Pendapat ‘Gadget Reviewer’ Tentang Kepergian OnePlus dari Indonesia

Awal bulan Juni kemarin, penggemar gadget tanah air dikejutkan dengan berita atas hengkangnya salah satu brand yang dikenal menghadirkan smartphone flagship killer, OnePlus.

TeknoKompas memuat komentar dari Carl Pei, founder OnePlus yang mengkonfirmasi tentang kepergian OnePlus dari pasar tanah air. Dengan kepergian ini, penggemar OnePlus yang telah dikecewakan dengan tidak hadirnya OnePlus 2 secara resmi bisa melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan untuk OnePlus 3 yang belum lama ini dirilis.

Penikmat gadget hanya bisa menikmati OnePlus X sebagai smartphone ‘selipan’ selain OnePlus One yang resmi masuk Indonesia.

Kiprahnya di Indonesia terbilang cukup singkat, dan kalau mau dibilang hadirnya perangkat OnePlus juga sebenarnya agak lambat dibandingkan rilis utama di pasar lain.

Saya tidak pernah memiliki perangkat OnePlus namun sempat mencoba OnePlus X dan menuliskan review singkat. Tetapi beberapa teman saya memiliki OnePlus One dan merasa puas dengan performanya. Komunitas OnePlus yang ada di Indonesia juga meski belum sebesar komunitas smartphone pendatang baru lain saya lihat cukup menarik, bahkan review OnePlus 3 pun sudah ada yang membuat thread-nya. Indonesia juga punya community manager khusus untuk pasar tanah air. Jadi dari sisi konsumen, OnePlus punya peluang untuk diminati konsumen.

Artikel kompas juga memuat alasan kenapa OnePlus hengkang, meski tidak rinci. Regulasi menjadi salah satu faktor (kemungkinan berhubungan dengan TKDN dan komitmen investasi di lokal), kemampuan produksi, yang berhubungan dengan harga produk, menjadi faktor lain. OnePlus dikenal dengan sistem produksi yang ‘irit’ dengan sistem invite – meski kini sistem itu sudah ditinggalkan. Untuk harga, sebagai flagship killer tentu saja harga yang ditawarkan lebih murah dari flagship merek lain.

Artikel ini tidak membahas lebih jauh tentang ada cerita apa di balik kepergian OnePlus, tetapi saya lebih tertarik dengan komentar dari para gadget reviewer yang rajin melakukan review gadget tentang perkembangan dari OnePlus ini. Apakah akan berdampak pada strategi pengembangan komunitas pecinta merek tertentu? Bagaimana dengan brand lain, apakah kita akan menemukan merek lain hengkang dari pasar lokal juga?

Saya berbincang dengan dua idola gadget review saya di ranah lokal, SobatHape (Mouldie Satria Eka) dan ObatGaptek (Nico Chandra Alam). Wawancara lewat surel sebenarnya telah selesai tanggal 10 dan 12 Juni, tetapi beberapa acara membuat saya baru bisa menyusunnya kali ini. Mari kita simak.

Pendapat perihal kepergian OnePlus

Mouldie Satria Eka menyebutkan bahwa dampak hengkang OnePlus dari Indonesia secara umum seharusnya tidak akan terlalu terasa. Belum banyak model (hanya dua yang secara resmi hadir, Oneplus One dan OnePlus X) serta kahadiran yang tidak begitu lama di ranah lokal bisa menjadi acuan.

Sebagai gadget entusias, Mouldie sendiri menyayangkan kejadian hengkangnya OnePlus, salah satu alasannya adalah karena spesifikasi dan desain yang ditawarkan kelas atas dengan harga kelas menengah. Mouldie juga menyoroti perihal peraturan TKDN yang menurut pendapatnya menjadi tantangan terbesar OnePlus di Indonesia.

Persyaratan yang dipenuhi dari TKDN diharusnya jika ingin menjual smartphone 4G, OnePlus masih merupakan brand kecil. Produksi terpusat untuk bisa menekan harga, yang mengakibatkan OnePlus tidak mampu memenuhi persyaratan TKDN.

Dengan adanya persyaratan TKDN, Mouldie juga berpendapat bahwa pilihan brand smartphone menjadi lebih dibatasi. “Hanya brand besar saja (yang punya cukup uang untuk membangun pabrik, atau bekerja sama dengan pabrik perakitan lokal) yang bisa dipilih”.

Apakah kejadian ini bisa membuat brand lain hengkang juga?

Nico Chandra memberikan pendapat bahwa dengan kepergian OnePlus ini bisa membuat persaingan sedikit banyak akan menjadi renggang. Brand lain punya sedikit urang untuk bernafas. Meski demikian, Nico menambahkan, kalau ternyata pasar yang di target masih tetap sesak dan tidak sebanding dengan investasi yang dikeluarkan oleh brand maka tidak menutup kemungkinan bisa menyusul hengkang dari Indonesia.

Menurut pendapat dia pribadi, kepergian OnePlus ini dirasa tidak masalah selama brand lain masih bisa menjual produk flagship mereka secara laris serta beberapa distributor yang membawa produk garansi distributor ke sini.

Mouldie memberikan pendapat yang relatif sama bahwa kondisi yang dihadapi OnePlus ini (merujuk pada masalah TKDN) bisa membuat brand lain ikut pergi. Contohnya beberapa brand lain seperti Coolpad, Xiaomi dan Apple kesulitan untuk memenuhi syarat TKDN.

Untuk produk OnePlus terbaru, misalnya OnePlus 3, sebagai reviewer Mouldie menganggap tidak masalah karena masih bisa mendapatkan produk dari jalur lain seperti membeli langsung dari luar negeri atau resseler. Meski untuk produk seperti ini tidak after sales service, jadi tidak direkomendasikan.

Persaingan di segmen flagship killer

Bagi saya, segmen flagship killer sangat menarik terutama di pasar negara berkembang seperti Indonesia. Spesifikasi tinggi dengan harga yang lebih terjangkau adalah jargon yang menjadi daya jual di pasar sini. Hengkangnya OnePlus membuat satu pemaing kuat di segmen ini hilang di pasar lokal.

Mouldie menyoroti kembali tentang masalah TKDN (untuk smartphone 4G – red) yang akan memberikan tantangan bagi perangkat flagship killer untuk hadir resmi di pasar lokal. Karakter flagship killer yang bisa hadir dengan memangkas ongkos produksi dan ongkos marketing akan cukup sulit dicapai jika karena salah satu syarat TKDN, produksi dilakukan di tanah air. (Meski demikian, proses kepastian peraturan TKDN ini masih dalam pembahasan).

Pasar yang ‘kosong’ dari hengkangnya OnePlus ini juga disayangkan oleh Nico. Meizu, Xiaomi dan OnePlus belum berani terjun total ambil resiko untuk menggarap asar ini secara penuh di Indonesia, padahal pasarnya kosong. Di sisi lain Infinix juga dikatakan Nico belum merilis produk yang bisa disebut flagship killer. Mouldie menambahkan bahwa Xiaomi belum bisa bicara banyak di segmen ini karena baru device kelas menegah dan entry level yang secara resmi masuk ke tanah air.

OnePlus diharapkan bisa mengisi segmen flagship killer

Mouldie berpendapat bahwa konsumen lokal cukup kecewa dengan kepergian ini, termasuk ia sendiri. Salah satu alasan adalah bahwa OnePlus merupakan brand yang mampu menghadirkan spesifikasi flagship, desain cantik, UX mirip pure Android, dukungan software dan hadir dengan harga yang lebih murah dari brand besar seperti Samsung dan LG.

Saya bertanya tentang apakah kepergian OnePlus ada hubungannya dengan gema OnePlus X yang kurang terasa saat telah dirilis di Indonesia? Mouldie menjawab bahwa tidak ada hubungannya dengan gema OnePlus X yang kurang terasa. “Selama OnePlus belum bisa memenuhi TKDN, mereka tidak akan bisa menjual produk smartphone 4G-nya di Indonesia.” Mouldie juga menambahkan bahwa OnePlus X dijual di Indonesia sebagai smartphone 3G. Dan ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa gema OnePlus X tidak begitu nyaring.

