Dukungan Software Anti-Cheat Tiba, Steam Deck Akhirnya Terbebaskan dari Isu Kompatibilitas

Dengan banderol mulai $399 dan spesifikasi jauh di atas Nintendo Switch, tidak heran apabila Valve Steam Deck berhasil mencuri perhatian banyak gamer. Kalau ditanya kenapa bisa murah, salah satu alasannya adalah karena Valve tidak membebani konsumen dengan biaya lisensi Windows. Sebagai gantinya, Steam Deck menggunakan sistem operasi rancangan sendiri yang berbasis Linux.

Berhubung memakai Linux, Steam Deck harus mengandalkan bantuan compatibility layer bernama Proton agar mampu menjalankan gamegame yang dikembangkan untuk Windows. Proton masih belum sempurna. Bahkan untuk beberapa judul game, Proton sama sekali tidak bisa menanganinya akibat ‘intervensi’ dari software anti-cheat yang digunakan di gamegame tersebut.

Untung tidak selamanya harus seperti itu. Belum lama ini, Epic Games mengumumkan bahwa software anti-cheat populernya, Easy Anti-Cheat (EAC), kini sudah sepenuhnya mendukung sistem operasi Linux dan macOS. Lebih spesifik lagi, EAC kini dipastikan tidak akan lagi mengganggu compatibility layer macam Wine atau Proton itu tadi.

Dengan kata lain, Steam Deck jadi bisa menjalankan deretan game yang menggunakan EAC macam Apex Legends, Black Desert Online, Fall Guys, dan masih banyak lagi. Syaratnya, developer masing-masing game harus mengaktifkan dukungan atas Proton lebih dulu. Namun kalau memang tujuannya adalah menjangkau lebih banyak pemain (para pengguna Steam Deck), saya yakin developer rela mengambil langkah ekstra tersebut, terutama jika prosesnya semudah yang diklaim oleh Epic.

EAC bukan satu-satunya software anti-cheat yang eksis di industri video game saat ini. Software lain yang tak kalah populer adalah BattlEye, yang digunakan di gamegame seperti PUBG dan Destiny 2. Game kebanggaan Epic, Fortnite, bahkan menggunakan kombinasi EAC dan BattlEye.

Kabar baiknya, BattlEye pun juga dipastikan bakal kompatibel dengan Steam Deck, berdasarkan pernyataan langsung CEO BattlEye, Bastian Suter, kepada The Verge. Namun kembali lagi, keputusan finalnya — apakah game akan di-update supaya kompatibel dengan Proton dan Steam Deck — ada di tangan masing-masing developer.

Andai pengguna Steam Deck nantinya benar-benar tidak mau dihadapkan dengan problem seputar kompatibilitas, mereka masih punya satu solusi pamungkas: install sendiri Windows ke Steam Deck, sebab konsol genggam tersebut memang sepenuhnya bisa diperlakukan layaknya sebuah PC konvensional.

Sumber: The Verge.

Kompetisi Esports Candy Crush Digelar, Mineski Philippines Adakan Turnamen Dota 2 dan PUBG Mobile

Kebanyakan, game esports adalah game kompetitif dengan genre MOBA, FPS, atau battle royale. Namun, belakangan, mulai muncul kompetisi yang mengadu game kasual. Candy Crush menjadi game kasual terbaru yang memiliki turnamen esports. Selain itu, pada minggu lalu, Mineski Global mengungkap keberadaan Mineski Masters, seri turnamen yang mengadu Dota 2 dan PUBG Mobile. Sementara itu, LG Electronics bekerja sama dengan Evil Geniuses untuk mengadakan kompetisi esports bagi mahasiswa.

Mari Takahashi Jadi Salah Satu Pemilik Spacestation Gaming

Mari “AtomicMari” Takahashi resmi menjadi co-owner dari Spacestation Gaming (SSG). Bersama rekan bisnisnya, Peter Kitch, Takahashi akan bekerja sama dengan pendiri Spacestation, Shaun “Shonduras” McBride dan Spacestation Integrations Co-founder, Sean Holladay untuk mengembangkan SSG sebagai tim esports. Selain mendorong SSG untuk memenangkan lebih banyak kompetisi esports, Takahashi akan berkolaborasi dengan McBride untuk mengembangkan bagian komunitas dan kreator konten dari SSG.

Mari “AtomicMari” Takahashi. | Sumber: Spacestation Gaming

Takahashi dikenal sebagai salah satu pendiri SMOSH Games. Dia juga pernah masuk dalam daftar “Top Influencers in Gaming” versi Forbes pada 2017. Dia punya pengalaman lebih dari 10 tahun di berbagai bidang hiburan dan konten gaming. Dia bahkan pernah masuk dalam seri Survivor dari CBS. Sepanjang karirnya, dia pernah menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar, seperti Ericsson, Microsoft, dan Samsung, lapor Esports Insider.

Kompetisi Candy Crush Saga Bakal Digelar di Amerika Serikat

Setelah Stardew Valley, sekarang giliran Candy Crush yang dibawa ke ranah esports. Candy Crush memang merupakan game kasual. Namun, fakta itu tidak menghentikan Candy Crush All Stars U.S. untuk diselenggarakan. Sesuai namanya, Candy Crush All Stars U.S. bakal mempertemukan para pemain Candy Crush Saga terbaik di Amerika Serikat.

Candy Crush All Stars U.S. telah dimulai pada 23 September 2021 dan bisa diikuti oleh semua pemain Candy Crush di AS yang memiliki level setidaknya 25 di Candy Crush Saga. Pemain yang menang akan mendapatkan suplai Gold Bars selama satu tahun, menurut laporan Polygon. Khloé Kardashian akan menjadi host dari Candy Crush All Stars U.S. Dia akan memberikan komentar selama pertandingan berlangsung.

Mineski Philippines Adakan Kompetisi PUBG Mobile dan Dota 2

Minggu lalu, Mineski Global mengumumkan keberadaan seri turnamen esports baru yang akan berlangsung selama dua bulan. Diselenggarakan oleh Mineski Philippines, Mineski Masters merupakan seri turnamen yang terdiri dari kompetisi invitational untuk Dota 2 dan turnamen nasional untuk PUBG Mobile. Mineski Masters diadakan dengan dukungan perusahaan telekomunikasi Converge.

Kompetisi PUBG Mobile di Mineski Masters dinamai Battle of Ages: Forging New Realms. Turnamen itu bisa diikuti oleh 256 tim. Total hadiah yang ditawarkan adalah P500 ribu (sekitar Rp141 juta). Kompetisi tersebut akan dimulai dengan group stages, yang bakal digelar setiap akhir pekan pada Oktober 2021. Tim yang lolos dari group stage bakal maju ke babak Playoffs, yang diadakan pada 6-7 November dan 13-14 November 2021.

Mineski Masters bakal adakan kompetisi untuk Dota 2 dan PUBG Mobile. | Sumber: AFK Gaming

Sementara itu, Dota 2 Regional Invitational menawarkan total hadiah sebesar P1 juta (sekitar Rp281 juta). Turnamen ini akan diikuti oleh delapan tim profesional dari Asia Tenggara, empat di antaranya akan diisi oleh tim Filipina. Babak kualifikasi dari kompetisi regional itu akan digelar pada 21 dan 28 November 2021. Sementara sesi Playoff akan diadakan pada 2-5 Desember 2021, lapor ABS CBN.

Balapan Pertama Le Mans Virtual Series Diadakan di Sirkuit Monza

Daftar peserta untuk Le Mans Virtual Series, 4 Hours of Monza, telah diumumkan. Kompetisi sim racing itu akan diikuti oleh pembalap dan juga sim racer. Beberapa peserta yang akan ikut serta dalam balapan virtual tersebut antara lain pemenang 24 Hours of Le Mans Virtual tahun lalu, Louis Deletraz, pembalap Formula E, Sergio Sette Camara, mantan pemenang DTM Bruno Spengler, dan lain sebagainya. Balapan 4 Hours of Monza telah digelar pada pekan lalu, menggunakan platform rFactor 2.

Secara total, ada 38 pembalap yang beradu di 4 Hours of Monza. Sebanyak 21 pembalap bertanding di Le Mans Prototype 2 (LMP2). Sementara 17 pembalap lainnya akan bertanding di Le Mans Grand Touring Endurance (LMGTE), menurut laporan Motor1.

LG Electronics Gandeng Evil Geniuses untuk Adakan Kompetisi Tingkat Universitas

LG Electronics dan Evil Geniuses akan bekerja sama untuk menggelar Collegiate Showcase Series Invitational. Kompetisi itu ditujukan untuk universitas-universitas terbaik di bidang esports. Turnamen tersebut telah digelar pada 25-26 September 2021 dan disiarkan secara langsung di channel Twitch Evil Geniuses. Total hadiah dari turnamen Invitational ini adalah US$10 ribu (sekitar Rp143 juta).

