10 Headset Gaming Wireless Pilihan yang Bisa Dibeli di Indonesia

Dibanding keyboard atau mouse, headset nirkabel mungkin bisa memberikan nilai praktis yang lebih besar. Contoh sederhana saja, seandainya kita hendak buang air di tengah-tengah sesi gaming, headset-nya bisa tetap kita pakai selagi menuju ke toilet. Keyboard dan mouse di sisi lain pasti akan tetap kita tinggal di atas meja, mau wired ataupun wireless.

Dari situ tidak berlebihan seandainya headset wireless menjadi prioritas buat kebanyakan gamer. Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, apa saja faktor yang harus diperhatikan dalam memilih sebuah headset gaming wireless?

Supaya tidak kehilangan nilai praktisnya, sebuah headset gaming wireless haruslah mempunyai daya tahan baterai yang cukup awet dan koneksi yang stabil. Karena kalau dua aspek itu jelek, maka perangkat malah bisa jadi lebih merepotkan ketimbang versi berkabelnya.

Namanya produk audio, kualitas suaranya tentu juga harus baik. Tanpa perlu basa-basi terlalu panjang, berikut adalah 10 headset gaming wireless pilihan yang bisa Anda beli di Indonesia.

1. Razer BlackShark V2 Pro

Berbekal driver TriForce Titanium 50 mm yang sangat cekatan mengolah sinyal audio di tiga tingkatan frekuensi secara terpisah (bass, mid, treble), BlackShark V2 Pro menawarkan kualitas suara terbaik dari seluruh jajaran perangkat audio milik Razer. Belum lagi dukungan teknologi THX Spatial Audio untuk membantu menyempurnakan positioning di berbagai judul game kompetitif.

Dalam sekali charge, headset seharga Rp2.999.000 ini bisa beroperasi sampai 24 jam nonstop. Desainnya tampak premium sekaligus fungsional, dengan sebuah kenop putar di sisi kiri untuk mengatur volume. Selain hitam, ia juga tersedia dalam warna putih.

Link pembelian: Razer BlackShark V2 Pro

2. Razer Barracuda X

Kalau BlackShark V2 Pro terasa kemahalan, Barracuda X yang dibanderol seharga Rp1.699.000 ini bisa jadi alternatif. Keunikannya terletak pada dongle USB-C yang disertakan dalam paket pembeliannya, yang tak hanya kompatibel dengan PC atau PlayStation, melainkan juga Nintendo Switch dan sejumlah perangkat Android.

Di angka 250 gram, bobotnya termasuk ringan untuk ukuran headset gaming nirkabel, dan Razer pun tak lupa membekalinya dengan bantalan telinga berlapis kain breathable agar perangkat bisa lebih nyaman lagi digunakan dalam durasi yang lama. Baterainya sendiri diklaim tahan sampai 20 jam per charge.

Link pembelian: Razer Barracuda X

3. Logitech G Pro X Wireless

Sebagai penawaran paling high-end dari Logitech, headset ini menjanjikan kualitas suara yang sangat baik lewat sepasang driver Pro-G 50 mm miliknya. Dengan banderol Rp2.799.000, tidak mengherankan apabila headset ini menggunakan perpaduan bahan baja dan aluminium pada kerangkanya.

Selain suara yang pengguna dengar, G Pro X Wireless juga menempatkan prioritas ekstra pada suara yang ditangkapnya. Berbekal integrasi teknologi Blue Vo!ce, kinerja mikrofonnya bisa diutak-atik dengan opsi pengaturan yang sangat merinci, sangat cocok buat yang ingin suaranya terdengar profesional. Terkait baterainya, ia hanya perlu di-charge setiap 20 jam sekali.

Link pembelian: Logitech G Pro X Wireless

4. Logitech G733 Lightspeed

Tidak bisa dimungkiri, penampilan yang stylish merupakan salah satu nilai jual utama dari headset ini. Kenyamanan juga jadi faktor lain yang diutamakan, dengan karet suspensi yang menggantikan bantalan agar pengguna tidak merasa bagian kepalanya terlalu terbebani.

Label “Lightspeed” pada namanya merujuk pada teknologi nirkabel yang digunakan, yang tak cuma menawarkan latensi yang rendah, tetapi juga jangkauan koneksi yang jauh (maksimal 20 meter) dan konsumsi daya yang efisien. Dalam sekali pengisian, baterainya cukup untuk 29 jam pemakaian, atau sampai 20 jam kalau lampu RGB-nya dibiarkan menyala terus.

Link pembelian: Logitech G733 Lightspeed

5. Logitech G435 Lightspeed

Headset gaming nirkabel tidak harus mahal, dan perangkat ini adalah bukti nyatanya. Dijual seharga Rp929.000 saja, headset ini menawarkan koneksi wireless 2,4 GHz (Lightspeed) dan Bluetooth sekaligus. Murah tapi fiturnya tetap lengkap, kira-kira begitu premis utama yang disuguhkan oleh headset ini.

Bobotnya sangat ringan di angka 165 gram, sementara baterainya cukup untuk pemakaian selama 18 jam per charge. Satu hal yang terkesan tidak umum dari headset ini adalah, ketimbang mengandalkan boom mic, ia mengemas mikrofon yang tertanam langsung di bagian earcup.

Perangkat ini kabarnya akan dijual mulai bulan November 2021 ini juga, tapi masih belum tersedia saat artikel ini ditayangkan. Jadi, pantau terus saja official store Logitech agar tidak kehabisan.

6. HyperX Cloud II Wireless

Desainnya mungkin kelihatan agak kuno jika dibandingkan dengan headset lain di artikel ini, akan tetapi itu berarti Cloud II Wireless sudah sangat teruji perihal kenyamanan dan ketahanan, terutama jika melihat popularitas versi berkabelnya selama ini.