Tren rilis produk terbaru tentu saja harus menangkap tren penggunaan yang sedang berkembang. Kebutuhan akan perangkat 4G menjadi standar dalam kehadiran smartphone. Produk terbaru yang belum 4G biasanya kurang diminati penikmat gadget.

Pendapat senada dengan angle yang berbeda hadir dari Nico. Ia mengatakan bahwa fans OnePlus itu rata-rata ‘ngerti’ smartphone, jadi ketika ditawarkan smartphone dengan proseser tahun lalu dan ada isu overheat, maka para fans ini akan lebih sensitif dari fans brand lain. Nico memberikan catatan bahwa kemungkinan akan ada cerita yang lain jika OnePlus 2 kemarin hadir di Indonesia. (Baca juga: OnePlus 2 batal masuk Indonesia).

Tentang nasib komunitas OnePlus di Indonesia

Seperti yang disebutkan di atas, saya melihat bahwa komunitas OnePlus sebenarnya sudah ada dan bisa dimaksimalkan oleh brand. Bagaimana pendapat dua gadget reviewer tentang hal ini?

Nico memberikan pendapat bahwa “Saya kira komunitasnya bakal tetap ada, walau mungkin aktivitasnya nggak bakal seheboh dulu”. Ia menambahkan bahwa komunitas yang ada malah bisa lebih solid karena akan terseleksi mana yang merupakan fans sejati mana yang penggembira saja.

Mouldie juga senada dengan pendapat Nico, komunitasnya akan tetap ada terlepas dari ada atau tidaknya kehadiran sang induk di Indonesia. Mouldie melihat bahwa komunitasnya telah ada bahkan sebelum OnePlus resmi hadir di pasar lokal, mereka sudah berkumpul di forum internasional.

Apa yang bisa dipelajari brand dari kejadian ini

Kepergian brand yang telah memiliki komunitas, bagi saya pribadi adalah sebuah kesalahan. Komunitas adalah salah satu garda depan yang bisa membantu brand dalam menjaga pangsa pasar bahkan membantu target penjualan. Kesalahan dalam komunikasi bisa jadi adalah yang paling besar dilakukan OnePlus.

Mouldie memberikan pendapat bahwa apa yang dilakukan OnePlus Indonesia (pergi tanpa pamit) membuat penggemar brand ini kecewa. Ia memberikan contoh grup Facebook OnePlus yang dihapus oleh fans mereka sendiri.

Saran Mouldie jika brand memang ingin pergi, alangkah baiknya untuk memberikan pernyataan resmi pada para fans dan memberikan jaminan after sales atau garansi produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sedangkan Nico memberikan penekanan bahwa ada perbedaan acara vendor, yang memang berniat untuk melakukan bisnis dengan fans, yang tidak murni bisnis. Namun Nico juga menyayangkan jika brand yang pamit tidak ada basa-basi atau pendekatan untuk pamit ke komunitas.

Business as usual

Mouldie mengatakan bahwa Indonesia adalah pasar yang menarik, tidak perlu takut untuk kebahisan pilihan dari brand smartphone yang masih terus berlomba untuk menjual produk mereka di sini. Brand lokal juga dipandang Mouldie sebagai pilihan yang menarik. Ia juga yakin bahwa OnePlus masih ingin kembali ke Indonesia.

Nico juga mengatakan bahwa seiring jalannya waktu, maka suasana akan adem sendiri.

Saya sendiri melihat kepergian dari OnePlus ini sebagai hal yang disayangkan karena kita kehilangan salah satu smartphone flagship killer paling potensial. OnePlus memang tidak mengatakan bahwa mereka akan pergi selamanya, dan masih membuka peluang untuk kembali lagi hadir di pasar lokal. Namun, pengguna di Indonesia sering kali tertinggal dari region Asia lain untuk mendapatkan gadget terbaru, kini harus menambah daftar gadget yang rilis terbarunya tidak bisa lagi dinikmati secara cepat (tidak lama setelah rilis resmi).

Tentu saja, kondisi business as usual akan tetap berjalan. Brand lain terus merilis produk baru yang hadir dengan spesifikasi yang makin canggih dan harga yang terjangkau pula. Penikmat gadget (konsumen) di tanah air juga masih diberikan pilihan merek dengan segala keunggulan dan kelemahannya. Meski demikian, saya pikir penggemar gadget tetap menanti kehadiran kembali OnePlus dengan segala inovasi mereka.

Pertanyaan bonus:

Ini mungkin agak konspirasi dan pertanyaan selingan, tapi udah menjadi rahasia umum kalau OnePlus punya kedekatan dengan Oppo. Apakah kepergian ini termasuk ‘rencana’ Oppo yang sepertinya belum menikmati kesuksesan di pasar Indonesia?

Mouldie: Saya rasa tidak. Karena OnePlus dan OPPO bersaing di pasar yang berbeda. OnePlus hanya fokus untuk pasar online (yang dapat dilakukan dengan biaya marketing sedikit) sedangkan OPPO berada di pasar offline (membutuhkan SPG dan SPB, distribusi stok, konter hape, dan masih banyak lagi).

Nico: Walau satu induk, tapi manajemen di Indonesia sama sekali berbeda, hanya memang dengan OPPO yang nggak membantu OnePlus buat pemenuhan TKDN, ya jadi wajar kalau muncul konspirasi kayak gitu, tapi ya tidak bisa nyalahin OPPO yang totalitas investasinya tidak diragukan di Indonesia, tiba-tiba OPPO F1 Plus-nya tidak laku karena OnePlus 2, kan kasian juga. (Edited tanpa mengubah isi – red)

Terima kasih kang Mouldie dan kang Nico. Jangan lupa untuk subscribe dan tonton review mereka yang ciamik di tautan berikut ini: SobatHape dan ObatGaptek.

Belajar dari Ekosistem Startup Tiongkok

Negara Tiongkok tidak bisa lepas dari bahasan ketika membicarakan tentang ekosistem startup. Negara ini jadi salah satu negara yang bisa dijadikan rujukan, baik untuk perkembangan teknologi, pasar, pola investasi dan tren behavior konsumen. Teknologi dan perkembangan solusi yang ditawarkan startup di sana dianggap lebih maju beberapa tahun dari beberapa negara di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Lalu apa yang bisa dipelajari dari perkembangan tren teknologi yang ada di sana? Sebuah diskusi panel di acara Echelon Asia Summit mencoba membahas hal tersebut. Panel diisi oleh Partner Linear Venture Harry Wang,
Managing General Partner Integral Investment Group Peter Cheng, dan Head of Global Partnerships & Marketing TechTemple Coco Sun, Menjadi moderator dalam ajang ini adalah Founding Director Startups Greater Asia / Corporate Attorney, Carr & Ferrell Christina Hsiang.

Pendapat tentang wilayah Asia Tenggara

Asia Tenggara dipandang sebagai area yang paling menjanjikan. Coco Sun memberikan pendapat ini dan menambahkan bahwa kawasan ini adalah one of the best tetapi juga menyimpan kontroversi. Kondisi teknologinya masih ketinggalan 5-6 tahun dari Tiongkok. Indonesia juga tak luput dari komentar. Negara ini menyimpan peluang yang besar karena jumlah pengguna tetapi belum teruji visibilitasnya seperti di Tiongkok. Jadi masih meragukan untuk melihat startup yang akan sukses.

Peter Cheng memberi pendapat bahwa pasar Asia Tenggara menarik tetapi investor dari Tiongkok lebih tertarik ke pasar Amerika Serikat yang memang telah terbukti menghasilkan startup-startup berskala besar.

