Anker, Mobvoi dan Panasonic Umumkan Smart Speaker dengan Integrasi Google Assistant

Sejak awal Google Assistant diperkenalkan, Google sudah mengimpikan skenario dimana asisten virtual-nya itu bisa menghampiri semua perangkat dari berbagai macam kategori. Sejauh ini, Google Assistant sudah tersedia di banyak smartphone Android – bahkan iPhone – dan tentu saja smart speaker Google Home menjadi huniannya yang paling alami.

Saya bilang paling alami karena hampir dalam segala kesempatan, smart speaker dikendalikan menggunakan perintah suara. Kabar baiknya, Google Home bukan satu-satunya speaker yang mengusung integrasi Assistant, sebab di IFA 2017 sudah ada tiga pabrikan yang bersiap meluncurkan persembahannya masing-masing dalam waktu dekat, yaitu Anker, Mobvoi dan Panasonic.

Anker tampil dengan Zolo Mojo yang sepintas kelihatan seperti versi mini dari Google Home. Ini bukan smart speaker pertama Anker, tapi tentu saja yang pertama dilengkapi Google Assistant, plus mendukung fitur multi-room. Kehadirannya sekaligus melengkapi sub-brand Zolo yang memulai debutnya lewat earphone wireless ala Apple AirPods.

TicHome Mini / Mobvoi
TicHome Mini / Mobvoi

TicHome Mini dari Mobvoi adalah yang paling kecil di antara ketiganya. Desainnya sepintas mirip Amazon Echo Dot, dan ia telah mengantongi sertifikasi ketahanan air IPX6 (sekadar cipratan, bukan untuk diceburkan). Sama seperti Zolo Mojo, ia juga dapat difungsikan sebagai speaker Bluetooth biasa jika perlu, dengan daya tahan baterai sekitar 6 jam.

Di sisi lain, Panasonic SC-GA10 merupakan yang paling bongsor, dengan wujud balok minimalis yang berdiri tegak dan pantas dijadikan dekorasi ruangan. Melihat ukurannya, sepertinya kualitas suaranya adalah yang terbaik di antara ketiga smart speaker baru ini.

Panasonic SC-GA10 / Panasonic
Panasonic SC-GA10 / Panasonic

Ketiganya punya jadwal rilis yang berbeda. Zolo Mojo bakal meluncur lebih dulu ke pasaran mulai akhir Oktober, dengan banderol $70. TicHome Mini masih misterius, namun konsumen bisa mendapatkan potongan harga 30% jika mendaftarkan email newsletter di situsnya. Untuk Panasonic, SC-GA10 bakal menyusul di awal 2018, tapi harganya masih belum dirincikan.

Pengumuman lain yang tak kalah menarik adalah kolaborasi Google dan LG, dimana ke depannya berbagai perabot rumah LG dapat dikendalikan dengan Google Assistant yang terpasang di smart speaker maupun smartphone. Mulai dari mesin cuci sampai robot vacuum cleaner, konsumen dapat menugaskan mereka hanya dengan mengucapkan mantra “Ok Google,” diikuti oleh instruksi yang relevan.

Sumber: The Verge dan Google.

Kompor Induksi Ini Diciptakan Khusus untuk Penggemar Video Memasak dari Tasty

Kalau Anda sering menonton video panduan memasak di media sosial, besar kemungkinan Anda mengenal yang namanya Tasty. Dua tahun sejak media digital BuzzFeed memperkenalkannya, Tasty sudah menjadi salah satu brand yang sangat populer, dimana rata-rata koleksi videonya ditonton sebanyak 2,3 miliar kali setiap bulannya.

Kini, BuzzFeed punya cara yang lebih unik lagi guna semakin mendongkrak popularitas Tasty. Lewat divisi Product Labs-nya dan dibantu oleh GE First Build, mereka memperkenalkan Tasty One Top, sebuah kompor induksi berkonektivitas Bluetooth yang dapat disinkronisasikan dengan aplikasi Tasty – yang juga baru saja dirilis untuk iOS, dan segera menyusul untuk Android.