Evil Geniuses dan LG Electonics gelar kompetisi di tingkat mahasiswa. | Sumber: LG Electronics

“Evil Geniuses percaya, kompetisi esports di tingkat mahasiswa punya peran penting dalam menyokong ekosistem esports,” kata Sabrina Wong, Culture Programme Specialist and Lead of the Genius League Collegiate Program, seperti dikutip dari Esports Insider, “Dengan Collegiate Showcase Series Invitational, kami dan LG berkomitmen untuk memberikan produk terbaik pada atlet esports di tingkat perkuliahan agar mereka bisa memberikan performa terbaik mereka di kompetisi.”

Sumber header: Polygon

Rekap FFML Season 4 Divisi 1 Week 6: Inilah 3 Tim Juara Masing-Masing Grup

Liga Free Fire tertinggi di Indonesia yakni Free Fire Master League (FFML) Season 4 Divisi 1 akhirnya telah menemukan para juaranya. Babak yang berlangsung selama 6 minggu dan diikuti oleh 18 tim terbaik dari seluruh Indonesia akhirnya menghasilkan 3 juara. Pertandingan minggu keenam FFML Season 4 ini terjadi cukup seru dengan beberapa kejutan yang terjadi.

Image Credit: FF Esports Indonesia

Pada matchday 11 minggu keenam, pertempuran mempertemukan antara tim grup A dan grup C. 3 tim teratas grup A yaitu SES Alfaink, BONAFIDE Esports, dan NXL Ligagame yang masih mempunyai peluang untuk juara bermain habis-habisan. Dari 6 round yang dipertandingkan di matchday 11 ini, SES Alfaink tampil cukup baik dengan mengamankan 2 Booyah. Sementara pesaingnya yakni BONAFIDE Esports berhasil mencuri 1 Booyah. Sedangkan 3 Booyah lainnya berhasil diambil oleh tim grup C yakni RRQ Hades, Island of Gods, dan ThePrime Esports.

Pada matchday 12 minggu keenam, pertempuran berlangsung antara tim grup B dan grup C. Meskipun sudah dipastikan lolos ke FFIM 2021 Falls, ONIC Olympus tampil memukau. Dari 6 round yang dipertandingkan, ONIC Olympus berhasil mendapatkan 3 Booyah. Sementara 3 Booyah lainnya berhasil diambil oleh 3 tim grup C yakni Dranix Esports, RRQ Hades, dan Island of Gods.

Image Credit: FF Esports Indonesia

Pada grup A, SES Alfaink berhasil mengamankan gelar juara grup A dengan 128 poin. Sementara itu posisi kedua klasemen berhasil diambil alih NXL Ligagame meskipun tidak mendapatkan Booyah pada minggu ini, namun permainan merea selalu konsisten finis di papan atas. NXL Liga game berhasil mengumpulkan poin akhir sebesar 109. NXL Ligagame unggul 3 poin saja atas BONAFIDE Esports di posisi ketiga dengan 106 poin.

Pada grup B, Penampilan gemilang ONIC Olympus di matchday terakhir membuatnya merengkuh gelar juara grup dengan total poin sebesar 141 poin. ONIC Olympus menggeser EVOS Divine yang tampil kurang baik dan hanya mampu mengoleksi total poin sebesar 136 poin saja.

Grup C, yang sebelumnya masih mempertarungkan 5 tim untuk memperebutkan posisi 2 besar, berlangsung cukup seimbang. Namun Island of Gods lah yang berhasil menjuarai grup ini berkat penampilan bagusnya di minggu keenam ini. Island of Gods mengoleksi total poin sebesar 122 poin. Sementara posisi kedua berhasil diamankan oleh Siren GPX dengan 120 poin.

Dengan hasil ini maka 6 tim yang lolos otomatis menuju turnamen FFIM 2021 Falls sudah terjawab yakni SES Alfaink, ONIC Olympus, Island of Gods, NXL Ligagame, EVOS Divine, dan Siren GPX. Sementara itu 12 tim lainnya yang menempati posisi 3 hingga 6 masing-masing grup masih berpeluang untuk lolos menuju FFIM 2021 Falls melalui babak playoff.

10 Best Offline Android Games in 2021

In the era of multiplayer online games, the popularity of offline games has unfortunately taken a massive downturn in the past few years. It also doesn’t help that the current COVID-19 pandemic has forced people to stay home, granting us access to WiFi 24/7. In turn, most of us, myself included, start to take offline games for granted and deleted them off our phones. But of course, when blackouts or internet outage strikes, we have all wished that we can spend our time in the dark playing offline games. For this reason, I think it is always wise to store at least one or two offline games on our smartphones. After all, there are a lot of high-quality and addicting offline games in the Google Play Store that are up to par with the most popular online franchises out there. In this article, I will give you 10 of those games, from a variety of genres, that you should download and try out.

Minecraft

Source: Google Play

This game needs no introduction. But if by any chance you don’t have any idea of what Minecraft is, it is essentially an open-world LEGO game. You can build whatever you want, mine, go for an adventure, and just about everything else.

Minecraft is undoubtedly one of the best, if not the best, sandbox adventure games on PC, console, and mobile. Since we are talking about Android games, Minecraft has had over 100 million downloads in Play Store since its release in October 2017. It should also be noted there are two versions of the game: a free-to-play and a paid version for $7.49 USD. One the free version, you will only get a limited time on each world you create (around 90 minutes). The paid version, on the other hand, is essentially the original Minecraft. Of course, you will not be able to have the same set of controls and shortcuts as in the PC version. However, this limitation shouldn’t really matter if you are not into parkours or duels in Minecraft. After all, most players, especially in the mobile version, focus more on the building and creative side of the game.

Once you get the ball rolling in a Minecraft building project, you could play the game for hours and days non-stop without getting bored. THAT is why I think the game is beloved by so many mobile gamers and deserves a spot at one of the best offline games of all time.

GRID Autosport

Source: Codemasters

A finely constructed racing game can be an incredible form of offline entertainment that will have no trouble consume all your time. Asphalt is one of the most famous franchises in the racing genre and still is today. However, the game has unfortunately drifted away from its single-player exclusivity and more into online multiplayer, especially with Asphalt 9 not having offline support. As a result, Grid Autosport will be the one that is highlighted in this list.

Unlike most offline racing games on Android, Grid Autosport has superb realistic graphics and high-quality gameplay. The game provides a wide array of car collections, tracks, and game modes, so you don’t have to worry about being bored. You can also modify your controls and choose the driving style that suits you best. Despite its moderately large $12 USD price tag and a 3.9GB size, you’ll be able to fully enjoy the game without any further in-app purchases or updates, unlike EA’s franchises (if you know what I mean).

Crossy Road

Source: Crossy Road

The realm of offline mobile games is no stranger when it comes to the endless-run genre. The genre is practically built for offline gaming. It’s addicting, easy to learn, difficult to master, and it can burn lots and lots of time because there is no limit to the games. Subway Surfers, the successor of Temple Run, is perhaps one of the most well-known games in the genre. It has over 1 billion downloads in Play Store and is still quite popular in 2021, receiving constant updates from the developers. However, Crossy Road is also definitely a contender to the throne.

Crossy Roads is just what it exactly sounds like: you help your character (a chicken at first) to cross the road and avoid traffic. Oh, and don’t stand still for too long, or a seagull will eat you alive.

Crossy Road, even by today’s standards, has incredible aesthetically pleasing visuals due to its relatively simple design. The game mechanics are also easy to understand and incredibly smooth. It is also arguably the most “offline” out of all the games in the genre. Subway Surfers integrates leaderboards on Facebook so you can compare your high scores with your friends. There is also a pay-to-win option since you can purchase utilities and upgrade your power-ups, which also forces some form of online payment (if you don’t have the necessary in-game currency). Sure, you can play Subway Surfers fully offline, but the experience will differ greatly if you have an internet connection. The same notion applies to most endless-run games out there except for Crossy Road. There are no such things as leaderboards or power-ups in this game. Even though there is an option to purchase characters, they hardly have any effect on the gameplay. In short, you wouldn’t notice any changes if you play Crossy Road with or without the internet, which is why it is an amazing offline endless-run game.

Alto’s Odyssey

Source: Google Play

Alto’s Odyssey is one of the hottest endless-run and offline games in the Play Store. Since its release in mid-2020, the game has amassed over 10 million downloads. Like all endless-run games, the controls are fairly easy to learn. The game’s objective is also similar to its predecessor, Alto’s Adventure. You simply skate down a hill, avoiding obstacles, performing combos, and complete the 180 available goals. Both games also have aesthetic graphics, even better than that of Crossy Road. In my opinion, Alto’s Odyssey’s biggest selling point is the serene scenery in the background. Yes, the game is perfectly capable of creating a zen and relaxing atmosphere as you watch the beautiful desert landscape shift from day to night. With or without an internet connection, Alto’s Odyssey is the perfect game for you to chill and wind down the stresses that you experienced throughout your day.

Stardew Valley

Source: Gamebrott

RPG is one of the most popular genres in gaming, even in mobile gaming. Of course, there are tons of RPG games in Play Store, but there are definitely a few that are considered the cream of the crop. One of such games is Stardew Valley. Stardew Valley, in simple terms, is a farming and life simulator. Despite this rather uncomplicated description, the game provides fascinating story depth and can take years to fully complete. You can be whoever you want and do whatever you wish for in the immersive world of Stardew Valley, whether it’s farming, mining, fighting, fishing, exploring, you name it. There is no finish line to this game, and boring is not in Stardew Valley’s dictionary.

