempatan battle. Mendapatkan satu bintang saja, maka Anda akan diganjar dengan tropi.

Where’s My Water 2

Game bergenre puzzle juga punya lho levelling system yang membuat tantangannya terasa lebih menggigit. Where’s My Water menyuguhkan lebih dari 100 level berbeda. Tentu, untuk memainkan level yang lebih tinggi, Anda harus mampu melewati rintangan sebelumnya.

Di level pertama atau yang dinamai Meet Swampy, Anda harus menyelesaikan 20 set tantangan tanpa melakukan kesalahan sekalipun. Tantangan ini terus berlanjut sampai tiba di level berikutnya yang dinamai Tri-Ducked “Meet Swampy” juga dengan 20 set tantangan.

Untuk setiap kenaikan level, pengembang memberikan tantangan yang lebih sulit, atau memberikan tantangan tambahan seperti mengumpulkan objek tersembunyi, mengirimkan poison sebanyak 20 kali, menghancurkan 50 ekor bebek dan lain sebagainya.

Nah, itu dia 5 game Android yang dipenuhi tantangan tak terduga, menawarkan sistem level yang menantang dan tentu bakal membakar semangat Anda.

Masih pengen level yang lebih tinggi? Beli item game favoritmu dengan promo #SalipLevel. Diskon hingga 80% dari Google Play. Ada juga diskon buat pembelian game atau aplikasi favorit lainnya. Belinya nggak repot, bisa pakai pulsa.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Google Play.