[Tips] Menggunakan DNS over HTTPS pada Chrome: Lebih Aman Menjelajah Internet

Keamanan dalam mengakses internet memang menjadi sebuah masalah bagi mereka yang sering bekerja di luar kantor. Masalahnya dengan mengakses WiFi gratis pada kafe atau mal, justru akan mudah dijahili oleh para hacker. Para tangan jahil tersebut bisa mengetahui situs apa yang sedang kita kunjungi dan bahkan tidak jarang mengambil nama pengguna dan sandi milik orang lain.

Menggunakan sebuah VPN memang bisa membuat koneksi internet menjadi aman. Namun, banyak pula VPN yang justru mengambil data kita. Selain itu, menggunakan VPN juga mengharuskan kita untuk membayar sejumlah uang untuk berlangganan tiap bulannya. Sayangnya, VPN juga kerap membuat internet menjadi lebih pelan karena penggunaannya sangat tergantung dengan akses server mereka.

Penggunaan VPN juga membuat kita tidak lagi terkekang dengan pemblokiran beberapa situs oleh pemerintah. Ada banyak situs-situs yang memiliki banyak informasi juga ikut diblokir oleh pemerintah. Sisi positifnya, hal tersebut akan menghindarkan anak-anak kita dari situs-situs pornografi yang saat ini banyak tersedia gratis.

DOH - Chrome

Lalu bagaimana jika kita ingin melakukan browsing internet dengan aman dan gratis? Ada banyak cara yang bisa kita lakukan. Salah satu caranya adalah dengan mengaktifkan DNS Over HTTPS yang saat ini dimiliki oleh browser berbasis Chromium, seperti Chrome dan Edge terbaru.

DNS Over HTTPS atau DoH merupakan sebuah protokol yang masih muda. DNS sendiri memiliki fungsi untuk mengubah nama domain seperti DailySocial.id dan menerjemahkannya ke dalam alamat IP (internet protocol) dari situs tersebut. Jadi DNS sendiri berfungsi seperti sebuah buku telepon untuk alamat-alamat website yang ada saat ini.

How IT System Hacker Works / Shutterstock

Semakin kencang DNS server yang digunakan tentu saja membuat penerjemahan alamat IP menjadi lebih cepat, sehingga membuat browsing menjadi lebih lancar. Beberapa perusahaan besar seperti Google dan CloudFlare memiliki server DNS sendiri yang memang membuat internet menjadi lebih kencang. Hal tersebut dikarenakan keduanya memiliki infrasturktur tersendiri yang di seluruh dunia.

Saat seseorang mengetik sebuah alamat situs pada address bar di sebuah browser, alamat tersebut dikirim tanpa adanya sebuah enkripsi. Jadi, saat ada hacker yang mampu mengambil alamat tersebut, dia tahu Anda akan menjelajah situs yang mana. Di sinilah DOH bisa membuat kita lebih aman.

DOH akan membuat permintaan DNS pada sebuah server menjadi terenkripsi dengan protokol HTTPS. Hal ini akan menyembunyikan penerjemahan alamat situs yang dilakukan saat Anda melakukan browsing internet. Tentunya, tangan-tangan jahil tidak bisa melihat DNS request sehingga harus menebak kemana akses yang sedang dilakukan oleh para pengguna.

DOH - DNS

Ada beberapa perusahaan yang menyediakan layanan untuk DOH secara gratis. Dua di antaranya yang paling terkenal adalah Google dengan Google DNS dan CloudFlare dengan 1.1.1.1. CloudFlare sendiri memiliki beberapa layanan gratis seperti DNS untuk keluarga yang bisa memblokir situs-situs pornografi dan juga tanpa blokir.

Lalu bagaimana cara menggunakan DOH pada browser Chromium? Syarat utamanya adalah Anda memiliki browser Chromium seperti Chrome, Edge, Brave, UR, dan sebagainya dengan versi terbaru. Hal tersebut dikarenakan DOH sudah diimplementasikan pada versi Chromium terbaru. Ikuti langkah berikut ini

  1. Buka Browser Anda, lalu ketik: chrome://flags/#dns-over-https lalu tekan enter. (Edit: pada browser Chrome terbaru, alamatnya adalah chrome://flags/#dns-httpssvc)
  2. Nanti browser akan membuka pilihan Secure DNS Lookups. Ubah menjadi Enable lalu restart browser Anda.
  3. Bagian selanjutnya adalah mengubah DNS Server Anda pada setting jaringan Windows.
  4. Klik Windows+R lalu masukkan perintah NCPA.CPL dan tekan enter untuk masuk ke setting jaringan Windows.
  5. Lalu pilih koneksi mana yang ingin diubah
  6. Double click pada koneksi tersebut dan klik Properties. Lalu pilih Internet Protocol Version 4 dan klik Properties.
  7. Setelah itu, pilih Use the following DNS server addresses
  8. Isikan 1.1.1.1 pada Preferred DNS dan 1.0.0.1 pada Alternate DNS (Anda juga bisa mengisikan 8.8.8.8 dan 8.8.4.4 atau server DNS lainnya yang menyediakan layanan ini). Lalu klik OK.
  9. Selesai

DOH - HELP

Untuk mengetahui apakah browser sudah menggunakan layanan DOH atau belum, Anda bisa langsung mendatangi halaman 1.1.1.1 di https://1.1.1.1/help. Jika sudah terlihat seperti gambar di bawah ini, berarti tingkat keamanan browser Anda dalam melakukan browsing sudah menjadi lebih aman.

