Enam Fighting Game Ternama Dipertandingkan dalam Fight Fest Jakarta (UPDATED)

Ingin bertanding di turnamen fighting game dengan hadiah puluhan juta rupiah? Anda bisa coba mengikuti Fight Fest yang akan digelar tanggal 26 – 27 Januari 2019 mendatang. Turnamen ini merupakan hasil kerja sama dari berbagai pihak, antara lain MyRepublic, Advance Guard, Indonesia Esports Games, serta didukung secara resmi oleh SNK. Lokasi acaranya sendiri berada di kantor MyRepublic Jakarta, Jl. Teuku Cik Ditiro No. 37, Menteng, Jakarta Pusat.

Fight Fest melombakan lima fighting game ternama dunia, yaitu Tekken 7, Street Fighter V: Arcade Edition, The King of Fighters XIV, The King of Fighters 98, serta yang baru saja dirilis, Soul Calibur VI. Jumlah game yang dilombakan cukup banyak karena Fight Fest ini adalah wadah yang memayungi beberapa kompetisi sekaligus. Berikut ini rinciannya.

Tekken 7 | Road to IEG
Fight Fest mewadahi kualifikasi Tekken 7 IEG | Sumber: Fight Fest

Tekken 7 – Road to Indonesia Esports Games

Kompetisi Tekken 7 di Fight Fest merupakan babak kualifikasi dari ajang Indonesia Esports Games (IEG) cabang Tekken 7 yang diselenggarakan oleh Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Turnamen Tekken 7 Fight Fest berlangsung pada tanggal 26 Januari 2019, dan dari sini akan diambil tiga kontestan terbaik untuk maju ke babak final IEG.

Final Tekken 7 IEG sendiri akan dilaksanakan esok harinya, 27 Januari 2019, di Jakarta Convention Center Hall A. Tersedia uang hadiah senilai Rp25.000.000 bagi empat petarung terbaik, yang akan diserahkan pada hari yang sama.

Fight Fest - Neo Geo World Tour 2
Juara KOF akan mewakili Indonesia di Neo Geo World Tour Global Finals | Sumber: Fight Fest

Neo Geo World Tour 2

Fight Fest melombakan dua cabang fighting game buatan SNK, yaitu The King of Fighters XIV dan The King of Fighters 98. Pemenang masing-masing cabang kompetisi nantinya akan maju mewakili Indonesia di ajang Neo Geo World Tour 2 Global Finals, melawan petarung-petarung hebat dari negara lain seperti Arab Saudi, Jerman, Singapura, dan sebagainya.

Neo Geo World Tour 2 akan diadakan pada Fight Fest hari kedua, yaitu tanggal 27 Januari 2019 di MyRepublic Jakarta. Turnamen ini adalah turnamen resmi di bawah dukungan SNK langsung.

Fight Fest - Soul Calibur VI Community Tournament
Soul Calibur VI Dilombakan Sebagai Community Tournament | Sumber: Fight Fest

Community Tournaments: Street Fighter, Soul Calibur, BlazBlue

Untuk lebih meramaikan acara, Advance Guard selaku penyelenggara Fight Fest juga mengadakan tiga turnamen sampingan atau Community Tournament, yaitu turnamen Soul Calibur VI, Street Fighter V: Arcade Edition, dan BlazBlue: Cross Tag Battle. Community Tournament ini berlangsung pada hari pertama, yaitu 26 Januari. Juara masing-masing turnamen akan mendapat uang hadiah sesuai dengan jumlah peserta yang ikut bertanding (pot prize).

Fight Fest - Street Fighter V Community Tournament
Street Fighter V, besar di luar negeri tapi sepi di Indonesia? | Sumber: Fight Fest

Pendaftaran untuk seluruh turnamen di Fight Fest saat ini sudah dibuka, dan akan ditutup pada tanggal 11 Januari 2019. Akan tetapi, bila Anda melakukan registrasi sebelum tanggal 10 Desember, Anda akan mendapat potongan biaya pendaftaran. Potongan biaya juga bisa Anda dapatkan dengan cara membagikan post Facebook yang ada di tautan berikut.

Seperti turnamen fighting game pada umumnya, semua kontestan di Fight Fest diharapkan membawa controller sendiri, termasuk juga kelengkapan seperti kabel data untuk DualShock 4. Untuk peraturan lengkap serta pendaftaran, silahkan langsung kunjungi kedua tautan di bawah.

Fight Fest - BBCTAG Community Tournament
BlazBlue: Cross Tag Battle telah ditambahkan sebagai game keenam | Sumber: Fight Fest

Update : Penambahan BlazBlue: Cross Tag Battle ke Community Tournament

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Advance Guard

Smartfren Gandeng Yamisok Buat Turnamen Mobile Legends untuk Kelas Amatir

Esports memang nampaknya kian menggiurkan buat para pelaku industri telekomunikasi. Kali ini, Smartfren yang mencoba memberikan ruang kompetitif untuk semua pemain Mobile Legends: Bang Bang (MLBB).

Kamis, 29 November 2018, Smartfren menggelar konferensi pers untuk turnamen mereka yang bertajuk Smartfren National Mobile Legends Daily Tournamen 2018. Uniknya, turnamen ini sedikit berbeda dengan kebanyakan turnamen besar berskala nasional lainnya karena turnamen ini ditujukan untuk para gamer amatir.

Menurut Chief Brand Officer Smartfren, Roberto Saputra hal ini dilakukan agar para gamers yang masih dalam kategori pemula dan menengah dapat bersaing satu sama lain yang masih setara kemampuannya.

“Kami juga memiliki pandangan bahwa yang paling dibutuhkan gamer untuk mengembangkan dirinya, selain berkompetisi dengan kemampuan seimbang, mereka perlu merasakan kehandalan dan stabilnya jaringan Smartfren.” Ungkap Roberto.

Turnamen ini akan menggunakan mekanisme poin dan leaderboard. Setiap harinya, tim yang bertanding akan mendapatkan poin. 64 tim dengan poin tertinggi di leaderboard akan bertanding lagi di final bulanan. 60 tim yang memiliki poin tertinggi di leaderboard setelah 3 bulan waktu pelaksanaan, akan bertanding kembali di Grand Final.

Menggelar turnamen untuk tingkat amatir mungkin memang terdengar menarik namun ada satu hal yang bisa jadi harus dikorbankan, yaitu viewership alias jumlah penonton. Faktanya, scene esports MLBB di Indonesia itu sudah punya selebriti macam JessNoLimit dari EVOS Esports ataupun Lemon dari RRQ.O2. Tim-tim MLBB Indonesia juga sudah punya fans fanatiknya masing-masing.

Hal tersebut dapat menjamin jumlah penonton yang tinggi. Ibarat di sepak bola, jumlah penonton antara Real Madrid vs. Barcelona sudah pasti lebih banyak dari pada pertandingan tim-tim gurem.

Bagaimana Smartfren menanggapi hal tersebut? Apakah mereka rela harus kehilangan jumlah penonton yang mungkin tak tertarik menonton pertandingan tingkat amatir?

Roberto . Sumber: Hybrid
Roberto Saputra. Sumber: Hybrid

Roberto, dalam konferensi persnya, pun menjawab bahwa pemilihan liga amatir ini juga sebenarnya sesuai dengan filosofi Smartfren sebagai brand. Mereka memang punya misi untuk memberikan ruang bagi semua anak-anak muda yang mau berpartisipasi, layaknya jaringan Smartfren yang ingin meng-enable semua orang dengan menyediakan akses internet untuk semuanya.