Despite the niche genre of life simulation RPGs, the PC version of Stardew Valley has even gathered an extensively loyal fanbase that helps sustain the longevity of the 5-year-old game. You can download the Stardew Valley in Play Store for a measly $4.99 USD and play this never-ending game forever, with or without internet. That’s a valuable buy if you ask me.

Eternium

Source: Google Play

For all of you folks who come from a background of classic action RPGs, Eternium is the perfect offline game for you. The design of Eternium draws a lot of parallels to the old-school games in the genre, giving a mix of new yet nostalgic gaming experience. There is a wide selection of classes and terrains which you can explore in the world of Eternium. The number of available quests, which grants players gems used for upgrading their inventory and companions, is also virtually unlimited. Although there is a small pay-to-win element present in the game due to the gem system, free-to-play players of Eternium have explicitly mentioned that this is not a major issue. Again, if you like classic RPGs, you should consider picking up this offline game for free in Play Store.

Baldur’s Gate

Source: Google Play

Another Classic RPG that will suit offline gaming is Baldur’s Gate. Although its popularity is not at the level of Eternium (which has over 10 million downloads), it is claimed by many CRPG fans to be the best mobile RPG in Android. Baldur’s Gate also uses a better engine than Eternium, namely the upgraded version of the Infinity Gaming Engine. As another plus, there is virtually no pay-to-win system in Baldur’s Gate; you simply pay the $9.99 USD price tag and enjoy the game to the fullest extent. I would still recommend trying out Eternium as your entry-level offline RPG, but consider upgrading to Baldur’s Gate if you want a better gaming experience.

Fallout Shelter

Source: Google Play

This game has won dozens of awards and is still regarded as one of the best simulation / RPG-esque games in all of the Play Store. Fallout Shelter provides players with an uncomplicated, yet unending objective: you build and design your base to accommodate as many dwellers as possible. However, to accomplish this goal, you must keep your dwellers alive, provide them with sufficient food and water, while also collecting items in the wasteland to strengthen the defense of your base.

If you think that this is another boring AFK game, you are truly mistaken. You will need to constantly check out the state of your shelter to keep the resources in check and be wary of any emergencies. But again, since this is an offline game, you will have no trouble opening up the app. Fallout Shelter is an incredibly addicting simulation game that will keep you in the grind and entertained for months on end, even without an internet connection.

Plague Inc

Source: Gamereactor

Ah yes, nothing like creating a plague in the midst of a pandemic. Plague Inc is a strategical simulation game with the sole objective of wiping out the entire human race with diseases. The game is free and provides the option of a $0.99 USD upgrade to remove ads and get several additional perks. However, even if you can’t spend a dollar purchasing the upgrade, you can consume tons of hours on Plague Inc trying to find the most optimal strategy since there are always new methods of completing each simulation.

If you don’t enjoy the darker side of the game’s objective, you will at least learn a thing or two about infections, mutations, how diseases are transmitted, pandemics and whatnot. From my experience playing Plague Inc, I noticed that diseases always have a hard time reaching New Zealand. Guess what, New Zealand is currently one of the countries with the lowest COVID cases and deaths to date. If you like strategy games, Plague Inc is easily one of the best ones out there and will undoubtedly fill out your offline time.

Dead Cells

Source: Google Play

The roguelike genre, although relatively niche in the mobile gaming community, is highly suited for offline gaming. If you aren’t familiar with Roguelike games, they are usually characterized by their procedurally generated levels, which means that the map layout is always new and different. Thus, the skill ceiling of these types of games is astonishingly high, and there is always fresh content to experience.

Dead Cells is arguably the cream of the crop in the Roguelike mobile platform. The graphics are amazing and utilize the high refresh rates of the brand-new smartphones. Of course, if you are a “wooden phone” user like me, there are settings that can help the game accommodate our device. Whether or not you are a fan of Roguelike, I truly recommend downloading Dead Cells for just $8.99 USD in Play Store. You can play it anywhere at any time to constantly improve your skill. If you want to go full-on tryhard, Dead Cells also supports external controllers that will aid you to hit the precise button and movements controls.

Featured Image: Pexels

Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Barat Jadi Pemenang Ekshibisi Esports PON XX Papua 2021

Ekshibisi Esports PON XX Papua 2021 akhirnya selesai digelar pada hari Minggu kemarin (26/9) dan sudah mendapatkan para pemenangnya.

Buat yang belum tahu, ada 4 game yang dipertandingkan pada ekshibisi kali ini yaitu Mobile Legends: Bang Bang (MLBB), Free Fire, PUBG Mobile, dan PES 2021. Lokapalagame MOBA buatan dalam negeri, menjadi pertandingan persahabatan kali ini.

Menariknya, medali emas di 4 cabang esports terbagi rata ke empat propinsi. Di MLBB, Kalimantan Barat yang berisikan Alrazali, Frengki, Kevin Almeyda, Novianda Kusuma Prapanca, dan Riandy jadi pemenang setelah mengalahkan mengalahkan Jawa Tengah di partai final. Sedangkan di peringkat ketiga, ada tim dari Sulawesi Utara.

Untuk PUBG Mobile, DKI Jakarta (Eksa, Jason, Bagas, dan Bagus) sudah tidak mengherankan lagi jadi juaranya karena ada si kembar dari Bigetron Red Alien yang bahkan pernah jadi juara dunia. Sedangkan Papua Barat berhak mendapatkan medali perak dan Sulawesi Tenggara yang mendapatkan medali perunggu.

Dokumentasi: PBESI

Sedangkan dari Free Fire, Sulawesi Utara yang mengirimkan Rafli Aidil Fitrah, Muhammad Fikri Alief, Sapri Danmas Budiana, dan Muhammad Tauhid berhasil menempati posisi pertama. Posisi kedua ditempati oleh Bengkulu dan posisi ketiga dari Maluku.

Terakhir, untuk PES 2021, hasilnya juga sudah dapat diprediksi. Pasalnya, Jawa Barat diwakili oleh Rizky Faidan (yang pernah jadi juara Asia) dan Ferry Purnama Gumilang. Mereka berhasil juara setelah menumbangkan Kalimantan Selatan. Di peringkat ketiga, ada perwakilan dari Gorontalo.

Pada rilis yang kami terima, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Esports Indonesia (Sekjen PBESI) Frengky Ong mengatakan,”Kekuatan atlet-atlet esports yang berlaga di Ekshibisi Esports PON XX Papua 2021 sangat merata. Tidak ada satu provinsi yang tampil dominan. Ini mengonfirmasi bahwa pembinaan-pembinaan di seluruh provinsi di Indonesia sudah berjalan baik dan tidak terjadi kesenjangan.”

Konami Umumkan Castlevania Advance Collection untuk Switch, PlayStation, Xbox, dan PC

Konami Digital Entertainment Limited mengumumkan jika Castlevania Advance Collection sudah tersedia di Nintendo Switch, PlayStation 4, Xbox One dan PC (Steam). Anda juga bisa memainkannya di PlayStation 5 dan Xbox Series X|S.

Di dalam koleksi ini, ada 4 judul game yang bisa Anda mainkan termasuk Castlevania: Circle of the Moon, Castlevania: Harmony of Dissonance, and Castlevania: Aria of Sorrow, dan Castlevania: Vampire’s Kiss (yang lebih dikenal dengan Dracula X di Amerika).

Dalam rilis yang kami terima, tim developer untuk Castlevania Advance Collection memberikan komentarnya, “Kami ingin lebih banyak orang merasakan pengalaman bermain seri Castlevania — khususnya game-game action/adventure mahakarya yang masih bisa dinikmati hingga hari ini. Kami menyadari ada beberapa game yang bisa dimainkan di console modernjadi kami membuat Castlevania Advance Collection. Kami memutuskan untuk merilisnya di berbagai platform agar semakin banyak orang dapat menikmati game-game ini di console-nya masing-masing.

Seri Castlevania juga merayakan ulang tahunnya yang ke-35 tahun ini, berkat dukungan dari fans dan, tentunya, semua orang yang terlibat dengan pembuatannya. Tim produksi koleksi ini merasa besar hati bisa terlibat dalam seri ini dan kami akan terus membuat Castlevania tetap dikenal dan dimainkan oleh sebanyak mungkin orang. Terima kasih atas dukungan Anda yang tidak pernah berhenti untuk seri ini.”

Selain memberikan akses ke 4 game klasik tadi, Castlevania Advance Collection memberikan fitur-fitur baru yang akan membuat pengalaman bermain semakin asyik. Bagi mereka yang doyan musik, para pemain dapat langsung mengakses semua soundtrack Castlevania yang ikonik di setiap game, termasuk yang tersembunyi. Ada total 71 lagu yang bisa Anda nikmati di koleksi ini.

Image credit: KONAMI

Para pemain juga bahkan dapat membuat playlist mereka sendiri untuk mendengarkan lagu kesayangannya masing-masing berulang-ulang. Anda juga bisa melihat konten di balik layar lewat galeri in-game yang akan menampilkan sketsa dan gambar-gambar selama proses pembuatan. Karya-karya yang sebelumnya belum pernah ditampilkan ataupun desain kemasan akan jadi hal-hal menarik buat para fans berat seri ini.