Dipadukan dengan kinerja audio yang mumpuni dan daya tahan baterai hingga 30 jam pemakaian, wajar apabila headset ini kerap menjadi rekomendasi para reviewer. Harganya? Rp2.490.000.

Link pembelian: HyperX Cloud II Wireless

7. Corsair HS80 RGB Wireless

Tren spatial audio terus bertambah populer selama tahun 2021 ini, dan produsen periferal gaming pun dengan cepat beradaptasi. Lihat saja penawaran terbaru Corsair ini, yang datang membawa dukungan teknologi Dolby Atmos dan Tempest 3D AudioTech milik PlayStation 5 sekaligus.

Kinerja audionya sendiri disokong oleh sepasang driver berdiameter 50 mm, sementara baterainya cukup untuk penggunaan selama 20 jam dalam sekali pengisian. Tertarik? Sediakan modal sebesar Rp2.099.000.

Link pembelian: Corsair HS80 RGB Wireless

8. SteelSeries Arctis 1 Wireless

Seperti halnya Barracuda X dari Razer, Arctis 1 Wireless juga datang bersama dongle USB-C sehingga ia dapat terhubung ke berbagai jenis perangkat tanpa harus terkendala latensi tinggi yang bisa didapat jika mengandalkan Bluetooth. Harganya pun juga nyaris sama persis: Rp1.695.000.

Meski cukup terjangkau, Arctis 1 Wireless tetap menjanjikan kualitas suara yang setara dengan kakak-kakaknya yang lebih mahal berkat penggunaan driver 40 mm yang sama. Buat para pemilik PS5, SteelSeries memastikan bahwa headset ini sepenuhnya kompatibel dengan teknologi 3D audio milik konsol tersebut.

Link pembelian: SteelSeries Arctis 1 Wireless

9. Cooler Master MH670

Dijual seharga Rp1.490.000, Cooler Master MH670 menawarkan berbagai keunggulan seperti driver 50 mm, desain yang sleek, dan daya tahan baterai sampai 25 jam.

Perangkat mengandalkan dongle USB-A standar, akan tetapi Cooler Master cukup murah hati dan menyertakan adaptor USB-C, sehingga ia juga bisa digunakan bersama sejumlah perangkat Android ataupun Nintendo Switch.

Link pembelian: Cooler Master MH670

10. JBL Quantum 800

Paling unik di antara yang lain, JBL Quantum 800 hadir membawa fitur active noise cancellation (ANC) untuk mengeliminasi suara di sekitar yang menganggu secara lebih efektif lagi. Sayang itu berarti daya tahan baterainya juga harus sedikit dikorbankan hingga menjadi 14 jam per charge.

Selain di PC, JBL Quantum 800 juga dapat digunakan di smartphone berkat dua tipe koneksi nirkabel yang diusungnya: 2,4 GHz via dongle atau Bluetooth 5.0. Ukuran headset ini cukup bongsor, jadi tidak mengherankan jika JBL menyematkan driver berdiameter 50 mm ke dalamnya. Perangkat saat ini bisa dibeli seharga Rp3.039.200.

Link pembelian: JBL Quantum 800

Program Reward Google Play Points Resmi Hadir di Indonesia

Google mengumumkan kehadiran program Google Play Points secara resmi di Indonesia pada tanggal 5 November 2021 kemarin. Sebelumnya sudah hadir lebih dulu di beberapa negara lain, program ini dirancang untuk memberikan poin dan reward kepada pengguna perangkat Android atas berbagai aktivitas mereka di Google Play.

Program ini dapat diikuti tanpa biaya, dan pengguna dapat mengumpulkan Play Points dari pembelian aplikasi, film, buku, pembayaran subscription, in-app purchase, dan lain sebagainya. Selama masih dalam konteks Google Play, pada dasarnya semua transaksi dapat dikonversikan menjadi Play Points.

Di awal, peserta program bakal mendapatkan 1 poin di setiap kelipatan Rp1.500. Jadi semisal Anda membeli 250 Diamond di Mobile Legends seharga Rp75.000 (lewat store bawaan game-nya langsung), maka Anda bakal langsung menerima 50 Google Play Points.

Poin tersebut kemudian bisa ditukarkan dengan beragam reward; bisa berupa in-app atau in-game item, bisa berupa kupon diskon untuk membeli in-app atau in-game item, atau bisa juga berupa saldo Google Play Credit.

Seiring poinnya terakumulasi, jumlah poin yang didapat dari setiap transaksi juga bakal bertambah. Pasalnya, pengguna bisa mencapai empat tingkatan (tier) di program ini. Berikut rincian dari masing-masing tier:

  • Bronze: Tier pertama untuk semua peserta program Google Play Points. Tier ini memberikan 1 poin di setiap kelipatan Rp1.500, beserta kesempatan untuk mendapat hingga 4x lebih banyak poin di game, atau hingga 2x dari menyewa film dan buku dalam event bulanan.
  • Silver: Jika mengumpulkan setidaknya 300 poin dalam tempo satu tahun, maka pengguna akan naik ke tier yang kedua. Di sini mereka bakal mendapatkan 1,1 poin untuk setiap kelipatan Rp1.500 (bonus 10%), lalu kesempatan untuk mendapat hingga 4x lebih banyak poin di game, atau hingga 3x dari menyewa film dan buku dalam event bulanan. Mereka juga bisa mendapat hadiah langsung setiap minggunya dalam bentuk poin (sampai 100 poin).
  • Gold: Jika mengumpulkan paling tidak 1.000 poin dalam tempo setahun, maka pengguna akan naik ke tier yang ketiga. Nilai konversinya naik menjadi 1,2 poin untuk setiap kelipatan Rp1.500 (bonus 20%), dan hadiah mingguannya juga naik menjadi up to 200 poin. Kesempatan untuk mendapat hingga 4x lebih banyak poin di game masih ada, tapi tier Gold juga bisa menerima sampai 4x dari menyewa film dan buku selama event bulanan.
  • Platinum: Saat akumulasi poin dalam setahun mencapai 5.000 poin, maka pengguna akan mencapai tier yang teratas. Di tier ini, setiap kelipatan Rp1.500 akan menghasilkan 1,4 poin (bonus 40%), dan hadiah langsungnya bisa mencapai 500 poin per minggu. Pengguna di tier ini juga berkesempatan mendapatkan hingga 4x lebih banyak poin di game, atau sampai 5x dari menyewa film dan buku selama event bulanan, tidak ketinggalan pula respon tercepat dari tim support apabila membutuhkan.