Lalu bagaimana soal definisi ‘amatir’ ini? Siapa saja kah yang dilarang ikut berkompetisi? Diana Tjong, CMO dari Yamisok, mengatakan bahwa tim-tim MPL (Mobile Legends: Bang Bang Professional League) yang dilarang ikut serta. Namun demikian, definisi tersebut mungkin perlu dilebarkan karena MPL sendiri memang puncaknya tingkat kompetitif MLBB di satu negara. Ada juga tim-tim lain yang tidak masuk MPL namun tidak bisa dianggap sebagai tim amatir juga, seperti Alter Ego, XCN, BOOM ID, ataupun yang lainnya. Tim-tim ini jelas tidak satu kelas dengan para pemain amatir sehingga mungkin kurang cocok juga dengan tujuan awal turnamen ini.

Oleh karena itu, menarik saja melihat perjalanan turnamen ini nantinya. Apakah akhirnya tim-tim profesional non-MPL yang akan berkuasa di sini? Atau mereka juga akan melarang tim-tim tersebut? Terlepas dari itu tadi, menarik juga melihat apakah ada bibit-bibit baru yang muncul dari sini yang akan mewarnai dunia persilatan MLBB di masa yang akan datang.

Terakhir, buat yang tertarik untuk turut bertanding, Anda bisa mendaftarkan diri di situs resmi Yamisok ini.

BOOM ID Tetap ‘Lapar’ Pasca SEA Qualifier Chongqing Major

Tanggal 25-27 November 2018 kemarin, BOOM ID berhasil masuk ke dalam kualifikasi Asia Tenggara untuk Chongqing Major bersama dengan tim-tim Dota 2 papan atas lainnya dari Asia Tenggara. Dari kualifikasi ini, 2 tim tertinggi berhak melaju ke event utama yang akan digelar di Chongqing, Tiongkok, tanggal 19-27 Januari 2019. Kedua tim tersebut adalah Fnatic dan TNC Predator.

Langkah BOOM ID terhenti di babak semifinal saat mereka dikalahkan oleh TNC Predator di Upper Bracket dan Mineski di Lower Bracket. Capaian BOOM ID di sini sebenarnya sudah terbilang sangat baik karena mereka berhasil menembus babak grup dan bisa dibilang sebagai 1 dari 4 tim terbaik di Asia Tenggara.

Hasil ini juga diraih meski mereka baru saja mengganti formasinya setelah kehilangan satu pemain lamanya, SaintDeLucaz; dan memasukkan pemain baru, Mikoto.

Namun, Marzarian Ojan Sahita, General Manager dari BOOM ID mengatakan pada kami bahwa mereka belum puas dengan capaian itu. “Bukannya tidak bersyukur tapi moto kita di BOOM ya #KeepHungry. Jadi, itu bukan sekadar slogan saja. Mulai dari CEO sampai para pemain, kita semua di BOOM benar-benar performance-oriented.”

Meski begitu, Ojan sangat mengapresiasi timnya karena semua pemain mau kerja keras sampai di titik yang memang harus lebih ditingkatkan lagi. Ia juga mengaku bahwa turnamen ini cukup spesial. Muasalnya, pertama, turnamen ini bertingkat Major. Selain itu, Saieful “FBZ” Ilham juga baru pertama ini bermain sebagai offlane melawan tim Tier 1 di SEA. Turnamen ini juga pertama kalinya Rafli “Mikoto” Fathur bermain di bawah bendera BOOM ID sebagai midlaner menghadapi pemain-pemain terbaik di SEA.

“Jadi, gua percaya apa yang mereka dapatkan pasti banyak sekali.” Tutur Ojan.

Klasemen akhir babak grup Chongqing Major SEA Qualifier. Sumber: Liquipedia
Klasemen akhir babak grup Chongqing Major SEA Qualifier. Sumber: Liquipedia

Brando Oloan, Manager Tim BOOM ID untuk Dota 2 juga memberikan komentarnya atas pengalaman tim mereka di sini. Ia mengatakan bahwa permainan early game mereka bisa lebih ditingkatkan. “Bisa dilihat dari game-game saat playoff kemarin, early game kita hampir selalu kalah. Jadi, bisa diperbaiki lagi laning phase kita masing-masing.”

Ia juga menambahkan bahwa timnya bisa lebih banyak lagi dalam mempelajari dan menguasai hero-hero yang berbeda (hero pool). “Early game, laning phase, sama hero pool tadi yang bisa dimaksimalkan lebih jauh sekarang. Mikoto good! Wkwkwkw…” Ujarnya sembari berseloroh.

Meski mereka harus merelakan kesempatan untuk bertanding di tingkat Major, divisi Dota 2 BOOM ID yang mungkin memang masih terbaik di Indonesia ini punya banyak ruang untuk terus berkembang lebih jauh.

Seperti yang tadi diutarakan Ojan, Mikoto baru saja bergabung dan FBZ baru berganti posisi karena perubahan roster tadi. Dengan waktu yang cukup, tim ini bisa mengasah lagi komunikasi dan jam terbang mereka agar lebih baik.

Selain itu, Dota 2 sendiri juga baru saja mengalami banyak perubahan besar pasca patch 7.20.

Setelah kualifikasi Chongqing Major, divisi Dota 2 BOOM ID juga akan berlaga di kualifikasi untuk Bucharest Minor 2019 di kancah internasionalnya. Apakah mereka bisa menuai hasil yang lebih baik di sana?

Jagoan FIFA dari SFI, Kenny Prasetyo, Siap Berlaga di London

Kenny Prasetyo, pemain profesional untuk FIFA 19 dari SFI telah mendapatkan undangan untuk ikut berlaga di FUT Champions Cup kedua; yang rencananya akan digelar di London, Inggris, pada tanggal 12-16 Desember 2018.

FUT Champions Cup merupakan salah satu turnamen dalam rangkaian FIFA 19 Global Series. Di musim 2018-2019 ini, akan ada 6 kali FUT Champions Cup yang digelar langsung oleh EA ataupun rekanannya setiap bulan dari November 2018 sampai April 2019. FUT Champions Cup pertama sendiri akan digelar di Bucharest, Rumania.

Sumber: EA
Sumber: EA

Sebelumnya, Kenny juga mendapatkan kesempatan untuk bertanding di FUT Champions Cup untuk FIFA 18 (dalam rangkaian FIFA 18 Global Series) di bulan April 2018, di Manchester. Namun demikian, sangat disayangkan, kala itu Kenny tak diijinkan bertanding karena terkena diskualifikasi terkait aturan sharing account.  “Padahal sudah sampai Manchester tapi ga boleh main… Hahaha…” Ujar Kenny. “Tapi kalau yang sekarang aman karena sudah play by the rules.

Saat itu, Kenny juga belum bergabung dengan SFI. Apa saja perbedaan yang ia rasakan setelah bergabung dengan organisasi esports yang relatif baru ini? “Jelas banget bedanya haha…” Ungkapnya.

Pertama, ia sekarang tak perlu risau lagi terkena diskualifikasi karena telah mendapatkan modal dari SFI untuk menggunakan akun sendiri. Ia juga mengaku mendapatkan banyak sekali bentuk dukungan dari SFI. Ia mendapatkan gaji pokok sehingga ia bisa bermain FIFA sebagai full time job alias bisa fokus bertanding dan berlatih namun mendapatkan penghasilan.

Ia juga bercerita mendapatkan modal untuk membuat tim FUT dari SFI. “Tim FUT aku sekarang mungkin yang paling bagus di Indonesia. Maklum, modalnya juga gede karena sampai lebih dari Rp35 juta.” Cerita Kenny.

Kenny juga bercerita bahwa pendiri dan pemilik SFI tidak pernah memaksanya untuk jadi juara namun hal tersebut justru membuatnya sadar untuk memotivasi diri bermain lebih baik lagi. “Setiap gagal, selalu disemangati buat lebih maju lagi.”