Selamat mencoba….

Ilustrasi: Shutterstock

[Tips] Menggunakan Fasilitas VoWiFi pada Smartphone Xiaomi

Saat ini di Indonesia, internet mobile terkencang masih dipegang oleh teknologi 4G LTE. Walaupun 5G sudah digelar masa percobaannya, tetap saja konsumen di Indonesia hanya bisa menggunakan jaringan dari 2G, 3G, hingga LTE. 4G sendiri merupakan jaringan yang sepenuhnya merupakan jalur data atau IP based network, tanpa adanya kanal suara. Oleh karena itu, diciptakanlah teknologi seperti VoLTE atau Voice over LTE agar jaringan ini memiliki jalur suara seperti GSM dan CDMA.

Saat ini, operator yang memiliki teknologi VoLTE secara resmi di Indonesia baru dua, yaitu Smartfren dan Telkomsel. Kabarnya, Indosat akan menyusul untuk penggunaan VoLTE ini. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa penggunaan VoLTE hanya akan berjalan dengan baik pada saat jaringan 4G yang ada kencang. Lalu bagaimana jika jaringan 4G sedang lemah?

VoWiFi Xiaomi - Called

GSMA pun mengeluarkan teknologi tambahan untuk melengkapi VoLTE dengan nama VoWi-Fi. Dengan teknologi ini, para pengguna jasa seluler yang mendukung bisa melakukan panggilan melalui jaringan Wi-Fi yang ada di sekitarnya. Keuntungannya adalah kita bisa melakukan dan menerima panggilan di mana pun asalkan ada jaringan internet melalui Wi-Fi.

Saat artikel ini dibuat, operator yang mendukung teknologi VoWi-Fi hanyalah Smartfren. VoWi-Fi dari Smartfren sendiri sudah digaungkan semenjak tahun 2017 lalu. Namun sampai saat ini, sepertinya Smartfren belum mau meresmikan teknologi tersebut. Akan tetapi, belum meresmikan bukan berarti belum berjalan.

Beberapa hari yang lalu saya cukup dikejutkan dengan obrolan teman saya mengenai VoWi-Fi. Beberapa pengguna iPhone ternyata sudah bisa menggunakan fasilitas ini dan berjalan dengan lancar. Hal itu membuat saya cukup penasaran, apakah perangkat yang saya gunakan saat ini bisa menggunakna VoWi-Fi.

VoWiFi Xiaomi - icon

Saya menggunakan Xiaomi Mi Note 10 Pro yang saat ini sudah mendukung fitur tersebut. Akan tetapi, selama ini saya selalu terkoneksi dengan Wi-Fi di rumah karena WFH dan sama sekali tidak pernah mendapatkan VoWi-Fi. Koneksi opsel Smartfren saya selalu terhubung dengan VoLTE.

Ternyata, ada trik yang bisa membuat kita terhubung dengan VoWi-Fi. Syarat utamanya adalah memiliki kartu SIM operator yang mendukung (saat ini baru Smartfren), sebuah koneksi internet yang terhubung melalui Wi-Fi, dan tentu saja perangkat Xiaomi. Sebagai disclaimer, saya belum tahu perangkat mana saja yang sudah mendukung VoWi-Fi. Yang pasti perangkat Xiaomi Mi Note 10 Pro yang saya gunakan sudah bisa mendapatkannya.

Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mematikan pendeteksian fungsi VoWi-Fi. Hal ini bisa dilakukan dengan membuka aplikasi bawaan Phone. Lalu, tekan *#*#VOWIFI#*#* atau *#*#869434#*#*. Jika ditekan dengan benar, maka akan muncul sebuah notifikasi pada bagian bawahnya. Mungkin, Anda harus menekan angka ini sekali lagi pada saat Smartfren meresmikan teknologi VoWi-Fi ini.

Hal kedua adalah masuk ke Settings, lalu masuk ke SIM Cards & Mobile Networks lalu masuk ke seting SIM dari Smartfren Anda. Pada bagian bawah akan ditemukan sebuah menu baru bernama Wi-Fi Calls. Nyalakan opsi ini dan nantinya pilih Prefer Wi-Fi.

VoWiFi Xiaomi - WiFi Call

Setelah semua sudah dilakukan dengan benar, hal ketiga yang patut dilakukan adalah menunggu. Sebagai informasi, saya harus menunggu sekitar 30-45 menit sebelum lambang VoWi-Fi muncul pada notification bar. Jika Anda beruntung, maka lambang tersebut bisa muncul lebih cepat.

Untuk mencobanya, Anda bisa masuk ke dalam mode pesawat (Airplane Mode) lalu nyalakan fungsi Wi-Fi-nya. Tunggu beberapa saat sampai logo VoWi-Fi muncul. Lalu coba melakukan atau menerima panggilan dari nomor Smartfren Anda. Berhasil?

VoWiFi Xiaomi - AirPlane

Cara ini kemungkinan juga bisa dilakukan pada saat operator lain sudah meluncurkan fitur VoWi-Fi. Dan yang pasti, Anda bisa menerima dan melakukan panggilan melalui Wi-Fi bahkan pada saat sinyal 4G tidak ada. Kabarnya VoWi-Fi juga bisa digunakan di luar negeri tanpa adanya gangguan yang berarti. Selamat mencoba.