Buat mereka-mereka yang obsesif, Castlevania Advance Collection dilengkapi dengan ensiklopedia terkait dengan 4 game di sini, mulai dari musuh, equipmentitem, dan banyak hal-hal lainnya.

Untuk memastikan Anda tidak melewatkan detail kecil sekalipun, para pemain juga bisa merekam dan memainkan ulang gameplay semau mereka. M2 Co., Ltd adalah yang ditunjuk untuk membuat emulasi gameplay agar mampu memberikan pengalaman bermain terbaik untuk semua pemain.

Castlevania Advance Collection dibanderol dengan harga US$19,99.

Teknologi di Esports dan Olahraga: Cheat dan Regulasi

Bidang sports engineering terbukti bisa menghasilkan peralatan yang dapat meningkatkan performa atlet olahraga tradisional. Seiring dengan semakin populernya esports, maka semakin banyak pula perusahaan yang tertarik untuk membuat peralatan bagi para gamers profesional. Dan perangkat itu tidak terbatas pada smartphone, mouse, keyboard, atau peripheral elektronik lainnya, tapi juga kursi gaming, sepatu gaming, smartwatch, dan perangkat yang bisa dikenakan lainnya.

Perusahaan sepatu ternama — seperti Nike, Puma, dan adidas — juga pernah membuat sepatu untuk gamers. Seperti Air Jordan 1 Zoom dari Nike atau X9000 dari adidas. Puma bahkan meluncurkan “Active Gaming Footwear”, kaos kaki yang diklaim bisa memberikan kenyamanan yang diperlukan oleh gamers profesional. Dan tampaknya, di masa depan, akan ada semakin banyak produk yang ditujukan untuk gamers atau atlet esports profesional.

Adakah Regulasi untuk Peralatan yang Digunakan oleh Pemain?

Fairness adalah bagian penting dari kompetisi olahraga, tidak terkecuali esports. Karena itu, penyelenggara turnamen atau game esports biasanya akan membuat regulasi terkait peralatan yang boleh digunakan oleh para peserta. PUBG Mobile adalah salah satu game yang tidak hanya mengatur peralatan yang bisa digunakan oleh pemain, tapi juga regulasi terkait seragam yang dikenakan oleh peserta.

Dalam PUBG Mobile Rulebook V1.2.1 yang dirilis pada Juni 2021, disebutkan bahwa semua pemain yang ikut serta dalam kompetisi hanya boleh menggunakan perangkat berbasis Android dan iOS. Untuk PUBG Mobile Pro League (PMPL) Indonesia Season 4, bahkan sudah ada smartphone resmi yang digunakan, yaitu realme GT Master Edition. Selain itu, peserta juga tidak boleh menggunakan aksesori tanpa izin dari pihak penyelenggara turnamen. Contoh aksesori yang disebutkan dalam buku regulasi itu adalah adapter, controllers, keyboard Bluetooth, dan mouse.

PUBG Mobile punya rulebook tersendiri.

Rulebook PUBG Mobile juga membahas tentang pakaian yang boleh dikenakan oleh para peserta kompetisi. Di buku itu, tertulis bahwa semua anggota tim esports yang bertanding harus menggunakan seragam tim, yang terdiri dari jersey, jaket, topi, dan celana. Khusus untuk jaket dan topi, pemain dibebaskan untuk mengenakan atau melepasnya sepanjang turnamen. Di PUBG Mobile Rulebook, juga disebutkan bahwa pihak penyelenggara punya hak untuk melarang peserta menggunakan pakaian tertentu jika pakaian itu melanggar Regulasi Umum.

Selama kompetisi, peserta juga diharuskan untuk mengenakan celana panjang dan sepatu. Avatar pemain dalam game juga diwajibkan untuk mengenakan pakaian. Pemain juga dilarang untuk mengganti pakaian dari avatar mereka, demi kepentingan estetika atau comic effect. Sementara itu, pelatih tim diharuskan mengenakan pakaian resmi.

Terkait smartphone yang digunakan dalam kompetisi esports, Herry Wijaya, Head of Operation Mineski Global Indonesia mengatakan, dua hal yang harus diperhatikan daalah touchscreen dan WiFi.

“Dulu, ada banyak smartphone yang touchscreen-nya tidak bisa sensitif saat digunakan dengan lebih dari dua jari. Sekarang, kebanyakan sudah responsif bahkan dengan lebih dari tiga jari,” ujar Herry saat dihubungi oleh Hybrid. Sementara untuk masalah WiFi, yang harus diperhatikan adalah apakah performa smartphone akan mengalami penurunan ketika ia terhubung ke WiFi serta charger secara bersamaan. Herry mengaku, Mineski biasanya akan menguji smartphone yang akan digunakan di kompetisi, untuk memastikan ponsel itu memang punya performa yang mumpuni.

Di sisi tim esports, ketika ditanya tentang smartphone yang digunakan oleh tim RRQ, CEO Andrian Pauline alias AP mengungkap bahwa mereka selalu menggunakan smartphone yang disarankan oleh publisher game. Alasannya adalah agar pemain sudah terbiasa menggunakan smartphone itu. Sehingga mereka tidak kagok ketika bertanding di kompetisi resmi.

Sekarang, mari beralih ke skena fighting game. Jika dibandingkan dengan mobile esports, fighting game menawarkan opsi perangkat yang lebih beragam, mulai dari gamepad, arcade stick, sampai hit box. Faktanya, komunitas fighting game sempat terbelah menjadi dua: kubu arcade stick dan kubu gamepad. Hybrid pernah membahas tentang perbedaan antara keduanya di sini.

Pada September 2019, EVO — turnamen fighting game terbesar di dunia — mengeluarkan peraturan terkait controllers yang bisa digunakan oleh para peserta. Mereka membuat regulasi ini sebagai jawaban dari banyak pertanyaan terkait controller dan modifikasi yang dibolehkan dalam kompetisi resmi. Pertanyaan itu datang dari peserta dan manufaktur controllers.

“Para pemain tidak tahu controllers apa yang boleh digunakan di turnamen, sehingga mereka memilih untuk menggunakan gamepad dan fightstick tradisional. Hal ini membatsi opsi controller yang bisa dipilih oleh pemain, membuka kemungkinan bahwa pemain tidak memilih controller yang paling sesuai dengan gaya mereka,” tulis EVO dalam Google Docs. “Manufaktur controllers juga menjadi bimbang apakah produk mereka bisa digunakan di turnamen resmi, yang bisa menghambat inovasi. Untuk menjawab ketidakpastian ini, EVO telah membuat peraturan terkait controller buatan pihak ketiga.”

Secara garis besar, ada tiga peraturan yang EVO tetapkan. Pertama, satu mekanisme input dalam controller tidak boleh mengaktifkan beberapa input sekaligus. Pengecualian dari aturan ini adalah input arah (atas, bawah, kiri, dan kanan). EVO membolehkan penggunaan lever yang bisa memasukkan input Bawah+Kanan sekaligus. Namun, EVO melarang penggunaan tombol dengan makro yang bisa mengaktifkan sekumpulan input dalam game. Selain itu, penggunaan tombol analog yang bisa memasukkan input A atau input B — tergantung pada seberapa keras tombol itu ditekan — juga dilarang.

Peraturan kedua, controller bisa mengirimkan input game dari mekanisme input analog atau digital, selama ia tidak melanggar peraturan pertama. Peraturan terakhir, controller tidak boleh memasukkan input arah yang berlawanan secara bersamaan (Simultaneous Opposite Cardinal Direction alias SOCD), seperti Atas+Bawah atau Kanan+Kiri. Ketika EVO mengumumkan akan regulasi itu, penggunaan PlayStation 4 DualShock masih diizinkan. Karena, controller itu dianggap sebagai controller standar dan tidak punya fitur ekstra. Namun, peraturan itu ditinjau ulang pada 31 April 2021, seperti yang disebutkan oleh Dot Esports.

Sebagai penyelenggara turnamen esports, ESL juga punya peraturan sendiri. ESL tetap membuat sejumlah regulasi, bahkan ketika mereka menggelar turnamen dari game yang sudah punya rulebook sendiri, seperti PUBG Mobile. Biasanya, peraturan yang ditetapkan oleh ESL akan disesuaikan dengan game yang diadu. Namun, memang, mereka tidak membuat peraturan spesifik tentang aksesori atau pakaian yang digunakan oleh pemain. ESL hanya menegaskan, jika ada pemain yang ketahuan berbuat curang, maka dia akan dikenakan sanksi dan akan secara otomatis dikeluarkan dari turnamen.

Contoh Aksesori di Dunia Esports

Herry bercerita, saat ini, kebanyakan aksesori yang digunakan oleh pemain esports mobile adalah in-ear earphone. Memang, sudah muncul berbagai aksesori wearable, seperti gaming gloves. Namun, kebanyakan — jika tidak semua — pemain profesional di Indonesia bermain tanpa bantuan aksesori tersebut. Karena itu, tidak heran jika belum ada regulasi yang mengatur tentang penggunaan gaming gloves atau aksesori wearable lainnya. Ke depan, apakah aksesori seperti gaming gloves boleh digunakan, Mineski akan menyerahkannya pada pihak publisher.