Pendapat ini tentunya bisa menjadi masukan bagi ekosistem startup di tanah air. Meski beberapa waktu ini muncul beberapa startup yang mendapatkan dana cukup besar dan melambungkan namanya untuk menjadi ‘kelas’ unicorn, namun kisah sukses dan startup yang menggunakan teknologi untuk benar-benar memecahkan masalah dan bisa dibawa scaling masih belum banyak terlihat.

Pola investasi yang berubah

Tidak hanya perkembangan teknologi dan layanan yang diberikan, pola investasi pun berubah di Tiongkok. Harry Wang menjelaskan bahwa dulu di Tiongkok kriteria untuk melakukan investasi fokus pada talent. Kriteria yang dilihat smart people saja, tetapi sekarang lebih ke big data dan smart learning. Tiongkok memiliki data yang terkumpul dalam jumlah besar, maka pengolahan data dan layanan yang memaksimalkan data ini akan menjadi incaran investor.

Meski demikian talent juga tetap menjadi faktor penting, yaitu talent yang memiliki kemampuan global. Faktor lain yang diperhatikan adalah ada tidaknya pasar yang disasar oleh startup tersebut.

Harry juga menyebutkan pandangan yang menarik tentang big data di Tiongkok. Dari sisi teknologi mereka cukup maju, tetapi lemah di sisi lain, misalnya cara meng-capture market yang ada.

Sedikit tentang kondisi teknologi di Tiongkok

Seperti yang disebutkan di atas, kondisi perkembangan atau kemajuan teknologi di Tiongkok lebih maju dari negara Asia lain, terutama Asia Tenggara. Lalu seperti apa sekiranya teknologi yang sedang berkembang di sana?

Peter memberikan sedikit penjelasan. Menurut dia di Tiongkok para pemain di industri TI sudah maju dari sisi teknologi, live streaming disebutkan lagi ‘hot’ meski pemainnya sudah cukup banyak yang terjun di area ini.

Menurut Peter, startup yang menghadirkan layanan vertical mobile enterprise adalah yang sedang diincar oleh investor saat ini. Kondisi ekonomi yang sedang menurun juga bisa menjadi peluang karena para pelaku bisnis membutuhkan optimasi dari sisi teknologi. Di sinilah startup bisa membuat pemecahan masalah dan menawarkan layanan mereka.

Menyinggung tentang pembahasan unicorn, Peter berpendapat bahwa sulit untuk mencari perusahaan yang mampu menjadi ‘one winner take all’ di Tiongkok. Bisa jadi kondisinya akan memunculkan beberapa unicorn di satu segmen layanan.

Menurut Peter pelajaran lain yang bisa dipetik adalah dengan skala konsumen yang besar, di Tiongkok startup bisa menyasar segmen niche dan tetap bisa sukses (menjadi besar) karena segmen yang niche di sana susah cukup besar untuk jadi target konsumen startup. Hal yang sama seharusnya bisa diterapkan di Indonesia.

Bagaimana startup Asia Tenggara bisa bersaing

Bahasan pertanyaan ini menarik untuk dicermati, terutama jika Anda sedang mengembangkan startup yang ingin memasuki pasar Tiongkok atau ingin mendapatkan investasi dari Tiongkok.

Coco mencoba melihat dari tren yang ada bahwa startup di Amerika Serikat cenderung mengarah ke IPO sedangkan di Asia Tenggara startup yang ada masih craving di area optimasi rencana bisnis. Coco memberi saran agar startup di wilayah ini melihat apa yang sudah sukses di negara yang lebih maju. Startup regional bisa melihat dari apa yang sudah sukses di Tiongkok.

Coco tidak menyukai istilah copycat karena meski layanan yang ada di Tiongkok atau di negara lain mirip dengan layanan yang sudah lebih dulu ada di negara maju, tetapi eksekusi yang ada tetap akan memiliki pendekatan lokal. Beberapa layanan Tiongkok yang mengambil ide dari layanan yang sudah jalan di Amerika Serikat bisa bertahan karena eksekusinya kental dengan nuansa lokal. Perusahaan Amerika Serikat cenderung akan go global, sedangkan di Tiongkok lebih melayani pasar lokal.

Copycat startup memang menyimpan kontroversi. Di satu sisi bisa memberikan dampak negatif (tidak ada inovasi, me too product), di sisi lain bisa juga memberikan dampak positif (transfer teknologi, uji pasar, proven business). Kondisi ini masuk dalam contoh yang diberikan Peter. Lima belas tahun terakhir ini startup Tiongkok banyak yang memulai bisnis dengan meniru produk startup Amerika Serikat, tetapi kemudian meningkatkannya dengan lebih banyak berinovasi. Beberapa contoh yang dikenal adalah layanan messaging WeChat dan platform pembayaran Alipay.

Cara mengembangkan ekosistem startup regional

Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dari sisi talent. Harry memberikan saran dengan membawa talent terbaik yang mengembangkan karier di luar region untuk kembali masuk ke region dan mengembangkan layanan dan teknologi.

Langkah seperti di atas sebenarnya sudah mulai terjadi di Indonesia. Beberapa anak bangsa yang sempat berkarier atau mengembangkan usaha di luar negeri kembali ke Indonesia untuk mendirikan atau bekerja di startup. Perkembangan seperti ini bisa memberikan sisi positif, misalnya sisi transfer knowledge, juga bisa membawa relasi yang didapatkan di luar region ke Asia Tenggara.

Saran untuk startup yang ingin masuk ke pasar Tiongkok

Pertanyaan dalam diskusi tentu saja menyinggung tentang saran apa yang bisa diberikan bagi startup Asia Tenggara untuk mengejar ketertinggalan dan saran yang cocok bagi startup untuk masuk ke pasar Tiongkok atau mendapatkan investasi dari investor Tiongkok.

Peter memberikan saran singkat tetapi cukup masuk akal. Ia menyebutkan bahwa jika ingin masuk ke Tiongkok bisa mencari partner lokal. Menurut dia jarang sekali startup/perusahaan/layanan yang masuk sendirian di Tiongkok dan sukses.

Sedangkan Harry menyebutkan bahwa startup bisa membawa informasi yang ada di luar Tiongkok untuk masuk ke pasar Tiongkok sebagai informasi untuk mengembangkan layanan. Ada beberapa teknologi yang sudah ada yang bisa digunakan tidak perlu dikembangkan dari awal. Berangkat dari sini, startup bisa mulai mengembangkan lebih lanjut layanan yang dihadirkannya.

Sedangkan Coco memberikan pendapat bahwa tipe investor asal Tiongkok memiliki mindset yang lebih agresif dan berpikir cukup pendek untuk menuju exit. Coco juga berpendapat bahwa investor yang paling pas untuk didekati adalah investor Tiongkok yang berbasis teknologi (memiliki latar belakang teknologi atau yang mengerti teknologi – Ed).

Coco menyebutkan adanya kurang komunikasi yang terjadi antara pelaku startup Asia Tenggara dan Tiongkok. Jarang ada yang mau masuk ke pasar Tiongkok dari Asia Tenggara. Ia menambahkan harus lebih banyak partnership antara kedua kawasan ini.

Strategi Exit Startup Bisa Dipikirkan Sejak Awal

Ada banyak diskusi seru ketika membicarakan strategi exit untuk para startup. Ada beberapa ‘aliran’ exit yang bisa dipilih dalam menjalankan startup. Ada yang bertujuan untuk exit dengan IPO, ada yang exit dengan M&A (merger and acquisition), dan ada pula yang memiliki pandangan tidak akan exit dan mengembangkan terus startup yang dijalaninya.

Seharusnya tidak ada yang salah dengan beberapa pandangan yang disebutkan di atas selama dijalani dengan profesional. Exit bagi startup seharusnya dijalankan atau dipilih bukan tanpa alasan. Memilih exit juga bukan berarti keluar dari medan perang dan lari dari tanggung jawab. Semua dijalankan sesuai strategi yang dibutuhkan startup.