Tasty One Top

Jujur saya sempat mengernyitkan dahi saat pertama mendengar soal Tasty One Top, tapi setelah memahami cara kerjanya, produk ini rupanya menarik juga. Jadi ketika pengguna memilih satu dari 1.700 resep yang terdapat di aplikasi Tasty, mereka dapat meneruskan informasi tersebut ke One Top untuk mulai memasak.

Dari situ One Top akan menyesuaikan suhu maupun daya panasnya sesuai dengan instruksi demi instruksi yang tercantum pada aplikasi Tasty. Saat sudah waktunya untuk membalik, daging misalnya, One Top juga akan memberi tahu Anda.

Tasty One Top

Berbekal sederet sensor, One Top dapat memonitor suhu permukaan panci atau wajan secara presisi, dan konsumen juga akan mendapat termometer terpisah untuk makanannya. Selain dengan panci dan wajan, One Top rupanya juga bisa digunakan dengan teknik memasak sous vide.

BuzzFeed rencananya akan memasarkan Tasty One Top di Amerika Serikat mulai November mendatang. Banderol harganya dipatok $175, namun yang tertarik melakukan pre-order bisa mendapatkannya seharga $149.

Sumber: TechCrunch.

GLAS Adalah Termostat Pintar dengan Integrasi Cortana

Debut Cortana di ranah smart home dibuka oleh Harman Kardon Invoke, sebuah smart speaker yang siap bersaing dengan Amazon Echo maupun Google Home pada musim semi nanti. Namun tentu saja Microsoft menginginkan lebih dari itu, dan dengan bantuan Johnson Controls, Cortana rupanya juga siap mengusik pasar smart thermostat.

Perkenalkan GLAS, sebuah termostat pintar pertama yang mengusung integrasi Cortana. Kehadiran asisten virtual besutan Microsoft ini berarti pengguna dapat mengendalikannya menggunakan perintah suara, sangat praktis ketika pengguna sedang berada di dalam ruangan tetapi kedua tangannya sedang disibukkan oleh sesuatu.

GLAS mengemas layar sentuh semi-transparan yang berfungsi menampilkan sejumlah informasi macam kalender, kualitas udara dan konsumsi energi – selain tentu saja suhu di dalam dan luar ruangan. Terkait kualitas udara, GLAS dilengkapi sederet sensor untuk memonitornya secara konstan, tapi ia bukanlah sebuah air purifier.

GLAS

Selebihnya, detail mengenai GLAS masih minim. Perangkat disebut menjalankan sistem operasi Windows 10 IoT Core serta didukung oleh layanan cloud Microsoft Azure. Selain itu, GLAS juga diyakini mampu mendeteksi keberadaan pengguna di dalam ruangan.

Untuk sekarang masih belum ada info mengenai harga dan ketersediaannya, tapi kita setidaknya bisa melihat aksinya dalam video di bawah. Smart speaker dan thermostat sudah, kini kita tinggal menunggu kedatangan Cortana di kategori produk lain seperti kulkas maupun dashboard mobil.

Sumber: Wareable.

Bluetooth Mesh Diproyeksikan Sebagai Standar Baru di Ranah Smart Home

Bluetooth yang kita kenal sekarang hanya bisa beroperasi dalam radius kurang dari 10 meter. Namun ke depannya batasan jarak ini bisa sirna dengan diperkenalkannya standar baru bernama Bluetooth Mesh oleh Bluetooth SIG, organisasi di balik semua penetapan spesifikasi Bluetooth sebagai standar dalam teknologi wireless.

Bluetooth Mesh bukanlah pengganti Bluetooth 5.0, melainkan merupakan mekanisme baru supaya Bluetooth bisa beroperasi dalam sebuah mesh networking (topologi jala). Singkat cerita, standar baru ini memungkinkan berbagai macam perangkat Bluetooth untuk saling terhubung dan membentuk sebuah mesh network.

