Bukalapak Bermitra dengan Pemkot Bogor, Layani Pembayaran Pajak Online dan Pembukaan BukaBike

Pemerintah Kota Bogor dan Bukalapak resmi bekerja sama untuk menghadirkan layanan pembayaran pajak daerah, termasuk pajak bumi dan bangunan (PBB), secara online melalui sistem Bukalapak. Di kesempatan yang sama Bukalapak juga meluncurkan program BukaBike di Kota Bogor.

Kerja sama dengan Pemerintah Kota Bogor ini melanjutkan tren Bukalapak yang bekerja sama dengan pemerintah daerah di kawasan Jawa Barat. Sebelumnya Bukalapak menyediakan solusi pembayaran pajak kendaraan untuk mereka yang berada di Jawa Barat. Untuk BukaBike, BukaLapak juga memulainya di Bandung, diresmikan bersamaan dengan pembukaan kantor R&D di kota tersebut.

Walikota Bogor Bima Arya menilai kolaborasi pemerintah dan elemen masyarakat melalui teknologi pintar sangat diperlukan untuk melakukan percepatan dan pemerataan pembangunan daerah.

Sementara CEO Bukalapak Achmad Zaky menegaskan bahwa kerja sama strategis ini merupakan komitmen Bukalapak untuk terus mendorong realisasi e-goverment di berbagai daerah.

“Kami memiliki tim Sosial dan Kemasyarakatan yang mendedikasikan waktu, energi, dan pikirannya untuk mengembangkan berbagai inovasi teknologi pintar bagi daerah-daerah yang menginginkan adanya saluran yang efektif dan efisien untuk mendorong perekonomian dan pembangunan daerah melalui penguatan penerimaan pajak,” terang Zaky.

BukaBuike dari Bukalapak

Termasuk dalam bagian kerja sama strategis dengan Pemerintah Kota Bogor Bukalapak juga meluncurkan program BukaBike. Melalui program ini Bukalapak akan menyiapkan 10 buah sepeda yang disimpan di Lingkar Luar Kebun Raya Bogor. Seluruh sepeda tersebut diperuntukkan sebagai fasilitas yang bisa digunakan para pengunjung Kebun Raya Bogor.

“BukaBike adalah tambahan fasilitas dari Bukalapak yang bertujuan mendorong sektor pariwisata daerah. Melalui fasilitas ini pengunjung dapat menggunakan sepeda untuk mengelilingi Lingkar Luar Kebun Raya Bogor,” imbuh Zaky.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Resmikan Kantor R&D Kedua di Surabaya

Setelah meresmikan pusat Research & Development pada bulan Febuari lalu di Bandung, Jawa Barat, Bukalapak kembali meresmikan kantor R&D di Surabaya Jawa Timur. Terletak di gedung Graha Pena, kantor ini terdiri atas tiga lantai.

Serupa dengan konsep R&D di Bandung, kantor R&D di Surabaya bisa dimanfaatkan engineer Bukalapak yang ingin kembali bekerja di kota asal, termasuk merekrut lebih banyak talenta digital di kota Pahlawan ini.

Kantor ini mampu menampung sekitar 250 pegawai. Saat ini masih belum banyak tim engineer yang bekerja di kantor R&D Surabaya, namun Bukalapak memiliki target untuk menambah tim secara bertahap.

“Saya melihat potensi yang besar di Jawa Timur, khususnya Surabaya. Sebagai perusahaan teknologi, menjadi penting bagi Bukalapak untuk menciptakan inovasi sekaligus mencetak digital talent yang berkualitas,” kata CEO Bukalapak Achmad Zaky.

Setelah Surabaya, Bukalapak juga memiliki rencana membuka kantor R&D di kota Medan. Salah satu alasan mengapa Bukalapak mendirikan kantor R&D di kota-kota tersebut adalah adanya permintaan dari komunitas dan tim engineer internal Bukalapak sendiri.

Berkolaborasi dengan Pemprov Jawa Timur

Turut hadir dalam acara tersebut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Dalam sambutannya, Khofifah menyebutkan, Bukalapak diharapkan bisa membantu para petani hingga pemilik UKM Jawa Timur untuk melancarkan proses logistik dan pemasaran. Khofifah juga menyambut baik niat Bukalapak untuk berkolaborasi dengan Pemprov Jawa Timur menciptakan e-government yang komprehensif dan berguna untuk masyarakat.