6 Tips Membuat Konten Video untuk YouTube Menggunakan Smartphone

Membangun channel YouTube memang tidak mudah, butuh kerja keras dan kesabaran. Namun, setiap orang punya kesempatan untuk menjadi seorang YouTuber bahkan bila hanya mulai dengan mengandalkan smartphone.

Bagi yang ingin atau baru mulai, tidak masalah bila merekam menggunakan kamera smartphone. Pada dasarnya, kita masih bisa menerapkan beberapa teknik videografi untuk mengoptimalkan hasilnya.

Peralatan apa saja yang dibutuhkan sebagai YouTuber pemula dan bagaimana menghasilkan kualitas video yang optimal meski hanya menggunakan kamera smartphone? Simak tips berikut ini.

1. Pencahayaan

Seperti fotografi, pencahayaan juga merupakan elemen penting dalam videografi. Seperti yang kalian ketahui, sensor pada kamera smartphone ukurannya kecil dan bila Anda tidak punya peralatan lighting maka pastikan syuting di tempat yang terang.

Baik itu di luar ruangan atau di dalam ruangan mengandalkan cahaya dari jendela. Kalau mengandalkan cahaya matahari dari jendela, artinya tergantung posisi jendela. Agar cahaya bisa masuk ke kamar, antara pagi menjelang siang (sekitar jam 7 – 11) atau jam siang menjelang sore (sekitar jam 2-5).

Pilih waktu yang tepat saat cahaya masuk ke kamar, atur posisi agar wajah kita jelas di depan kamera jangan membelakangi sumber cahaya (backlight). Tapi, menghadap cahaya atau miring agar hanya setengah bagian wajah kita yang terpapar cahaya sehingga menimbulkan kesan yang cinematic.

2. Mikrofon Eksternal

tips-membuat-konten-video-menggunakan-smartphone-untuk-youtube-1

Sebelum mulai syuring, mari persiapkan peralatan dasar yang paling dibutuhkan. Pertama mikrofon eksternal, bagaimana pun kualitas audio sama pentingnya dengan visual.

Untuk mikrofon eksternal untuk smartphone bisa menggunakan jenis lavaliere alias lavs (clip-on). Kelebihannya suaranya bakal lebih jelas, karena dekat dengan mulut kita (dijepitkan di kerah). Hanya saja, bakal berusan dengan kabel.

Harga mikrofon eksternal untuk smartphone ini relatif murah. Untuk clip-on ada Boya By-M1 Pro, Saramonic LavMicro U3A, Boya My-M3 M3D, dan Rode Smartlav.

Bisa juga menggunakan mikrofon jenis shotguN kamera mirrorless, banyak yang ukurannya kecil tapi perlu menggunakan conventer tambahan TRRS ke TRS agar bisa bekerja. Mikrofon ini menerima sinyal suara hanya dari satu arah saja, pastikan lurus dan jaraknya tidak terlalu jauh.

3. Tripod

Bahkan bila merekam video pakai smartphone, peralatan yang satu ini tetap dibutuhkan oleh para content creator awal. Untuk memudahkan kita untuk merekam video secara lebih fleksibel dan juga untuk mengambil footage B-roll dengan pergerakan kamera yang stabil.

Selain bicara langsung di depan kamera (disebut A-roll), footage B-roll juga dibutuhkan untuk memperlihatkan lebih detail apa yang sedang dijelaskan. Sebagai contoh, bikin video review smartphone – artinya kita perlu memperlihatkan desain dan fitur-fiturnya.

4. Gunakan Frame Rate Tinggi

Kalau smartphone kamu punya fitur perekaman video 1080p pada 60 fps, maka gunakan sebaik mungkin. Syuting dengan frame rate tinggi ini memungkinkan membuat slow-motion hingga 40 persen bila diedit pada 24 fps, sehingga memperhalus pergerakan kamera saat tilting dan panning.

Selain agar tampil cinematic, juga terkait fungsionalitas. Misalnya bila waktu syuting terbatas, kita bisa mengisi timeline yang diedit agar mencakup lebih banyak cerita karena setiap detik bernilai 2 detik.

5. Video dengan Resolusi 4K

Syuting video di resolusi 4K juga banyak manfaatnya. Contohnya saat diedit pada 1080p, kita bisa zoom atau crop video hingga 50 persen tanpa kehilangan kualitas.

Hal ini membuat proses editing lebih leluasa. Sebab, selain crop juga kita bisa membuat efek pergerakan di dalam video. Contohnya tilting, panning, hingga zoom in dan zoom out. Tapi, laptop atau yang smartphone untuk mengedit videonya cukup kuat.

6. Editing

tips-membuat-konten-video-menggunakan-smartphone-untuk-youtube-2

Saat merekam video, kita sedang membuat bahan-bahan untuk karya video. Selanjutnya, tahap yang tidak kalah penting ialah post processing atau editing.

Bila belum ada laptop buat editing, pakai smartphone pun bisa meskipun fungsionalitasnya terbatas. Aplikasi edit video seperti Adobe Premiere Rush, PowerDirector, KineMaster, InShot, dan lainnya cukup bisa diandalkan. Pilih yang sesuai kebutuhan Anda.

Satu lagi sebagai penutup, di kamera smartphone ada fitur seperti time-lapse dan AR lens atau 3D Emoji. Manfaatkan fitur tersebut untuk membuat footage yang lebih kreatif lagi.