Mesh networking sendiri punya banyak keuntungan. Salah satu fungsinya adalah memungkinkan transmisi data untuk ‘melompat’ dari perangkat ke perangkat, sehingga pada akhirnya data atau sinyal bisa menempuh jarak yang lebih jauh dari sebatas 10 meter.

Ilustrasi Bluetooth Mesh

Bluetooth Mesh juga tidak berniat menggantikan Wi-Fi mesh networking, sebab implementasinya hanya akan terdengar relevan pada perangkat-perangkat yang mengonsumsi daya dalam jumlah kecil saja, seperti bohlam pintar misalnya. Berkat Bluetooth Mesh, bohlam pintar yang tersebar di satu gedung perkantoran bisa saling terhubung satu sama lain, dari lantai 1 sampai lantai 30 sekalipun.

Lalu ketika Anda perlu mematikan lampu di lantai teratas, Anda bisa melakukannya via smartphone meski sedang berada di lobi karena data yang ditransmisikan akan melompat dari satu bohlam ke yang lain, lantai demi lantai.

Bluetooth Mesh bakal mempunyai peran penting di ranah smart home. Pasalnya, Anda jadi tidak memerlukan sebuah unit smart home hub untuk mengonfigurasikan dan mengendalikan Bluetooth mesh network sebab komunikasinya bisa mengandalkan semua perangkat yang mendukung standar Bluetooth.

Menurut Bluetooth SIG, perangkat yang mendukung Bluetooth Mesh akan hadir mulai tahun ini juga, tapi baru di kawasan komersial dan industrial saja.

Sumber: CNET dan Bluetooth SIG.

Tiga Ciri Smart House untuk Millenials

Sophisticated. Rasanya, kata tersebut akan langsung muncul di benak kita kala mendengar istilah smart home. Terlebih ketika kita telah memahami bahwa di dalam sebuah rumah yang dikategorikan smart home, kita akan menemui beragam device yang serba terotomasi.

Tapi, sebelum memutuskan untuk secara penuh mengadopsi smart home—dengan lampu rumah yang bisa dinyalakan dengan scheduling atau vaccuum cleaner dikendalikan melalui smartphone—sebaiknya kamu memahami terlebih dulu apa saja prinsip dasar smart home. Dengan prinsip ini sebagai acuan, bukan tidak mungkin kamu bisa memiliki hunian ‘pintar’ ke depannya. Let’s live life better!

1. Entertainment

Sebagai kaum muda dengan segudang to-do list tiap harinya, kamu pasti sadar betapa pentingnya nilai sebuah hiburan. Tentunya, dalam aspek entertainment, kamu harus merasakan pengalaman yang beberapa langkah lebih maju jika ingin menganut sistem smart home.

Panasonic TV 4K PRO, misalnya. Televisi dengan Hexa Chroma Drive ini dapat menjadi salah satu pilihan untuk menikmati beragam opsi hiburan yang ada. Apalagi Panasonic TV 4K Pro dirancang untuk memberikan kualitas gambar semirip mungkin dengan sudut padang si pembuat film. Mereka menggabungkan prosesor Master HCX Panasonic yang mutakhir dengan teknologi pengelolaan kualitas profesional dan rentang warna yang lebar untuk menangkap setiap nuansa film asli.

2. Energy efficiency

 

16423030_1294490610589697_1443846581407929233_o (1)

Yang perlu digarisbawahi dari konsep smart home adalah gagasan dalam meningkatkan pengalaman menggunakan produk teknologi dengan mengurangi penghamburan energi. Belum sah sebuah rumah disebut smart home bila efisiensi energi belum menjadi pertimbangan.

Konsep ini telah diadaptasi oleh Panasonic melalui teknologi Inverter. Inilah fitur yang dikembangkan Panasonic yang memungkinkan kompresor menggunakan lebih sedikit energi untuk menjaga pengaturan suhu sekaligus mampu menyejukkan dan menghangatkan ruangan dengan lebih cepat setelah dihidupkan.

Teknologi yang ditanamkan di beberapa perangkat Panasonic seperti AC dan kulkas ini memungkinkan penggunaan listrik lebih hemat tanpa mengganggu performa dari perangkatnya.