Pendiri dan CEO BOOM Esports, Gary Ongko Putera mengatakan, peripheral seperti mouse, headphone, atau keyboard memang punya pengaruh pada performa pemain game esports PC. Alasannya karena aksesori yang digunakan akan mempengaruhi pada kenyamanan dan response time dari para pemain. Namun, sekarang, peralatan yang bisa digunakan oleh pemain esports tak terbatas pada aksesori untuk smartphone, PC, atau konsol saja. Aksesori seperti compression sleeves, sarung tangan, dan celana pun mulai bermunculan.

POINT3 adalah salah satu perusahaan apparel yang membuat pakaian untuk gamers. Mereka bahkan punya gaming collection yang dibuat menggunakan DRYV, teknologi manajemen keringat yang sudah dipatenkan. Sebelum membuat koleksi pakaian untuk gamers, POINT3 telah membuat pakaian untuk atlet olahraga tradisional.

Celana POINT3 yang bisa menyerap keringat. | Sumber: Inven Global

Michael Luscher, pendiri dan CEO POINT3 mengatakan bahwa setelah memperhatikan komunitas esports, POINT3 menemukan, atlet esports membutuhkan pakaian yang nyaman dan menghilangkan segala gangguan. Tangan yang berkeringat adalah masalah yang ingin POINT3 selesaikan dengan pakaian berteknologi DRYV mereka. Pada 2020, mereka sempat mengirimkan contoh produk ke para influencers di industri esports. Hal ini berujung pada kontrak endorsement antara POINT3 dan Nidal “MamaImDatMan” Nasser, pemain NBA2K League, menurut laporan Inven Global.

Nasser bercerita, tangannya sering berkeringat saat menggenggam controllers. Saat mengenakan celana dari POINT3, dia bisa dengan mudah mengelap keringat itu di celananya. “Sejujurnya, pada awalnya, saya juga skeptis,” kata Nasser, seperti dikutip dari Washington Post. “Tapi, semakin sering saya mengenakan celana ini, semakin saya sadar bahwa saya mengelap tangan saya ke celana ini setiap hari.”

Luscher merasa, saat ini, memang belum banyak inovasi yang ada untuk membuat “performance wear” — pakaian yang diklaim bisa meningkatkan performa atlet — untuk bidang esports. Namun, dia percaya, pasar performance wear untuk esports masih akan berkembang dalam beberapa tahun ke depan. Gamers akan memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan pasar tersebut.

Selain Nasser, sejumlah pemain esports profesional lain mengatakan bahwa memang ada pakaian yang membuat mereka merasa nyaman dan meningkatkan performa mereka, walau sedikit. Ialah Audric “JaCkz” Jug, pemain Counter-Strike: Global Offensive untuk G2 Esports. Dia mengatakan, compression sleeves adalah hal wajib untuk pemain game esports PC yang sering mengistirahatkan lengan mereka di meja.

“Fungsi compression sleeves adalah untuk mengurangi gesekan,” kata Jug. “Lengan saya terkadang menempel ke permukaan meja. Saya tidak perlu mengkhawatirkan hal itu ketika saya menggunakan compression sleeve.” Jug mengaku bahwa dia tidak disponsori oleh perusahaan manufaktur compression sleeves. Namun, dia telah menggunakan compression sleeves selama bertahun-tahun. Belakangan, dia menyadari bahwa semakin banyak pemain profesional yang mengenakan compression sleeves. Dia memperkirakan, ada setidaknya satu atau dua pemain dari setiap tim yang dia lawan yang mengenakan compression sleeve atau gaming gloves.

Atlet esports lain yang mengenakan compression sleeves adalah Mohamed “Revenge” Kaddoura, pemain League of Legends untuk Immortals. Tim esports itu punya kerja sama dengan POINT3. Biasanya, Kaddoura menggunakan compression sleeve dan sweater dari POINT3. Salah satu keunggulan sweater POINT3 adalah karena ia terbuat dari bahan yang menyerap keringat. Kaddoura mengungkap, dia mengenakan compression sleeve dan sweater demi kenyamanan. Dia ingin memastikan bahwa dia tidak merasa kedinginan ketika bertanding di arena esports, yang biasanya memang bersuhu rendah.

Tak hanya performance wear, sekarang, juga ada smartwatch khusus untuk gamers, seperti Garmin Instinct Esports Edition. Dalam Instinct Esports Edition, Garmin mencoba untuk menggabungkan fitur-fitur karakteristi smartwatch — seperti GPS dan fitur pelacak kesehatan — dengan tools untuk streamers dan pemain profesional. Salah satu fitur yang ada di Instinct Esports Edition adalah tracker kegiatan esports. Fitur ini memungkinkan Instinct untuk melacak detak jantung pengguna layaknya ketika dia berolahraga. Dari detak jantung pengguna, smartwatch itu akan menunjukkan indeks stres pengguna.

Garmin Instinct Esports Edition.

Menurut The Gamer, data dari Instinct Esports Edition bisa membantu para pelatih atau bahkan pemain profesional sendiri tentang bagaimana stres mempengaruhi performa gaming seseorang. Setelah mengetahui informasi ini, pemain atau pelatih diharapkan akan bisa menemukan cara untuk mengatur stres. Fitur lain yang ada di Instinct Esports Edition adalah STR3AMUP, yang memungkinkan pengguna untuk melihat data yang dilacak oleh smartwatch di PC secara langsung. Sehingga, pengguna bisa langsung mengetahui kapan dia mulai merasa stres, yang bisa terlihat dari detak jantungnya.

Ketika ditanya apakah wearable seperti smartwatch akan bisa mempengaruhi performa pemain, Gary mengaku sangsi. “Memang ada waktu untuk lihat jam saat main? Saya rasa, fungsinya lebih ke arah kesehatan saja deh,” ujarnya.

Sementara itu, AP mengatakan bahwa untuk para pemain mobile esports, belum diketahui apakah aksesori seperti sarung tangan bisa meningkatkan performa atlet esports. “Earphone-pun, beberapa pemain pakai, dan beberapa tidak,” katanya. “Untuk lebih tepatnya, belum ada studi khusus sih… Masih di-explore.” Lebih lanjut dia menyebutkan, saat ini, dia belum ada percobaan yang menunjukkan apakah wearable seperti smartwatch memang akan bisa membantu pemain untuk bermain dengan lebih baik.

Chuck Tholl adalah seorang Research Associate di German Sport University Cologne. Selama enam tahun terakhir, dia dan timnya meneliti tentang beban mental dan fisik yang dihadapi oleh para atlet esports. Mereka juga berusaha untuk mengembangkan program pelatihan dan pemulihan bagi pemain profesional yang cedera.

Tholl mengaku tidak heran jika nantinya, semakin banyak performance wear yang muncul untuk pemain esports. Dia berkata, sekarang, memang semakin banyak tim esports profesional yang memperlakukan para pemain layaknya atlet tradisional. Tim-tim tersebut tidak hanya mempekerjakan psikologis, tapi juga ahli nutrisi. Jadi, menurutnya, kemunculan produk performance wear adalah langkah berikutnya.

Meskipun begitu, Tholl juga mengakui bahwa, saat ini, masih belum diketahui apakah performance wear memang akan dapat meningkatkan performa pemain profesional. Satu hal yang pasti, dia menyebutkan, produk performance wear setidaknya bisa memberikan dampak psikologis positif.

Compression sleeves dari ASUS ROG. | Sumber: ASUS

“Sekarang, belum ada bukti fisik yang menunjukkan bahwa produk-produk itu — seperti compression sleeves dan lain sebagainya — memang bisa meningkatkan performa pemain,” ujar Tholl. “Tapi, efek placebo sering kita bahas. Jika Anda pikir produk itu bisa membantu Anda, bisa jadi, kepercayaan itu bisa menjadi nyata. Mengenakan pakaian tertentu bisa membantu Anda menjadi lebih fokus.”

Di dunia kesehatan, placebo effect didefinisikan sebagai efek semu ketika seseorang mengonsumsi “obat palsu”. Jadi, walau seseorang mengonsumsi obat kosong (tanpa zat aktif tertentu), otaknya akan meyakinkan tubuh bahwa dia telah mendapatkan pengobatan sehingga tubuh akan terpicu untuk melakukan proses penyembuhan.

Placebo effect bukan sekadar berpikir positif bahwa sebuah metode pengobatan akan bekerja,” kata Ted Kaptchuk dari Beth Israel Deaconess Medical Center, seperti dikutip dari blog Harvard. “Placebo effect adalah upaya untuk membuat ikatan yang lebih kuat antara tubuh dan pikiran.”