Sumber: SFI
Sumber: SFI

Pemain FIFA yang dulu sempat bergabung dengan TEAMnxl> ini mengaku sudah bermain FIFA sejak 2014, atau FIFA 14. Ia juga sudah punya segudang prestasi sebagai berikut:

  • Juara 1 FIFA 14 Competition di Ultimate Gaming
  • Juara 1 FIFA 15 Competition di Ultimate Gaming
  • Juara 1 KASKUS FIFA 15 Competition
  • Juara 1 dan Juara 2 FIFA 15 Competition, World of Gaming
  • Juara 2 FIFA 15 Competition di Consoleation Binus Anggrek
  • Juara 1 FIFA 15 Competition di Carrefour M.T. Haryono
  • Juara 1 FIFA 15 Competition di Zeus Gaming Lebak Bulus
  • Juara 1 FIFA 15 Competition Road to BALI di Ultimate Gaming
  • Juara 1 dan Juara 3 FIFA 16 Competition, Battle of the Elites
  • Juara 1 FIFA 16 Competition di Ultimate Gaming
  • Juara 2 FIFA 16 Competition di Summarecon Digital Center
  • Juara 1 FIFA 16 Competition di Warung Junko
  • Juara 1 dan 2 untuk E-Sports Championship di Bandung
  • Juara 2 FIFA 16 Competition di Universitas Paramadina
  • Juara 1 dan 2 FIFA 16 Competition di Hanzo Gaming Bandung
  • Juara 1, 2, dan 3 FIFA 17 di PORSI Legacy Universitas Tarumanagara
  • Juara 3 FIFA 17 di Kreiss di Binus International
  • Juara 1 FIFA 17 di STOPBOX
  • Juara 1, 2, dan 3 FIFA 17 Competition di PS Grande Bekasi
  • Juara 1 di Bingo di Universitas Binus
  • Juara 1 di Universitas Matana
  • Juara 1 PORSI Arcadia di Universitas Tarumanagara
  • Juara 2 FIFA 18 di La Piazza

Daftar panjang tadi, menurut Kenny, belum termasuk prestasinya untuk FIFA 19.

Menariknya, Kenny yang saat ini bermain FIFA, dulu mengaku pemain PES (Pro Evolution Soccer). Buat yang familiar dengan game bola tentu tahu bahwa keduanya memang rival berat. Ia mengaku pindah dari PES 2014 karena merasa kurang nyaman dengan game tersebut saat itu. Ia pun coba-coba FIFA namun mengaku ketagihan, terutama dengan mode FUT nya, sampai sekarang.

Di FUT kedua nanti, Kenny mencoba realistis. “Karena ini juga live event pertama aku yang skalanya internasional, bisa lolos dari Group Stage saja sih sudah jadi pencapaian yang bagus untuk aku. Tapi target tetap harus bisa angkat piala.”

Di turnamen tersebut, kemungkinan besar, Kenny hanyalah satu-satunya perwakilan dari Indonesia. Ia juga jadi salah satu dari 2 perwakilan dari Asia. Selain Indonesia, Jepang juga akan mengirimkan wakilnya. Namun, untuk kepastian daftar lengkap pemain untuk turnamen ini, kita harus menunggu pengumuman resmi yang akan dirilis langsung oleh EA.

Lalu siapakah pemain yang ingin sekali ia lawan di turnamen ini nantinya?

“Lawan paling berat adalah Nicolas99 dari Argentina. Dia bisa dibilang pemain FIFA di PS4 yang paling konsisten dari tahun lalu. Karena dia lawan paling berat, gua pengen banget ngerasain lawan dia… Hahaha.” Tutup Kenny sembari tertawa.

Kira-kira bagaiamanakah perjuangan Kenny nanti di London? Kita doakan saja semoga bisa meraih hasil yang terbaik ya!

8 Sekolah Siap Bertanding untuk jadi Jawara Dota 2 dan MLBB di JD High School League

JD High School League (JD HSL) adalah sebuah gelaran kompetitif esports yang unik karena ditujukan untuk para pelajar. Pesertanya pun di sini mewakili nama sekolahnya masing-masing. Sedangkan game yang dikompetisikan di sini adalah Dota 2 dan Mobile Legends: Bang Bang (MLBB).

Kompetisi yang disponsori oleh JD.ID, Lenovo Legion, dan Corsair ini telah menjalani masa pertandingannya dari tanggal 20 Oktober – 18 November 2018. Dari masa pertandingan tersebut, 4 sekolah dari tiap game berhak lolos ke babak semifinal.

Berikut adalah daftar dari 8 sekolah yang akan bertanding di babak semifinal:

Untuk Dota 2:

Sumber: JD HSL
Sumber: JD HSL

– SMA Marsudirini Bekasi
– SMAN 7 Bandung
– SMAN 23 Bandung
– SMK Bhakti Anindya

Untuk MLBB:
– SMA Istiqamah Bandung
– SMA Negeri 1 Purwodadi
– SMAN 6 Pontianak
– SMK Telkom Makassar

Sumber: JD HSL
Sumber: JD HSL

Babak semifinal JD HSL ini nantinya akan digelar di High Grounds PIK pada tanggal 12 Desember 2018. Sedangkan babak grand finalnya akan digelar besoknya (13 Desember 2018) di Britama Arena alias Mahaka Square.

Total hadiah yang diperebutkan di sini juga tidak main-main karena mencapai nominal Rp1,2 miliar dengan distribusi hadiah sebagai berikut:

DOTA 2 :

    • Juara 1 : Beasiswa Sebesar Rp 30.000.000,- & 5 Buah PC esport
    • Juara 2 : Beasiswa Sebesar Rp 20.000.000,- & 5 Buah PC esport
    • Juara 3 : Beasiswa Sebesar Rp 10.000.000,- & 5 Buah PC esport

Mobile Legends :

    • Juara 1 : Beasiswa Sebesar Rp 25.000.000,-
    • Juara 2 : Beasiswa Sebesar Rp 15.000.000,-
    • Juara 3 : Beasiswa Sebesar Rp 10.000.000,-

Menariknya, ada standar nilai akademik untuk para peserta agar dapat mengikuti kompetisi ini meski memang standar tersebut diserahkan ke pihak kepala sekolahnya masing-masing. Selain itu, JD HSL juga mewajibkan setiap tim memiliki guru pembimbingnya masing-masing karena para pemainnya harus diawasi oleh guru setiap turnamen berlangsung.

Gisma "Melon". Sumber: JD HSL
Gisma “Melon”. Sumber: JD HSL

Gisma Priayudha Assyidiq atau yang biasa dikenal dengan Melondoto di kalangan gamers, yang merupakan Project Director dari JD HSL, bercerita bahwa turnamen ini sungguh di luar perkiraan awalnya. Pasalnya, ada ratusan sekolah yang mendaftar untuk turut bertanding di kompetisi; baik untuk Dota 2 ataupun MLBB.

Ia juga bercerita bahwa setelah para peserta menjalani penyisihan selama sebulan, mereka semakin kompak meski berbeda-beda sekolahnya. Mereka bahkan sampai punya inisiatif sendiri untuk membuat grup Whatsapp agar mereka dapat berkumpul dan berlatih lebih baik.

“Jalan masih panjang untuk mencapai (tingkat) profesional. Namun turnamen ini bisa jadi landasan yang bagus dan dapat menunjukkan nilai-nilai positif esports ke orang tua dan guru.” Ujar Gisma.

Turnamen semacam JD HSL ini sungguh sangat perlu diapresiasi dan didukung. Muasalnya, turnamen semacam ini tak hanya dapat menunjukkan nilai-nilai positif yang diajarkan dalam berkompetisi namun juga menjadi salah satu solusi masalah regenerasi di esports.

Sekolah manakah yang akan jadi juara Dota 2 dan MLBB? Kita tunggu saja tanggal mainnya bersama-sama.

Antara Sponsor, Tim, dan Event Esports: Sebuah Pengantar

Jika sebelumnya saya telah berbincang-bincang dengan salah satu pemilik organisasi esports Indonesia, BOOM ID (Gary Ongko), tentang pengalamannya membesarkan organisasi tersebut; saya ingin melanjutkan perbincangan seputar membangun tim esports dengan mengajak tiga stakeholders berbeda untuk memberikan pandangannya.