3. Health

18766554_1419340194771404_1180282590551514389_o (1)

Pintar dan sehat itu mestinya selaras. Karena itulah kesehatan menjadi bagian dari pilar utama smart home. Sudah seharusnya kemajuan teknologi mendukung kesehatanmu.

Panasonic sadar akan hal tersebut dan berupaya mewujudkan dasar-dasar smart home yang kelihatannya dimulai dari AG Clean, teknologi yang menjamin anti-bakteri lebih kuat sehingga menjaga kebersihan makanan serta minuman dalam kulkas. Teknologi ini juga secara cerdas dapat menghilangkan aroma tajam yang berasal dari ikan dan sayur dengan sistem double deodorizing.

Jadi, membangun ‘rumah pintar’ itu bukan semata mengenai Internet of Things atau segala sesuatu yang terhubung. Tiga hal di atas lebih penting untuk diterapkan terlebih dahulu sebagai dasar dalam membangun smart house. Baru setelahnya, kamu bisa mempersiapkan penerapan smart house yang lebih komprehensif dan terotomasi maksimal.

Ketika kamu sudah siap mewujudkan rumah impian, jangan lupa untuk ikut serta Festival Rumah Impian bersama Panasonic. Then, let’s live life better!

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Panasonic.

LINE Perkenalkan Smart Speaker “Wave”, Penjegal Google Home

Ketika LINE mengumumkan diri ikut meramaikan pengembangan teknologi kecerdasan buatan melalui kreasinya Clova, kelahiran produk gadget pintar berlabelkan LINE hanyalah perkara waktu. Dan terbukti, pada tanggal 15 Juni 2017 kemarin mereka resmi memperkenalkan smart speaker pertama yang dinamai Wave. Wave ini bukan satu-satunya, karena LINE telah mempersiapkan beberapa perangkat yang tengah berbaris di dapur kerja mereka, seperti Champ yang juga berfungsi sebagai smart speaker dan juga perangkat bernama Face yang berfungsi sebagai smart display.

Wave mempunyai fungsionalitas seperti Amazon Echo, Google Home atau HomePod keluaran Apple. Seperti ketiga speaker pintar tersebut, Wave dapat melakukan tugas berdasarkan input suara, seperti memberikan informasi janji temu di kalender, cuaca, daftar tugas (to-do), terintegrasi dengan perangkat rumah pintar di sekitarnya dan lain-lain. Bahkan pengguna dapat mengakses percakapan di aplikasi LINE dari Wave.

Tapi sebagaimana fungsi utamanya yakni sebagai perangkat pengeras suara, Wave mempunyai kemampuan audio yang lebih dioptimalkan. Komponen pengeras suaranyaterdiri dari 2.5 inci Woofer berdaya 20W dan juga 1 inci Tweeter dengan daya 5W. Modal input 4 mikrofon yang terhubung langsung ke voice input processor, membuat Wave bisa mengenali suara secara presisi sehingga mampu memainkan musik sesuai yang diminta oleh penggunanya. Untuk memuaskan dahaga bermusik pemiliknya, Wave menyediakan lebih dari 40 juta lagu yang tersedia di LINE Music. Perangkat dapat mengatur dan menyortir lagu-lagu tersebut sesuai preferensi pengguna, termasuk merekomendasi lagu berdasarkan mood.

smart speaker line wave

Jeroan LINE Wave sendiri dimotori oleh prosesor Qualcomm quad-core APQ8009 yang mempunyai kecepatan clock di 1,3GHz, ditemani RAM DDR3 sebesar 1GB dan penyimpanan internal menggunakan EMMC berkapasitas 8GB. Memperoleh koneksi WiFi dan Bletooth, Wave juga ditopang baterai sebesar 5.000 mAh.