Terlepas dari apakah aksesori wearable bisa memberikan efek placebo, Herry mengatakan, fairness tetap menjadi hal yang paling harus diperhatikan oleh pihak penyelenggara turnamen. Dia menambahkan, jika penyelenggara turnamen ingin memperbolehkan penggunaan aksesori/alat bantu seperti gaming gloves dan compression sleeves, maka ada dua hal yang harus dipastikan. Pertama, aksesori tidak meningkatkan performa pemain secara signifikan. Kedua, semua pemain bisa menggunakan aksesori itu, untuk memastikan pertandingan tetap berjalan dengan adil.

Teknologi Majukan Olahraga Tradisional, Juga Bakal Terjadi di Esports?

Seiring dengan berjalannya waktu, industri olahraga terus berubah. Pada awalnya, raket tennis terbuat dari kayu. Kemudian, raket metal mulai populer untuk digunakan pada 1970-an. Setelah itu, material baru digunakan untuk membuat raket tennis, seperti aluminium dan graphite. Perubahan material ini membuat raket tennis menjadi lebih ringan.

Tak hanya material, desain raket tennis juga mengalami perubahan. Sekarang, bagian kepala raket menjadi lebih besar. Dalam sebuah video, Sports Engineering Research Group menjelaskan bagaimana raket dengan ukuran kepala yang lebih besar akan meningkatkan momen inersia. Dengan begitu, ketika raket digunakan untuk memukul bola, rotasi yang terjadi pada raket bisa diminalisir. Hal ini memungkinkan petenis untuk mengarahkan bola yang dia pukul.

Teknologi juga bisa meningkatkan performa atlet olahraga tradisional. Faktanya, sports engineering merupakan jurusan yang mengkhususkan diri untuk mengaplikasikan bagian teknis dari matematika dan fisika untuk memecahkan masalah di dunia olahraga. Masalah yang sports engineering coba pecahkan  beragam, mulai dari desain peralatan olahraga, memastikan keamanan atlet di olahhraga berbahaya, regulasi standar, sampai menganalisa performa atlet.

Salah satu manfaat sports engineering adalah kemunculan peralatan olahraga yang bisa meningkatkan performa atlet. Contohnya adalah baju renang polyutherane. Material polyutherane bersifat hidophobic, sehingga pemakainya bisa mengapung lebih tinggi. Jika atlet renang bisa mengapung lebih tinggi, dia akan bisa meminimalisir resistensi yang dia hadapi. Alhasil, perenang yang mengenakan baju renang polyutherane bisa berenang dengan lebih cepat. Inovasi baju renang polyutherane sukses meramaikan dunia renang. Buktinya, setelah atlet renang mulai menggunakan baju renang dari polyutherane, banyak rekor baru di dunia renang. Pada World Swimming Championship 2009 saja, ada 20 rekor dunia di olahraga renang yang dipecahkan.

Hanya saja, baju renang polyutherane mahal (US$500 per baju renang) dan hanya bisa digunakan beberapa kali. Jadi, tidak semua atlet renang bisa menggunakannya. Hal ini berujung pada larangan untuk menggunakan baju renang polyutherane pada 2009. Karena, pakaian renang tersebut bisa meningkatkan performa atlet secara signifikan. Dan hal ini dianggap membuat pertandingan menjadi tidak adil bagi atlet yang tidak bisa menggunakan baju renang polyutherane.

Baju renang polyutherane. | Sumber: Deutsche Welle

Dua contoh di atas menunjukkan bagaimana peralatan yang digunakan oleh atlet olahraga tradisional bisa berubah seiring dengan waktu. Dan teknologi yang dipakai pada peralatan atlet bisa mempengaruhi performa mereka. Saat ini, industri esports masih sangat muda. Ada beberapa hal yang industri esports tiru dari industri olahraga tradisional, seperti kompetisi franchise dan format kompetisi home-away. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan, esports akan meniru bagian lain dari olahraga. Misalnya, penggunaan performance wear oleh atlet esports.

Namun, Herry percaya, esports tidak bisa dibandingkan begitu saja dengan olahraga tradisional. Menurutnya, keberadaan mobile esports hanya akan mendorong perkembangan teknologi smartphone. Pasalnya, smartphone adalah satu-satunya perangkat yang diperlukan untuk memainkan mobile game. Dan saat bermain mobile game, atlet esports hanya perlu menggunakan tangan dan jari. Jadi, para pemain profesional tidak membutuhkan boost dalam kekuatan fisik.

“Anggap saja esports seperti catur. Keduanya tidak menggunakan equipment yang bakal mempengaruhi fisik peserta,” kata Herry. “Berbeda dengan olahraga tradisional, yang memang sangat mengutamakan kekuatan fisik. Misalnya, basket. Kalau pemain basket memang perlu peralatan yang bisa mendorong performa, seperti sepatu.”

Kesimpulan

Esports memang tengah naik daun. Sekarang, esports juga semakin diakui oleh masyarakat. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa industri esports masih muda. Banyak pelaku esports yang masih melakukan “coba-coba”. Mengingat esports punya kesamaan dengan industri olahraga, tidak heran jika sebagian pelaku esports memutuskan untuk meniru beberapa aspek dalam dunia olahraga. Misalnya, format kompetisi.

Sekarang, teknologi merupakan bagian penting bagi olahraga tradisional. Sports engineering sukses mendorong para atlet kelas dunia untuk memberikan performa yang lebih baik. Seiring dengan meningkatnya popularitas esports, mulai bermunculan peralatan dan aksesori yang dibuat untuk meningkatkan performa gamers atau pemain esports.

Saat ini, memang masih belum ada studi yang menunjukkan apakah performance wear untuk gaming dan esports bisa meningkatkan performa penggunanya. Namun, di level global, jumlah pemain profesional yang mengenakan performance wear mulai bertambah. Jadi, tidak tertutup kemungkinan, di masa depan, pasar performance wear untuk gamers dan atlet esports memang akan menjadi semakin besar.

Sumber header: Trend Hunter

Peluncuran Diablo 2: Resurrected Kacau Hingga Tidak Bisa Dimainkan

Setelah sekian lama ditunda termasuk karena kasus mogok kerja pasca gugatan dari para karyawannya, akhirnya Blizzard kini merilis game baru yaitu Diablo 2: Resurrected. Game ini adalah remake dari game aslinya yang sangat dicintai oleh para penikmat RPG  pada tahun 2000.

Sayangnya, momen yang harusnya membuat para fans gembira dan melupakan apa yang terjadi kepada Blizzard beberapa bulan ke belakang menjadi berantakan karena ternyata peluncuran game ini juga dipenuhi banyak masalah.

Hingga berita ini diangkat, para pemain mengeluhkan masalah server yang membuat mereka bahkan tidak dapat memainkan Diablo 2: Resurrected . Selain itu, game ini memiliki bug parah yang membuat karakter yang dibuat pada online ternyata tidak dapat dimainkan saat offline.

Blizzard sendiri terus melakukan perbaikan dan bahkan telah mengeluarkan update patch 9.24 yang memperbaiki beberapa masalah krusial. Mereka juga berjanji akan mengusahakan solusi permanen untuk menyelesaikan masalah server dan juga membuka karakter para pemain yang terkunci.

Untuk sekarang, Blizzard meminta para pemain yang masih belum dapat bermain untuk bersabar dan memantau terus update info dari mereka. Karena, mereka juga tidak dapat memastikan kapan berbagai masalah di Diablo II: Resurrected ini benar-benar bisa diperbaiki.

Para pemain yang marah dan kecewa pun memenuhi Twitter dan juga Reddit untuk mengungkapkan masalah yang mereka hadapi masing-masing. Apalagi mengingat masalah-masalah tersebut belum terselesaikan hingga hari Minggu kemarin. Padahal gelombang pemain terbesar biasanya berada pada akhir pekan.

Meskipun begitu, para pemain yang telah berhasil masuk dan memainkan game-nya mayoritas memuji apa yang Blizzard tawarkan ke dalam remake ini. Terutama untuk masalah grafis yang membuat game ini tampil lebih modern namun tetap mengusung gaya klasik. Perubahan ini tentunya dirasakan oleh para pemain lama yang mencoba memainkan game ini.

Sayangnya, terlepas dari grafisnya yang banyak dipuji, game ini tidak menawarkan pengalaman yang lebih dari game aslinya. Tidak ada kelas baru, kemampuan baru, ataupun item baru yang mungkin akan membuat beberapa gamer kecewa karena harus membayar harga penuh layaknya game AAA yaitu $40 atau sekitar Rp565 ribu.

10 Item Mobile Legends Terbaik yang Penting Dicatat dan Fungsinya

Item di Mobile Legends: Bang Bang memang jumlahnya banyak sekali dan sangat beragam. Namun, tidak semua pemain paham akan mekanismenya seperti hero, strategi, talent, item terbaik dan lain sebagainya.

Memang selalu ada faktor strategi bila bermain game MOBA, seperti mekanisme kerja sama dari 5 pemain yang bertanding. Komposisi hero hingga item yang digunakan harus tepat dengan tujuan bersama yaitu memenangkan pertandingan.

Pemilihan item sendiri memang sangat kondisional, meskipun demikian ada beberapa item yang wajib digunakan saat bermain untuk masing-masing posisi dan mampu memutar balik keadaan.

Berikut 10 item Mobile Legends dan fungsinya yang wajib Anda ketahui.