Kali ini, ada 3 narasumber dari 3 perspektif yang berbeda yang telah diundang untuk berbagi cerita.

Adalah Bambang Tirtawijaya sebagai Product Manager untuk Corsair dari Digital Pitstop (DTG), Aerastio Taufiq Akbar sebagai Creative Director dari Supreme League, dan Yansen Wijaya yang merupakan Brand Manager untuk EVOS Esports yang jadi narasumber kita kali ini.

Sebelum kita masuk ke topik pembicaraannya, mari kita berkenalan sejenak dengan masing-masing brand yang diwakili oleh ketiga narasumber kita di atas.

Sumber: Corsair
Sumber: Corsair

Corsair, siapakah yang tidak kenal brand yang satu ini? Corsair memang mengawali perjalanannya sebagai produsen memori (RAM) papan atas. Seiring waktu, mereka mengembangkan sayapnya ke berbagai produk lainnya; termasuk gaming peripheral. Terlalu banyak produk dan hal yang bisa dibahas dari Corsair yang mungkin bisa jadi novel 500 halaman sendiri jika ingin dikupas detail namun, satu hal yang pasti, build quality adalah keunggulan utama dari brand yang satu ini. Di Indonesia, Corsair juga menjadi sponsor salah satu tim esports besar, yaitu Bigetron Esports. Di luar negeri, di tingkat global, Corsair juga menjadi sponsor Team Secret, Invictus Gaming, Counter Logic Gaming, dan yang lainnya.

Sumber: EVOS Esports
Sumber: EVOS Esports

Sedangkan EVOS Esports adalah salah satu organisasi esports besar yang bisa dibilang juara dalam hal exposure. Mereka punya banyak divisi game, mulai dari Dota 2, Mobile Legends, Arena of Valor, Point Blank, FIFA, PUBG Mobile, dan yang lain-lainnya. Buat Anda yang mengikuti perkembangan ekosistem esports dalam negeri, keterlaluan rasanya jika Anda belum pernah mendengar nama EVOS. Divisi Dota 2 EVOS Esports sempat juga turut bertanding di ajang kompetitif Dota 2 bergengsi tingkat internasional di Jerman, di ESL One Hamburg 2018. Divisi Mobile Legends mereka juga baru saja menjadi juara kedua di gelaran MPL ID Season 2.

Sumber: Supreme League
Sumber: Supreme League

Supreme League mungkin adalah nama yang paling minim exposure jika dibanding 2 nama tadi. Namun demikian, Supreme League merupakan salah satu organizer event esports besar di Indonesia yang telah menjalankan berbagai kompetisi berskala nasional. Namanya mungkin memang minim exposure karena posisi mereka juga sebagai organizer. Namun buat orang-orang yang sudah malang melintang di belakang layar dunia esports Indonesia, Supreme League sudah tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Proyek terakhir mereka adalah Ultimo Hombre, yang digelar di Jakarta dan Surabaya.

Proses Tim Menggaet Sponsor

Sumber: Mercedez-Benz
Sumber: Mercedez-Benz

Kenapa sebenarnya Corsair tertarik untuk menjadi sponsor tim esports? 

Bambang pun menjelaskan bahwa kompetitif gamer itu butuh perangkat yang bisa diandalkan. “Jadi, bagi Corsair, ketertarikan ini memang sudah seperti yang biasa mereka lakukan.” Dengan menjadi sponsor tim, selain bisa dijadikan standar perangkat untuk gamer kompetitif, mereka juga bisa mendapatkan masukkan tentang pengembangan produk yang cocok untuk gamer seperti apa.

Sedangkan Yansen dari EVOS yang sekarang telah menggaet banyak sponsor seperti Lenovo, Tokopedia, Gojek, Traveloka, dan NimoTV pun bercerita bagaimana klub esports ini bisa menggandeng begitu banyak sponsor. Menurut ceritanya, awalnya masih banyak sponsor yang belum tahu esports itu apa dan bagaimana masa depannya. Jadi, merekalah yang harus menjelaskan dan meyakinkan ke para calon sponsor ini tentang potensi esports. Yansen juga mengatakan bahwa menaruh iklan di YouTube atau di esports itu juga lebih efektif daripada menaruh iklan di jalan.

Sumber: EVOS Esports
Sumber: EVOS Esports

Bagaimana dengan sebaliknya? Apakah yang sebenarnya dicari sponsor dari tim esports? Bagaimana mereka menentukan pilihan tim seperti apa yang bisa disponsori? Apa sajakah takarannya?

Bambang pun mengatakan bahwa ada beberapa hal yang biasanya dilihat sponsor. “Kita ingin melihat rekam jejak dari satu tim sih.” Prestasi mungkin bisa jadi takaran meski memang tak terlalu kaku berkisar di sana. Manajemen organisasi yang bagus yang lebih besar kemungkinannya mendatangkan ketertarikan sponsor. Sentimen positif tentang tim esports itu, yang bisa terlihat di media sosial, juga dapat berpengaruh pada ketertarikan sponsor.

Sayangnya, ia juga bercerita bahwa masih banyak tim di Indonesia yang memiliki kekurangan di aspek manajemen organisasi.

Sumber: Supreme League
Sumber: Supreme League

Lalu bagaimana soal turnamen? Turnamen esports memang faktanya adalah bagian yang tak dapat dilepaskan dari ekosistem esports. Tanpa turnamen, tim-tim esports tak punya ruang untuk berkompetisi. Namun apakah ada lagi fungsi lain dari turnamen?

Tio dari Supreme League pun mengatakan bahwa turnamen juga berfungsi sebagai ruang exposure buat tim itu juga. Tio pun kembali menegaskan bahwa, sampai kapan pun, esports selalu akan ada turnamennya karena turnamen memberikan sebuah tolak ukur akan sebuah capaian, prestasi, dan exposure dari tim esports.

Masalah yang Dihadapi oleh Tim Esports

Meski bergantung satu sama lainnya, antara turnamen dan tim, tentu saja pernah atau bahkan sering terjadi gesekan antara keduanya. Apa saja yang pernah dialami oleh Supreme League tentang hal ini? Tio pun bercerita bahwa pemain-pemain yang sudah cukup populer memang tak jarang sulit diatur walaupun memang ia mengakui mentalitas orang itu berbeda-beda. Kedisiplinan para pemain itu adalah masalah yang paling sering ia temui saat menggarap event esports.

Sumber: Supreme League
Sumber: Supreme League

Bambang pun menambahkan cerita menarik yang pernah ia rasakan sendiri tentang masalah profesionalisme pemain. “Satu kali pernah ada pemain yang datang untuk tanda tangan kontrak. Namun kala itu, dia datang dengan mengenakan kaos kompetitor. Hahaha…” Katanya sambil tertawa. Ia pun tak serta merta menyalahkan sang pemain di kasus tadi namun justru menilai manajemennya yang tak sigap dalam mengatur pemainnya.

Bagaimana tanggapan Yansen sebagai bagian dari manajemen tim esports mengenai profesionalisme pemain? Solusi apa yang diterapkan di EVOS untuk masalah tersebut?

Yansen pun mengatakan bahwa sebenarnya memang setiap divisi memiliki personality-nya masing-masing dan, meski manajemen telah menekankan nilai-nilai kedisiplinan, tetap saja ada satu dua pemain yang kadang-kadang tidak disiplin. Ia juga mengakui bahwa masalah ini masih menjadi PR buat EVOS. Ia juga tidak bisa mengatakan bahwa tim EVOS itu lebih disiplin dari organisasi lainnya.

EVOS Esports | Dota 2 Team
Tim Dota 2 EVOS Esports | Sumber: ESL

Lalu bagaimana soal tantangan dari tim sendiri soal prestasi?