Salah satu topik yang menarik untuk disimak di ajang Echelon Asia Summit 2016 yang diadakan di Singapura beberapa waktu lalu adalah soal exit untuk startup. Panelis yang hadir adalah Head of Media & Technology Asia Tenggara Goldman Sachs Andy Tai dan Executive Director North Ridge Partners Chris Tran. Founder & CEO, Detecq Wong Zi En menjadi moderator diskusi ini.

Kapan harus memikirkan exit

Dua pembicara ini secara garis besar memiliki pandangan yang sama bahwa strategi exit bisa dipikirkan sedini mungkin.

Andy memberikan pendapat bahwa rencana apakah akan exit atau tidak harus dipikirkan early possible ketika menyusun bisnis plan. Ia berpendapat bahwa startup yang kini bermunculan banyak yang tidak memikirkan hal ini karena lebih condong pada passion mereka dalam menjalankan startup, padahal di banyak sisi rencana exit bukan hanya bisa baik bagi founders tetapi juga bagi investor.

Sedangkan Chris memiliki pendapat bahwa startup yang sukses adalah yang para founders-nya memiliki tujuan akhir yang jelas. Pertumbuhan seperti apa yang ingin dicapai saat mengembangkan startup. Selain itu startup juga harus memperhatikan beberapa hal, termasuk growth, innovation dan talent.

Seperti yang dibahas di awal artikel, exit tak melulu berarti founders keluar dari perusahaannya dan melepaskan ke pemilik baru. Dalam proses M&A biasanya founders stay di perusahaan meski terkadang ada jangka waktu tertentu (lock).

Faktor yang harus diperhatikan dalam proses M&A

Berbicara tentang M&A, ada beberapa faktor (pandangan VC) yang bisa diperhatikan oleh para founders. Andy menyebutkan setidaknya ada beberapa hal yang bisa diperhatikan. Faktor penting untuk proses M&A adalah strategi revenue yang dimiliki startup, apakah startup itu men-disrupt kondisi yang telah ada atau tidak. Sisi talent di sini pun memegang peranan penting.

Faktor lain terkait proses ‘paper works’ adalah governance right atas perusahaan tempat investor menanamkan modal. Investor memperhatikan faktor ini dalam proses M&A. Contohnya hak veto untuk menolak keputusan founders.

Andy juga menyebutkan hal menarik tentang mindset yang bisa ada di para founders. Ekspektasi mereka atas angka (harga) startup mereka biasanya lebih tinggi sedangkan biasanya investor lebih skeptis pada proyeksi keuangan dari startup. Perbedaan mindset ini tentunya perlu diperhatikan saat founder menargetkan M&A, karena ketidaksamaan persepsi bisa membuat proses gagal.

Pendapat lain yang senada disampaikan Chris. Menurutnya founders harus bisa memperhatikan future promises yaitu kondisi-kondisi di masa depan yang akan dihadapi oleh startup mereka. Para founders juga harus bisa memikirkan bagaimana meningkatkan valuasi saat negosiasi untuk proses M&A. Salah satu saran yang diungkapkan Chris adalah menggunakan jasa advisor atau penasihat. Ia berpendapat bahwa advisor ini bisa memberikan bantuan untuk menunjukkan valuasi yang tepat untuk startup.

Pilih IPO atau M&A

Pertanyaan di atas standar tetapi jawabannya bisa bermacam-macam. Menurut dua investor panelis ini ketika ditanya tentang memilih mana IPO atau M&A menjawab secara logika tentu saja semua tergantung kondisi dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.

Chris mengatakan bahwa M&A memiliki keuntungan salah satunya adalah prosesnya yang relatif lebih ‘mudah’ dari IPO, misalnya jangka waktu tunggu proses dan pengurusan dokumen. Dalam proses menjalaninya, M&A juga bisa dibilang lebih ‘mudah’ karena IPO berarti investor akan bertambah dari publik.

Bagaimana dengan kondisi di kawasan Asia Tenggara? Andy memberikan pendapat bahwa IPO akan lebih menantang untuk startup di kawasan ini, sedangkan M&A akan lebih masuk akal. Beberapa faktor yang yang mendukung pendapat ini adalah M&A akan menjadi sinergi agar startup bisa lebih berkembang dan proses M&A berlangsung lebih cepat.

Andy juga menambahkan bahwa penting bagi para founders untuk memikirkan skala perusahaan saat menjalani startup mereka, apakah mereka akan menargetkat untuk IPO, M&A, atau tetap menjadi perusahaan tertutup.

Big Exit

Cara yang tepat dalam menjalankan startup adalah dengan memecahkan masalah. Demikian juga dengan proses M&A. Bagi founders yang memang berencana untuk menempuh jalan ini, Chris memberikan saran bahwa founders harus melihat sisi konsumen dan mencari pemecahan masalah. Untuk proses M&A bisa juga melihat pesaing dan memberikan pemecahan masalah yang lebih baik.

Startup yang bisa diakuisisi juga bukan hanya yang bisa mendapatkan user baru dan lebih besar dari pesaing, tetapi bisa pula mencuri dari layanan yang lebih besar dan sudah ada terlebih dahulu. Akusisi bisa ditempuh oleh perusahaan besar atas perusahaan yang ‘disruptive’ ini untuk mempercepat pertumbuhan pasar.

Saran lain yang diberikan oleh Chris adalah start with end mind, menentukan secara tepat dari awal siapa konsumen dari layanan startup serta bekerja sama dengan advisor.

Memikirkan exit bukan berarti ‘menyerah’ sebelum bertanding. Founders yang memikirkan strategi akan seperti apa perusahaannya di masa depan adalah mereka yang memiliki visi dan tahu apa yang ingin dicapai dengan startup-nya.

Beberapa startup membutuhkan exit (biasanya berupa M&A) untuk urusan strategis. Perusahaan yang mengakuisisi biasanya memiliki dana, cakupan akses pasar yang lebih luas, dan bisa membawa startup tersebut untuk berkembang lebih besar lagi.

Dalam perkembangan dunia digital yang serba cepat ini, ada banyak cara yang bisa ditempuh oleh startup, apakah stay private, IPO atau M&A. Bisa jadi, menjadi exit agnostic dan selalu melihat para perkembangan internal (pertumbuhan pengguna, laporan keuangan, burn rate) dan memperhatikan perkembangan eksternal (konsisi pasar, tren, persaingan) adalah cara yang tepat. Tidak ada formula yang sama untuk setiap kondisi tetapi cerdas membaca pola dan menelaah informasi adalah kunci.

Indonesia IoT Expo 2016 dan Pemenang IoT Challenge

Rangkaian acara Indonesia Developer Day 2016 akhirnya selesai diselenggarakan. Acara puncak IoT Expo kemarin selama dua hari (11-12 Juni 2016) di BEC (Bandung Electronic Centre). Selain acara pameran karya IoT, workshop terkait IoT, acara juga ditutup dengan pengumuman pemenang lomba IoT Challenge dan lomba blogging tema IoT.

Acara ekspo kemarin menjadi gelaran penutup setelah acara roadshow yang diadakan di berbagai kota, Bandung, Bogor, Jakarta dan Surabaya. Acara ekspo sendiri digelar cukup meriah dan menarik karena diadakan di mall dan bisa dikunjungi khalayak umum, selain, tentu saja komunitas IoT.

Review singkat booth pameran

Seperti halnya pameran IoT Developer Day beberapa bulan lalu, kali ini saya juga jalan-jalan ke beberapa booth, antara lain:

A.S.A.P

PEDER (Pet Smart Feeder)
ASAP (Automatic Sedot Asap Polusi)

Pengembang yang satu ini menghadirkan perangkat dengan sensor yang bisa mendeteksi asap dan filter untuk untuk memperbaiki atau membersihkan asap yang menjadi lebih ‘bersih’. Disiapkan pula akses lewat web dan aplikasi untuk inforasi tentang kadar asap tersebut. Dengan bentuk memanjang, sensor di sediakan di dua ujung alat.