WAVE dijadwalkan akan mulai dijual di Jepang pada musim gugur tahun ini (Agustus-November 2017) dengan harga 15.000 yen atau sekitar Rp 1,8 juta-an (belum termasuk pajak). Sebelum perilisan resmi, LINE akan membuka advance sales pada bulan Mei-Agustus 2017 dengan harga 10.000 atau Rp 1,2 juta-an.

LINE Shopping

Di kesempatan yang sama, LINE juga mengumumkan satu fitur lainnya, LINE Shopping yang menghadirkan portal layanan belanja langsung dari aplikasi. Jepang akan jadi tempat peluncuran perdananya.

Line shopping

Kehadiran LINE diharapkan dapat menjadi sarana baru yang mudah bagi pengguna untuk mencari dan melihat-lihat barang melalui aplikasi LINE, tanpa harus memasang atau menjalankan aplikasi lainnya. Demi mempermudah pencarian, LINE Shopping menyiapkan berbagai kriteria untuk jadi penyaring, seperti nama barang, kategori, nama toko, dan lain-lain. Di portal ini, tak hanya dapat melihat-lihat barang incaran, pengguna juga bisa langsung membeli dan melakukan pembayaran.

Integrasi Clova dan Toyota SDL

Berikutnya, LINE juga telah menggandeng Toyota untuk membentangkan sayap bisnisnya ke sektor otomotif melalui integrasi kecerdasan buatan miliknya, Clova dan SDL atau Smart Device Link kreasi Toyota. Sebagai informasi, SDL adalah teknologi yang menghubungkan mobil ke perangkat pintar seperti smartphone atau tablet. Melalui aliansi bisnis ini, LINE dan Toyota akan mengeksplor peluang-peluang baru yang dapat menghubungkan LINE Clova dengan SDL, untuk membuat layanan mobil terhubung dengan menggunakan teknologi asisten suara dengan tujuan mengomersialisasikan layanan ini pada tahun 2018.

Sumber gambar Theinvestor.

Kamera Pengawas Logitech Circle 2 Siap Ditugaskan di Mana Saja Anda Menginginkannya

Dua tahun silam, Logitech memulai debutnya di ranah kamera pengawas dengan Circle. Tahun ini perusahaan asal Swiss tersebut sudah siap dengan suksesornya, Circle 2, yang mengusung desain baru yang jauh lebih fleksibel.

Di dalam maupun luar ruangan, Circle 2 siap melaksanakan tugasnya kapan saja. Ia bisa diletakkan di atas meja, dipasangkan di tembok di atas pintu garasi, ditempelkan di jendela atau dicolokkan langsung ke stop-kontak dengan bantuan aksesori yang dijual terpisah.

Logitech Circle 2

Tidak seperti pendahulunya, Circle 2 hadir dalam dua varian: Wired atau Wire-Free, menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Anda butuh kamera pengawas di pintu depan yang bisa beroperasi secara konstan, bahkan ketika cuaca sedang tidak bersahabat? Pilih saja varian Wired, ditambah aksesori Weatherproof Extension.

Logitech Circle 2

Circle 2 merekam segala peristiwa dalam resolusi 1080p, dan dalam sudut pandang seluas 180 derajat. Hasil tangkapannya bisa dipantau secara real-time melalui aplikasi smartphone maupun browser, dan semuanya akan disimpan di cloud – total hingga 24 jam secara cuma-cuma, atau dalam durasi yang lebih lama dengan berlangganan.

Logitech Circle 2

Fitur unik seperti Motion Zones dan Person Detection memungkinkan Circle 2 untuk mengirim notifikasi ketika ia mendeteksi ada pergerakan atau seseorang yang datang, dan ia pun turut dibekali night vision. Integrasi dengan platform Apple HomeKit akan segera tersedia, dan perangkat dapat dikendalikan lewat speaker Amazon Echo atau Logitech Pop Smart Button.

Logitech Circle 2 akan tersedia di pasaran mulai bulan Juli ini. Varian Wired dibanderol $180, sedangkan varian Wire-Free seharga $200. Sederet aksesori pendukungnya dijajakan dengan kisaran harga $30 sampai $50.

Sumber: Business Wire.