5 Tips Memilih Kamera Mirrorless Untuk Video YouTube

Beberapa waktu yang lalu, teman saya meminta rekomendasi kamera mirrorless. Kebutuhannya adalah untuk membuat konten video di platform YouTube. Channel sudah berjalan dan tujuannya meningkatkan kualitas videonya.

Bicara soal memilih kamera mirrorless untuk video, tentunya berbeda dengan kamera foto. Lebih kompleks dan banyak aspek yang harus diperhatikan, misalnya kemampuan autofocus-nya, ketersediaan port mikrofon dan hot shoe, hingga aksesori pendukung yang diperlukan. Beberapa fitur video berikut, bisa memudahkan proses produksi (syuting) dan post processing (editing).

1. Layar yang Bisa Diputar ke Depan

Photo-by-Olenka-Sergienko-from-Pexels-1
Photo by Olenka Sergienko from Pexels

Pertama layar yang bisa diputar ke depan, baik itu mekanisme fully articalated yang harus ditarik dulu sebelum bisa diputar atau tilting 180 derajat yang bisa langsung di flip menghadap ke depan.

Fitur ini cukup penting, terutama bila Anda bermain solo dan membuat konten vlogging. Untuk memastikan komposisi rapi dan fokusnya tepat saat membuat konten seorang diri. Kalau jenisnya

2. Port Mikrofon, Hot Shoe, dan Mikrofon Eksternal

Setelah membeli perangkat kamera, aksesori wajib yang dibutuhkan adalah mikrofon eksternal. Sebab, elemen audio sama pentingnya dengan visual dan kita tidak bisa kalau hanya mengandalkan mikrofon internal.

Untuk memasangnya, maka kamera kita harus memiliki port mikrofon dan hot shoe, dua kelengkapan ini merupakan satu kesatuan. Rekomendasi dari saya untuk mikrofon eksternal yang murah di bawah satu juta ialah Rode VideoMicro Compact dan Saramonic SR M3.

3. Video 4K dan Picture Profile

Photo-by-Torsten-Dettlaff-from-Pexels
Photo by Torsten Dettlaff from Pexels
Photo-by-Kyle-Loftus-from-Pexels
Photo by Kyle Loftus from Pexels

Kemampuan video dengan resolusi tinggi ini memberi manfaat saat post processing, terutama bila editing kita pada resolusi 1080p. Sebagai contoh, ketika saya lagi membuat video review smartphone dan ingin mendapatkan detail yang super closeup, biasanya terkendala dengan ‘minimum focus distance‘ lensa. Tidak bisa terlalu dekat ke objek, dengan merekam di 4K kita bisa perbesar hingga 50 persen.

Selain itu, kita juga bisa reframing komposisi dan membuat gerakan panning, tilting, zoom in dan zoom out lewat Adobe Premiere Pro misalnya. Stock footage dengan resolusi 4K sendiri juga berharga sebagai aset stock video.

Nah beberapa kamera juga dibekali dengan picture profile flat, yang mana menangkap detail lebih banyak. Serta, memberikan keleluasaan color grading dan mempercantik video sesuai preferensi kita.

4. Rekomendasi Kamera Mirrorless

Photo-by-Fujifilm-North-America-from-Pexels
Photo by Fujifilm North America from Pexels

Ini bagian paling penting, memilih sistem kamera yang tepat. Sebab, nantinya kita tidak bisa dengan mudah pindah begitu saja setelah terjebak dengan ekosistemnya.

Kalau dari Sony, menurut saya yang paling ideal menimbang dari fitur dan harga adalah Sony A6400. Kalau budget belum cukup bisa cari kamera second bergaransi, bila masih belum masuk setidaknya pilih generasi sebelumnya yaitu A6300 second karena sudah tidak ada yang baru atau A6100 tapi banyak fitur yang dipangkas.

Lanjut ke Canon, rekomendasi saya EOS M6 Mark II karena merupakan lawan sepadan dengan Sony A6400. Sistem Dual Pixel autofocus sangat cepat dan bisa merekam video 4K/30p tanpa crop. Bila budget belum masuk, minimal EOS M50.

Dari Fujifilm, yang sepadan melawan Sony A6400 dan Canon EOS M6 Mark II adalah Fujifilm X-T30. Tapi, X-T30 tidak cocok untuk perekaman video durasi lama karena body yang mungil ada batasan durasi perekaman. Bila budget ada pilih X-T3 yang kemampuan videonya tak diragukan lagi tapi kalau budget mepet Fujifilm X-T200 juga cukup menjanjikan.

Beralih ke Panasonic Lumix dengan sensor Micro Four Thirds, yang sepadan dengan tiga kamera yang saya sebutkan diatas adalah Lumix G95. Tapi, bila budget tidak cukup Lumix G85 juga masih terbilang mumpuni.

5. Aksesori Lain

Photo-by-Brett-Sayles-from-Pexels
Photo by Brett Sayles from Pexels

Banyak para content creator yang melakukan kesalahan di awal dengan menghabiskan budget untuk membeli kamera saja, padahal proses untuk membuat video juga membutuhkan banyak aksesori pendukung. Mulai dari mikrofon eksternal, tripod, lightning, lensa fix untuk main bokeh, laptop, hingga software untuk mengedit video.

Meski begitu, jangan menunggu alat sampai lengkap baru bikin video. Sebaliknya maksimalkan apa yang kita miliki saat ini, tetap konsisten, sambil pelan-pelan upgrade peralatan seiring pertumbuhan channel kita.