Saat mencobanya, meski tidak ada asap, alat cukup sensitif dengan men-triger menggunakan korek gas. Berbincang tentang para pengembangnya, arahan jika proyek ini direalisasikan adalah ke B2B, meski saya sendiri berpendapat bahwa lebih cocok untuk awal pengembangannya ke C2C (skala kecil) untuk menyediakan alat filter asap rumahan atau bahkan bisa diletakan di meja kafe. Tentu saja prototipe yang ada harus dikembangkan dengan data detail tentang tools perangkat keras yang digunakan untuk mendeteksi asap agar lebih baik serta penggunaan penyaring yang sesuai standar.

Kyuri Planter

Kyuri Planter
Kyuri Planter

Peserta pameran lain yang saya kunjungi adalah Kyuri Planter. Prototipe yang dihadirkan adalah alat penanam sayuran tanpa tanah (hidroponik) dan terotomisasi (untuk pengairan atau penetesan air ke tanaman) juga untuk menjaga kelembaban secara otomatis. Penggunaan IoT tidak hanya untuk otomisasi tetapi juga bisa dikembangkan untuk mengumpulkan data terutama untuk pengembangan ke pasar B2B.

Berbincang dengan sang developer, produk ini akan menyasar pangsa pasar urban farming B2B. Meski demikian, saya sendiri melihat bahwa pasar rumahan pun bisa juga menjadi arahan pasar jika produk ini dikembangkan lebih lanjut dan dirilis ke pasaran.

IMS+

IMS+
IMS+

Satu lagi booth yang cukup menyita perhatian adalah Infusion Monitoring System+ (IMS +) yang membuat prototipe untuk memonitoring infus yang digunakan pasien rumah sakit.

Prototipe yang dibawa dalam pameran memberikan beberapa fitur seperti memungkinkan perawat untuk mendapatkan altert saat ada yang tidak sesuai dari infus seperti kurang lancar atau ada darah naik dari titik jarum yang masuk ke tubuh. Monitoring bisa dilakukan lewat aplikasi web.

Selain itu beberapa fitur yang disediakan adalah mendeteksi sisa cairan infus, kecepatan tetesan, reminder pengingat minum obat, memberikan terapi suara, perawat dapat mengirim pesan ke pasien.

Perangkat yang berhubungan dengan kesehatan biasanya akan memiliki barrier yang lebih besar. Pengembang IMS+ juga menyebutkan bahwa mereka sudah melakukan komunikasi ke rumah sakit tetapi rumah sakit masih belum (takut) untuk menggunakan alat ini karena belum teruji secara maksimal, disarankan untuk menguji dulu alat ke hewan.

TopPay

TopPay
TopPay

TopPay dikembangkan sebagai alat yang memungkinkan pengguna membayar sesuatu dengan perangkat mungil. Pembayaran semudah memencet perangkat mungil ini. Segmen cashless payment menjadi salah satu yang ingin disasar oleh TopPay.

Dalam demo prototipe yang dihadirkan, pengembang membuat sebuah ilustrasi pintu parkir. Ketika berada di depan pintu parkir, pengguna tinggal memencet tombol tertentu dan pintu akan terbuka, demikian juga ketika keluar dan membayar.

PEDER

PEDER
PEDER

Sesuai namanya, perangkat IoT ini memudahkan pemilik hewan peliharaan untuk memberi makan secara otomatis. Ada 5 layanan utama yaitu alat untuk memberi makan, perangkat wearable yang bisa dipakai hewat untuk mengukur suhu tubuh serta aplikasi Android untuk memonitoring kesehatan, nafsu makan serta mengatur pemberian makanan baik dari jumlah atau waktu. Aplikasi juga dilengkapi informasi seputar pemeliharaan hewan serta pembelian makanan secara online.

Selain yang disebutkan di atas ada beberapa protipe atau perangkat IoT lain yang ikut serta di expo, misalnya panic button yang juga pernah mengikuti pemeran IoT beberapa waktu lalu, kemudian ada pula perangkat untuk deteksi banjir, Modegi yang menyediakan perangkat smarthome, perangkat yang memungkinkan pengguna untuk medeteksi penggunaan air, dan berbagai perangkat lain.

Kurangnya kehadiran dan dukungan pemerintah

Berbincang dengan salah satu perwakilan panitia, Helmi – DycodeEdu, diinformasikan bahwa untuk acara IoT Challenge, peserta yang mendaftarkan di diri untuk bertanding di luar dugaan. Target maksimal yang ingin dicapai adalah 50 tetapi yang daftar ada 67 peserta. Para peserta ini kemudian di seleksi untuk dipilih 10 yang akan masuk babak final serta diundang pula untuk mengikuti expo.

Acara expo dan workshop di Bandung merupakan acara puncak setelah sebelumnya diselanggarakan acara offline di beberapa kota seperti Bandung, Jakarta, Bogor. Minat untuk acara offline disebutkan memang masih terasa kurang dari sisi developer yang mengerti IoT. Helmi berpendapat bahwa masih harus terus dilakukan edukasi terkait pengembangan perangkat IoT.

Meski penyelenggaraan sukses digelar, sayangnya Helmi sebagai perwakilan penyelenggara merasa dukungan pemerintah masih kurang, karena tidak ada perwakilan pemerintah (misalnya Bekraf) meski telah diundang secara resmi untuk hadir di acara. Ia bercanda bahwa mungkin pemerintah sedang sibuk. Padahal, saat penyelenggaraan acara di Bogor perwakilan pemerintah mengajak untuk berkarya. Ajang Indonesia IoT yang diselenggarakan telah berhasil (dalam waktu cukup singkat) untuk mengajak para developer mengirimkan dan berpartisipasi dengan karya mereka (real) tetapi sayangnya, perwakilan pemerintah datang pun tidak pada puncak acara di Bandung ini.

Menimbulkan pertanyaan dari penyelenggara bahwa dukungan seperti apa sebenarnya yang diberikan pemerintah. Acara Indonesia IoT Developer Day ini sudah menghasilkan banyak karya sesuai dengan kampanye yang didengungkan pemerintah, tetapi pada saat penyelenggaraan ekspo, kehadiran pun tidak ada.

Diskusi panel seputar IoT

Selain acara ekspo, workshop, acara juga menghadirkan beberapa sesi diskusi, salah satunya adalah diskusi seputar IoT yang dihadiri beberapa praktisi IoT, perwakilan komunitas, perwakilan dari Doku dan saya sendiri. Dalam diskusi singkat kemarin bisa ditarik kesimpulan yang hampir saya dengan diskusi yang pernah saya ikuti beberapa waktu lalu bahwa kondisi yang ada masih dalam tahap berkembang, masih butuh edukasi. Beberapa pihak yang terlibat dalam ekosistem masih melakukan edukasi sesuai dengan cakupannya, prinsipal, komunitas, dan developer sendiri.

Satu hal menarik, meski tahap perkembangan IoT masih di tahap awal, DOKU telah terjun untuk menjadi sponsor acara Indonesia IoT Developer Day. Dalam sesi panel, disebutkan oleh Ricky Richmond Aldien selaku VP Customer Product DOKU, bahwa DOKU ingin membantu para makers ini untuk bersama-sama go to market. Tidak hanya mendukung lomba yang diselenggarakan di acara Indonesia IoT Developer Day tetapi DOKU juga membantu para pelaku untuk menemukan user.

Andri Yadi dari DycodeEdu – Dycode X mengatakan bahwa kondisi yang ada di ranah IoT ini masih seperti geliat pengembangan aplikasi mobile tahun 2000-an.

Di satu sisi kondisi ini memang membutuhkan ‘perjuangan’ lebih berat tetapi di sisi lain memberikan peluang bagi para makers untuk jump in lebih dulu dari pelaku lainnya.

Pemenang IoT Challenge

Salah satu rangkaian acara yang seru untuk ditunggu akhirnya dalam rangkaian acara Indonesia IoT Developer Day adalah IoT Shallenge yang mempertandingkan 10 proyek IoT terbaik sebagai finalis. Saya kebetulan juga menjadi salah satu juri dalam kompetisi ini.

