Insta360 One X2 Hadir Membenahi Sejumlah Kekurangan Pendahulunya

Mengawali kiprahnya sebagai produsen aksesori kamera 360 derajat untuk smartphone, Insta360 telah berevolusi menjadi brand action cam yang sangat inovatif dalam kurun waktu yang cukup singkat. Kunci kesuksesannya, kalau menurut saya pribadi, adalah sinergi hardware dan software yang apik, kurang lebih seperti yang kita jumpai pada produk-produk DJI di kategori consumer drone.

Memasuki penghujung tahun 2020 ini, Insta360 punya satu persembahan baru, yakni Insta360 One X2. Sesuai namanya, ia merupakan penerus langsung dari Insta360 One X yang diluncurkan dua tahun silam. Fisiknya memang cukup identik, dengan wujud menyerupai balok kecil yang pipih dan bobot kurang dari 150 gram.

Tentu saja ada beberapa perubahan yang sudah diterapkan. Yang paling utama, seperti yang bisa kita lihat, adalah kehadiran layar sentuh yang dapat berfungsi sebagai viewfinder di salah satu sisinya, menggantikan layar indikator kecil yang terdapat pada pendahulunya.

Adanya layar semacam ini jelas bakal memudahkan kegiatan vlogging, apalagi mengingat pengguna dapat menggeser-geser tampilan preview-nya saat tengah merekam video 360 derajat. Kita patut berterima kasih kepada DJI selaku yang memulai tren ini, yang pada akhirnya juga ditiru oleh GoPro baru-baru ini.

Dua hal yang sebelumnya cukup sering dikeluhkan konsumen Insta360 One X adalah terkait ketahanan air dan kualitas audio yang dihasilkan. Kabar baiknya, dua hal itu tidak lagi menjadi problem buat One X2.

Berbekal sertifikasi IPX8, One X2 siap diajak menyelam sampai kedalaman 10 meter tanpa perlu bantuan casing sama sekali. Barulah untuk kegiatan diving yang lebih ekstrem, pengguna bisa membeli aksesori Dive Case dan membawanya sampai sedalam 45 meter.

Terkait kualitas audio, One X2 dilengkapi dengan empat buah mikrofon. Pengguna dibebaskan memilih antara merekam suara stereo dengan algoritma wind-reduction aktif, atau merekam suara ambisonic (multi-channel) guna mendapatkan pengalaman yang lebih immersive. Alternatifnya, pengguna juga dapat menyambungkan mikrofon eksternal menggunakan bantuan sebuah adaptor yang dijual terpisah.

Insta360 juga tidak lupa menyempurnakan daya tahan baterainya. Meski dimensinya tidak jauh berbeda, One X2 punya baterai berkapasitas lebih besar (1.630 mAh) yang diklaim sanggup bertahan hingga 80 menit perekaman di resolusi maksimumnya, alias 20 menit lebih lama dari sebelumnya. Baterainya ini tetap bisa dilepas-pasang, yang berarti pengguna bisa menyiapkan unit cadangan ketika hendak mengabadikan momen-momen spesial.

Beralih ke pembahasan mengenai performa, One X2 sanggup menciptakan video 360 derajat dengan resolusi maksimum 5,7K 30 fps, atau video standar dengan resolusi maksimum 1440p 50 fps. Meski kemampuan merekam videonya tidak berubah, Insta360 bilang teknologi penstabil gambar FlowState yang ada di One X2 sudah disempurnakan agar dapat semakin efektif menggantikan peran gimbal.

Secara total, ada empat mode perekaman yang One X2 tawarkan. Selain mode 360 dan mode standar tadi, terdapat juga mode yang dinamai MultiView, dan yang paling baru, InstaPano. Seperti yang bisa ditebak dari namanya, InstaPano memungkinkan pengguna untuk mengambil gambar panorama dengan satu kali klik saja ketimbang harus melakukan panning secara manual.

Namun kualitas gambar baru sebagian dari cerita utuh One X2, sebab ia turut mengunggulkan sederet fitur pintar yang siap menunjang kreativitas para penggunanya. Seperti sebelumnya, One X2 juga datang bersama aplikasi pendamping yang sanggup menyunting video secara otomatis, memilah-milah mana saja momen terbaik yang sempat terekam, dan dari perspektif mana momen tersebut kelihatan paling bagus.

Pada praktiknya, ini berarti pengguna tidak perlu menghadapkan kamera ke arah tertentu selagi merekam. Cukup tekan tombol record dan biarkan perangkat merekam video dari segala arah, lalu persilakan AI mengedit hasilnya menjadi sebuah video yang bisa langsung dibagikan ke media sosial. Berbagai template efek sinematik juga bisa ditambahkan dengan mudah pasca perekaman.