Samsung Umumkan Tizen 4.0, Bidik Smart Home dan Perangkat IoT

Samsung resmi mengumumkan sistem operasi Tizen generasi keempat dalam gelaran Tizen Developer Conference (TDC) yang dihelat di San Fransisco. Kali ini, versi terbaru Tizen mendukung lebih banyak perangkat dibandingkan pendahulunya.

Dalam penjelasan yang disampaikan oleh Samsung, bahwa sistem operasi Tizen 4.0 tidak lagi terbatas untuk smartphone dan TV, menyusul perluasan dukungan ke platform yang lebih terintegrasi yakni ke perangkat dengan membagi lagi ke dalam bentuk modul-modul yang berfungsi penuh.

Secara teknis, Tizen 4.0 kini tidak hanya membawa versi asli berbasiskan Linux untuk perangkat-perangkat canggih, tapi telah diperluas ke Tizen Real Time untuk aplikasi di perangkat-perangkat dengan spesifikasi rendah seperti lampu pintar, termostat dan timbangan. Jadi, arahnya lebih ke ranah Internet of things yang sejak awal memang jadi salah satu bidikan Samsung.

Untuk memuluskan ambisinya, Samsung akan menggandeng Microsoft guna menawarkan alat pengembang dan juga bahasa untuk membuat aplikasi Tizen. Walhasil, pengembang dapat memanfaatkan framework Xamarin UI dan juga Microsoft .NET melalui bahasa program C# yang bisa dibuat melalui Visual Studio.

Di ajang yang sama Samsung juga memperkenalkan modul baru untuk ranah IoT, ARTIK053 yang sudah mengadopsi Tizen 4.0 dan dioptimalkan untuk perangkat yang menggunakan lalu lintas data rendah. Tak ketinggalan, Samsung Z4smartphone Tizen terbaru dari Samsung juga ikut merebut perhatian peserta di ajang TDC 2017.

Sebagai tambahan, Tizen generasi pertama juga lahir di ajang yang sama di TDC 2012. Sejauh ini Tizen telah melang-lang buana ke sejumlah negara lewat beberapa model smartphone Samsung Z dan juga smart TV.

Sumber berita Samsung 1, 2, 3 dan gambar header Fossbytes.

Samsung Perluas Integrasi Asisten Virtual Bixby ke Lini Kulkas Pintarnya

Meski secara default ponsel Android 7.0 telah mengusung integrasi Google Assistant, Samsung bersikeras menyematkan asisten virtual-nya sendiri pada Galaxy S8. Samsung sejatinya punya visi besar untuk asisten virtual bernama Bixby tersebut, dimana mereka berniat untuk mengintegrasikannya ke semua produk, bukan cuma smartphone saja.

Dalam melaksanakan upaya tersebut, Samsung mengawalinya dari ranah home appliances, spesifiknya lini kulkas pintar Family Hub 2.0 yang diperkenalkan pada ajang CES bulan Januari lalu. Singkat cerita, Bixby kini tak cuma bisa diakses lewat Galaxy S8 saja, tapi juga melalui lemari es.

Kehadiran Bixby pada lini kulkas Family Hub 2.0 ini akan menjadi pelengkap yang sangat berarti. Ketimbang harus mengandalkan layar sentuh 21,5 incinya untuk mengakses beragam informasi, konsumen sekarang tinggal berinteraksi dengan Bixby menggunakan perintah suara.

Teknologi deep learning yang diadopsi Bixby juga memungkinkan lemari es untuk mengontrol suhu di dalam bilik penyimpanannya secara otomatis. Tak hanya itu, Bixby juga bisa menampilkan rekomendasi resep berdasarkan pola dan kebiasaan makan pengguna, plus koleksi musik untuk menemani kegiatan memasak ataupun makan malam.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, integrasi Bixby pada kulkas Family Hub 2.0 ini baru awal dari visi besar Samsung. Pun demikian, yang paling penting adalah konsumen tidak perlu membeli kulkas baru, Bixby akan datang bersama software update yang sudah Samsung siapkan untuk lini kulkas Family Hub 2.0 besutannya.