Item Mobile Legends Magic

10. Winter Truncheon

item mobile legends
Sumber: Screenshot Mobile Legends

Magic Damage
Status:

  • +60 Magic Power
  • +25 Physical Defense
  • +400 HP

Merupakan salah satu item yang dibuat untuk Mage, kelas dari hero populer di Mobile Legends. Fungsi item aktif dari Winter Truncheon adalah membuat hero tidak dapat melakukan apa pun dan mendapatkan efek imunitas terhadap seluruh damage dan debuff. Efeknya sendiri berlangsung selama 2 detik dengan cooldown selama 100 detik.

Biasanya Winter Truncheon digunakan untuk hero-hero Mage yang kerap melakukan penyerangan atau inisiasi langsung. Salah satu contoh hero yang cocok menggunakan item ini adalah Gusion.

Memang mekanis permainan dari Gusion mengharuskan penggunanya memiliki respon cepat.

Dengan skill set Gusion yang mengharuskan terjun ke area lawan, Winter Truncheon berfungsi mengatur tempo baik untuk menyerang kembali atau kabur dari area pertarungan.

9. Concentrated Energy

Sumber: Screenshot Mobile Legends

Magic Damage
Status:

  • +70 Magic Power
  • +700 HP
  • +25% Magical Lifesteal

Meski item ini diperuntukkan bagi para Mage, namun juga bisa digunakan ke hampir semua hero support berbasis magic damage. Efek pasif unik dari item ini adalah memulihkan HP sebesar 10% setelah mengalahkan hero lawan.

Selain itu, Anda juga akan mendapatkan efek HP regen setelah memberikan serangan atau skill ke musuh. Sehingga, Anda tidak perlu recall cukup sering ke base untuk menyembuhkan diri.

8. Necklace of Durance

Sumber: Screenshot Mobile Legends

Magic Damage
Status:

  • +60 Magic Power
  • +5% Cooldown Reduction
  • +10% Magical Lifesteal

Salah satu item penting bagi para Mage untuk melawan musuh yang fokus pada regenerasi HP yang tinggi seperti Uranus atau Baxia.

Fungsi pasif dari item ini adalah mengurangi shield dan regenerasi HP lawan sebesar 50% selama 3 detik lamanya. Necklace of Durance juga cocok digunakan oleh hero core atau support sekalipun.

Item Mobile Legends Support

7. Shadow Mask

Sumber: Screenshot Mobile Legends

Roaming
Status:

  • +700 HP
  • +10% Cooldown Reduction
  • +25 Movement Speed

Sebagai game MOBA, Mobile Legends juga memiliki posisi hero support atau roaming. Sesuai namanya, tugas dari hero dengan posisi ini adalah membantu teman dengan melakukan rotasi dari setiap lane yang ada.

Shadow Mask sendiri menjadi item yang penting sebagai seorang support. Efek aktif dari item ini dapat membuat seluruh pemain di area yang terjangkau untuk mendapatkan efek menghilang.

Setiap hero di satu tim terdekat juga mendapatkan peningkatkan movement speed sebesar 15% selama 5 detik. Bila hero memberikan atau menerima damage, maka efek conceal (menghilang) akan dibatalkan. Efek item Shadow Mask sendiri memiliki cooldown selama 80 detik.

Selain fungsi aktif yang bagus, efek pasif dari item ini juga penting sebagai seorang support karena Anda tidak akan mendapatkan Exp atau Gold dari minion atau creep yang diserang oleh rekan setim.

Saat mendapatkan assist maka Anda juga bisa mendapatkan 25% pembagian Exp dan Gold lebih banyak serta mendapatkan 14 Gold setiap 4 detik bila berada di peringkat kelima dalam perolehan Gold di tim.

Item Mobile Legends Attack

6. Bloodlust Axe

Sumber: Screenshot Mobile Legends

Physical Damage
Status:

  • +70 Physical Damage
  • +10% Cooldown Reduction
  • +20% Spell Vamp

Bloodlust Axe merupakan item yang dibuat untuk menunjang ketahanan HP saat bertarung dengan efek Spell Vamp atau lifesteal. Item ini juga merupakan salah satu item Mobile Legends attack terbaik saat ini. Biasanya senjata ini digunakan untuk hero-hero bertipe skill dan Fighter seperti Lapu-Lapu, Alpha, Dyrroth, Balmond, Leomord, dan lain sebagainya.

5. Demon Hunter Sword

Sumber: Screenshot Mobile Legends

Physical Damage
Status:

  • +35 Physical Attack
  • +25% Attack Speed

Pasif dari item ini membuat pengguannya tidak dapat meningkatkan critical chance. Karena setiap 1% kemungkinan critical chance akan diubah sebagai attack speed dengan nilai yang sama.

Serangan normal juga akan meningkat dengan pasif Endless Strike sehingga semakin sering menyerang maka damage yang diterima oleh lawan akan semakin sakit.

Tentu item ini sangat cocok digunakan oleh hero tipe Marksman dan efektif melawan hero-hero dengan pertahanan yang kuat seperti Tank. Khusus bagi Karrie, inilah item Mobile Legends tersakit yang ada sampai hari ini.

4. Blade of Despair

Sumber: Screenshot Mobile Legends

Physical Damage
Status:

  • +160 Physical Damage
  • +5% Movement Speed

Salah satu item tipe serangan terkuat untuk tipe physical damage. Efek pasif dari Blade of Despair adalah ketika menyerang lawan yang memiliki HP di bawah 50% maka physical attack hero milik Anda meningkat sebesar 25%.

Efek pasif ini berlangsung selama 2 detik (efek aktif setelah memberikan damage). Item ini sangat baik dan cocok digunakan oleh para hero core bertipe physical baik itu Marksman, Fighter, hingga Assasin.

Item Mobile Legends Defense

3. Queen’s Wings

Sumber: Screenshot Mobile Legends

Physical Defense
Status:

  • +25 Physical Damage
  • +900 HP
  • +10% Cooldown Reduction

Merupakan item tipe bertahan yang berfungsi mengurangi damage yang diterima oleh musuh sebesar 30% bila HP berada di bawah 40% dan juga meningkatkan lifesteal sebesar 40%.

Efek pasif dari item ini berlangsung selama 5 detik dengan cooldown selama 60 detik. Untuk tipe hero sendiri item ini sangat cocok untuk tipe Fighter dan Assasin yang menggunakan serangan jarak dekat seperti Leomord, Dyrroth, Roger, Ling, dan lain sebagainya.

2. Athena’s Shield

Sumber: Screenshot Mobile Legends

Magic Defense
Status:

  • +900 HP
  • +62 Magical Defense
  • +2 HP Regen

Inilah salah satu item Mobile Legends defense paling populer, yang bahkan sering digunakan di MPL. Fungsi pasif dari item akan aktif bila menerima magic damage.

Efeknya sendiri mengurangi magic damage yang diterima sebanyak 25% selama 5 detik lamanya. Athena’s Shield akan kembali aktif bila meninggalkan pertarungan selama 10 detik lamanya.

Item ini akan sangat efektif bila digunakan melawan hero yang fokus pada magic damage seperti Parsha, Selena, Eudora, dan lain sebagainya.

1. Immortality

Sumber: Screenshot Mobile Legends

Physical Defense
Status:

  • +800 HP
  • +40 Physical Defense

Item terbaik Mobile Legends berikutnya adalah Immortality yang memilik efek pasif untuk hidup kembali setelah 2,5 detik dan mendapatkan 15% HP dan shield yang bisa menyerap damage sebesar 220 sampai 1200.

Perolehan shield terus meningkat seiring tingginya level hero dan akan bertahan selama 3 detik. Bila sudah aktif, maka cooldown dari Immortality bisa digunakan kembali setelah 210 detik.

Build Terbaik Sangonomiya Kokomi Genshin Impact: Senjata, Komposisi Tim, dan Tips

Sangonomiya Kokomi atau Kokomi adalah karakter baru Genshin Impact di versi 2.1, yang dirilis bersamaan dengan Raiden Shogun dan Kujou Sara. Ia merupakan sang pendeta suci di pulau Watatsumi, sekaligus pemimpin dari pemberontak, yang melawan Vision Hunt Decree di Inazuma.

Kehadirannya memicu pro dan kontra di komunitas Genshin Impact. Di satu sisi, Kokomi memiliki gameplay yang unik, namun di sisi lain ia tidak dapat memberikan manfaat lain selain heal dan damage yang dihasilkan tidak seberapa. Jika demikian, bagaimanakah cara memaksimalkan potensi Kokomi?

Overview

Saat membahas Kokomi, perlu diurai apa saja yang ia tawarkan sebagai karakter. Ia dirilis dengan predikat support healer oleh miHoYo. Maka dari itu, fokus utama Kokomi adalah seberapa baik dan efektif ia memulihkan karakter lain.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai skill Kokomi, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu apa yang ia miliki sebagai karakter. Sangonomiya Kokomi merupakan karakter berelemen Hydro dengan senjata catalyst.

Hydro merupakan salah satu elemen yang inti, namun tidak didukung dengan jumlah karakter yang sedikit.