Beberapa inovasi kolaborasi Bukalapak dengan pemerintah setempat berwujud portal layanan publik online terintegrasi “BukaJatim” dan program kampung pemasaran online Blitar.

“Saya tentunya berharap Bukalapak bisa menjadi pionir untuk kemudian maju bersama dengan Pemprov Jawa Timur meningkatkan leverage usaha mikro menjadi naik kelas melalui teknologi dan sumber daya yang dimiliki oleh Bukalapak.”

Khofifah melanjutkan, selama ini memang sangat dibutuhkan tenaga ahli yang bisa membantu masyarakat Jawa Timur meningkatkan bisnis dan mulai memanfaatkan teknologi untuk usaha yang mereka miliki. Sejalan dengan misi dari pemerintah mendukung teknologi 4.0, Pemprov ingin menciptakan inovasi dan mencetak talenta digital berkualitas dari daerah ini.

“Di Bukalapak sendiri sebanyak 52% talenta asal Jawa Timur berkarya di bidang TI sebagai engineer. Saya harap Bukalapak Research & Development di Surabaya bisa menjadi wadah bagi mereka untuk berkarya dan berinovasi untuk lebih siap menghadapi kompetisi secara global,” tutup Zaky.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Officially Launches “Artificial Intelligence & Cloud Computing Innovation Center” with ITB

As per its commitment to be more than just e-commerce, Bukalapak, with Institut Teknologi Bandung (ITB) launching Bukalapak-ITB Artificial Intelligence & Cloud Computing Innovation Center.

This facility, to learn more about cloud computing and artificial intelligence (AI), is expected to inspire students of fresh ideas using Bukalapak’s data. Bukalapak claims to be the first local startup building a research center in Indonesia.

“As I was dreaming back then, when I found Bukalapak, is to create technology for Indonesia. Using this facility, I wish to deliver new digital talents in the future,” Achmad Zaky, Bukalapak’s CEO said.

Attended also in the launching, Prof.Dr.Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, Rector of Institut Teknologi Bandung, welcoming Bukalapak and ITB Research Lab in the campus area. Hopefully, it could be helpful for the students to learn deeper knowledge from the experts.

Muhamad Nasir, Ministry of Research, Technology and Higher Education (Menristekdikti) said a similar thought. In his speech, he said its time for university to collaborate with practitioners and provide a whole education for students. Technology and related issues should have become curriculum-material.

“Start from the kind of industry like Bukalapak, hopefully, the government can fully support the initiative of building a Research Lab with ITB for the sake off new digital talents in Indonesia.”

The use of Bukalapak’s Big Data

One percent of Bukalapak’s data is prepared for this lab and claimed to not harming user’s data privacy and the business. The data selection is focused on general information, such as product description, etc.

This building, according to Bukalapak, can facilitate students and Researchers who interested to learn more about Bukalapak’s user behavior without crawling or searching millions of products in Bukalapak website.

Data Research will be released to public and expected to stimulate those academists and researchers interested to learn based on Bukalapak’s research.

Bukalapak collaboration with ITB is planned to be developed for research and innovation in other sectors.

“Not only education and research, I also expected to deliver new digital talents from ITB to join Bukalapak’s team to develop AI and cloud computing together in the future,” Zaky added.

Research focus

The synergy between AI and cloud computing is a reason behind Bukalapak and ITB to focus on those two technology. In Bukalapak, there are many teams in charge for cloud computing and company’s server. It should be helpful for students to operate this technology.

AI technology to be deeper developed and explored is computer vision.In ITB, there are some subject related to AI, such as robotics, NLP, machine learning, data mining, and voice recognition.

“Currently, we have around 1000 engineers in total, consist of software engineer, product, and other. With the current source, Bukalapak is ready to help students to learn deeper knowledge,” Zaky said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

 

Bukalapak dan ITB Resmikan “Artificial Intelligence & Cloud Computing Innovation Center”

Sesuai dengan komitmennya menjadi lebih dari sekedar layanan e-commerce, Bukalapak bersama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) meluncurkan Bukalapak-ITB Artificial Intelligence & Cloud Computing Innovation Center. 