Setelah masing-masing peserta kompetisi mengikuti ekspo, mempresentasikan proyek mereka dan para juri berkunjung ke masing-masing booth untuk melihat dan mendapatkan penjelasan atas proyek maka 3 pemenang utama dan satu pemenang favorit diumumkan. Mereka adalah:

Juara I: TopPay

Juara II: Peder (Smart Pet Feeder)

Juara III: The Kyuri PLanter

Juara favorit: Dyrecs

Pengalaman menjelajah berbagai produk IoT yang sebagian besar masih dalam prototipe seperti biasa selalu menyenangkan. Namun yang berbeda di acara kali ini adalah suasananya. Ekspo diselenggarakan di mall elektronik ternama di Bandung dan membuka pengunjung non komunitas untuk ikut hadir dan melihat-lihat. Kombinasi ini tentunya memberi harapan, semoga saja perkembangan ekosistem IoT di tanah iar, Bandung khususnya bisa lebih maju lagi.

Makers bisa bertemu langsung dengan pengunjung yang bisa jadi adalah calon konsumen mereka. Komunitas bisa saling berbagi ilmu dengan saling memperlihatkan karya mereka dan brand (yang mendukung acara) juga bisa ikut ambil bagian.

Disclosure: DailySocial adalah media partner acara ini.

Yuk, Ikut Promo Extra THR dari Bhinneka, Dapatkan Tablet Seharga 100 Ribuan

Lebaran identik dengan THR bagi mereka yang merayakan. Biasanya THR didapatkan dari tempat kerja. Namun toko online Bhinneka.com punya cara unik untuk ikut serta memberikan tambahan atau extra THR bagi konsumen dan pembaca setia DailySocial.

Bhinneka menyelenggarkaan program Extra THR untuk konsumen tanah air. Hanya dengan persyaratan yang mudah, Anda bisa mendapatkan tablet serharga 100 ribuan. Syarat utamanya hanya mendaftarkan email serta berbelanja pembelian minimal 100 ribu rupiah sampai dengan tanggal yang telah ditentukan.

Extra THR ini tentunya bisa menambah kejutan bagi Anda semua, terutama yang sedang mencari atau menyiapkan diri membeli gadget menjelah hari raya nanti.

Lebih detail tentang cara ikut program Extra THR adalah sebagai berikut:

  • Daftarkan email Anda lewat tautan ini:
    Desktop: www.bhinneka.com/aspx/products/extra-thr.aspx
    Mobile: www.bhinneka.com/mobile/aspx/landingpages/extra-thr.aspx
  • Dengan mendaftarkan email maka Anda telah terdaftar ikut serta untuk promo Extra THR
  • Peserta promo harus berbelanja di Bhinneka minimal pembelian 100ribu rupiah sebelum tanggal 13 Juli 2016
  • Bhinneka nanti akan memilih dua pemenang
  • Pemenang akan bisa membeli Lenovo Yoga Tablet 3 8″ Slate Black dan Acer Iconia Tab 8W hanya dengan harga Rp 100.000 (harga asli Rp2.999.000 untuk Yoga Tablet dan Rp2.099.000 untuk Acer Iconia)
  • Lebih lengkap untuk persyaratan bisa cek di tautan ini.

Dua gadget ini tentunya memilki spesifikasi yang mumpuni dan cocok untuk teman beraktivitas pada hari raya nanti. Anda bisa menggunakannya untuk memandu ke rumah keluarga di luar kota, menikmati hiburan atau berbagai kebahagiaan lewat jejaring sosial. Dengan promo Extra THR ini, Anda bisa menikmati tablet dari brand ternama dengan harga yang sangat murah.

Jadi jangan lupa untuk berbelanja di Bhinneka daftarkan email Anda dan tunggu pengumuman pemenang di DailySocial dan Bhinneka.com.

*) DailySocial adalah mitra untuk program Extra THR Bhinneka.

SPC Mobile Hadirkan Tablet Lokal untuk Pasar ‘Kota Kedua’

SPC pada tanggal 9 Juni minggu kemarin mengadakan konferensi pers untuk mengenalkan produk mereka berupa tablet SPC P5 Speed. Tablet ini merupakan tablet pertama yang dirilis oleh SPC Mobile dengan prosesor Intel.

Selain pengenalan produk, acara kemarin juga menjadi tanda kerja sama awal antara SPC Mobile dan Intel. SPC Mobile sendiri telah memiliki pabrik perakitan di Indonesia, lebih detailnya di kota Tangerang,

Tablet P5 Speed sendiri telah tersedia dijual secara offline dan menyusul akan dijual online di beberapa e-commerce yaitu Lazada dan Blibli. Tablet layar 7 inci ini menghadirkan spesifikasi antara lain prosesor Intel Atom x3, RAM 1GB dan ROM 8GB, dual SIM Card, kamera depan 2MP dan belakang 5MP serta beterai 2500mAh. Selain itu perangkat ini memberikan fitur USB on the go, dukungan koneksi 3G serta Android KitKat untuk sistem operasi. Untuk kualitas layar sendiri WSVGA 1024 x 600 px.

Dilihat dari spesifikasi tentu saja yang paling menarik adalah prosesor yang memberikan jaminan untuk bisa menghadirkan proses komputasi dengan baik. Spesifikasi lainnya terlihat biasa saja, tetapi sebenarnya dengan harga jual yang murah, spesifikasi yang dihadirkan bisa dibilang pas dengan pasar yang dituju.

Fokus di pasar ‘kota kedua’

Pangsa pasar yang ingin disasar oleh tablet ini adalah konsumen di ‘kota kedua’ dan bukan kota utama seperti Jakarta, tetapi kota Cirebon, Garut dan beberapa lainnya. Segmen yang disasar juga middle dan low end. Untuk mendukung hal ini SPC juga telah membuka layanan purna jual di beberapa kota kedua selain di kota besar seperti Garut, Solo dan Cibinong selain di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan. Raymond Tedjokusumo, Chief Operating Officer SPC Mobile juga menyebutkan bahwa mereka akan menambah lagi 5 titik layanan purna jual lagi sebagai tambahan.

Dari sisi spesifikasi, fitur yang dihadirkan juga mendukung konsumen di berbagai kota kedua dan segmen menengah juga bawah. Raymond menjelaskan tentang behaviour konsumen kota kedua ini bahwa pengguna dengan layar yang cukup lebar, suka bermain game online, spesifikasi yang cukup mumpuni dengan penekanan pada RAM, akses media sosial dan yang juga penting adalah harga yang terjangkau.

Saat mencoba perangkat ini secara singkat (hands-on) memang terasa sekali pasar mana yang ingin dituju dengan perangkat ini. Body belakang plastik yang diberi efek seperti kulit lengkap dengan efek jahitan.  Build yang cukup baik untuk kelasnya terutama dari desain bagian belakang. Pengalaman menggunakan sebentar memang jauh dibandingkan smartphone dengan RAM yang lebih besar. Rasanya kini sedikit sekali peluncuran smartphone/tablet dengan RAM 1GB karena semua berlomba untuk mengejar minimal 2GB.

Meski demikian, di atas kertas, seharusnya prosesor Intel akan mampu memberikan pengalaman yang smooth, khususnya untuk perangkat dengan harga 600ribu. Pengalaman saya dengan perangkat dengan prosesor Intel cukup baik karena pernah menggunakan Asus Zenfone edisi awal.

Sisi spesifikasi sendiri selebihnya memang cukup standar tetapi saya sendiri membayangkan skenario bahwa tablet ini akan cocok untuk relasi kita atau keluarga yang tinggal di daerah agar bisa juga menikmati kecanggihan teknologi dan memanfaatkannya untuk kebaikan.