“Setiap hari sih tantangan ya… Hahaha…” Ujarnya Yansen tertawa. “Tim kita sekarang sudah ada bootcamp. Bangunin mereka saja itu sebenarnya sudah tantangan tersendiri.”

Sedangkan untuk soal prestasi, menurut Yansen, kembali lagi ke masing-masing pemain dan visi mereka. “Kalaupun mereka belum bisa menyumbang prestasi, mereka mungkin hanya belum beruntung.” Ia pun kembali menyebutkan yang sebelumnya dikatakan oleh Bambang di atas bahwa prestasi itu sebenarnya bisa dicari sambil berjalan, yang penting adalah bagaimana manajemennya.

“Kita ga terlalu result-oriented sih. Yang penting proses dalam mencapai prestasi itu yang kelihatan.” Katanya.

Kelebihan dan Kekurangan Maraknya Turnamen Esports

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Tahun 2018 ini, ada banyak gelaran esports setiap bulannya. Meski memang menjadi bagian integral dari ekosistem, terlalu banyak turnamen juga memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bagaimana narasumber kita di sini melihat hal ini?

“Negatifnya, karena sponsorship itu jadi bagian dari perencanaan perusahaan, kalau turnamen terlalu sporadis itu kita jadi susah juga dari sisi budgeting. Apalagi kalau levelnya besar ya. Itu pertama. Kedua, menciptakan image turnamen itu juga lebih sulit. Misalnya, tim-tim yang bermain di sini sama yang di sana itu setingkat kah?” Kata Bambang.

Dengan kata lain, menciptakan turnamen yang berkesan jadi lebih tinggi tantangannya karena narasi/cerita masing-masing turnamen bisa saling mengaburkan atau membingungkan.

Sumber: PUBG Mobile
Sumber: PUBG Mobile

Namun sisi positifnya, buat sponsor, mereka bisa lebih punya banyak exposure; lebih banyak ruang untuk beriklan. Selain itu, sponsor juga punya lebih banyak pilihan turnamen mana yang ingin dikejar.

Lalu bagaimana dari sisi klub esports? Apa plus dan minusnya?

Yansen mengatakan, “pertama, kita jadi punya lebih banyak exposure. EVOS di sini, EVOS di sana. Kalau menang, kita dapat prize pool lebih banyak juga. Namun, yang terutama adalah para pemain jadi lebih punya banyak pengalaman. Apalagi jika event offline. Karena di event offline, mereka harus nambah satu skill lagi yaitu mental.”

Sebaliknya, kekurangannya, terlalu banyak turnamen adalah kesulitan untuk mencari jadwalnya. Ia bercerita bahwa beberapa kali EVOS harus mengundurkan diri karena jadwal turnamen yang tabrakan. Pasalnya, para pemain ini juga harus mengatur jadwal kapan harus latihan, istirahat, ataupun kegiatan lainnya. Semakin padatnya jadwal turnamen, hal tersebut akan menyulitkan juga buat para pemain dan manajemen membagi waktu.

Tio dari Supreme League juga memberikan pendapatnya mengenai kelebihan dan kekurangan maraknya turnamen esports yang terjadi. Dari sisi EO, lebih banyak turnamen esports, positifnya kembali lagi lebih banyak exposure.

IGC 2018. Sumber: Dunia Games
IGC 2018. Sumber: Dunia Games

Menurutnya, hal ini juga akan membantu mengenalkan esports ke masyarakat awam. “Dengan esports dikenal di kalangan mainstream, hal ini dapat memudahkan mereka untuk menyadari bahwa esports itu adalah sebuah bisnis yang layak; yang menjanjikan.” Ujar Tio.

Sedangkan negatifnya, menurut Tio, terlalu banyak event juga akan membuatnya terlalu monoton buat para esports enthusiast ataupun mereka-mereka yang ada di belakang layar.

Itu perbincangan singkat saya bersama 3 narasumber tadi tentang sponsor, tim, dan event esports. Semoga hal ini berguna buat Anda yang berencana membangun tim esports ataupun menyelami industri/ekosistem esports lebih dalam.

Berkenalan dengan R-Tech, Jawara Tekken Indonesia yang Menantang Dunia

Sejak muncul di era PS1, Tekken telah menjadi salah satu seri fighting game yang paling digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Jumlah karakternya yang banyak, kontrol mudah dipelajari, serta tampilan 3D yang keren adalah “senjata” yang membuat seri ini begitu populer. Bermula dari permainan kasual, hingga kini banyak dimainkan secara kompetitif, popularitas Tekken tak pernah surut. Apalagi dengan kemunculan Tekken 7 yang juga dapat dimainkan di platform PC.

Komunitas Tekken di Indonesia pun, dibandingkan komunitas fighting game lainnya terbilang sangat aktif. Mereka yang bergabung dengan lingkaran Indotekken punya sederet pemain berprestasi, tak hanya di kompetisi lokal namun juga internasional. Salah satunya yaitu R-Tech yang beberapa waktu lalu menjadi juara Tekken 7 di Ultimo Hombre AXIS Pyramid League Jakarta. Ayo, kita berkenalan dengannya.

Bukan sekadar fighting game

Sama seperti banyak gamer yang tumbuh besar di era 90an, R-Tech pertama kali terjun ke dunia Tekken melalui Tekken 2. Saat itu, pria bernama asli Christian Samuel ini sebenarnya belum memiliki console PS1 sendiri. Ia hanya bisa bermain di rumah saudaranya. R-Tech mengagumi karakter King, dan ia gemar memainkan game ini walau dari segi teknik sendiri ia masih belum banyak mengerti.

R-Tech - Technofest 2018
R-Tech di kompetisi Technofest 2018 | Sumber: Dokumentasi R-Tech

Perkenalan R-Tech dengan komunitas Tekken terjadi di era tahun 2000an. Secara tak sengaja, ia melihat sebuah arcade cabinet Tekken Tag Tournament di Mal Taman Anggrek. Dari situ ia mengetahui bahwa ternyata Mal Taman Anggrek sering dijadikan tempat berkumpul dan bertarung para jagoan Tekken Jakarta setiap akhir pekan.

Sayangnya, saat itu R-Tech sendiri belum bisa dibilang termasuk dalam jajaran “jagoan”. Hingga era Tekken 6 (generasi PS3), R-Tech sebetulnya sudah berusaha mengikuti berbagai turnamen. Akan tetapi ia sadar bahwa skill yang dimilikinya masih jauh dari pemain-pemain lain. Baginya, daripada mengejar juara, turnamen hanya jadi ajang untuk bertemu teman dan berdiskusi saja.

“Meskipun ini sebuah game, saya mendapatkan banyak pelajaran kehidupan yang berguna. Jadi saya sangat bersyukur dikelilingi oleh teman-teman yang baik dan men-support saya,” demikian kata R-Tech saat diwawancarai oleh Hybrid. Lama berkecimpung di dunia Tekken membuat R-Tech menyadari bahwa Tekken bukan sekadar fighting game. Ada sesuatu dalam game ini yang lebih daripada itu. Ketika Tekken Tag Tournament 2 dirilis, R-Tech pun berkomitmen untuk mempelajari game tersebut secara lebih serius.

R-Tech - SEA Major 2013
Suasana SEA Major 2013 | Sumber: Dokumentasi Advance Guard

Sikat gelar kanan-kiri

Ditemani dua orang sahabat, R-Tech melatih tekniknya bermain Tekken Tag Tournament 2. Dedikasi ini rupanya menunjukkan hasil. Ia berhasil menjuarai berbagai turnamen di Jakarta. Kemudian pada tahun 2013, R-Tech mencoba peruntungan di kompetisi yang lebih tinggi. Ia ikut bertanding dalam turnamen Tekken Tag Tournament 2 di South East Asia (SEA) Major 2013. Turnamen ini diadakan di Singapura, dan juaranya akan mendapat seed point di Evolution Championship Series (EVO) 2013.