Fasilitas untuk mempelajari lebih jauh penggunaan cloud computing dan artificial intelligence (AI) ini diharapkan bisa memancing ide segar dari kalangan mahasiswa menggunakan data yang dimiliki Bukalapak. Bukalapak mengklaim menjadi startup lokal pertama yang mendirikan lab riset di Indonesia.

“Sesuai dengan mimpi saya dulu ketika membangun Bukalapak yaitu ingin menciptakan teknologi untuk Indonesia. Dengan fasilitas ini ke depannya saya harap bisa lahir talenta digital baru,” kata CEO Bukalapak Achmad Zaky.

Turut hadir dalam acara tersebut Rektor Institut Teknologi Bandung, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA yang menyambut baik hadirnya Research Lab Bukalapak dan ITB di kawasan kampus ITB. Research Lab ini diharapkan bisa membantu mahasiswa belajar lebih dalam secara langsung dari pakarnya.

Hal senada juga disampaikan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhamad Nasir. Dalam sambutannya disebutkan sudah waktunya universitas untuk melakukan kolaborasi dengan praktisi dan memberikan edukasi yang menyeluruh kepada mahasiswa. Teknologi dan hal-hal terkait di dalamnya sudah menjadi materi yang bisa disematkan dalam kurikulum.

“Dimulai dari industri seperti Bukalapak diharapkan nantinya bisa didukung penuh oleh pemerintah upaya yang dilakukan oleh Bukalapak dengan membangun Research Lab bersama ITB untuk kepentingan talenta digital baru di Indonesia.” 

Manfaatkan Big Data Bukalapak

Satu persen data Bukalapak disiapkan untuk lab ini dan diklaim tidak mengganggu privasi data pengguna dan bisnis Bukalapak. Pemilihan datanya sendiri lebih fokus ke informasi umum, seperti deskripsi produk dan sejenisnya.

Hal ini, menurut Bukalapak, bisa memudahkan mahasiswa dan kalangan Researcher yang tertarik mempelajari lebih jauh perilaku pengguna Bukalapak tanpa harus melakukan crawling atau searching jutaan produk di situs Bukalapak.

Data Research nantinya akan dirilis ke publik dan diharapkan bisa menstimulasi kalangan akademisi dan peneliti yang ingin belajar berdasarkan riset Bukalapak. 

Kolaborasi Bukalapak dan ITB rencananya akan dikembangkan untuk riset dan inovasi sektor lainnya.

“Bukan hanya edukasi dan riset, saya juga berharap akan lahir talenta digital baru dari ITB yang bisa bergabung dengan tim Bukalapak untuk kemudian bersama mengembangkan AI dan cloud computing,” kata Zaky.

Fokus riset

Sinergi antara AI dan cloud computing menjadi alasan Bukalapak dan ITB fokus ke dua teknologi tersebut. Di Bukalapak sendiri saat ini terdapat puluhan tim yang mengelola cloud computing dan server perusahaan. Pengalaman ini bisa membantu mahasiswa mengoperasikan teknologi ini.

Sementara teknologi AI yang akan dikembangkan dan dipelajari lebih jauh adalah computer vision. Di ITB sendiri pelajaran terkait AI adalah robotics, NLP, machine learning, data mining, dan voice recognition. 

“Saat ini secara keseluruhan kita memiliki sekitar 1000 engineer yang terdiri dari software engineer, product, dan lainnya. Dengan sumber yang ada Bukalapak siap membantu mahasiswa untuk belajar lebih dalam,” kata Zaky.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Pours A Trillion Rupiah to Develop “Mitra Bukalapak” Program

It all begins with experiment, Mitra Bukalapak‘s current online-to-offline model has contributed around 20% of the company’s total income. In order to increase the potential, Bukalapak is soon to invest up to 1 trillion rupiah on the program. It is to be held intensively in 2019.

Ahmad Zaky, Bukalapak’s CEO stated to all media at Bukalapak’s 9th anniversary (1/10) that the rapid growth of Mitra Bukalapak was supported by consumer behavior which mostly are still making offline transaction. On the other hand, the rapid growth of smartphone penetration in various classes is claimed to develop stall business of Mitra Bukalapak.

“Since the beginning, Bukalapak’s mission is to help SMEs to run online business. Now, through Mitra Bukalapak, we tried helping many Indonesian traditional stalls to increase sales,” he added.