Kerja sama dengan Intel

Ada yang menarik sebenarnya atas kerja sama SPC Mobile dengan Intel dan meluncurkan perangkat bergerak. Informasi yang ada bahwa Intel akan menghentikan fokus mereka ke perangkat mobile, termasuk SoFia 3GX. Ketika disinggung tentang strategi baru ini, Harry K Nugraha, Country Manager Intel Indonesia, tidak memberikan pernyataan secara tegas dan lebih berbicara diplomatis bahwa Intel tetap akan memberikan dukungan atas smartphone dan tablet termasuk juga pada rekanan atau mitra mereka, produsen perangkat mobile.

Harry juga menjelaskan bahwa dukungan Intel atas rekanan mereka tidak hanya sebatas perangkat keras tetapi juga dukungan lain termasuk pemasaran, branding, hulu sampai hilir termasuk value produk.

Intel sendiri memang kini berfokus pada beberapa hal misalnya cloud, smart connected device, saya iseng bertanya apakah kerja sama dengan SPC Mobile ini akan mengarah untuk kerja sama untuk produk connected device semacam wearable, Harry tidak membantah hal tersebut.

Sebagai informasi, dalam acara konferensi pers kemarin beberapa kali disebutkan bahwa kerja sama untuk peluncuran P5 Speed ini bukan kerja sama terakhir yang artinya ini adalah permulaan kerja sama antara SPC dan Intel. SPC Mobile yang memiliki pabrik di Indonesia tentunya akan memberikan keuntungan untuk pengembangan produk di luar smartphone/tablet.

Target SPC Mobile

Berbicara tentang target sendiri, saat berbincang dengan Raymond Tedjokusumo, SPC nampak yakin dengan pangsa pasar yang mereka sasar. Kota kedua, perangkat tablet, spesifikasi cukup dengan harga yang murah bisa menjadi kunci, meski demikian SPC juga tengah bersiap untuk merilis perangkat 4G dengan harga murah yang pangsa pasarnya bisa untuk menengah. Untuk target penjualan sendiri, SPC berencana untuk merebut pasar sebesar 5% dari total pasar tablet. Raymond menyebutkan bahwa SPC kini sudah di posisi 5 besar untuk pasar lokal.

Seperti yang disebutkan di atas, Tablet P5 Speed sendiri dijelaskan telah tersedia secara offline di toko gadget sedangkan untuk penjualan online akan dilakukan dalam waktu dekat di Lazada dan Blibli.

Berikut galeri foto acara dan perangkat. Tunggu informasi lanjutan tentang penjualan online tablet P5 Speed di akun media sosial DailySocial.

Galeri Foto Flash Plus 2

Lazada menggelar flash sale Flash Plus 2 hari ini. Smartphone terbaru dari seri Flash yang kini terpisah dari nama Alcatel ini akan dijual seharga 2 jutaan. (Update: flash sale tadi pagi ‘hanya’ berlangsung selama 30 menit karena barang sold out. Tetapi menurut informasi yang kami terima akan ada flash sale lagi minggu depan. Jadi bookmark tautan penjualan Flash Plus 2 ini agar Anda tidak ketinggalan lagi bagi yang ingin memiliki).

Flash Plus 2 yang dijual kali ini adalah yang versi 2GB/16GB. Untuk spesifikasi lainnya, casing metal yang membuat tampilan premium serta nyaman digenggaman, layar 5.5 inci dengan resolusi Full HD, lalu chipset MediaTek Helio P10 dengan delapan inti prosesor. Kamera depan 5MP serta kamera belakang 13 MP dan dukungan baterai 3000mAh + quick charge melengkapi smartphone harga menengah tapi kualitas bisa diandalkan ini.

Review singkat atas perangkat ini setelah mencoba beberapa hari adalah Flash Plus 2 bisa menjadi pilihan untuk smartphone budget 2 jutaan. Yang paling mengejutkan bagi saya adalah fitur fingerprint yang ada cukup cepat, bahkan lebih cepat dari Meizu MX4 saya yang harganya dua kali lipat. Ini sangat menyenangkan untuk digunakan, dikombinasikan dengan fitur double tap untuk membuka layar ponsel, fingerprint Flash Plus 2 ini manjadi fitur favorit.

Selain fitur sidik jari, Flash Plus 2 juga memberi kejutan ketika digunakan untuk pekerjaan berat. Saya mencoba menonton streaming final NBA game 2 kemarin dengan perangkat ini untuk setengah kuarter terakhir. Kualitas gambar cukup baik dipadukan dengan suara yang juga yang menjadikan menonton jadi seru. Dan kelebihan lain, ternyata bagian belakang body ponsel juga tidak terlalu panas, meski masih terasa hangat.

Yang terakhir untuk jaringan, Flash Plus 2 ini mendukung 2 kartu SIM dengan jaringan 4G. Sempat mencoba dengan kartu Indosat 4G untuk slot kartu kedua dan terasa cepat. Cocok untuk mereka yang membutuhkan jaringan internet cepat dalam bekerja atau menikmati hiburan.

Berikut galeri foto untuk Flash Plus 2. Anda bisa bookmark tautan ini untuk mengikuti flash sale beberapa jam lagi. Tautan Flash Plus 2.

Dan ini galeri foto Flash Plus 2 lainnya dengan sudut berbeda serta dilakukan di luar ruang.

Gunakan Aplikasi HaloDoc Sebagai Smartphone P3K Digital Anda

Bisa dibilang sebagian besar ranah dalam kehidupan manusia telah dan akan tersentuh dengan teknologi. Aplikasi dan dukungan smartphone yang semakin canggih membawa babak baru pada berbagai elemen kehidupan manusia.

Dunia kesehatan adalah ranah yang membutuhkan sentuhan teknologi, apalagi di wilayah tanah air yang masih memiliki berbagai kendala berhubungan dengan kesehatan, salah satunya adalah jumlah dokter yang masih terbatas. Dengan bantuan teknologi, kendala ini bisa terbantu untuk diberikan jalan keluar.

Salah satu aplikasi lokal yang masuk dalam segmen atau ranah kesehatan adalah HaloDoc. Aplikasi ini memberikan berbagai fitur yang memudahkan pengguna mendapatkan berbagai layanan berhubungan dengan kesehatan.

Di aplikasi HaloDoc, pengguna bisa menemukan rumah sakit, klinik atau dokter di sekitar lokasi dengan fitur direktori, ada pula fitur Lab untuk memudahkan memesan proses pemeriksaan tes laboratorium, serta terdapat fitur Apotik Antar yang berguna untuk memesan dan membeli obat, vitamin atau produk apotek lainnya.

HaloDoc
Aplikasi HaloDoc

Selain itu salah satu fitur unggulan yang akan membantu para pengguna mendapatkan informasi kesehatan adalah fitur yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan dokter atau praktisi kesehatan lewat percakapan atau video call.

Fitur Video Call memberikan fasilitas untuk berinteraksi dengan video visual sehingga proses interaksi bisa lebih nyaman. Pengguna bisa memilih dokter yang diinginkan untuk berinteraksi. Pengguna juga bisa mensortir nama, lokasi dan keahlian serta tarif dokter tersebut sebelum melakukan interaksi.

Interaksi dengan video lewat smartphone akan memberikan kenyamanan karena bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Smartphone yang telah menjadi bagian keseharian ditambah dengan aplikasi HaloDoc menjadikan gadget sebagai P3K kecil Digital yang bisa dibawa kemana saja.

HaloDoc saat ini telah memiliki ribuan dokter ahli sebagai basis data, aplikasi ini juga mendapatkan dukungan dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia), semua dokter yang tergabung di HaloDoc sudah memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) dan SIP (Surat Izin Praktik) dari Konsili Kedokteran Indonesia (KKI). Selain itu, pemerintah juga mendukung kehadiran aplikasi HaloDoc lewat Menkominfo.