Insta360 pun tidak lupa memperbarui algoritma fitur tracking-nya sehingga One X2 dapat mengunci fokus pada subjek yang dipilih secara otomatis, entah itu manusia, binatang, atau objek-objek bergerak lainnya secara lebih baik lagi.

Saat ini Insta360 One X2 sudah dipasarkan seharga $430, atau $30 lebih mahal daripada harga perdana pendahulunya. Seperti yang saya bilang, Insta360 juga menawarkan sejumlah aksesori opsional buat One X2, mulai dari adaptor mikrofon, cover lensa, sampai unit docking fast charging yang bisa memuat hingga tiga modul baterai.

GoPro Hero 8 Black dan GoPro Max Resmi Diluncurkan

GoPro punya action cam baru. Bukan cuma satu, melainkan dua sekaligus, yaitu GoPro Hero 8 Black dan GoPro Max. Max sendiri merupakan penerus dari Fusion, kamera 360 derajat yang GoPro rilis dua tahun lalu.

Kita mulai dari Hero 8 Black terlebih dulu. Desainnya memang nyaris tidak berubah jika dibandingkan Hero 7 Black, namun keistimewaan Hero 8 Black adalah kemudahannya untuk di-mount ke beragam aksesori tanpa harus dipasangkan ke dalam case terlebih dulu. Ini dikarenakan ia dilengkapi pengait terintegrasi yang tersembunyi di pelat bawahnya.

GoPro Hero 8 Black

Semua itu tanpa mempengaruhi durabilitas fisiknya; Hero 8 Black masih tahan air hingga kedalaman 10 meter tanpa dibungkus apa-apa. Juga sedikit berbeda adalah posisi mikrofonnya, yang kini menghadap ke depan demi menangkap kualitas audio yang lebih baik, lengkap dengan bantuan algoritma baru yang lebih efektif mengeliminasi gemuruh angin.

Terkait performanya, kita masih akan menjumpai angka-angka yang sama seperti pendahulunya: perekaman video dalam resolusi maksimum 4K 60 fps, slow-motion 1080 240 fps, serta pengambilan foto beresolusi 12 megapixel. Yang disempurnakan adalah sistem stabilization internalnya, yang GoPro sebut dengan istilah HyperSmooth.

HyperSmooth 2.0, demikianlah nama sistem stabilization baru yang diusung Hero 8 Black. GoPro mengklaim kinerjanya mengompensasi guncangan meningkat cukup dramatis jika dibandingkan dengan HyperSmooth generasi pertama. Namun yang paling istimewa, HyperSmooth 2.0 dapat diaplikasikan ke resolusi dan frame rate berapapun.

Kualitas hasil fotonya juga disebut meningkat pesat, terutama yang diambil menggunakan mode HDR. Pengambilan foto dalam format RAW kini berlaku untuk semua mode, termasuk halnya mode time lapse maupun burst. Juga menarik adalah fitur Digital Lenses untuk video maupun foto, yang pada dasarnya membebaskan pengguna memilih focal length yang diinginkan (Narrow, Linear, Wide, dan SuperView yang paling lebar).

GoPro Hero 8 Black

Namun Hero 8 Black masih menyimpan satu fitur yang benar-benar baru, yakni Mod. Mod berbeda dari aksesori standar GoPro pada umumnya. Tiga Mod pertama yang GoPro rilis untuk Hero 8 Black misalnya, dirancang untuk menyulap action cam tersebut menjadi senjata utama para vlogger.

Mod yang pertama, Media Mod ($80), adalah mic tipe shotgun yang menancap ke sisi kanan Hero 8 Black. Ia mengemas sepasang cold shoe untuk menyambungkan aksesori tambahan, tidak ketinggalan juga port USB-C, HDMI dan adaptor 3,5 mm untuk mic eksternal.

GoPro Hero 8 Black

Mod yang kedua, Display Mod ($80), adalah layar lipat 1,9 inci yang bisa dihadapkan ke depan atau belakang. Untuk bisa menggunakan Mod ini, pengguna juga wajib memiliki Media Mod, sebab ia memanfaatkan cold shoe dari Mod tersebut.

Terakhir, ada Light Mod ($50) yang dapat membantu memperbaiki kondisi pencahayaan di lokasi vlogging. Flash eksternal ini tahan air sampai kedalaman 10 meter, dan ia dibekali sebuah diffuser agar sorotannya tidak terlalu berlebihan. Selain berdiri sendiri, Light Mod juga dapat dipasangkan ke Media Mod maupun ke mount standar GoPro.