Since the establishment in 2017, Mitra Bukalapak has partnered with 500 stalls and 700 thousand independent business players in Indonesia. Entering the 9th year, Bukalapak claims to approach more than 4 million sellers and 50 million users all over Indonesia. They’ve launched some features and services for Mitra Bukalapak, such as Mitra Bukalapak app, “Warung Terdekat” [Nearest Stall] feature, Call Order Delivery (COD), and “Saldo bantuan” [Balance Support] service.

“Later, Mitra Bukalapak will not only be the stall owners, but also farmers, fritters vendor, and other grocery stall owners,” he said.

Regarding Bukalapak’s plan for fundraising, Zaky avoids to give further information. Likewise, the IPO plan which implementation is still uncertain.

In a separate interview, Bukalapak’s Co-Founder and President, M. Fajrin Rasyid revealed the monthly Gross Merchandise Value (GMV) h has reached 4 trillion rupiah ($270 million) per month or Annualized GMV reached 48 trillion rupiah (around $3.2 billion).

“In terms of profit, we’re currently on-track. All our business lines have grown a positive result,” Zaky said.

Bukalapak’s IoT technology development

Bukalapak's CEO Achmad Zaky
Bukalapak’s CEO Achmad Zaky

Aside from helping traditional stall owners through Mitra Bukalapak, the engineer team is currently developing technology to create the latest innovation. They’re getting serious by establishing a Research and Development Center in Bandung and Bukalapak-ITB Artificial Intelligence & Cloud Computing Research Lab.

Achmad Zaky, being mentioned about their target by developing such technology answered that Bukalapak has always create new experiment by launching new innovation.

“One of those is Mitra Bukalapak, first come from experiment. We’ve also launched BukaBike which currently available at ITB. Later, if it resulted in good term, we’ll continue, otherwise it’ll be terminated,” he continued.

Bukalapak’s engineer team is still trying some new technologies, such as IoT, machine learning, and AI. Starting from the drone development to unmanned store which many China-based e-commerce have developed. Although it’s still in planning and trial, this kind of technology and innovation will be Bukalapak’s focus in the future.

“We managed to prove with a discipline funding, we’re capable to make a significant growth. Using more than 2500 country’s best talents, Bukalapak is to build Indonesia through technological innovation and creativity,” he finished.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Gelontorkan 1 Triliun Rupiah untuk Kembangkan Program “Mitra Bukalapak”

Berawal dari percobaan, model online-to-offline Mitra Bukalapak saat ini sudah memberikan kontribusi sekitar 20% kepada pemasukan perusahaan. Untuk meningkatkan peluang tersebut, Bukalapak akan menggelontorkan investasi hingga 1 triliun Rupiah pada program Mitra Bukalapak. Investasi tersebut akan fokus dilancarkan mulai tahun 2019.

Kepada media di acara HUT Bukalapak ke-9 (10/1), CEO Bukalapak Achmad Zaky menegaskan, cepatnya pertumbuhan Mitra Bukalapak didukung oleh consumer behaviour yang masih banyak melakukan transaksi secara offline. Di sisi lain, pesatnya penetrasi smartphone di berbagai kalangan diklaim dapaat mengembangkan bisnis pemilik warung yang menjadi Mitra Bukalapak.

“Sejak awal berdiri, misi dari Bukalapak adalah membantu UKM untuk menjalankan bisnis secara online. Kini dengan Mitra Bukalapak kami mencoba untuk membantu meningkatkan penjualan pemilik warung tradisional yang jumlahnya masih besar di Indonesia,” kata Zaky.

Sejak diresmikan tahun 2017, Mitra Bukalapak telah bermitra dengan 500 warung dan 700 ribu pelaku usaha mandiri di seluruh Indonesia. Memasuki usia ke-9, Bukalapak mengklaim telah merangkul lebih dari 4 juta pelapak dan 50 juta pengguna di seluruh Indonesia.

Bukalapak juga telah meluncurkan beberapa fitur dan layanan untuk Mitra Bukalapak, di antaranya aplikasi Mitra Bukalapak, fitur “Warung Terdekat”, Call Order Delivery (COD) hingga layanan “Saldo bantuan”.