Dikelilingi oleh para petarung kawakan dunia seperti Tokido, Book, dan Dreamboat, R-Tech ternyata berhasil masuk ke posisi delapan besar. Hasil yang mengejutkan banyak orang, apalagi mengingat ini pertama kalinya R-Tech tampil di turnamen internasional. Pria yang kegiatan sehari-harinya diisi dengan wirausaha online serta forex trading ini bertarung mengandalkan dua karakter heavy hitter, yaitu Bryan Fury dan Jack-6.

Hingga saat ini, R-Tech telah membukukan banyak sekali prestasi. Termasuk di antaranya juara 1 Ultimo Hombre AXIS Pyramid League, juara 1 Technofest 2018, juara 2 Kraetingdaeng Indonesia Esports Championship (KIEC) 2018, juara 2 AMD Esports Fight! Championship 2018, dan lain-lain. Rival terberat R-Tech di dalam negeri, tak lain dan tak bukan, adalah Meat (Muhammad Adrian Jusuf). Seorang maestro Tekken yang sama-sama menggunakan karakter Jack sebagai andalan.

R-Tech kini tergabung ke dalam tim Alter Ego Esports, dan telah beberapa kali tampil di turnamen luar negeri. Di Berlin Tekken Clash 2018 misalnya, ia berhasil mencapai peringkat 13 (Top 16). Walau tak jadi juara, R-Tech sempat memberi kejutan ketika ia mengalahkan salah satu pemain terkuat Eropa, Tissuemon, saat di babak pool. R-Tech juga tampil di Tekken 7 SEA Major 2018, namun sayangnya ia kalah di pool oleh Fergus, pemain asal Irlandia.

R-Tech - Ultimo Hombre AXIS Pyramid League Jakarta
R-Tech di Ultimo Hombre AXIS Pyramid League Jakarta | Sumber: Dokumentasi R-Tech

Pemain Indonesia harus lebih mendunia

“Tekken 7 menurut saya adalah seri yang paling banyak diminati dibanding seri sebelumnya. Tidak hanya dari antusiasme, tetapi skill para player baru juga meningkat,” kata R-Tech ketika ditanya pendapat tentang ekosistem Tekken di Indonesia saat ini. Jika dibandingkan dengan fighting game lainnya di generasi ini (Street Fighter V, Guilty Gear Xrd, dsb), Tekken 7 memang jauh lebih berhasil dalam menyajikan pertandingan yang “hype”. Visual yang sangat bagus, ditambah fitur slow motion dan Rage Arts, membuat game ini seru sekali untuk dimainkan baik secara kasual ataupun serius.

R-Tech - Alter Ego Esports
R-Tech kini tergabung dalam tim Alter Ego Esports | Sumber: Alter Ego Esports

R-Tech sendiri berharap agar ke depannya lebih banyak tournament organizer maupun sponsor besar yang mau mengadakan kompetisi Tekken. Ia ingin game ini lebih banyak dikenal orang, juga ingin agar lebih banyak pemain Indonesia yang mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.

“Besar harapan saya agar banyak player dari Indonesia yang mau berpartisipasi untuk mengikuti turnamen di luar Indonesia, karena mengikuti turnamen di luar (negeri) itu adalah pengalaman yang sangat berharga,” tutupnya.

RamStig Juara Turnamen Sim Racing di GT Sport Technofest

Jika di pekan sebelumnya Techno Fest menggelar kompetisi untuk Tekken 7 dengan R-TecH dari Alter Ego yang keluar sebagai sang jawara, hari Sabtu dan Minggu (24-25 November 2018) kemarin Technofest masih melanjutkan serangkaian acaranya dengan menggelar turnamen untuk game balap simulasi (sim racing) — Gran Turismo Sport (GT Sport).

Di turnamen ini, Andika “RamStig” Rama Maulana yang boleh dibilang sebagai pembalap simulasi / virtual nomor 1 di Indonesia menjadi juaranya. Meski memang namanya tak sepopuler pemain Mobile Legends dan minimnya exposure esports sim racing di Indonesia, RamStig punya segudang prestasi di tingkat internasional.

Ia bahkan terakhir turut bertarung di Mercedes-AMG Motorsport eRacing di Jerman mewakiliki Indonesia. Kala itu, RamStig juga bahkan jadi satu-satunya pembalap yang mewakili benua Asia.

Selain Rama, berikut ini adalah urutan juara GT Sports di Techno Fest beserta hadiah yang mereka dapatkan:

Dokumentasi: Andika Rama
Dokumentasi: Andika Rama
  1. Andika Rama Maulana (Rp1 juta)
  2. Raditya Indera Syahreza (Rp750 ribu)
  3. Tubagus Farhan (Rp500 ribu)
  4. Prawira Jalu N (Rp250 ribu)

Setelah kemenangannya, saya sempat berbincang-bincang sejenak untuk pendapatnya tentang turnamen ini.

Rama pun mengatakan bahwa ada beberapa kekurangan yang mungkin bisa dicatat di turnamen ini. Pertama, layar yang terlalu tinggi membuat lehernya sakit. Kursi untuk balapannya juga bisa diganti agar tidak goyang atau geser saat menjejak pedal. Ia juga bercerita bahwa rencana pertandingan berbentuk battle alias balapan bersama-sama harus dibatalkan karena kekhawatiran atas koneksi internet yang digunakan.

Dokumentasi: Hybrid
Dokumentasi: Hybrid

Sistem kompetisi yang digunakan di sini adalah sistem time-attack alias mencetak waktu terbaik namun dilakukan bergantian. Setiap peserta berhak mencoba 3x memacu mobil sebanyak 3x putaran (3 lap).

Terlepas dari itu, ia mengatakan turnamen ini tetap layak diapresiasi. “Turnamennya cukup organized. Acaranya on-time banget, salut untuk Mas Bram (dari Advance Guard sebagai organizer turnamen). Cukup rapih walau kurang banyak pesertanya.” Ujar Rama.

Andika Rama. Sumber: RamStig
Andika Rama. Sumber: RamStigSimRacing

Ia pun berharap akan ada lebih banyak dan rutin turnamen sejenis ini agar lebih banyak masyrakat luas yang mengetahui esports sim racing.

Perjuangan Atlet Indonesia dalam Turnamen Dragon Ball FighterZ World Tour Saga

Nama Dragon Ball FighterZ (DBFZ) di Indonesia mungkin tidak begitu terkenal, masih kalah tenar dengan fighting game lain seperti Tekken 7 atau Street Fighter V. Akan tetapi game ini sebetulnya sangat populer di luar negeri. Sejak dirilis awal tahun 2018 kemarin, Dragon Ball FighterZ langganan menjadi salah satu kompetisi utama di turnamen-turnamen fighting game kelas dunia, termasuk Evolution Championship Series (EVO) 2018.

Bandai Namco selaku penerbit Dragon Ball FighterZ juga mengadakan sirkuit turnamen global dengan tajuk Dragon Ball FighterZ World Tour Saga. Mirip seperti cerita komik Dragon Ball itu sendiri, Dragon Ball FighterZ World Tour Saga terdiri dari tujuh turnamen di berbagai belahan dunia, dan juara masing-masing turnamen berhak mendapat sebuah bola naga. Turnamen ini terbuka untuk semua orang, dan semakin banyak pemain mendapat bola naga, semakin tinggi keuntungan yang ia dapat saat mengikuti kompetisi World Tour Saga Finals, Januari 2019 nanti.