Muriel Makarim, Head of Brand & Reputation, Google Indonesia, menjelaskan, “Kami ingin memberikan masyarakat Indonesia sebuah program yang dapat mengikuti peningkatan minat mereka terhadap berbagai aplikasi seluler. Orang di Indonesia makin banyak mencari hiburan baru, terutama terkait game, dan mereka ingin terus dihibur, aktif, dan berinteraksi dengan aplikasi. Kami ingin memberikan reward atas engagement itu dengan Google Play Points dan memberi mereka pengalaman yang menyenangkan.”

Ditanya mengenai tarif top up Google Play yang lebih mahal jika dibandingkan dengan berbagai layanan pihak ketiga, Muriel berdalih bahwa memberikan pengalaman yang terbaik kepada konsumen itu tidak selalu lewat harga yang murah, melainkan bisa juga dengan cara [top up] yang seamless.

Program Google Play Points ini pada dasarnya juga bisa dilihat sebagai respon Google terhadap kondisi tersebut. Kalau kita gunakan Mobile Legends lagi sebagai contoh, jadi meskipun jumlah Diamond yang didapat lebih sedikit jika top up langsung via Google Play, pengguna akan mendapatkan poin yang dapat ditukar dengan beragam reward itu tadi.

Google mengajak lebih dari 25 developer untuk ikut meramaikan program Google Play Points di Indonesia, termasuk halnya developer lokal macam Agate. Arief Widhiyasa, CEO sekaligus co-founder Agate, optimistis bahwa program ini bisa jadi cara yang bagus bagi developer untuk berinteraksi dengan para pemainnya dan memotivasi mereka untuk terus bermain.

Untuk mengikuti program Google Play Points, pengguna hanya perlu mencantumkan metode pembayaran pada akunnya, lalu buka menu profil pada aplikasi Play Store di perangkat Android. Supaya lebih menarik perhatian, semua anggota baru berhak mendapatkan tiga kali lebih banyak poin di setiap pembelian selama satu minggu pertama.

Daftar Game dengan Denuvo yang Tidak Bisa Dijalankan Di Prosesor Intel Alder Lake

Intel baru saja meluncurkan CPU generasi terbarunya yaitu Intel Alder lake. Prosesor generasi ke-12 ini cukup memeriahkan kembali rivalitas prosesor antara Intel dan AMD. Hal ini tentunya mampu menaikkan kembali minat para perakit PC, terutama untuk PC gaming di saat harga prosesor AMD terus melonjak.

Namun sayangnya, prosesor baru ini langsung menghadapi masalah kompatibilatas. Masalah ini muncul terhadap 32 game yang menggunakan DRM Denuvo.

Beberapa game yang terbukti bermasalah antara lain Assassin’s Creed Valhalla dan juga Watchdogs: Legion. Dalam kasus Assassin’s Creed Valhalla, game-nya bahkan tidak dapat dijalankan menurut pengujian yang dilakukan PC Gamer.

Berikut ini adalah daftar game-game yang masih bermasalah dengan prosesor Intel generasi kedua belas tadi, yang dihimpun oleh PC Gamer.

Incompatible games (Windows 11)

  • Anthem
  • Bravely Default 2
  • Fishing Sim World
  • Football Manager 2019
  • Football Manager Touch 2019
  • Football Manager 2020
  • Football Manager Touch 2020
  • Legend of Mana
  • Mortal Kombat 11
  • Tony Hawks Pro Skater 1 and 2
  • Warhammer I
  • Assassin’s Creed: Valhalla
  • Far Cry Primal
  • Fernbus Simulator
  • For Honor
  • Lost in Random
  • Madden 22
  • Maneater
  • Need for Speed – Hot Pursuit Remastered
  • Sea of Solitude
  • Star Wars Jedi Fallen Order
  • Tourist Bus Simulator
  • Maneater

Incompatible games (Windows 10)

  • All of the above, plus:
  • Ace Combat 7
  • Assassins Creed Odyssey
  • Assassins Creed Origins
  • Code Vein
  • eFootball 2021
  • F1 2019
  • Far Cry New Dawn
  • FIFA 19
  • FIFA 20
  • Football Manager 2021
  • Football Manager Touch 2021
  • Ghost Recon Breakpoint
  • Ghost Recon Wildlands
  • Immortals Fenyx Rising
  • Just Cause 4
  • Life is Strange 2
  • Madden 21
  • Monopoly Plus
  • Need For Speed Heat
  • Scott Pilgrim vs The World
  • Shadow of the Tomb Raider
  • Shinobi Striker
  • Soulcalibur VI
  • Starlink
  • Team Sonic Racing
  • Total War Saga – Three Kingdoms
  • Train Sim World
  • Train Sim World 2
  • Wolfenstein Youngblood

Intel mengatakan bahwa mereka telah bekerja sama dengan para publisher dan developer game-game yang terdampak tersebut untuk memperbaiki masalahnya. Di sisi lain Denuvo telah merilis pernyataan bahwa mereka telah menyediakan patch khusus bagi game-game yang bermasalah dengan Intel Alder Lake tersebut.