“Ke depannya untuk mitra Bukalapak ini bukan hanya pemilik warung tradisional saja yang akan kita bantu, namun juga petani, penjual gorengan hingga penjual toko kelontong lainnya,” kata Zaky.

Disinggung apakah Bukalapak berencana untuk melakukan fundraising, Zaky enggan untuk memberikan informasi lebih lanjut terkait hal tersebut. Demikian juga dengan rencana IPO yang hingga kini masih belum jelas kepastiannya.

Dalam wawancara terpisah, Co-Founder dan President Bukalapak M. Fajrin Rasyid mengungkapkan bahwa Gross Merchandise Value (GMV) bulanan perusahaan mencapai 4 triliun Rupiah ($270 juta) per bulan atau Annualized GMV mencapai 48 triliun Rupiah (sekitar $3,2 miliar).

“Untuk profit sendiri bisa dibilang kita cukup on-track hingga saat ini. Semua lini bisnis kami mengalami pertumbuhan yang positif,” kata Zaky.

Pengembangan teknologi IoT Bukalapak

CEO Bukalapak Achmad Zaky
CEO Bukalapak Achmad Zaky

Selain fokus membantu pemilik warung tradisional melalui Mitra Bukalapak, saat ini tim engineer Bukalapak juga semakin agresif mengembangkan teknologi untuk menciptakan inovasi terbaru. Keseriusan Bukalapak untuk mengembangkan teknologi tersebut adalah dengan mendirikan Kantor Pusat Riset dan Pengembangan di Bandung dan Bukalapak-ITB Artificial Intelligence & Cloud Computing Research Lab.

Disinggung apa target yang ingin dicapai oleh Bukalapak dengan mengembangkan teknologi tersebut, Zaky menyebutkan, selama ini Bukalapak selalu mencoba sesuatu yang baru dengan meluncurkan inovasi baru.

“Salah satunya adalah Mitra Bukalapak yang awalnya datang dari uji coba. Selain itu kita juga telah meluncurkan BukaBike yang baru tersedia di ITB. Jika ke depannya inovasi yang sudah kita luncurkan mengalami pertumbuhan yang baik akan kita teruskan, namun jika tidak akan kita hentikan,” kata Zaky.

Saat ini tim engineer Bukalapak masih mencoba beberapa teknologi seperti IoT, machine learning hingga AI. Mulai dari pengembangan drone hingga unmanned store yang saat ini sudah banyak dikembangkan oleh layanan e-commerce di Tiongkok. Meskipun masih dalam rencana dan uji coba, ke depannya teknologi dan inovasi seperti itu yang akan menjadi fokus dari Bukalapak.

“Kami berhasil membuktikan bahwa dengan pendanaan yang disiplin kami mampu bertumbuh secara signifikan. Dengan lebih dari 2500 talenta terbaik tanah air, Bukalapak hadir untuk membangun Indonesia melalui inovasi teknologi dan kreativitas,” kata Zaky.

Application Information Will Show Up Here

Claims To Be a Unicorn, Bukalapak Soon to Build R&D Center in Bandung

Bukalapak will buid Research and Development Center (R&D) in Bandung to develop the latest technology to be implemented in Bukalapak’s platform in the future. The funding is sourced from a newest investment bringing Bukalapak to the Unicorn status.

Bukalapak’s CEO and Co-Founder Achmad Zaky said his side is still looking for the right spot to construct the new building by 4000-5000m2. It is later to be able to accommodate 200 local developers in discovering new technology to be implemented in Bukalapak’s platform.

Regarding investor, even though Bukalapak has claimed to be unicorn, Zaky is still covering it tightly. He reasoned the investor would not come ot to public yet.

“We have not given our official statement regarding the funding, no comment. However, we already unicorn, only the investor is remain classified. Unicorn is not the concern, it is only a milestone, the company has way bigger dream, so that we will keep running,” he explained, Wed (1/10)

The R&D took place in Bandung because its nickname, city of engineering students. Seen from many universities such as ITB, Institut Teknologi Nasional (ITENAS), Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB), Universitas Padjadjaran (Unpad), IT Telkom, Politeknik Negeri Bandung (Polban) and many others. Besides, among other reasons, Zaky was graduated from ITB.

