Left Alive Rilis Maret 2019, Kolaborasi Kreator Armored Core dan Metal Gear Solid

Square Enix baru saja mengumumkan jadwal rilis untuk game terbaru mereka yang bergenre survival action shooter, Left Alive. Game tersebut akan terbit dalam bahasa Inggris pada tanggal 5 Maret 2019. Anda bisa mendapatkannya untuk PS4 maupun PC via Steam.

Left Alive adalah karya kolaborasi nama-nama besar di dunia game, terutama mereka yang sudah berpengalaman mengerjakan game dengan tema mecha (robot). Beberapa kreator yang terlibat antara lain Toshifumi Nabeshima (Armored Core), Yoji Shinkawa (Metal Gear, Zone of the Enders), serta Takayuki Yanase (Ghost in the Shell: Arise, Xenoblade Chronicles X).

Left Alive | Day One Edition PS4
Left Alive Day One Edition PS4 | Sumber: PS Blog
Left Alive | Day One Edition Steam
Left Alive Day One Edition Steam | Sumber: All Games Delta

Meski mengusung judul baru, sebenarnya Left Alive memiliki latar dunia yang sama dengan seri Front Mission. Beberapa ciri khas Front Mission juga muncul di sini, seperti kemampuan bertempur menggunakan robot yang disebut Wanzer serta pilihan dialog yang dapat mengubah jalannya cerita. Perbedaan terbesar tentu terletak pada gaya permainan. Bila Front Mission terkenal sebagai seri turn-based tactics, Left Alive adalah game bertipe action.

Khas game dengan tema survival, Left Alive memiliki fitur-fitur yang penting untuk membantu Anda bertahan hidup di medan perang. Misalnya crafting, di fitur ini Anda dapat menciptakan berbagai senjata dan peralatan. Anda juga dapat menarik perhatian musuh dan memancing mereka ke jebakan yang sudah Anda siapkan sebelumnya.

Left Alive | Mech Edition 1
Left Alive Mech Edition | Sumber: PS Blog
Left Alive | Mech Edition 2
Left Alive Mech Edition | Sumber: PS Blog

Pada awal peluncurannya, Square Enix menyediakan dua edisi khusus dengan berbagai bonus. Pertama adalah paket yang disebut Left Alive Day One Edition. Edisi ini berisi game serta DLC Survival Pack berisi senjata, armor, granat, serta item penyembuh. Khusus untuk versi Steam, Day One Edition juga mengandung bonus wallpaper dan soundtrack. Sementara bila Anda membeli secara digital di PS4, Anda akan mendapat bonus berupa static theme Left Alive.

Edisi kedua disebut Left Alive Mech Edition, dan merupakan barang wajib bagi para kolektor. Dengan harga US$159,99 (sekitar Rp2,4 juta), Anda akan mendapatkan game, DLC Survival Pack, artbook hard cover 80 halaman, SteelBook Case, serta action figure. Persis seperti mecha di dalam game yang dapat dikustomisasi, action figure ini pun memiliki berbagai senjata yang dapat diganti-ganti. Berminat?

Sumber: All Games Delta.

Stardew Valley Akan Dirilis untuk Android dan iOS, Lebih Murah dari Versi PS4

Dua tahun sejak pertama kali dirilis, Stardew Valley tampaknya dapat ditemui di nyaris semua platform gaming modern. Dari PC Windows, Mac, Linux, PS4, PS Vita, Xbox One, hingga Switch, semua kebagian RPG simulasi bertani ini. Tapi saya tak menyangka ternyata Stardew Valley juga akan tersedia untuk perangkat mobile...

Pengumuman akan versi mobile tersebut disampaikan oleh ConcernedApe (Eric Barone), developer Stardew Valley, lewat situs resminya. Pengumuman ini memang terkesan agak tiba-tiba, apalagi versi iOS ternyata akan dirilis dalam waktu dekat yaitu pada tanggal 24 Oktober. Namun ConcernedApe mengatakan bahwa sebenarnya pengembangan Stardew Valley versi mobile sudah berjalan selama lebih dari setahun.

Stardew Valley iOS | Screenshot 1
Tampilan Stardew Valley versi mobile | Sumber: ConcernedApe

ConcernedApe dibantu oleh studio mobile asal London yang bernama The Secret Police dalam pengembangan Stardew Valley versi mobile. Karena pengerjaannya benar-benar dilakukan oleh tim terpisah, port versi mobile ini tidak akan mengganggu pengembangan Stardew Valley di platform lain. Terutama fitur multiplayer untuk Switch, PS4, dan Xbox One yang saat ini masih belum selesai.