Cara Menggunakan Kamera Fujifilm Sebagai Webcam

Pada bulan Mei lalu, Fujifilm merilis software bernama Fujifilm X Webcam untuk platform Windows 10. Di mana memungkinkan para pengguna mirrorless Fujifilm model tertentu bisa menjadikan kamera mereka sebagai webcam.

Sayangnya, daftar kamera yang didukung jumlahnya masih sangat sedikit. Tercatat hanya kamera mirrorless flagship Fujifilm seperti X-H1, X-Pro3, X-Pro2, X-T4, X-T3, dan X-T2. Serta, kamera Fujifilm dengan sensor medium format seperti GFX100, GFX 50S, dan GFX 50R.

Kabar baiknya, lewat update firmware terbaru versi 1.30 untuk pengguna Fujifilm X-A7 dan vesi 1.10 untuk pemilik Fujifilm X-T200. Kedua kamera tersebut sekarang bisa digunakan sebagai webcam ketika terhubung ke komputer melalui kabel USB.

Selain itu, Fujifilm juga mengumumkan bahwa software Fujifilm X Webcam akan tersedia di platform MacOS bulan depan. Kebetulan saya masih memegang Fujifilm X-A7, mari coba langsung cara menggunakan kamera Fujifilm sebagai webcam.

Install Fujifilm X Webcam

Buat yang belum install, langkah pertama download dulu software Fujifilm X Webcam ke komputer atau laptop berbasis Windows 10 Anda. Lalu, install dan kemudian restart.

Bagi pengguna Fujifilm X-A7 dan X-T200, update dulu firmware ke versi terbaru. Bisa lewat smartphone menggunakan aplikasi Fujifilm Camera Remote, setelah kamera terhubung, buka menu ‘firmware update‘, dan ikuti intruksinya.

step-1

step-2

step-3

Setelah update sukses, buka pengaturan kamera pergi ke Connection Setting > USB Mode, dan pilih USB Webcam. Selanjutnya, hubungkan kamera ke komputer menggunakan kabel data USB Type-C.

Ya, sangat mudah dan sekarang buka aplikasi yang akan kita gunakan. Seperti Zoom, Goolge Meet, Skype, Microsoft Team, dan YouTube. Contohnya saya menggunakan aplikasi Zoom, buka Settings > Video > Camera > lalu pilih kamera Fujifilm Anda.

Membuat Visual Webinar Terlihat Profesional dengan EOS Webcam Utility Beta

Pada kondisi pandemi covid-19 saat ini, kegiatan seperti workshop, seminar, meeting, presentasi, dan belajar mengajar. kini dialihkan secara online atau disebut webinar.

Perubahan perilaku ini tentu butuh waktu dan pembelajaran, masih banyak pelaku webinar baik pembicara maupun peserta yang belum familier menggunakan platform webinar. Mereka masih mengandalkan peralatan sederhana yaitu smartphone atau webcam laptop dan earphone.

Lantas, bagaimana cara meningkatkan kualitas visual webinar Anda? Salah satunya dengan menggunakan kamera digital sebagai pengganti webcam.

Penggunaan kamera digital ini akan meningkatkan kualitas visual webinar Anda secara signifikan agar terlihat lebih profesional. Sensor kamera yang besar juga membuatnya bisa lebih diandalkan di lokasi webinar indoor dengan pencahayaan seadanya.

Canon EOS WebCam Utility Beta

Canon-4

Kabar baiknya pada bulan April lalu, Canon telah merilis software untuk mendukung webinar yang disebut Canon EOS WebCam Utility Beta. Agar kita bisa menggunakan kamera digital Canon baik DSLR, compact, maupun mirrorless untuk menggantikan webcam.

Pada ajang Datascrip Solution Days E-Conferense 2020 beberapa waktu yang lalu, salah satu topik webinar membahas penggunaan Canon EOS WebCam Utility Beta. Software bisa diunduh secara gratis dan hanya tersedia di platform Windows 10.

Selanjutnya, sambungkan kamera menggunakan kabel HDMI dan berikut daftar kamera yang didukung. Anda juga bisa menggunakan software pendukung webinar seperti Sparkocam atau OBS Studio. Menurut pembicara Agustinus Tri Mulyadi, dari sisi alat ada tiga kategori webinar dari sisi alat, sederhana, standar, dan profesional.

Untuk platform webinarnya sendiri ada social media seperti live streaming YouTube, Instagram, dan FaceBook. Sementara, untuk aplikasi webinar meeting umumnya mengandalkan Zoom, Skype, Google Meet, Microsoft Teams, dan lainnya.

Perlengkapan Untuk Memulai Macro Still Life Photography

Buat yang hobi fotografi tak melulu harus street hunting atau traveling, apalagi kondisi saat ini sedang pandemi covid-19. Di rumah atau sekitar rumah, kita tetap dapat memotret misalnya foto macro atau macro still life. Pertanyaannya perlengkapan macro apa saja yang dibutuhkan untuk menggeluti dunia macro photography?

1. Lensa Macro

Sony-FE-90mm-F2.8-Macro-G-OSS

Mari mulai dari lensa macro, tiap sistem kamera punya andalan lensa macro yang berbeda. Sebagai contoh Sony punya Sony FE 90mm F2.8 Macro G OSS, Fujifilm dengan Fujifilm XF 80mm F2.8 R LM OIS WR Macro, dan lainnya termasuk lensa macro buatan pihak ketiga. Bagi pengguna kamera mirrorless Sony, saya merekomendasikan lima lensa macro ini.