Later, R&D development will be collaborated with Bandung City Government for the Smart City implementation and focused on 30% to 50% Bukalapak’s engineering activities in Bandung. So Far, Bukalapak has opened the new office in Bandung, but contains only 20 local engineers.

“No need to open the new office in India, meanwhile a broader potential is in local. In R&D building, we wil develop the latest technology such as AI, Machine Learning, Blockchain, also drone delivery, to be applied in platform.”

Bukalapak’s performance

During this year, Bukalapak has recorded an increasing transaction of three to four times up from the previous year by 35 million users (monthly active user/MAU). By this number, it can be said that 30% Indonesians going online, has already opened Bukalapak’s site in a month.

On daily basis, Bukalapak’s processed transaction has reached 320 thousands, accumulated from 2,2 million sellers, of the last 1,3 million sellers last in 2016.

“We already in our first windu (8 years time), the next will be our dream to be an asset for the state and nation, by providing job opportunity and the most-valuable taxpayer in Indonesia. On the other hand, we want to develop new acts outside the marketplace, take back the local talent abroad to build indonesia and create the most-sophisticated technology,” said Zaky.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Sandang Status Unicorn, Bukalapak Segera Dirikan Pusat R&D di Bandung

Bukalapak akan mendirikan pusat riset dan pengembangan (R&D) di Bandung untuk mengembangkan teknologi terkini yang dapat diimplementasikan dalam platform Bukalapak pada masa mendatang. Sumber dana dari pendirian pusat riset ini berasal dari kucuran investasi terbaru Bukalapak yang membawa perusahaan menyandang status unicorn.

Co-Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky menuturkan pihaknya masih mencari-cari lokasi yang tepat untuk gedung barunya tersebut dengan luas antara 4 ribu sampai 5 ribu meter persegi. Nantinya gedung tersebut dapat menampung hingga 200 developer lokal yang bertugas mengembangkan berbagai teknologi baru yang dapat diimplementasikan ke platform Bukalapak.

Terkait investor, meski mengklaim sudah menyandang gelar unicorn sayangnya Zaky masih menutup rapat-rapat soal itu. Dia beralasan investornya tersebut belum bersedia untuk terbuka ke publik.

“Kita belum resmi memberikan pernyataan soal funding tersebut, jadi no comment. Tapi kita sudah unicorn, hanya saja dari investor kami belum bisa terbuka. Unicorn bukan sesuatu yang penting hanya sekadar milestone, mimpi perusahaan jauh lebih itu, makanya kita masih tetap berlari,” terang Zaky, Rabu (10/1).

Pendirian R&D dipilih lokasi Bandung lantaran tempat tersebut terkenal dengan julukan kota pelajar engineering. Terlihat dari banyak kampus seperti ITB, Institut Teknologi Nasional (ITENAS), Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB), Universitas Padjadjaran (Unpad), IT Telkom, Politeknik Negeri Bandung (Polban), dan masih banyak lagi. Di samping itu, pertimbangan lainnya karena Zaky sendiri berasal dari ITB.

Nantinya, pengembangan R&D lebih lanjut akan berkolaborasi dengan Pemkot Bandung untuk implementasi Smart City dan berencana akan memusatkan sekitar 30%-50% kegiatan engineering Bukalapak ada di Bandung. Sejauh ini Bukalapak memang telah membuka kantor barunya di Bandung, hanya saja baru dihuni oleh 20 engineer lokal.

“Kalau bisa tidak buka kantor di India, karena kami yakin potensi di lokal itu masih sangat luas. Di gedung R&D ini kami akan mengembangkan teknologi terbaru seperti AI, Machine Learning, Blockchain, hingga drone delivery, agar bisa diterapkan di platform.”

Kinerja Bukalapak

Sepanjang tahun lalu, Bukalapak mencatatkan kenaikan transaksi antara tiga hingga empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya dengan 35 juta pengguna (monthly active user/MAU). Dari angka ini bisa diartikan sekitar 30% netizen Indonesia yang sudah online pernah membuka situs Bukalapak dalam sebulan.

Dalam seharinya, jumlah transaksi yang diproses dalam Bukalapak mencapai 320 ribu transaksi dan menghimpun lebih dari 2,2 juta pelapak, dari total sebelumnya 1,3 juta pelapak di 2016.