Stardew Valley versi mobile ini adalah game utuh sama seperti versi console maupun PC, bukan versi disederhanakan apalagi free-to-play. Perbedaan-perbedaan kecil tentu akan ada, tapi secara garis besar fiturnya identik dengan Stardew Valley versi asli. Konten di dalamnya setara dengan Stardew Valley setelah patch versi 1.3, namun tanpa fitur multiplayer. Serunya lagi, pemain PC bisa mentransfer save data mereka ke versi mobile!

Stardew Valley iOS | Screenshot 2
Tampilan Stardew Valley versi mobile | Sumber: ConcernedApe

Anda sudah dapat melakukan pre-order untuk Stardew Valley versi iOS di Apple App Store. Game ini dijual dengan harga US$7,99 saja, lebih murah dari versi PS4 dan Steam yang dijual seharga US$14,99. Akan tetapi, untuk kita yang tinggal di Indonesia, banderol harganya adalah Rp119.000. Justru sedikit lebih mahal dari versi Steam yang hanya Rp115.999. Concerned sudah mengonfirmasi bahwa Stardew Valley mobile tidak mengandung in-app purchase.

The Secret Police saat ini juga tengah mengembangkan Stardew Valley versi Android, namun belum ada keterangan pasti kapan versi tersebut akan diluncurkan. Kita tunggu saja kabar lebih lanjut dari ConcernedApe. Apakah Anda berminat memainkan Stardew Valley di smartphone?

Sumber: ConcernedApe.

Platform Cloud Gaming Skyegrid Luncurkan Game AAA Baru dan Fitur Skyegrid Media

Perusahaan penyedia layanan cloud gaming lokal, Skyegrid, baru saja mengumumkan penambahan sejumlah game menarik ke dalam koleksi mereka. Beberapa di antara game baru tersebut antara lain Paladins: Champions of the Realm, Path of Exile, DC Universe Online, Warhammer 40.000: Eternal Crusade, Smite, dan lain-lain.

Dengan tambahan judul-judul tersebut, hingga tanggal 1 Oktober 2018 Skyegrid telah mengantongi 56 judul game populer di dalam platformnya. Dari semua judul itu 22 di antaranya bisa langsung dimainkan secara streaming, sementara 34 sisanya hanya bisa dimainkan bila pengguna sudah memilikinya terlebih dahulu di akun Steam masing-masing.

Skyegrid | Paladins
Paladins, salah satu game yang tersedia di Skyegrid

Skyegrid juga masih akan terus menambahkan game baru di bulan Oktober ini. Beberapa game yang direncanakan masuk mencakup No Man’s Sky, Fallout 4, Rise of the Tomb Raider, serta For Honor. Skyegrid juga membuka peluang lebar bagi para developer game PC asal Indonesia untuk menerbitkan atau mendistribusikan game buatan mereka di platform ini.

“Target kami masih sama. Sekitar 100 hingga 150 game di akhir tahun. Dan, komposisi game lokal bisa didongkrak jadi 15 – 20 persen pada akhir tahun 2019,” demikian kata Rolly Edward, CEO Skyegrid, dalam siaran pers. “Kami juga akan memperbanyak bendahara game-game yang berlisensi, sehingga pelanggan non-Steam juga mempunyai banyak pilihan,” lanjutnya.

Skyegrid | Games
Beberapa koleksi game di Skyegrid | Sumber: Skygrid

Selain penambahan pustaka game, Skyegrid saat ini juga fokus pada dua hal lain. Pertama adalah pengoptimalan pengalaman bermain, yang kedua yaitu peluncuran fitur baru bernama Skyegrid Media. Cloud gaming memang masih termasuk teknologi baru dan butuh jaringan infrastruktur yang baik agar bisa dinikmati dengan nyaman.

Rolly mengaku bahwa Skyegrid terus berusaha mengurangi network latency yang sangat berpengaruh terhadap pengalaman bermain. Pengoptimalan ini berlaku untuk semua platform yang mendukung aplikasi Skyegrid, baik itu PC Windows, MacOS, Android, Google Chrome, hingga Xbox One.

Skyegrid | Skyegrid Media
Tampilan Skyegrid Media

Sementara itu Skyegrid Media adalah usaha Skyegrid untuk menyajikan pengalaman gaming yang lebih kaya. Tidak hanya bermain, pengguna juga bisa menikmati berita-berita terbaru seputar dunia game. Skyegrid juga ingin berkolaborasi, terutama dengan situs-situs media game lokal ternama yang lebih senior, dalam pengadaan konten Skyegrid Media.