Hal yang perlu diperhatikan adalah focal length dan harus memiliki rasio perbesaran setidaknya 1:1. Untuk foto still life, 30 atau 50mm masih cukup memadai. Namun untuk foto macro seperti binatang-binatang kecil atau serangga maka sebaiknya memilih focal length di atas 50mm.

Semakin panjang focal length, artinya kita tidak perlu terlalu dekat dengan objek foto. Namun ketajaman/fokus pada foto yang dihasilkan semakin sempit, sehingga perlu menggunakan aperture lebih kecil misalnya F5.6-F8 yang artinya bakal butuh lebih banyak cahaya.

2. Flash Eksternal

Godox-V350s

Penggunaan rentang aperture F5.6-F8 lebih kecil dan rasio pembesaran 1:1 membuat cahaya yang masuk ke sensor berkurang drastis. Sebagai informasi, saya menggunakan kombinasi Sony A6400 dan 7Artisans 60mm F2.8 Macro, bahkan saat matahari bersinar terang saya tetap perlu menggunakan ISO cukup tinggi antara 800-1600. Saya tidak bisa menggunakan shutter speed terlalu rendah karena lensa 7Artisans tidak mendukung SteadyShot.

Maka peran flash eksternal memang sangat dibutuhkan. Sebab macro berkaitan erat dengan detail dan untuk mendapatkan detail yang ideal perlu bantuan cahaya tambahan. Namun bagi yang belum punya flash eksternal, bisa menggunakan flash internal dengan diffuser buatan seperti tisu untuk memperlembut cahaya.

3. Tripod + Macro Focus Rail Slider

Macro-Focus-Rail-Slider

Tripod sangat membantu untuk foto macro atau macro still life, namun jangan bergantung sepenuhnya dengan tripod. Sebab, kita juga harus bereksperimen memotret dengan berbagai sudut dan angle yang berbeda.

Saat menggunakan tripod, kadang kita perlu maju dan mundurkan tripod untuk mendapatkan fokus yang tepat. Hal tersebut tentu sangat merepotkan, solusinya kita bisa menggunakan aksesori tambahan bernama macro focus rail slider, jadi tak perlu menggeser tripod.

4. Bikin Studio Mini + Background 

Studio-Mini

Foto macro still life di rumah juga sangat menantang, still life sendiri objek yang difoto adalah benda mati atau tidak bergerak. Di mana kita bisa membuat konsep, mengatur posisi objek sedemikian rupa, menetapkan background, hingga pencahayaannya secara bebas.

Nah kita juga bisa membuat studio mini sederhana sendiri, misalnya dari kardus bekas. Tutorialnya bisa ditemukan di internet atau membeli studio mini yang sudah jadi pun harganya relatif terjangkau. Lalu, bisa menggunakan kertas A4 sebagai background.

Objeknya sendiri sangat banyak, kalau saya membuat ilustrasi yang masih berhubungan dengan gadget. Namun, saya juga sedang mencoba foto berbagai bahan makanan, cemilan, dan banyak lagi. Itu dia perlengkapan macro yang dibutuhkan dan tetaplah berkarya.

[Battle] Aplikasi Kamera dari Sony, Canon, dan Fujifilm

Kamera mirrorless masa kini telah dilengkapi dengan konektivitas nirkabel seperti WiFi dan Bluetooth. Yang berguna untuk menghubungkan kamera dengan smartphone, baik mengirim hasil foto dan video secara instan, atau menggunakan fasilitas remote shooting.

Fitur tersebut bisa diakses melalui aplikasi yang disediakan oleh brand kamera masing-masing. Sony menyediakan aplikasi bernama Imaging Edge Mobile, Canon dengan Camera Connect, dan Fujifilm lewat Camera Remote.

Kebetulan saya sedang memegang Sony A6400, Canon EOS M200, dan Fujifilm X-A7. Jadi, saya bakal compare dan adu ketiga aplikasi kamera tersebut. Tiga aspek yang saya tekankan adalah kemudahan pairing, dukungan jenis file yang bisa dikirim, dan fasilitas remote shooting-nya.

Sony Imaging Edge Mobile

Sony-Imaging-Edge-Mobile

Untuk menghubungkan kamera untuk pertama kali dengan smartphone sangat mudah di aplikasi Imaging Edge Mobile, bisa lewat QR code, NFC, atau camera SSD/password.  Proses selanjutnya, tinggal pilih menu start di Imaging Edge Mobile.

Secara default foto yang ditransfer kamera beresolusi 2MP, tapi kita bisa mengubahnya menjadi original atau ukuran aslinya di pengaturan aplikasi. Sementara untuk file video, kita bisa memindahkan rekaman video 4K 24fps dengan bitrate 100Mbps dengan mudah ke smartphone. Tentu saja, sebaiknya hanya clip berdurasi singkat misalnya 10-30 detik.

Sekarang kita akan bahas antarmuka dan fitur remote shooting-nya. Buat saya tampilannya simpel dan mudah dimengerti. Pada mode foto manual, kita bisa menyesuaikan pengaturan seperti shutter speed, aperture, ISO, white balance, mode single/cont shooting, timer, dan opsi untuk zoom in dan zoom out meskipun sangat lambat.