Berikut ini tujuh turnamen yang merupakan bagian dari Dragon Ball FighterZ World Tour Saga:

  • Amerika Serikat: Community Effort Orlando (CEO) 2018, Florida 28 Juni – 1 Juli 2018
  • Inggris Raya: VSFighting, Birmingham 20 – 22 Juli 2018
  • Perancis: Ultimate Fighting Arena, Paris 2 September 2018
  • Meksiko: Thunderstruck 2018, Monterrey 6 – 7 Oktober 2018
  • Asia Tenggara: South East Asia (SEA) Major 2018, Singapura 13 – 14 Oktober 2018
  • Jepang: Dragon Ball FighterZ World Tour Saga 6 Japan Round, Tokyo 24 – 25 November 2018
  • Australia: CouchWarriors Crossup, Coburg North 15 – 16 Desember 2018

Meski seluruh turnamen DBFZ World Tour Saga ini terbuka untuk umum, lokasinya yang hanya ada tujuh tempat di seluruh dunia tentu sedikit menyulitkan partisipan yang berdomisili jauh. Karena itu, Bandai Namco juga mengadakan turnamen-turnamen lebih kecil dengan nama Dragon Radar Tournament. Juara Dragon Radar Tournament ini berhak mendapatkan akomodasi dan transportasi gratis untuk mengikuti event DBFZ World Tour Saga berikutnya.

Salah satu Dragon Radar Tournament itu berlangsung saat acara C3 AFA Jakarta, akhir Agustus lalu. Dalam turnamen ini, seorang kontestan asal Indonesia berhasil keluar sebagai juara. Dia adalah Drek, pemain Dragon Ball FighterZ asal Jakarta. Drek berhasil menjuarai Dragon Radar Tournament setelah babak Grand Final yang sengit melawan kontestan asal Filipina, Alden.

Dragon Ball FighterZ - Vegito
Vegito, karakter Dragon Ball FighterZ andalan Drek

Dua petarung Indonesia menantang Jepang

Sebagai juara Dragon Radar Tournament, Drek berhak maju ke salah satu turnamen DBFZ World Tour Saga. Selain itu, prestasi ini juga membuat Drek direkrut oleh tim ABUGET GAMING. Bersama dengan co-founder tim ABUGET GAMING yaitu Kontoru (Rindra), Drek pun berangkat ke Shinjuku, Tokyo, untuk bertarung di DBFZ World Tour Saga 6 Japan Round.

ABUGET GAMING dulunya juga merupakan sponsor perdana R-Tech sebelum ia pindah ke Alter Ego Esports

Sebelum bertanding di Saga Japan, Drek dan Kontoru sempat bermain kasual di Red Bull Gaming Sphere Nakano, serta Esports Arena Akihabara. Di sana mereka bertemu dengan para atlet Dragon Ball FighterZ papan atas, seperti Kazunoko, Kaimart, Kindevu, dan sebagainya. Permainan Drek mendapat apresiasi, karena ia menjagokan karakter Vegito yang termasuk tidak populer. Kurangnya tools untuk pertarungan darat serta sulitnya mempertahankan corner pressure adalah beberapa alasan mengapa karakter ini dianggap lemah, beda dengan karakter-karakter seperti Android 16 atau Bardock.

Twitter - Kaimart
Kaimart (salah satu pemain DBFZ) mengaku terkejut menemukan pemain Vegito dari Indonesia | Sumber: Kaimart

Pertandingan Saga Japan sendiri dimulai pada tanggal 24 November 2018 kemarin, dengan Drek di pool Group P sementara Kontoru di pool Group J. Mereka bertemu dengan banyak sekali pemain Jepang yang tangguh, wajar mengingat posisi Jepang memang merupakan tuan rumah. Kontoru kandas di dua pertandingan pertama, sementara Drek sempat mencapai final lower bracket Group P sebelum akhirnya tereliminasi oleh pemain Jepang, Tahichi.

Drek vs Tahichi
Drek ketika bertanding melawan Tahichi di final lower bracket Group P

“Menurut saya, skill pemain Indonesia masih belum cukup kuat untuk melawan Tier 2 Jepang,” demikian kata Kontoru mengakui. Tier 2 yang dimaksud di sini adalah pemain lapis menengah di dunia fighting game Jepang, seperti Tahichi atau Inuchiyo. Sementara Tier 1 sendiri adalah nama-nama yang sudah langganan tampil di turnamen dunia, seperti Kazunoko, Go1, Dogura, atau Kindevu.

Menurut Bram Arman dari Advance Guard, dapat dimaklumi bila permainan para atlet Dragon Ball FighterZ Indonesia masih kalah dengan pemain Jepang, karena memang di negara ini masih banyak kendala. Selain karena jumlah pemain yang tidak terlalu banyak, online experience di sini juga cenderung sepi, beda dengan Jepang atau Amerika.

Meski belum meraih juara, kesempatan berlaga di Dragon Ball FighterZ World Tour Saga ini adalah pengalaman yang sangat berharga. Pengalaman seperti inilah yang dibutuhkan oleh para pemain Indonesia, agar mereka bisa belajar dari pemain-pemain luar negeri dan berkembang menjadi lebih kuat lagi. Semoga saja dengan bekal pengalaman ini, ke depannya mereka bisa lebih berprestasi lagi.

Disclosure: Hybrid merupakan media partner Advance Guard

Prediksi Dunia Persilatan MLBB Pasca MPL ID S2, JessNoLimit: Saya Ingin Liburan

Gelaran kompetitif Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) paling bergengsi di Indonesia, MPL Indonesia Season 2, sudah selesai dengan Rex Regum Qeon (RRQ) O2 yang keluar sebagai juaranya.

Sebelum kita membahas perkiraan bursa transfer yang terjadi pasca gelaran ini, mari kita lihat sejenak urutan juara di turnamen ini.

  1. Juara 1: Rex Regum Qeon (RRQ)
  2. Juara 2: EVOS Esports
  3. Juara 3: ONIC Esports
  4. Peringkat 4: Louvre
  5. Peringkat 5: Saints Indo
  6. Peringkat 6: Aerowolf Roxy
  7. Peringkat 7: Bigetron Esports
  8. Peringkat 8: SFI Esports

Pasca turnamen-turnamen besar, kebanyakan tim memang akan melakukan evaluasi performanya masing-masing dan bisa jadi merombak formasinya – seperti yang terjadi pasca MPL ID S1.

RRQ dan EVOS Esports

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Jika melihat performa tim dan individu di MPL ID S2, boleh dibilang hanya RRQ yang meraih hasil memuaskan; bukan hanya karena mereka juara tapi juga karena performa masing-masing pemainnya yang stabil di atas.

Baik Tuturu, Lemon, AyamJGO, AmpunOM (Instinct), dan Liam bermain cantik sepanjang musim dan di fase Grand Final. Formasi ini bahkan boleh dibilang yang terbaik dari RRQ.O2 sejak terbentuk. Jadi, kemungkinan besar, pihak manajemen RRQ tak perlu pusing merombak formasi. Para pemainnya pun juga seharusnya tak perlu mencari tempat berlabuh baru.

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Aerowolf Roxy (yang dulu menggunakan nama TEAMnxl>) juga tak mengubah formasi pemainnya pasca kemenangan mereka di Season 1.

Di posisi juara 2, EVOS Esports bisa jadi berubah formasinya pasca MPL ini. Mereka mengalami jungkir balik performanya sepanjang musim, meski memang berujung cukup positif. Di pekan-pekan awal Regular Season MPL ID S2, EVOS Esports memang boleh dibilang mengecewakan namun mereka berhasil memutarbalik kondisi dan berakhir jadi Runner Up.

Di media session EVOS Esports yang digelar saat MPL ID S2 berjalan, tim ini bercerita bahwa mereka berhasil bangkit performanya setelah fokus latihan dan mengesampingkan kesibukan mereka lainnya sebagai content creator.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Meski berhasil jadi juara 2, capaian tersebut bisa jadi tak memuaskan buat manajemen ataupun para pemainnya. Apalagi jika kita melihat Eko “Oura” Julianto yang tetap tampil memukau meski saat rekan-rekan satu timnya terpuruk saat awal-awal musim, pemain ini tentunya sangat menggoda untuk dipinang oleh banyak klub esports lainnya.