Denuvo bahkan menyebut bahwa mereka telah menyediakan patch tersebut jauh sebelum prosesor Intel Alder Lake tersebut diluncurkan dan selanjutnya tergantung para developer untuk segera mengimplementasikan patch tersebut secepatnya atau tidak.

Image Credit: Intel

Hal-hal seperti inilah yang kelihatnya masih membuat banyak publisher dan developer enggan menggunakan Denuvo. Beberapa game seperti NieR Replicant Remaster, Tekken 7, Mafia: Definitive Edition, hingga Crysis Remastered telah menghapus Denuvo dari game-nya.

Perlindungan Denuvo memang terkenal cukup mempengaruhi performa dan juga optimalisasi game yang menggunakannya saat dijalankan di PC. Dan kini hal tersebut diperparah dengan kasus kompatibilitas yang terjadi terhadap Intel Alder Lake.

Denuvo memang telah memberikan pembelaan bahwa mereka telah bekerja sama dengan Intel mengenai masalah ini, namun tetap saja masalah ini tidak akan terjadi pada game-game yang sejak awal tidak menggunakan Denuvo.

G.Skill Meraih Rekor Dunia Sebagai RAM DDR5 Tercepat, Harga GPU Naik Lagi di Beberapa Negara

Seiring rilisnya processor Intel Gen-12, RAM DDR5 juga ikut diluncurkan oleh sejumlah pabrikan — salah satunya adalah G.Skill. Menariknya, RAM DDR5 dari brand G.Skill dikabarkan dapat menyentuh speed gila-gilaan sampai mencetak rekor dunia. Lalu, jika berbicara tentang hardware, saat ini topik tentang harga GPU memang tidak ada habisnya. Pasalnya, harga GPU di beberapa negara dikabarkan sedang tinggi-tingginya sejak bulan April.

Kecepatan RAM DDR5 dari G.Skill Meraih Rekor Dunia!

RAM DDR5 akhirnya meluncur satu demi satu dari sejumlah brand ternama. Namun, pabrikan G.Skil akhir-akhir ini mencuri perhatian. Pasalnya, mereka berhasil mendorong RAM Trident Z5 DDR5-4800 mereka untuk berjalan di speed 7000Mhz (overclock). Tidak hanya super kencang, Trident Z5 ini juga memiliki tampilan yang ciamik lengkap dengan RGB.

Image Credit: G.Skill

G.Skill tidak menjelaskan secara detail tentang processor maupun modul yang mereka pakai untuk demonstrasi tersebut. RAM DDR5 berhasil berjalan di DDR5-7000 dengan timing 40-40-40-76. Mereka juga mengklaim bahwa dengan kecepatan DDR5-7000, sistem dapat berjalan dengan stabil. Namun, apakah kecepatan setinggi ini benar-benar diperlukan untuk sekarang?

Dengan bantuan liquid nitrogen, G.Skill mampu meng-overclock RAM DDR5 mereka hingga DDR5-8704. Artinya, RAM tersebut berjalan di 4,352.3Mhz — dan karena teknologi DDR, angka tersebut dikali dua dan menghasilkan 8,704 MT/s.

Untuk meraih rekor dunia ini, G.Skill menggunakan satu stick RAM Trident Z5 DDR5-4800 mereka dengan processor Intel Core i7 12700KF dan motherboard ASUS ROG Z690 Apex. Serta liquid nitrogen untuk menjaga suhu RAM DDR5 mereka tetap rendah. G.Skill juga merubah primary CAS Latency menjadi 127 clocks. Lebih lengkapnya, Anda dapat melihatnya di validasi dari CPU-Z.

Harga GPU Naik Lagi Mencapai Harga Tertinggi di Jerman dan Austria

Beberapa bulan lalu, harga GPU di beberapa negara dikabarkan mulai turun akibat pelarangan mata uang cypto yang dilakukan oleh Tiongkok. Salah satu negara yang terciprat turunnya harga GPU adalah Jerman. Sayangnya, ternyata hal tersebut tidak berlangsung lama.

Menurut beberapa pedagang GPU terbesar di Jerman dan Austria, saat ini harga GPU di sana mencapai titik tertingginya. Data dari 3D Center menunjukkan bahwa di bulan Oktober kemarin, harga GPU dari AMD dan NVIDIA meningkat sekitar 18% dan 16%. Angka ini menempatkan harga GPU dari kedua brand yang dijual di sana menjadi hampir dua kali lipat MSRP-nya.

Image Credit: GIGABYTE

Sebagai contoh, pada bulan Juli lalu, NVIDIA RTX 3060 dijual dengan harga paling mahal EU€799 (Rp13,2 juta) dan paling murah berada di EU€579 (Rp9,5 juta) Kini, harganya naik menjadi EU€1280 (Rp21,1 juta) dan yang paling murahnya di EU€699 (Rp11,5 juta). Sekadar informasi, NVIDIA RTX 3060 memiliki MSRP hanya Rp4,6 juta.

Harga GPU dari tim merah juga tidak kalah mahalnya. Di bulan Juli, AMD Radeon RX 6700 XT dibanderol dengan harga EU€664 (Rp10,9 juta) hingga EU€1099 (Rp18,1 juta). Kini, GPU dari tim merah itu dijual dengan harga EU€939 (Rp15,5 juta) hingga EU€1520 (Rp25,1 juta).

Jika melihat data dari 3D Center, saat ini merupakan harga tertinggi GPU sejak bulan April lalu. Penyebab dari naiknya harga GPU saat ini tentu saja masih karena kelangkaan chip sillicon serta lebih besarnya demand dari supply pasar.