Karakter Hydro

Elemen Hydro merupakan elemen yang penting di Genshin Impact, karena dapat mengakses reaksi elemen seperti Vaporize, Freeze, dan Electro-Charged. Reaksi-reaksi tersebut sering dipakai di berbagai komposisi tim.

Namun yang menjadi masalah adalah kelangkaan karakter Hydro di Genshin Impact. Sampai saat ini, karakter Hydro hanya ada 5 dari 41 karakter playable. Selain Kokomi, karakter Hydro lain adalah Tartaglia, Mona, XIngqiu, dan Barbara.

Selain Barbara yang bisa didapatkan secara gratis, karakter Hydro lain tidak semudah itu didapatkan, apalagi bila baru bermain Genshin Impact. Xingqiu bisa didapatkan dari banner mana saja. Berbeda dengan Xingqiu, Tartaglia hanya bisa didapatkan dari limited banner yang telah ditentukan oleh miHoYo, sedangkan Mona dari standard & limited banner dengan rate yang random.

Dengan kata lain, apabila seorang pemain belum memiliki Mona, Tartaglia atau bahkan Xingqiu, Kokomi bisa menggantikan tugas mereka di tim sebagai enabler Hydro. Kecuali Anda cukup nyaman memakai Barbara untuk mengaplikasikan Hydro.

Pada Spiral Abyss, memiliki 2 karakter Hydro di kedua party akan memudahkan pemain dalam membentuk tim yang diinginkan. Banyak karakter kuat di Genshin Impact yang bergantung atau membutuhkan karakter Hydro di tim mereka, seperti Hu Tao, Ayaka, Xiangling, Ganyu, dan lainnya.

Kit Overview

Sebagai healer, kemampuan Kokomi untuk memulihkan anggota tim sangat baik. Elemental Skill Kokomi akan memanggil Bake-Kurage yang akan memberikan heal kepada tim sekaligus damage Hydro kepada musuh sekitar.

Elemental Burst Kokomi akan memberikan buff untuk Normal Attack, Charged Attack, dan Elemental Skill-nya. Skill ini juga akan me-refresh durasi Bake-Kurage. Skill inilah yang menjadikan Kokomi terkesan ‘nyeleneh’ jika dibandingkan dengan support atau healer lainnya.

Walaupun Elemental Burst-nya memberikan power-up kepada Kokomi, damage yang ia hasilkan tidak terlalu besar, begitu pula dengan Bake-Kurage saat Burst aktif. Hal ini disebabkan oleh talenta pasifnya yang memberikan Kokomi Healing Bonus dengan bayaran -100% Crit rate. Selain itu Energy Cost-nya yang tinggi, juga membuatnya perlu penyesuaian di komposisi tim dan Artefak.

Artefak

Untuk healer, artefak terbaik untuk Kokomi adalah 4 Tenacity of the Millelith. Artefak ini memiliki sinergi yang baik, karena dapat menambah Attack, Shield Strength dan memberikan heal untuk satu tim saat menggunakan Elemental Skill. Jika Anda membutuhkan heal yang lebih besar, Anda bisa memakai 4 Maiden’s Beloved.

Untuk Main DPS atau enabler, Anda dapat memakai 4 Heart of Depth. Artefak ini dapat memberikan damage ekstra saat Kokomi memakai Normal & Charged Attack-nya. Untuk artefak alternatifnya, Anda dapat memakai antara 2 Tenacity of the Millelith, 2 Heart of Depth, atau 2 Maiden’s Beloved.

Dikarenakan healing Kokomi dihitung berdasarkan HP & Healing Bonus, dan juga Crit rate yang minus 100%, ia hanya butuh stat HP, Healing Bonus, dan Energy Recharge saja. Pemilihan main stat artefak Kokomi, bergantung pada kebutuhan Anda dan sub stat artefak tersebut.

Main Stat yang dicari: HP% ; Hydro Damage Bonus/HP% ; Healing Bonus/HP%.

Sub-stat yang dicari: HP%>Energy Recharge>flat HP

Senjata

Sebagai pemegang catalyst, senjata yang direkomendasikan untuk Kokomi adalah Thrilling Tales of the Dragon Slayer. Selain mudah didapatkan, senjata bintang 3 ini dapat memberikan buff kepada salah satu main DPS atau sub DPS Anda.

Untuk senjata alternatif, Anda dapat memakai Prototype Amber, Sacrificial Fragments, atau Everlasting Moonglow.

Sacrificial Fragments dapat me-refresh Elemental Skill Kokomi. Perlu diingat bahwa saat memakai kembali Skill yang telah ter-refresh saat masih ada Bake-Kurage di arena, maka Bake Kurage sebelumnya akan hilang, lalu digantikan dengan Bake-Kurage baru.

Berbeda dengan Thrilling Tales of the Dragon Slayer yang memberi buff kepada satu karakter saja, Prototype Amber dapat memberikan heal dan Energi ekstra untuk satu tim, saat Kokomi mengaktifkan Elemental Burst.

Bila Anda memiliki Everlasting Moonglow, Anda dapat memakainya, karena senjata tersebut memang didesain untuk Kokomi. Sebagai catatan, senjata ini hanya menambahkan damage dari Normal Attack saja, sedangkan Charged Attack tidak.

Komposisi Tim

Sebagai healer, Kokomi dapat ditaruh di tim yang Anda inginkan. Ia dapat digunakan di tim yang membutuhkan reaksi elemental maupun tidak. Selain itu ia dapat menambahkan damage tim bila memakai 4 Tenacity of the Millelith.

Kokomi dapat digunakan pada tim Freeze. Salah satu komposisi tim Freeze yang populer adalah Morgana. Tim tersebut diisi oleh Ganyu, Mona, Venti, dan Diona.

Untuk tim ini, Kokomi dapat menjadi Hydro enabler sekaligus healer, sehingga ia dapat menggantikan tugas Mona dan DIona dan menghemat 1 slot party. Slot tersebut bisa diisi dengan sub DPS Cryo lain, seperti Rosaria, Aloy atau Kaeya. Ganyu juga bisa digantikan dengan Ayaka.

Anda dapat memasangkan Kokomi dengan Xiangling. Tim ini mengambil konsep reverse Vaporize milik Tartaglia dan Xiangling , dengan Kokomi yang menggantikan posisi Tartaglia. Walaupun damage Kokomi tidak sebesar Tartaglia, namun tugasnya di sini hanyalah memberikan status Hydro kepada musuh. Hal ini memungkinkan slot lain diisi dengan sub DPS lain. Contoh karakter lain yang bisa dimasukkan adalah Sucrose dan Bennet.

Kokomi juga dapat bermain di komposisi tim Taser atau tim yang memanfaatkan reaksi Electro-Charged. Sama seperti tim Vaporize di atas, disini Kokomi akan menjadi Hydro enabler pengganti Tartaglia atau Xingqiu. Sebagai contoh Anda bisa memakai 2 karakter Electro, antara Fischl, Beidou, atau Raiden Shogun, dan 1 karakter Anemo, seperti Sucrose, Venti, Kazuha atau bisa diisi juga dengan Xingqiu.

sumber: Genshin Impact

Tips

Berikut ini merupakan beberapa tips yang bisa Anda gunakan:

-Saat memanggil Bake-Kurage, skill tersebut tidak dapat dipindah sampai durasinya habis. Jadi Anda perlu hati-hati dengan lokasi pemanggilannya. Hal ini akan sangat merepotkan saat melawan tipe musuh yang lincah dan sering berpindah tempat.

-Dengan HP yang besar serta kemampuannya sebagai healer, Kokomi dapat digunakan sebagai tank. Jadi saat Anda akan terkena serangan kuat yang tidak dapat dihindari, Anda bisa mengganti karakter Anda dengan Kokomi, sehingga ia dapat menyerap damage tersebut.

-Walaupun 4 Noblesse Oblige dapat memberikan tambahan damage Elemental Burst, namun artefak tersebut tidak cocok dengan Kokomi, baik sebagai DPS atau support. Artefak tersebut tidak akan menambah damage Burst Kokomi, karena Elemental Burst-nya yang bersifat buff. Selain itu artefak tersebut juga tidak cocok dengan Kokomi support, karena energy cost-nya yang tinggi sehingga sulit untuk di-spam.

sumber: Genshin Impact

Penutup

Hadirnya Kokomi di Genshin Impact membuka cara baru bagaimana untuk memainkan dan membangun sebuah karakter. Namun unik saja tidak cukup. Posisi Kokomi sebagai healer saat ini berada di suatu kondisi yang aneh.

Sampai saat ini, tantangan yang ada di Genshin Impact kebanyakan berupa time trial, yaitu tantangan yang mengharuskan pemain untuk menyelesaikan sesuatu dalam jangka waktu yang telah ditentukan, seperti Spiral Abyss atau beberapa event seperti Hypostatic Symphony dan variannya.

Sedangkan untuk posisi healer sendiri, terdapat karakter healer lain, yang selain memberikan heal, dapat memberikan buff, partikel energi, sampai Elemental Resonance, seperti Bennet, Jean, dan Diona. Jadi sebagai healer, Anda bisa menentukan karakter mana yang dapat memenuhi kebutuhan Anda.