Bila kita menggunakan ISO auto, maka akan muncul fitur exposure compensation. Lalu, di pengaturan remote shooting terdapat fitur mirror mode dan grip line yang terdiri dari rule of 3rds grid, square grid, dan diag.+ square grid. Sedangkan, pada mode video kita bisa mengatur file format dan record setting.

Kekurangan aplikasi Sony Imaging Edge Mobile adalah kita tidak bisa mengirim foto dalam format Raw. Saat memotret di mode Raw only, hanya preview dalam format jpeg 2MP yang dikirim.

Sementara, untuk remote shooting ini akan keluar bila kita membuka aplikasi lain atau multitasking. Lalu, tidak ada opsi untuk mengatur fokus secara manual atau touch focus.

Canon Camera Connect

Canon-Camera-Connect

Proses untuk menghubungkan kamera ke smartphone saat pertama kali di aplikasi Camera Connect sangat membingungkan. Yang saya tahu, saya harus pergi ke pengaturan network di kamera Canon EOS M200, lalu pilih menu WiFi/Bluetooth connection, terus pilih connect to smartphone, lalu add a device to, dan pilih Android atau iOS.

Kita bisa menghubungkan kamera dengan koneksi Bluetooth sekaligus WiFi atau salah satunya. Bila memilih WiFi, kita perlu pergi ke pengaturan WiFi di smartphone dan hubungkan secara manual ke kamera. Setelah itu buka aplikasi dan pilih kamera Canon EOS M200.

Setelah terhubung, fitur-fiturnya antara lain images on camera – kita bisa mengintip isi yang ada SD card. Lalu ada remote live shooting, dan auto transfer foto dengan opsi ukuran penuh.

Sayangnya, saat mengirim foto Raw yang akan diterima format jpg di smartphone. Lalu, untuk file video hanya mendukung sampai resolusi 1080p. Jadi, misalnya mengirim video 4K yang diterima di smartphone hanya 1080p.

Sekarang kita bahas fitur remote live shooting, Canon menyediakan mode foto dan video secara terpisah. Pada mode foto, kita dapat menyesuaikan shutter speed, aperture, exposure compensation bila menggunakan ISO auto, ISO, white balance, metode AF, dan drive mode.

Hal yang paling mengesankan pada aplikasi Camera Connect Canon ialah dukungan touch focus di mode foto maupun video, di mana kita bisa memilih fokus lewat smartphone.

Sementara, pada mode video kita bisa mengatur shutter speed, aperture, exposure compensation, ISO, white balance, metode AF, timer, video resolution, dan sound recording. Fitur lainnya yang tersedia pada kedua mode adalah lock screen orientation, live view ratation, mirror live view display, live view magnification, dan touch AF.

Menurut saya yang kurang dari aplikasi Canon Camera Connect adalah proses pairing ke smartphone agak membingungkan. Karena Canon EOS M200 tidak ada shortcut khusus, maka kita harus pergi ke pengaturan kamera tiap kali ingin menghubungkan kamera ke smartphone.

Fujifilm Camera Remote

Fujifilm-Camera-Remote

Setiap kali ingin menghubungkan Fujifilm X-A7 ke aplikasi Camera Remote, kita harus pergi ke menu shooting setting dan pilih Camera Remote. Fitur utama yang tersedia ialah single image transfer untuk mengirim satu foto yang dipilih lewat kamera, live view shooting, import image, dan remote release dengan koneksi Bluetooth.

Lewat fitur import image kita bisa mengirim beberapa foto sekaligus dan video 4K langsung ke smartphone. Namun, hanya foto dalam format jpg yang bisa dikirim.

Untuk fitur live view shooting, di sini kita bisa menyesuaikan shutter speed, aperture, exposure compensation, ISO, mode film simulation, white balance, flash, timer, dan mendukung touch AF di mode foto.

Menariknya ialah kita juga bisa dengan mudah beralih ke mode video. Sayang, saat live view shooting aktif kontrol kamera akan sepenuhnya beralih ke smartphone dan layar kamera akan gelap.

Hal yang menyebalkan di Camera Remote adalah setiap kali kita memilih salah satu fitur dan setelah selesai kamera akan disconnect dari smartphone. Artinya kita perlu lagi ke pengaturan kamera dan menghubungkan ulang. Solusi terbaiknya, kita harus menjadikan fungsi wireless communication menjadi shortcut di kamera kita.

Verdict

Sekarang mari kita tarik kesimpulan, aplikasi kamera yang menawarkan kemudahan pairing ialah Sony Imaging Edge. Sementara, kemampuan mengirim hasil foto dan video, Sony Imaging Edge dan Fujifilm Camera Remote bisa dibilang setara, keduanya sanggup mengirim rekaman video 4K langsung ke smartphone.

Sementara, untuk fitur remote shooting jawaranya adalah Canon Camera Connect karena mendukung touch focus di mode foto dan video yang tentu sangat berguna bagi para solo photografer/videografer. Satu hal yang sangat disayangkan dari ketiga aplikasi kamera ini adalah tidak ada dukungan untuk mentransfer foto Raw, padahal rekaman video 4K yang ukuran filenya lebih besar didukung.

Cara Membuat Typogram dan Microblog untuk Instagram dengan Phonto

Bagi yang kerap mantengin Instagram, tentu kalian tidak asing lagi dengan jenis feed seperti typogram dan microblog. Sentuhan typography dan caption yang menarik menghasilkan konten kreatif dan enak dipandang.