Dalam 2 Tahun, Apex Legends Raup Hampir US$1 Miliar Per Tahun dan Lebih dari 100 Juta Pemain

Keputusan EA untuk membuat sebuah game Battle Royale free-to-play pada tahun 2019, Apex Legends, kelihatannya menjadi kesuksesan besar bagi EA. Bagaimana tidak, game yang menyandang status ‘gratis’ ini nyatanya malah memberikan salah satu keuntungan terbesar bagi publisher game asal Amerika Serikat tersebut.

Lewat laporan pendapatan terbarunya, CEO EA Andrew Wilson menyampaikan bahwa Apex Legends terus mengalami peningkatan popularitas sekaligus mendapatkan interaksi penonton yang sangat kuat. EA bahkan menyebut bahwa Apex Legends kini telah tumbuh menjadi salah satu franchise terbaik dalam industri video game.

Apex Legends dilaporkan telah dimainkan oleh lebih dari 100 juta pemain hingga saat ini. Musim 9 dan musim 10 dari game-nya mencatat jumlah pemain aktif tertinggi sejak awal game ini dirilis. Meskipun sayangnya EA tidak membuka statistik pertumbuhan jumlah pemainnya tersebut secara detail.

Image Credit: EA – Respawn

Dengan microtransaction yang dilakukan di dalam game-nya, EA menyebut bahwa mereka berhasil mencetak angka keuntungan tahunan yang mencapai US$1 miliar atau Rp14 triliun. Angka fantastis ini didapat EA lewat penjualan Battle Pass dan juga berbagai item kosmetik dengan tema-tema unik pada setiap musimnya.

Lebih lanjut, EA juga menjelaskan bahwa kuartal kedua tahun 2021 (April hingga Juni) menjadi waktu dengan pendapatan tertinggi bagi Apex Legends. Bukan hanya itu, EA juga menyebut bahwa Apex Legends kini tumbuh lebih dari sekedar sebuah game, namun juga menjadi satu judul yang paling banyak ditonton di platform Twitch.

EA mengklaim bahwa pada musim 10 kemarin, jumlah penonton Apex Legends di Twitch naik sebesar 40% dari musim sebelumnya. Membuat konten-konten dari musim 10 Apex Legends telah ditonton hingga $130 juta jam.

Pencapaian Apex Legends dalam dua tahun ini memang sangat menakjubkan mengingat game ini awalnya merupakan spin-off dari seri Titanfall. Dikembangkan oleh developer yang sama yaitu Respawan Entertainment, Apex Legends memang berhasil tumbuh pesat di antara game battle royale lain lewat karakter unik dan kemampuan khususnya masing-masing.

Apex Legends masih memiliki masa depan yang panjang karena game ini ke depannya akan diproyeksikan untuk masuk ke lebih banyak platform seperti Switch yang sudah diluncurkan pada awal tahun 2021 ini, dan juga mobile yang telah sempat dibuka masa beta tertutupnya beberapa bulan lalu.

Main Game Dapat Uang? Inilah 10 Game NFT dan Cryptocurrency Populer yang Bisa Dicoba

Non-Fungible Token (NFT) dan cryptocurrency terus menjadi topik perbincangan hangat belakangan ini. Bukan cuma dalam konteks teknologi atau bisnis, melainkan juga gaming.

Sejumlah nama besar macam EA atau Ubisoft bahkan memprediksi NFT dan cryptocurrency bakal jadi bagian penting industri gaming ke depannya. Meski begitu, ada pula pihak yang menanggapi tren ini dengan kecut.

NFT, cryptocurrency, dan blockchain adalah hal baru yang mungkin masih terdengar sangat asing di telinga banyak orang. Lalu apa yang membuat tren baru ini mencuat popularitasnya di dunia gaming?

Kalau mau disederhanakan, alasannya sebenarnya cukup simpel: semua game yang melibatkan NFT atau cryptocurrency memungkinkan para pemainnya untuk menghasilkan uang. Istilah kerennya adalah play-to-earn (P2E), dan siapa sih yang tidak suka bermain tapi dibayar?

Namun tentu kenyataannya tidak sesimpel itu, dan tidak jarang game P2E mengharuskannya para pemainnya untuk keluar uang dulu sebelum akhirnya bisa menghasilkan uang — meski memang ada juga yang bisa dimainkan tanpa memerlukan modal awal.

Kalau tertarik, berikut adalah 10 game NFT dan cryptocurrency populer yang bisa dicoba.

1. Axie Infinity

Digadang-gadang sebagai salah satu game P2E terpopuler dengan jumlah pemain aktif melebihi 1 juta orang, Axie Infinity pada dasarnya punya gaya permainan mirip Pokémon. Bedanya, monster imut yang dipertandingkan di sini namanya Axie, dan ini yang kemudian bisa diperjual-belikan di marketplace NFT terintegrasinya.

Berdasarkan survei yang dilakukan CoinGecko pada bulan Juli lalu, rata-rata pemain Axie Infinity perlu modal setidaknya $690 untuk membeli tiga ekor Axie dan mulai bermain. Dalam sehari, rata-rata penghasilan yang didapat pemainnya bisa mencapai 200 SLP (Smooth Love Potion), atau kurang lebih setara $20 saat artikel ini ditayangkan.

Link: Axie Infinity

2. Blankos Block Party

Tidak seperti Axie Infinity, Blankos Block Party dapat sepenuhnya dimainkan tanpa memerlukan modal awal. Seiring berjalannya waktu, pemain bisa mengumpulkan beragam aksesori untuk Blanko (karakter) miliknya, dan semua ini merupakan aset NFT yang dapat diperjual-belikan di marketplace.