Pemecahan masalah yang dihadirkan HaloDoc bisa membantu para pengguna yang membutuhkan interaksi dengan dokter tanpa ada batasan lokasi. P3K Digital yang hadir lewat smartphone ini memungkinkan Anda untuk berinteraksi dengan dokter atau praktisi kesehatan sesuai dengan waktu yang Anda butuhkan, di mana saja dan kapan saja. Fitur video call akan memberikan kenyamanan saat berinteraksi karena Anda seperti bertemu langsung dengan dokter.

Aplikasi HaloDoc bisa diunduh di iOS App Store atau Play Store untuk Android.

*) Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh HaloDoc

Mudahkan Berkomunikasi dengan Praktisi Kesehatan Melalui Fitur Chat dari Aplikasi HaloDoc

Kesehatan adalah hal penting yang harus dijaga oleh setiap orang. Hidup sehat menjadi dambaan setiap manusia. Di era digital ini, layanan kesehatan juga tidak luput dari sentuhan perkembangan atau kemajuan teknologi. Salah satunya adalah penggunaan smartphone untuk urusan kesehatan.

Ada banyak ranah kesehatan yang bisa dimaksimalkan dengan perangkat bergerak, selain urusan olah raga, segmen interaksi untuk mendapatkan informasi terkait kesehatan juga bisa memberikan manfaat bagi user. Menggunakan smartphone pengguna bisa chatting dengan dokter atau praktisi kesehatan untuk mendapatkan informasi kesehatan langsung dari pakarnya, kapan saja dan di mana saja pengguna berada.

HaloDoc adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk berinterasi dengan dokter atau praktisi kesehatan. Hanya dengan perangkat smartphone dan aplikasi maka pengguna bisa dengan mudah mendapatkan informasi kesehatan sesuai dengan yang dibutuhkan.

Fitur chatting pada aplikasi HaloDoc menjadi salah satu keunggulan dari aplikasi yang memberikan wadah komunikasi dengan para dokter ini. Fitur chat akan memudahkan ketika pengguna ingin berinteraksi dengan dokter yang dipilih. Fitur chat pada aplikasi HaloDoc pun memudahkan dan sebagai penunjang pengguna untuk berinteraksi dengan dokter menggunakan voice/video call.

Dokter yang tersedia untuk berinteraksi pun bisa dipilih oleh pengguna. Fitur yang ada di HaloDoc memungkinkan untuk meyortir dokter atau praktisi kesehatan berdasarkan nama, lokasi, keahlian bahkan tarif.

Selain fitur chat, aplikasi HaloDoc juga menyediakan beberapa fitur lain yang akan memudahkan Anda untuk menjaga kesehatan Anda atau keluarga dan terhindar dari sakit. Fitur tersebut antara lain adalah direktori yang berguna untuk menemukan rumah sakit, klinik atau dokter di sekitar lokasi Anda. Ada pula fitur Lab yang memungkinkan pengguna untuk memesan pemeriksaan tes laboratorium, dan ada pula fitur Apotik Antar untuk memesan dan membeli obat, vitamin atau produk apotik lainnya.

Dengan aplikasi HaloDoc, kini smartphone Anda telah bisa menjad P3K berjalan, memudahkan untuk mendapatkan informasi kesehatan dan berinteraksi dengan dokter untuk menjaga agar Anda tetap bugar. Fitur chatting merupakan new feature dari aplikasi HaloDoc yang menjadi pelengkap untuk fitur chatting dengan video yang juga telah tersedia.

Dengan fitur chat ini, HaloDoc bisa memberikan solusi pada pengguna agar bisa tetap berkomunikasi dengan dokter secara langsung saat dokter tidak mengangkat telepon. Jadi kebutuhan untuk berinteraksi masalah kesehatan bisa tetap dilakukan.

HaloDoc menjadi solusi dalam perkembangan tech dan digital yang kini telah masuk dalam keseharian hidup. Dengan HaloDoc, gadget yang Anda genggam juga bisa berguna untuk menjaga kesehatan dengan berinteraksi langsung bersama dokter atau praktisi kesehatan. Anda bisa mengunduh aplikasi ini untuk Android dan iOS.

HaloDoc, dokter Anda, kapan saja.

Gambar header: Pixabay. Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh HaloDoc.

Kenapa Harus Upgrade ke Samsung Galaxy J1 2016

Memiliki smartphone telah menjadi keperluan semua orang. Kegunaan perangkat bergerak ini yang tidak hanya untuk komunikasi serta hiburan semata, tetapi juga berguna untuk mendukung pekerjaan, sehingga menjadikansmartphone sebuah kebutuhan pokok.

Untuk mendukung berbagai keperluan dibutuhkan sebuah smartphone yang bisa diandalkan, membawa teknologi terbaru, dibuat oleh brand terkenal dan hadir dengan harga terjangkau. Harga menjadi penting terutama bagi mereka yang ingin meng-upgrade perangkat lama mereka ke produk yang lebih bisa diandalkan.

Salah satu smartphone yang ‘jago ini, jago itu’ alias bisa diandalkan untuk aktivitas namun hadir dengan harga yang terjangkau adalah Samsung Galaxy J1 2016. Perangkat ini membawa nama besar Samsung, harganya terjangkau, serta dibekali fitur yang cukup mumpuni yang bisa mendukung berbagai kegiatan.

Salah satu fitur yang sering digunakan saat menggenggam smartphone adalah fotografi. Samsung Galaxy J1 2016 hadir dengan kamera belakang 5MP dan kamera depan 2MP. Dukungan kamera ini cukup untuk memfoto kegiatan seru Anda atau untuk foto selfie. Anda bisa dengan mudah mengambil foto selfie bersama teman dengan fitur quick launch. Momen seru tidak akan ketinggalan dengan perangkat ini.

Selain untuk foto, salah satu kegiatan komunikasi yang cukup nge-tren adalah video call. Samsung Galaxy J1 2016 memberikan dukungan yang cukup untuk melakukan video call. Meski hadir dengan harga yang terjangkau, smartphone ini telah mendukung akses jaringan 4G yang bisa memberikan kecepatan internet yang menyenangkan. Panggilan video pun akan mulus dan komunikasi bisa belangsung dengan seru.

Era informasi dewasa ini juga memungkinkan kita untuk mendapatkan informasi dari genggaman. Tapi agar nyaman dalam menjelajah internet lewat layar smartphone dibutuhkan tampilan layar yang baik. Samsung Galaxy J1 2016 yang hadir dengan harga terjangkau telah dilengkapi dengan layar Super AMOLED. Dengan tampilan ini, kegiatan browsing dunia maya atau nonton video kesukaan dalam genggaman jadi lebih nyaman.

Beberapa tipe pengguna smartphone lebih memilih untuk memiliki baterai cadangan, Samsung Galaxy J1 2016 adalah smartphone yang cocok untuk tipe pengguna seperti ini. Dengan baterai yang bisa dilepas atau diganti, Anda dapat memiliki dua baterai, jadi tidak perlu khawatir kalau baterai sudah mulai low. Anda tinggal ganti baterai dengan yang udah di-charge dan kembali menggunakannya. Sangat tepat untuk saat sedang traveling dan tidak dapat nge-charge.

Tidak hanya berbagai kegiatan di atas, aktivitas smartphone lain yang menjadikan Samsung Galaxy J1 ‘jago ini, jago itu’ adalah chatting. Hampir semua pengguna smartphone pasti memiliki aplikasi chatting di perangkatnya. Samsung Galaxy J1 2016 juga bisa diandalkan untuk berkomunikasi dengan teman, keluarga dan rekan. Dukungan RAM yang hadir cukup untuk mengunduh aplikasi pesan dan ber-chatting ria dengan teman dan rekan.

Memiliki smartphone harus di-update secara berkala, karena teknologi dan kebutuhan untuk penggunaan juga meningkat. Bagi mereka yang ingin meng-upgrade ke perangkat yang dihadirkan oleh brand ternama, memiliki kualitas yang mumpuni dan bisa digunakan untuk berbagai kegiatan tetapi dengan harga terjangkau, Samsung Galaxy J1 2016 adalah pilihan yang tepat.

*) Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Samsung.