“Alangkah indahnya jika kami dan teman-teman media lainnya bisa berkolaborasi, berlandaskan mutualisme, bertumbuh kembang bersama-sama gamer Skyegrid, pengembang dan penerbit di dalamnya, serta mitra perusahaan seperti GameSir, dan asosiasi,” pungkas Rolly.

IGG: Kami akan Fokus ke Esports untuk Game Selanjutnya

8 Oktober 2018 kemarin, IGG (I Got Games) meresmikan kantornya di Indonesia. Mereka membuka kantor di Indonesia untuk memastikan operasi yang lebih mulus di sini ujar Sherly Liu, Business Development Manager dari IGG Indonesia.

Richard Chua, Komisaris IGG Indonesia, juga menambahkan “Indonesia adalah pasar yang penting karena di sini adalah pasar terbesar di Asia Tenggara. Kenapa di 2018? Karena sebelumnya kami fokus menggarap pasar AS dan Eropa. Sekarang kami fokus garap Asia, termasuk Indonesia.”

Richard Chua (kanan). Dokumentasi: IGG
Richard Chua (kanan). Dokumentasi: IGG

Agni Olimpia, Operation Supervisor dari IGG Indonesia pun menjelaskan bahwa IGG sendiri sebenarnya sudah ada di Indonesia dari 2016. Namun kala itu, baru 1 orang yang ada di sini. Di 2017, IGG menambah personil jadi 4 orang tapi masih harus lapor ke kantor regional Asia Tenggara yang berada di Thailand.

IGG yang punya headquarter di Singapura sebenarnya sudah memiliki beberapa game, namun mereka biasanya lebih dikenal dengan Castle Clash dan Lords Mobile untuk platform Android dan iOS.

Menurut Agni, IGG awalnya didirikan di 2006 namun kala itu mereka masih belum bermain di pasar mobile. Baru di 2013, nama mereka melesat cepat saat merilis Castle Clash. Sedangkan Lords Mobile, yang menjadi game terlaris mereka, dirilis di 2016.

Lords Mobile. Sumber: IGG
Lords Mobile. Sumber: IGG

Lalu bagaimana IGG memandang esports, mengingat semakin banyak publisher game mobile besar lainnya semakin marak untuk terjun ke sini?

Richard mengatakan esports itu sangat menyenangkan, tidak hanya untuk para pemainnya tapi juga untuk para penonton. Sama seperti banyak orang senang menonton pertandingan sepak bola. Tidak semua orang bisa bermain di tingkat kompetitif tapi semua orang bisa menikmatinya saat menonton.”

Sherly juga menambahkan bahwa IGG akan fokus ke esports di game selanjutnya. Sayangnya, mereka belum bisa menyebutkan game seperti apa yang ingin mereka angkat jadi esports nantinya karena memang masih dalam tahap pengembangan.

Richard juga mengatakan hal yang sama. Ia belum bisa mengatakan game mereka yang akan jadi esports karena ada beberapa game yang masih dalam tahap pengembangan. Apalagi, menurutnya, IGG selalu memastikan kualitas game yang ingin dirilis. “Jika game tersebut tidak cukup baik, kami akan membatalkan rilisnya meski sudah jadi.”

“Namun rencananya,” cerita Richard “kami akan fokus ke esports di 2019 atau 2020.”

Jika sejumlah publisher dan developer game melihat esports sebagai alat marketing yang juga dapat memperpanjang umur (life-cycle) game mereka, Richard tidak setuju dengan hal tersebut. Menurutnya, jika game tersebut memang bagus, umur game tersebut memang sudah seharusnya panjang dengan ataupun tanpa esports. Ia pun mencontohkan Castle Clash yang masih dimainkan meski sudah berumur 5 tahun.

Sebelumnya, Lords Mobile sendiri sebenarnya memang sudah ada esports-nya. Namun Agni mengakui bahwa di game-nya sendiri memang belum dioptimalkan untuk itu. IGG harus membuat server dan Kingdom sendiri untuk gelaran kompetitifnya.

Sumber: IGG
Lords Mobile Tournament: Asia. Sumber: IGG

Agni juga bercerita bahwa sebelumnya Lords Mobile juga sudah menggelar turnamennya yang berskala internasional, meski masih untuk negara-negara Asia, yang bertajuk Lords Mobile Tournament: Asia di bulan April 2018. Indonesia juga kala itu turut bertanding di sana mewakili kawasan Asia Tenggara. Selain Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Hong Kong, dan Taiwan juga mengirimkan perwakilannya.