Permainannya sendiri masuk dalam kategori open-world sandbox. Sandbox dalam artian pemain bebas menciptakan berbagai mode gameplay sendiri, mulai dari tembak-menembak sampai balapan. Game ini masih berstatus early access dan untuk sekarang hanya bisa dimainkan di PC saja, akan tetapi valuasinya dikabarkan sudah menembus angka $1,25 miliar.

Link: Blankos Block Party

3. Alien Worlds

Pengembangnya mendeskripsikan Alien Worlds sebagai sebuah metaverse yang terbagi menjadi tujuh planet yang berbeda. Game ini menggunakan cryptocurrency bernama Trilium, dan pemain bisa memperolehnya dengan cara menambang atau menjalani beragam quest.

Misi dalam Alien Worlds menuntut pemain untuk mengeksekusi strategi yang tepat, dan agar rencananya dapat berjalan mulus, mereka butuh bantuan beraneka tool, senjata, maupun avatar yang semuanya dapat diperjual-belikan sebagai aset NFT.

Link: Alien Worlds

4. Arc8

Arc8 merupakan sebuah platform game kompetitif dengan NFT dan cryptocurrency sebagai bumbu penyedapnya. Mata uang yang digunakan adalah GMEE, dan ini bisa pemain dapatkan dengan saling beradu dalam deretan mini game yang tersedia.

Selain bertanding satu lawan satu, pemain juga bisa mengikuti turnamen dengan membayar sejumlah token GMEE. Untuk elemen NFT-nya, ada aset bernama G-Bots yang menawarkan sejumlah fungsionalitas, salah satunya untuk menambang token GMEE.

Link: Arc8

5. Splinterlands

Digital collectible card game tapi yang berjalan di atas jaringan blockchain, kira-kira begitulah deskripsi sederhana Splinterlands. Anda yang pernah memainkan Hearthstone atau Legends of Runeterra pasti bakal langsung familier dengan gaya permainan Splinterlands. Bedanya, koleksi kartu yang Anda kumpulkan di game ini bisa diperjual-belikan secara bebas.

Splinterlands juga punya mata uang sendiri bernama Splintershards yang berperan sebagai governance token. Jadi selain memegang aset, pemilik Splintershards juga berhak turut serta dalam voting terkait masa depan game Splinterlands itu sendiri.

Link: Splinterlands

6. Gods Unchained

Seperti Splinterlands, Gods Unchained juga merupakan card game dengan fitur jual-beli antar pemain. Bedanya, pengembangan game ini dipimpin oleh Chris Clay, sosok yang cukup dikenal di belantara digital collectible card game berkat pengalamannya sebagai Game Director untuk Magic: The Gathering Arena.

Balancing merupakan faktor penting di game ini, dan itu diwujudkan dengan hanya memperbolehkan pemain bertanding melawan pemain lain dengan ranking serupa. Gods Unchained punya mata uangnya sendiri, dan ini merupakan syarat utama agar pemain bisa menyulap koleksi kartunya menjadi aset NFT yang dapat dijual.

Link: Gods Unchained

7. Battle Racers

Dari segi gameplay, Battle Racers banyak terinspirasi seri Mario Kart. Namun agar performanya di sirkuit bisa semakin unggul, pemain perlu memodifikasi kendaraan tunggangannya dengan berbagai aksesori sekaligus persenjataan. Dari mana semua aksesori ini berasal? Dari OpenSea, yang berarti pemain juga bisa memperdagangkan koleksinya sebagai aset NFT.

Link: Battle Racers

8. The Sandbox

Melihat screenshot-nya, sebagian dari kita mungkin berpikir ini ibarat Minecraft versi crypto. Anggapan tersebut tidak salah, dan The Sandbox sendiri merupakan sebuah metaverse yang dibangun oleh komunitas pemainnya.

Mata uang SAND menjadi kunci dari aspek P2E dalam game ini, dan pemain bisa menghasilkan uang dengan tiga cara: memainkan mini game, meracik mini game, dan membuat aset digital yang kemudian bisa diperjual-belikan sebagai NFT di OpenSea.

Link: The Sandbox

9. Sorare

Game yang satu ini ditujukan bagi para penggemar fantasy football sekaligus cryptocurrency. Total ada 200 klub di Sorare yang semuanya berlisensi resmi, demikian pula kartu digital untuk masing-masing pemain. Kartu-kartu pemainnya sendiri punya tingkat kelangkaan yang berbeda, dan tentu saja ini dapat dijual sebagai aset NFT.

Link: Sorare

10. Coin Hunt World

Terakhir, ada Coin Hunt World yang banyak terinspirasi oleh Pokémon Go. Seperti game besutan Niantic tersebut, Coin Hunt World mengharuskan para pemainnya untuk keluar rumah. Namun tentu saja yang diburu oleh pemain di sini bukanlah Pokémon, melainkan Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH).

Berbeda dari game lain yang ada di artikel ini, Coin Hunt World sama sekali tidak melibatkan elemen NFT. Aset yang dapat dikumpulkan oleh pemainnya murni cuma BTC dan ETH. Tidak ada modal awal yang diperlukan untuk bermain dan menghasilkan uang di game ini. Anda cuma butuh meluangkan waktu dan tenaga saja.

Link: Coin Hunt World

Gambar header: Brian Wangenheim via Unsplash.

Jinx dari League of Legends Dipastikan Muncul di Fortnite

Setelah sebelumnya PUBG Mobile yang kedatangan beberapa karakter dari League of Legends, atau lebih tepatnya Arcane (anime League of Legends yang tayang di Netflix), pihak Riot Games memberikan konfirmasinya mengenai kehadiran Jinx di Fortnite.