Sumber: The Verge dan Pulse.

Lighthouse Adalah Kamera Pengawas dengan Teknologi Sekelas Mobil Tanpa Sopir

Kamera pengawas yang dapat membedakan hewan peliharaan dari anak kecil maupun pencuri terdengar seperti properti dalam sebuah film sci-fi. Namun perkembangan teknologi computer vision yang begitu pesat sangat berpengaruh terhadap realisasi produk yang kita anggap fiktif itu tadi.

Buktinya adalah Lighthouse, sebuah kamera pengawas canggih dengan integrasi teknologi 3D sensing, deep learning sekaligus artificial intelligence (AI). Pengembangnya merupakan binaan Playground, sebuah inkubator teknologi yang didirikan oleh Andy Rubin setelah beliau meninggalkan Google. Siapa itu Andy Rubin? Anda pasti belum pernah membaca sejarah Android.

Lighthouse mengerti apa yang sedang dilihatnya dan mampu mengidentifikasi objek yang berbeda / Lighthouse AI
Lighthouse mengerti apa yang sedang dilihatnya dan mampu mengidentifikasi objek yang berbeda / Lighthouse AI

Kembali ke Lighthouse itu sendiri, perangkat ini bukan sembarang kamera pengawas berbekal konektivitas Wi-Fi. Ia sanggup mendeteksi objek yang sedang diawasinya secara akurat. Contoh yang paling gampang, ia tahu kalau yang sedang tidur-tiduran di depan pintu masuk rumah adalah anjing kesayangan Anda dan bukan putra bungsu Anda.

Kepintaran Lighthouse akan semakin terasa ketika Anda mencoba untuk memonitor hasil rekamannya. Di sini Anda bisa melontarkan pertanyaan sederhana seperti, “Siapa yang tadi pagi berdiri di pintu bersama anjing?”, atau yang lebih kompleks seperti, “Jam berapa anak-anak saya pulang hari Selasa lalu?”

Orang maupun hewan peliharaan yang Anda tanyakan akan di-highlight dalam warna biru dan kuning / Lighthouse AI
Orang maupun hewan peliharaan yang Anda tanyakan akan di-highlight dalam warna biru dan kuning / Lighthouse AI

Selanjutnya, Lighthouse akan memberikan jawaban dalam bentuk video dimana orang maupun hewan yang Anda tanyakan itu tadi telah di-highlight dalam warna yang berbeda. Semua ini disimpan dalam jaringan cloud dan dienkripsi, sehingga apapun yang terjadi Anda tetap punya arsip yang lengkap.

Anda bahkan bisa menginstruksikan Lighthouse untuk mengaktifkan fitur-fitur tertentu pada berbagai skenario. Contohnya, Anda bisa meminta Lighthouse untuk mengirim notifikasi ketika anak-anak Anda belum pulang lewat jam 4 sore.

Lighthouse menggunakan teknologi 'penglihatan' mirip seperti yang ada pada mobil tanpa sopir / Lighthouse AI
Lighthouse menggunakan teknologi ‘penglihatan’ mirip seperti yang ada pada mobil tanpa sopir / Lighthouse AI

Teknologi yang digunakan Lighthouse sejatinya mirip seperti teknologi yang digunakan pada mobil kemudi otomatis, dimana mobil dapat mengenali sekaligus membedakan objek di depan mereka dan bertindak menyesuaikan skenarionya. Pada kenyataannya, dua pendiri Lighthouse sebelumnya bisa dikatakan sebagai pionir pengembangan teknologi kemudi otomatis.

Saat ini Lighthouse masih dalam tahap akhir pengembangan sebelum siap dipasarkan mulai bulan September mendatang. Pengembangnya sudah menerima pre-order seharga $399 dengan bonus biaya berlangganan selama dua tahun, $499 selama empat tahun, dan $599 selama enam tahun. Setelahnya, Anda harus membayar biaya berlangganan sebesar $10 per bulan.

Sumber: Fast Company.