Bagaimana realisasi esports-nya nanti? Game seperti apa dari IGG yang akan turut meramaikan maraknya gempita esports di perangkat mobile? Kita tunggu saja kabar selanjutnya dari IGG.

Microsoft Umumkan Pengembangan Teknologi Game Streaming Project xCloud

Sejak tersedianya internet, para console maker berupaya mengintegrasikan akses ke platform mereka demi menyajikan multiplayer online. Sega melakukannya di tahun 1990 lewat Meganet untuk Mega Drive, lalu Sony memperkenalkan mode online di PlayStation 2 pada tahun 2000. Dan belakangan, internet kembali merombak cara konsumen menikmati video game.

Setelah dicetus OnLive beberapa tahun silam, layanan cloud gaming mulai bermunculan. Beberapa nama populer yang sering kita dengar antara lain adalah PlayStation Now dan GeForce Now, lalu di Indonesia, kita bisa menemukan Skyegrid serta Emago. Selanjutnya, raksasa internet Google diketahui tengah menguji Project Stream, dan kali ini, Microsoft mengabarkan penggarapan platform gaming on demand yang mereka namai Project xCloud.

Premis Project xCloud hampir sama seperti layanan game stream lain, yakni mempersilakan kita bermain tanpa dibatasi perangkat yang dimiliki, memungkinkan pengguna menikmati konten dari mana saja. Menariknya, Microsoft tidak bermaksud menciptakan xCloud untuk menggantikan perangkat gaming konvensional seperti PC atau console, melainkan menyiapkannya sebagai alternatif mengakses permainan.

Karena Microsoft sendiri merupakan penyedia platform gaming terbesar di Bumi (mereka punya Xbox dan mayoritas gamer PC bermain di Windows), sang produsen memiliki basis yang kuat dalam membangun layanan on demand. Ketika Project xCloud tersedia nanti, ia rencananya akan dibekali lebih dari 3.000 permainan Xbox One. Microsoft juga berjanji untuk memudahkan developer menyajikan kreasi mereka di sana.

Modal krusial lain yang Microsoft miliki adalah data center Azure. Data center ini tersebar di 54 lokasi di dunia dengan layanan mencakup 140 negara. Berbekal hal tersebut, perusahaan merasa percaya diri mampu mengatasi tantangan kompleks yang menghadang dalam penyediaan layanan game streaming.

Melalui Project xCloud, Microsoft berkeinginan untuk menghidangkan pengalaman gaming berkualitas secara konsisten, terlepas dari perangkat yang konsumen gunakan. Buat melakukannya, Microsoft membangun hardware khusus di data center mereka agar sistemnya kompatibel baik ke permainan Xbox yang ada sekarang serta judul-judul yang akan dirilis di masa depan.

Proses pengujian Project xCloud tengah Microsoft lakukan. Tes dilakukan lewat perangkat berbeda seperti smartphone dan tablet yang dipasangkan ke controller Xbox via Bluetooth. Sebagai alternatifnya, game tetap dapat dikendalikan lewat layar sentuh. Microsoft sadar bahwa agar permainan tersaji intuitif, beberapa input harus diposisikan secara pas, baik pada tombol tertentu atau stik. Untuk itu, produsen mengembangkan overlay input yang mampu membaca sentuhan secara responsif – jika gamer bermain tanpa controller.

Rencananya, Microsoft akan memperkenankan publik berpartisipasi dalam sesi uji coba Project xCloud di tahun depan.

Ultra Space Battle Brawl Meluncur ke Steam, Tersedia Versi Windows dan Mac

Satu lagi kabar gembira datang dari developer game tanah air, kali ini dari Toge Productions dan Mojiken Studio. Kedua perusahaan tersebut baru saja merilis game andalan mereka, Ultra Space Battle Brawl, untuk Steam. Tak hanya untuk PC Windows, Ultra Space Battle Brawl juga dapat dimainkan di komputer berbasis MacOS.

Bila Anda tidak familier dengan judul ini, Ultra Space Battle Brawl adalah game yang menggabungkan Pong (sejenis tenis) dengan genre fighting game. Dua orang pemain (atau AI) saling beradu dalam permainan lempar bola demi menghancurkan kristal di markas lawan. Sekilas terlihat sederhana namun pada praktiknya sulit dikuasai.

Ultra Space Battle Brawl | Screenshot 1
Ultra Space Battle Brawl | Sumber: Steam

Uniknya, Ultra Space Battle Brawl menyajikan visual dengan gaya pixel art retro yang akan mengingatkan Anda pada game di era SEGA Genesis. Karakter-karakter di dalamnya pun punya penampilan dan jurus-jurus yang eksentrik. Sebut saja Djarwani, pria kekar bertampang sangar a la geng motor Jepang, namu punya perut buncit. Ada juga Akifu, cowok kribo berkacamata yang kekuatan spesialnya adalah memukul bola dengan jempol berkecepatan tinggi.