Mengingat beberapa karakter League of Legends (LoL) baru akan hadir di PUBG Mobile pada pertengahan November nanti, kehadiran Jinx di Fortnite menjadi kemunculan pertama karakter LoL di luar game rilisan Riot Games. Pasalnya, sejumlah item bertema Jinx akan tersedia di Fortnite mulai tanggal 5 November 2021.

Berikut adalah daftar item Jinx yang muncul di Fortnite, menurut siaran pers yang saya terima hari ini.

  • Outfit Arcane Jinx
  • Pickaxe Pow Pow Crusher
  • Spray Jinxed
  • Back Bling Jinx’s Dream Monkey
  • Lagu Lobby Playground (Instrumental)
  • Layar Awal Wreaking Havoc
  • Layar Awal Katchoo!

Dari siaran pers yang sama, Brandon Miao, Cross-Product Experiences and Partnerships Lead, Riot Experience (XP) di Riot Games mengatakan, “Fortnite telah melaksanakan kolaborasi dan pengalaman hiburan yang luar biasa sambil tetap berkomitmen untuk memberi pemain konten yang memperkaya pengalamam mereka baik di dalam maupun di luar game, sebuah dedikasi yang kami kagumi dan juga lakukan. Kami berharap para fans akan senang bertemu Jinx — salah satu Champion paling ikonik League of Legends — di Fortnite untuk merayakan peluncuran Arcane.

Sedangkan Steve Allison, Vice President and General Manager Epic Games Store juga memberikan komentarnya, ” Riot Games adalah salah satu pengembang dan pembuat franchise hiburan atraktif terbaik di dunia. Kami senang sekali mereka memilih untuk bermitra dengan kami untuk menghadirkan game mereka ke jutaan pemain baru melalui Epic Games Store.”

Image credit:” Riot Games

Selain di Fortnite ataupun PUBG Mobile, Riot Games juga menggelar berbagai event terkait peluncuran Arcane di game-game mereka lainnya seperti League of Legends, Teamfight Tactics, Legends of Runeterra, ataupun VALORANT. Anda dapat membaca informasi lebih lengkapnya di laman resminya.

Sedangkan untuk film serialnya, Arcane akan dirilis pada hari Minggu 7 November 2021 pukul 09.00 WIB secara global. Menariknya, Arcane juga akan jadi serial Netflix pertama dengan co-streaming secara eksklusif di Twitch. Karenanya, para konten kreator bisa menonton serial tersebut bersama-sama dengan komunitasnya masing-masing.

Razer Perkenalkan Keyboard dan Mouse yang Tidak Berisik

Keyboard gaming biasanya memang terdengar nyaring, menyebalkan, dan tidak enak didengar — tidak seperti keyboard untuk pasar enthusiast yang menjadikan suara sebagai salah satu fitur penting yang harus dikejar.

Sebelumnya, Razer juga telah merilis Razer Huntsman V2 yang dilengkapi dengan sound dampening foam namun kali ini mereka kembali memperkenalkan lini baru yang lebih silent yang ditujukan untuk kelas profesional alias orang kantoran.

Image credit: Razer

Razer Pro Click Mini adalah mouse mungil berwarna putih yang menawarkan dua jenis konektivitas nirkabel, Bluetooh dan 2.4GHz. Razer pun mengklaim jika daya tahan mouse ini dapat mencapai 725 jam dengan koneksi Bluetooth dan 465 jam dengan koneksi Hyperspeed Wireless (2.4GHz). Mouse ini juga dapat digunakan dengan 1 atau 2 buah baterai AA. Layaknya produk gaming dari Razer, mouse ini pun menyuguhkan programmable buttons. Namun demikian dibandingkan dengan lini gaming-nya, perbedaan besarnya ada pada switch click yang digunakan yang terdengar muted. Jika Anda penasaran dengan silent mechanical switch-nya, Anda bisa mendengarkan sendiri suaranya di laman resmi produk tersebut.

Image credit: Razer

Selain mouse, yang tak kalah menarik adalah keyboardnya, Razer Pro Type Ultra. Sama dengan mousenya tadi, keyboard ini juga dilengkapi dengan 2 koneksi nirkabel. Daya tahan baterainya diklaim dapat mencapai 214 jam dengan koneksi Bluetooth dan 207 jam dengan Hyperspeed Wireless. Keyboard yang berwarna putih ini juga dilengkapi dengan sound dampening foam dan menggunakan silent mechanical switch yang diklaim dapat bertahan hingga 80 juta pencetan. Keyboard ini juga akan dilengkapi dengan wrist rest untuk menambah kenyamanan Anda saat berlama-lama bekerja. Namun demikian, sayangnya, tidak seperti mouse tadi, tidak ada file sound test yang disediakan di laman resminya.

Image credit: Razer

Terakhir, Razer juga mengenalkan mousepad Razer Pro Glide dengan dua ukuran, 940x419x4mm (XXL) dan 360x275x3mm (Medium) yang warnanya senada dengan 2 mouse dan keyboard di atas. Meski demikian, jujur saja saya bingung juga kenapa mousepad ini masuk ke dalam lini Pro. Pasalnya, dari laman resmi produknya, saya tidak menemukan fitur istimewa dari mousepad yang satu ini ketimbang mousepad dari Razer lainnya — selain dari warnanya yang cocok dikombinasikan dengan 2 peripheral tadi.

[Tekno] Microsoft Perkenalkan Mesh for Teams Sebagai Prekursor Akan Metaverse

Sejak Facebook mengumumkan pergantian namanya menjadi Meta beberapa hari lalu, Anda pasti telah mendengar istilah metaverse dibahas di sana-sini. Berhubung hype-nya sedang tinggi, perusahaan lain pun tidak mau melewatkan momentum pembicaraan tentang metaverse ini, tidak terkecuali Microsoft.