“Kami sudah masuk satu windu pertama, di windu berikutnya kami bermimpi ingin jadi aset untuk bangsa dan negara, dengan menjadi pemberi kerja, sekaligus pembayar pajak terbesar di Indonesia. Selain itu, kami ingin mengembangkan hal-hal baru di luar marketplace, bawa balik talenta lokal yang bekerja di luar negeri untuk kembali ke Indonesia dan bangun teknologi tercanggih,” pungkas Zaky.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Gandeng BRI Perluas Fasilitas Perbankan

Bukalapak resmi menjadi mitra Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk perluasan fasilitas perbankan kepada para pelapak dan pengguna. Layanan yang dibuka untuk Bukalapak meliputi Briva Online, CMC payment priority, E-pay, WS Overbooking dan notification, serta jasa perbankan lainnya.

Briva adalah virtual account BRI yang dapat digunakan pelanggan untuk transaksi pembayaran melalui jaringan BRI dan ATM dari bank lain. Adapun E-pay adalah salah satu sarana pembayaran belanja online dengan menggunakan internet banking BRI.

Tak berhenti di sini, agen BRI Link yang berjumlah 142 ribu orang juga siap diberdayakan sebagai channel pembayaran secara offline untuk transaksi dalam platform Bukalapak. BRI juga bakal buka peluang untuk fasilitas kredit modal kerja dan talangan untuk para pelapak.

BRI menargetkan pada tahap awal, perseroan dapat menyalurkan kredit ke sekitar 10% dari total pelapak Bukalapak atau sebanyak 200 ribu pelapak.

Seluruh fasilitas tersebut, diharapkan dapat menjangkau serta memberikan akses perbankan yang lebih luas bagi kelancaran dagang dan kemudahan pembayaran bagi 13 juta pengguna dan dua juta pelapak yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Kerja sama ini kami anggap strategis karena baik Bukalapak maupun BRI sama-sama memiliki core bisnis yang sama yakni UMKM,” terang Direktur Kelembagaan BRI Sis Apik Wijayanto, Selasa (28/11).

CEO Bukalapak Achmad Zaky menambahkan dengan semakin dimudahkannya akses keuangan, diharapkan dapat membantu kemajuan para pelaku usaha dalam berbisnis. Tak hanya itu, pelaku UMKM diharapkan dapat memajukan bisnisnya melalui platform digital, khususnya Bukalapak sebagai pelaku online marketplace dan turut memanfaatkan layanan keuangan digital.

“Kami harapkan dengan BRI akan ada banyak pelapak yang bisa terbantu dari sisi financing untuk terus bisa grow. Dari BRI sendiri bila ada nasabah UKM yang masih jualan offline, bila rekam jejaknya bagus bisa diajak Bukalapak untuk berjualan di marketplace. Kita bisa ajarin bagaimana berjualan online, ada guru yang siap terjun tersebar di 200 kota seluruh Indonesia,” pungkas Zaky.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Claims To Have Clinched “Unicorn” Status

Bukalapak claims to have clinched unicorn status, following Go-Jek, Traveloka, and Tokopedia. Company valuation is said to be more than $1 billion (around Rp13.5 trillion rupiahs).

“It [fund] comes from investment, but I have not been able to share it [investors]. The point is it has already reached one billion [dollars],” explained Co-Founder and CEO of Bukalapak Achmad Zaky, as quoted from Tempo, Thursday (11/16).

Exclusively to DailySocial, Zaky described:

“The Minister [Rudiantara] tells that there are only three unicorn startups in Indonesia. He told me, ‘Bukalapak is going to be one.’ I replied, ‘already there’. Practically said.”

Zaky ensures Bukalapak will retain the local ownership within company they initiated since 2010. He assures Bukalapak will not fall into foreign hands.

However, it does not mean Zaky is an anti-foreigner. He keeps an open opportunity even though foreign companies are not the majority owners.

According to the latest data, the largest share-owner of Bukalapak is the EMTEK media conglomerate, which per third quarter of 2017 owns 49.21% of marketplace service shares established by Zaky with Fajrin Rasyid and Nugroho Herucahyono.

Go-Jek confirmed its unicorn status after last year’s funding. Meanwhile for both Traveloka and Tokopedia has announced similar funding to achieve the same exclusive level. We are waiting for the concrete announcement from Bukalapak.


Original article is written in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here