Tampilan retro serta palet dominan warna-warna neon seperti ungu, jingga, dan kuning menimbulkan kesan estetika yang lazim digunakan dalam genre musik vaporwave. Selain itu game ini juga dengan bangga menonjolkan ciri khas Indonesia lewat sisi soundtrack. Alunan lagu-lagu funkot alias “dangdut koplo” di dalamnya dijamin akan membuat Anda bergoyang sambil geleng-geleng kepala.

Ultra Space Battle Brawl sebelumnya sudah dirilis juga untuk Switch, tepatnya pada bulan Juli 2018 lalu. Game ini mendapat penerimaan yang positif dari para kritikus, terutama untuk dimainkan bersama teman-teman sambil bersantai dan makan-makan. Sistem kontrol sederhana, unsur kompetitif, serta nuansa humor di dalamnya memang cocok untuk menghadirkan suasana ceria.

Berminat? Langsung saja kunjungi halaman Steam Ultra Space Battle Brawl. Dengan harga Rp99.900 saja, Anda sudah bisa membawa game ini ke PC Anda. Tersedia juga DLC soundtrack berisi 28 lagu, hasil kolaborasi antara komponis Masdito Bachtiar, Manami Matsumae (komponis seri Mega Man), serta grup musik chiptune Little-Sound Orchestra.

Sumber: Toge Productions.

Valthirian Arc: Hero School Story Telah Dirilis, Game Indonesia Populer di Inggris

Agate Studio, developer game asal Bandung, baru saja merayakan perilisan game terbaru mereka yang berjudul Valthirian Arc: Hero School Story. Selain terbit untuk PC, game yang menggabungkan genre RPG fantasi dengan simulasi manajemen sekolah ini adalah game pertama Agate Studio yang berhasil tembus pasar console mainstream, yaitu PS4 dan Switch.

Agate Studio bekerja sama dengan penerbit game global ternama dalam peluncuran Valthirian Arc: Hero School Story, yaitu PQube. Selama ini PQube telah berpengalaman menerbitkan berbagai macam game populer, seperti seri BlazBlue, Earth Defense Force, serta Senran Kagura.

Valthirian Arc: Hero School Story | Screenshot 1
Valthirian Arc: Hero School Story | Sumber: Steam

Valthirian Arc: Hero School Story berhasil membuktikan bahwa produk buatan Indonesia bisa bersaing di tingkat internasional. Buktinya, game ini langsung mencapai peringkat 2 best-seller di Steam wilayah Inggris Raya hanya dalam waktu 24 jam sejak terbit. Hingga kini pun nama Valthirian Arc masih hinggap di bagian game baru yang trending di Steam, bersaing dengan judul-judul besar seperti Mega Man 11 dan Life is Strange 2.

Untuk memainkan Valthirian Arc: Hero School Story, Anda dapat membelinya dengan harga US$19,99 di PS Store dan Nintendo eShop, atau Rp95.999 di Steam. Ini masih belum dipotong dengan diskon 10% untuk pembelian selama seminggu pertama. Bila Anda lebih suka mengoleksi versi fisik, Valthirian Arc: Hero School Story versi PS4 dan Switch juga bisa Anda dapatkan di gerai-gerai ritel game terdekat.

Valthirian Arc: Hero School Story | Screenshot 2
Valthirian Arc: Hero School Story | Sumber: Steam

Valthirian Arc: Hero School Story merupakan game ketiga dari seri Valthirian Arc yang pertama kali diluncurkan Agate Studo pada tahun 2010 silam. Berawal dari game Flash, seri tersebut kini telah berevolusi menjadi game console dengan tampilan full 3D yang menarik. Dulu saat masih berupa proyek Kickstarter, game ini juga dikenal dengan judul Valthirian Arc: Red Covenant, namun Agate Studio mengganti judulnya agar lebih mencerminkan isi game itu sendiri.

Sama seperti prekuel-prekuelnya, di sini Anda akan berperan sebagai pimpinan sebuah akademi sihir yang harus melatih para calon pahlawan masa depan. Setiap murid dapat memilih satu di antara sembilan job (tiga job dasar dan enam job lanjutan) kemudian bertualang menyelesaikan masalah-masalah di kerajaan. Apa yang harus Anda lakukan untuk mendidik pahlawan terhebat?