Melalui sebuah blog post, Microsoft mengumumkan Mesh for Microsoft Teams. Buat yang tidak tahu, Mesh merupakan sebuah platform kolaborasi untuk mixed reality yang Microsoft umumkan bulan Maret lalu. Dengan memadukan beragam teknologi sekaligus, Mesh memungkinkan kita untuk bekerja atau sekadar berinteraksi dalam sebuah virtual shared space, baik sebagai sebuah avatar 3D atau malah hologram.

Dari penjelasan sederhana itu, bisa kita lihat bahwa Mesh memang sejalan dengan konsep metaverse yang kita kenal dalam beberapa tahun terakhir ini, dan Microsoft sudah punya rencana untuk mengintegrasikannya ke Microsoft Teams mulai tahun depan.

Jadi ketimbang mematikan atau menyalakan tampilan kamera selagi mengikuti sesi video conference, pengguna Teams nantinya bakal punya opsi untuk tampil sebagai avatar 3D yang bisa bergerak-gerak. Menggunakan AI, Microsoft akan menyesuaikan animasi dan ekspresi wajah avatarnya dengan suara masing-masing pengguna.

Ini berarti pengguna tidak diwajibkan memakai mixed reality headset ataupun perangkat khusus lainnya. Microsoft memastikan bahwa Mesh for Teams dapat dinikmati di semua perangkat, mulai dari laptop sampai smartphone.

Selain dalam tampilan video call standar, pengguna Teams nantinya juga bisa masuk ke dalam sebuah virtual spacemetaverse — yang dibangun oleh masing-masing organisasi atau perusahaan tempatnya bekerja, dan berkolaborasi langsung menggunakan aplikasi-aplikasi besutan Microsoft. Microsoft bahkan juga akan mengintegrasikan fitur-fitur yang bakal sangat membantu melancarkan komunikasi, macam real-time translation dan transcription.

Mesh for Teams mungkin belum bisa mewujudkan konsep metaverse secara utuh, tapi setidaknya ia bisa menjadi prekursor akan tren baru tersebut. Microsoft berharap inisiatif ini bisa membuka mata sekitar 250 juta pengguna Teams akan pendekatan baru di bidang remote dan hybrid working yang tengah berjalan.

Sumber: The Verge dan Microsoft.

The Power of Tencent: Karakter League of Legends akan Muncul di PUBG Mobile dan, Rumornya, Fortnite

Tanggal 7 November 2021 akan menjadi hari yang spesial buat Riot Games dan League of Legends (LoL). Pasalnya, bertepatan dengan babak Grand Final Worlds Championship 2021, anime LoL yang berjudul Arcane juga akan dirilis di Netflix.

Selain itu, LoL juga akan menggelar berbagai event di game-game mereka lainnya seperti VALORANT, Wild Rift, ataupun Runeterra. Anda bisa membaca lengkap semua event-nya di tautan ini, karena akan terlalu banyak jika dituliskan semuanya di sini.

Selain di game-game Riot Games lainnya, sangarnya lagi, beberapa karakter LoL (yang ada di Arcane) juga akan muncul di game-game rilisan publisher lainnya seperti PUBG Mobile dan (rumornya) Fortnite.

Kehadiran beberapa karakter LoL di PUBG Mobile diumumkan langsung oleh PUBG Mobile. Jinx, Vi, Caitlyn, dan Jayce akan muncul di PUBG Mobile sebagai bagian dari PUBG Mobile x Arcane Collaboration tanggal 16 November nanti.

Dikutip dari pengumuman resminya, Vincent Wang, Head of PUBG Mobile Publishing, Tencent Games, mengatakan, “Kami sangat senang bisa berkolaborasi dengan Riot Games untuk merayakan serial animasi pertama League of Legends. Runeterra adalah semesta yang paling dicintai di komunitas gaming dan, bisa menyuguhkan keajaiban tersebut ke PUBG Mobile sembari mendukung perilisan Arcane merupakan sebuah kesempatan yang luar biasa.”

Dari sumber yang sama, Brandon Miao, Cross-Product Experiences and Partnerships Lead, Riot Experience (XP) at Riot Games, mengatakan, “PUBG Mobile adalah game kesayangan yang digemari banyak orang di seluruh dunia. Kami sangat menghargai perusahaan-perusahaan yang membangun dan menjaga komunitasnya dengan komitmen tinggi untuk mengembangkan konten baru demi menyenangkan para pemainnya. Kami tidak sabar untuk membawa pengalaman selebrasi Arcane yang otentik ke Erangel.”

Sayangnya, selain 4 karakter yang disebutkan di tweet di atas, belum ada informasi lebih lanjut soal konten kolaborasi lainnya yang akan muncul di PUBG Mobile. Mereka mengatakan informasi dan event-nya akan diluncurkan bersamaan dengan update 1.7.

Selain itu, dikabarkan juga jika kolaborasi League of Legends juga akan terjadi dengan Fortnite. Jinx, kabarnya, akan ditambahkan sebagai karakter yang bisa dimainkan di game besutan Epic Games tersebut.

Meski memang masih rumor, kehadiran Jinx di Fortnite masih masuk akal. Karena, mungkin sama seperti alasan masuknya karakter LoL di PUBG Mobile, Epic Games juga dimiliki oleh Tencent (40%).

Buat Anda yang belum terlalu familiar dengan industri game, Tencent adalah raksasa baru di industri ini yang menguasai banyak perusahaan lainnya — mungkin semacam Disney di industri film dan televisi.

Pada 2011, Tencent membeli 93% saham dari Riot Games. Sedangkan pada 2015, Tencent kembali membeli sisa 7% saham Riot Games. Di sisi lain, untuk Epic Games, kepemilikan Tencent di sana mencapai 40% dan sisanya dipegang oleh Tim Sweeney, sang Founder dan CEO Epic Games.