JessNoLimit sendiri juga sebenarnya berhasil mematahkan anggapan para haters-nya yang mengatakan dia cuma menang populer. Performanya sepanjang musim terakhir juga memuaskan, meski bagi saya pribadi, masih sedikit di bawah Oura tadi. Hasil performanya ini tentunya membuat banyak tim MLBB lain kebelet membawanya keluar dari EVOS Esports. Apalagi, organisasi esports mana yang akan menolak gamer paling populer di Indonesia (setidaknya sampai artikel ini ditulis) yang punya lebih dari 3 juta subscribers YouTube jika ia ingin keluar?

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Saat media session kedua bersama EVOS Esports setelah mereka berhasil jadi juara 2, JessNoLimit mengatakan ingin liburan dulu saat saya tanyakan rencananya pasca MPL ID S2. Oura, Emperor, Marsha, dan IOS juga mengutarakan hal yang serupa. Mereka ingin liburan melepas penat. Namun IOS juga menambahkan, “saya akan stay di EVOS jika masih dibutuhkan.”

Melihat sejarah pasca MPL ID S1 yang kala itu EVOS juga juara 2, mereka merombak formasinya cukup drastis. Ada Donkey yang pindah ke Louvre. Sedangkan KneEr dan Oreo juga dilepas dari EVOS. Mereka pun memasukkan Marsha (dari RRQ) dan Emperor (dari Bigetron PK) pasca MPL ID S1.

Bagaimana formasi EVOS pasca MPL ID S2? Kita tunggu saja bersama-sama.

Aerowolf Roxy dan ONIC Esports

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Berbicara mengenai dunia persilatan Mobile Legends, tentunya tidak sah juga jika kita tidak berbicara soal Aerowolf Roxy dan ONIC Esports. Kedua tim ini masuk ke daftar tim papan atas meski memang tak sepopuler RRQ dan EVOS.

Ada yang menarik antara interaksi Aerowolf Roxy dan ONIC Esports pasca Regular Season namun sebelum fase Grand Final. Pasalnya, mereka bertukar pemain saat itu. Supriadi “Watt” Dwi Putra dari Aerowolf pindah ke ONIC. Sedangkan Muhammad “Ichsan” Ichsan dari ONIC pindah ke Aerowolf.

Sumber: MPL
Afrindo “Lucky” Valentino. Sumber: MPL

Afrindo “Lucky” Valentino mengaku performa formasi baru mereka di Regular Season melebihi ekspektasinya. “Saat tim-tim besar lainnya naik turun, performa kita malah lebih stabil dengan bergabungnya Ichsan dan Lian.” Katanya saat media session untuk Aerowolf Roxy di gelaran MPL ID S2.

Sayangnya, performa baik mereka di Regular Season tak dapat dilanjutkan di babak selanjutnya. Karena itulah, Aerowolf Roxy bisa jadi juga akan mengubah formasi mengingat performa mereka yang mungkin boleh dibilang mengecewakan di babak Grand Final kemarin. Muasalnya, mereka menempati peringkat 2 di akhir babak Regular Season namun harus gugur cukup awal di Grand Final dan berakhir di posisi 6.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Di sisi lainnya, Watt yang berganti-ganti peran (role) di ONIC mengaku lebih suka memainkan role tetap seperti saat ia bermain untuk Aerowolf. Namun ia terpaksa berganti-ganti peran di ONIC karena memang harus menutupi keterbatasan penguasaan hero (hero pool) dari rekan-rekan satu timnya.

Watt memang menarik untuk diboyong keluar dari ONIC mengingat ia boleh dibilang paling mencolok skill individunya dibanding rekan-rekan satu timnya. Ia bisa berganti peran dengan mudah, menutupi keterbatasan rekan satu tim, namun tetap menunjukkan kualitas papan atas.

Spade. Sumber: MLBB
Spade. Sumber: MLBB

Satu lagi pemain dari ONIC yang menarik untuk dibahas adalah Hansen “Spade” Meyerson. Spade merupakan MVP Regular Season di MPL ID Season 1. Performanya memang tak sefantastis di Season 1 namun ia tetap saja termasuk salah satu dari 3 pemain Marksman terbaik se-Indonesia, bersama Tuturu dari RRQ dan Rekt dari Louvre. Kemungkinan besar, Spade juga sudah masuk ke dalam daftar pemain incaran bagi tim-tim yang mencari pemain Marksman.

Tim-Tim Lainnya

Selain dari 4 tim besar tadi, ada beberapa nama yang menarik untuk dibahas di sini kali ini. 2 nama pertama yang ada di kepala saya adalah Haji Kakap dan Hinelle dari Saints Indo yang mungkin bisa dirayu untuk pindah. Kedua pemain ini berhasil mencuri perhatian dengan menampilkan performa yang menawan sepanjang musim bersama Saints Indo.

Ditambah lagi, secara organisasi dan manajemen, Saints Indo boleh dibilang belum sematang organisasi esports lainnya seperti 4 organisasi besar yang saya bahas di atas. Menarik saja membayangkan Haji Kakap atau Hinelle berbaju kuning bersama ONIC atau berbaju biru di bawah naungan EVOS Esports.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Setiap pemain Louvre, Rmitchi, Donkey, Rekt, Kiddo, dan Yor, juga punya keistimewaan di perannya masing-masing. Mengingat Louvre juga tak mampu meraih hasil yang memuaskan kali ini meski berisikan pemain-pemain hebat, ada kemungkinan, baik dari sisi pemain ataupun manajemen; mereka mencoba formasi baru.

Fabiens dan Jeel dari Bigetron juga layak disebutkan sebagai pemain yang wajib dilirik, meski Fabiens memang lebih mencolok performanya di musim kedua ini. Fabiens adalah pemain lama yang muncul namanya sejak MSC 2017. Ia pun cukup piawai dalam memainkan peran (role) sebagai Assassin ataupun Marksman.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Jeel juga pemain yang cukup lama di dunia persilatan MLBB meski memang baru di Season 2 inilah ia merasakan ketatnya persaingan di MPL. Ia mengaku MPL memang beda prestige-nya dibanding kompetisi-kompetisi tingkat nasional lainnya, saat saya tanyakan di sesi media untuk Bigetron di acara yang sama.

Oh iya, nama terakhir yang mungkin layak untuk dipertimbangkan adalah Doyok dari SFI Esports. Doyok bisa jadi adalah pemain Mobile Legends terbaik asal Pontianak. Ia memang sedikit tenggelam namanya di MPL ID S2 karena timnya, SFI, sepertinya benar-benar belum menemukan gaya bermain yang tepat. Namun skill individu Doyok sendiri sebenarnya setingkat atau bahkan lebih tinggi dari pemain-pemain lainnya yang lebih populer namanya.

Sebenarnya ada satu pemain yang sudah mengutarakan keinginannya ke saya untuk keluar dari timnya. Namun karena off-the-record, saya tidak dapat menyebutkan nama ataupun timnya sekarang. Pemain itu juga sangat istimewa dari sisi skill individu ataupun tim dan mulai dikenal sejak MPL ID Season 1. Dia biasanya juga bermain sebagai Mage. Siapa dia ya? Apakah ia benar akan keluar dalam waktu dekat?

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Itu tadi hanya ‘penerawangan’ saya atas beberapa tim dan pemain pasca MPL ID Season 2. Seharusnya, para pemain dan orang-orang manajemen sudah mulai bergerilya di balik layar untuk bursa transfer yang mungkin akan mewarnai beberapa pekan ke depan.

Seperti apakah peta dunia persilatan MPL Indonesia di Season 3 nantinya? Menarik untuk terus diikuti.