Lalu, bisakah kita membuatnya di smartphone meski tak punya background desain grafis? Jawabannya bisa, misalnya lewat aplikasi seperti Phonto yang tersedia di platform Android dan iOS. Berikut langkah-langkahnya.

Edit Background

cara-membuat-typogram-dan-microblog-untuk-instagram-4

Pertama tentu kita siapkan dulu background-nya, bisa berupa foto atau gambar. Misalnya foto sebaiknya kita edit dulu di aplikasi edit foto seperti Lightroom atau VSCO dan beri efek filter atau preset bila diperlukan. Khusus bagi yang menggunakan iPhone, fitur preset tersedia di aplikasi Phonto versi iOS.

Nah yang perlu diperhatikan saat menerapkan preset adalah tone warna harus senada agar feed tidak terlihat berantakan. Bila pun ingin mengubahnya perlu memperhatikan tata letaknya, misalnya setelah membuat tiga postingan.

Menyusun Teks di Phonto

cara-membuat-typogram-dan-microblog-untuk-instagram-3

Bila background sudah siap, selanjutnya kita akan bermain dengan aplikasi Phonto. Menurut saya tahap ini bagian yang paling menantang, membuat caption dan menyusun teks menjadi satu kesatuan. Meski kelihatannya sepele, tapi proses ini mungkin bakal menyita banyak waktu.

Saya menggunakan smartphone Android dan fitur-fitur versi Phonto di Android ini tidak selengkap di versi iOS yang punya fasilitas jauh lebih banyak. Meski begitu, fitur Phonto Android sudah mencukupi untuk berkreasi.

Setelah mengetik teks, selanjutnya pemilihan font. Ada banyak sekali jenis font dan sebetulnya suka-suka kita memilih yang mana. Atau kalian bisa mencari rekomendasi jenis font yang bagus untuk typogram, yang minimalis dan rapi agar audiens kita nyaman membacanya.

cara-membuat-typogram-dan-microblog-untuk-instagram-2

Bila perlu, font yang dipilih bisa disesuaikan lagi seperti warna, bayangan, jarak antar kata, dan background font. Terus sesuaikan ukurannya dan menyusun tata letak teksnya, ada tool khusus untuk mengatur layout secara presisi.

Lalu, kita bisa menambahkan gambar lain bila ingin dan terakhir jangan lupa untuk simpan project yang telah dibuat. Jadi, bisa diedit lagi dan menambahkan yang kurang nantinya.

cara-membuat-typogram-dan-microblog-untuk-instagram-1

Itu adalah dasar untuk membuat konten typogram dan microblog di Instagram menggunakan aplikasi Phonto di smartphone. Tentu saja, kalian bisa meningkatkan skill desain dengan mempelajari software seperti Adobe Illustrator dan Photoshop untuk membuat elemen-elemen pendukung lebih baik lagi.

Memotret Foto Raw di Smartphone dengan Lightroom Mobile

Bicara soal kamera di smartphone, kualitasnya terus membaik seiring waktu. Kini didukung setup multi kamera dengan lensa berbeda untuk fasilitas wide angle hingga zoom dan fitur-fitur berbasis kecerdasan buatan.

Meski begitu, masih ada satu fitur yang kurang dan belum tersedia di kebanyakan aplikasi kamera bawaan i saat ini yakni opsi untuk menyimpan foto dalam format Raw untuk fleksibilitas lebih saat post processing. Yang saya tahu, hanya smartphone Huawei dan OPPO Find X2 series yang menawarkan fitur Raw.

Alternatifnya kita bisa menggunakan aplikasi kamera pihak ketiga seperti Lightroom Mobile. Sebelumnya, saya telah membahas 5 fitur premium di Adobe Photoshop Lightroom Mobile dan menekankan pentingnya memotret di Raw, sekarang mari bahas fitur aplikasi kameranya.

Antarmuka Aplikasi Kamera Lightroom Mobile

DSC02724

Tampilan antarmuka aplikasi kamera Lightroom Mobile sangat sederhana dan minim fitur, hanya ada dua mode automatic atau proffesional dengan fitur utama auto exposure lock/unlock dan filter. Fitur pendukung lain yang tersedia antara lain crop ratio, timer, dan grip + level.

Sementara, pada mode proffesional kita bisa mengatur shutter speed, ISO, dan white balance. Tentu saja, suguhan utama pada aplikasi kamera Lightroom Mobile ada opsi untuk menyimpan foto dalam format Raw DNG dan foto tersebut bisa diedit langsung tanpa perlu berlangganan.

Ya, foto jpeg yang dihasilkan kebanyakan smartphone saat ini bisa dibilang sudah bagus tapi tidak bisa diedit sangat jauh. Sayangnya selain opsi foto Raw, fitur lain yang ditawarkan memang sangat dasar. Kita juga tidak bisa memilih kamera mana yang digunakan, sebagai contoh pada Huawei Nova 5T yang digunakan adalah kamera sekunder wide angle 16MP dan bukan kamera utama 48MP.

Sementara, pada ASUS Zenfone 6 yang digunakan adalah kamera utama 48MP dan hasilnya menggunakan resolusi penuh 48MP. Semoga saja, Adobe bisa memperbarui dengan fitur-fitur kamera Lightroom Mobile secara lebih lengkap.