GoPro Max

GoPro Max

Untuk Max, pembaruan yang diusungnya benar-benar signifikan jika dibandingkan dengan Fusion. Namun menurut saya keunggulan utamanya terletak pada fleksibilitasnya; selain mengabadikan momen dari segala sudut, Max juga dapat diperlakukan sebagai action cam biasa ketika diperlukan.

GoPro bahkan mengibaratkan Max sebagai tiga kamera yang berbeda dalam satu kemasan: action cam, kamera 360 derajat, dan kamera khusus vlogging. Sebagai action cam, Max siap merekam video beresolusi 1440p 60 fps atau menjepret foto 5,5 megapixel, lengkap dengan sistem HyperSmooth 2.0 maupun fitur Digital Lenses seperti milik Hero 8 Black.

Sebagai kamera 360 derajat, Max siap menyajikan output video 360 beresolusi 5,6K 30 fps, dan lagi-lagi HyperSmooth kembali memegang peran penting. GoPro bahkan menyebut sistem stabilization milik Max ini sebagai yang terbaik dari semua penawarannya selama ini.

Lalu sebagai kamera vlogging, Max siap memudahkan pekerjaan lewat layar front-facing dan enam buah mikrofon yang, kalau menurut GoPro, kinerjanya pantas disetarakan shotgun mic. Pengguna bahkan bisa memilih hendak memfokuskan pengambilan suara dari depan atau dari arah sebaliknya.

GoPro Max

Fleksibilitas semacam ini penting mengingat tidak semua orang suka menonton video 360 derajat, saya salah satunya. Dengan atau tanpa VR headset, saya kurang bisa menikmati video 360 derajat, apalagi mengingat kualitas gambarnya selalu kalah jauh dibandingkan video biasa.

Namun kamera seperti Max ini tetap bisa terkesan menarik bagi konsumen yang tak menyukai video 360 derajat seperti saya. Yang dicari bukanlah kemampuannya merekam dari segala sudut, melainkan kebebasan mengatur perspektif video standar dari hasil tangkapan 360 derajatnya – ibarat menjadi sutradara atas momen yang sempat diabadikan.

Dari segi desain, secara garis besar Max masih mempertahankan rancangan milik Fusion. Pengait tersembunyi seperti milik Hero 8 Black untuk memudahkan mounting juga ada di sini, akan tetapi ketahanan air Max cuma sampai kedalaman 5 meter saja, dan itu pun setelah pengguna memasangkan lensa protektif yang termasuk dalam paket penjualan.

Harga dan ketersediaan

20 Oktober adalah tanggal yang ditunjuk sebagai penjualan perdana GoPro Hero 8 Black di skala global. Harganya dipatok $400, dan GoPro masih akan memasarkan Hero 7 Black seharga $330 – Mod-nya sendiri baru bisa dibeli mulai bulan Desember. Untuk GoPro Max, pemasarannya bakal dimulai pada 25 Oktober, dan banderolnya dipasang $500.

Sumber: GoPro.

Firmware Update Wujudkan Peningkatan Resolusi pada Kamera 360 Derajat GoPro Fusion

Tren penyempurnaan kamera 360 derajat melalui firmware update terus berlanjut. Rylo memulainya pada bulan November lalu dengan merilis update yang meningkatkan resolusi kameranya dari 4K menjadi 5,8K. Tidak lama setelahnya, Insta360 juga mengambil langkah serupa guna menghadirkan opsi perekaman video HDR pada One X.

Tahun 2019 ini, giliran GoPro yang bertindak. Mereka baru saja meluncurkan firmware update versi 2.0 untuk kamera 360 derajat GoPro Fusion, dan pembaruan paling utamanya adalah peningkatan resolusi menjadi 5,6K, serta opsi perekaman 24 fps demi menyuguhkan hasil akhir yang lebih sinematik.

5,2K menjadi 5,6K memang terkesan seakan tidak ada artinya, akan tetapi GoPro bilang bahwa kamera sebenarnya menangkap gambar dalam resolusi 5,8K, sebelum akhirnya di-stitch menjadi 5,6K, sehingga hasil akhirnya semestinya tampak cukup tajam dan mendetail. Bagi penggemar time lapse, opsi perekaman 5,6K 24 fps ini juga bisa dipakai dalam mode tersebut.

Di samping peningkatan resolusi, update ini juga mendatangkan dukungan format RAW pada night mode maupun time lapse dengan interval 5 detik atau lebih. GoPro pun tak lupa meng-update software pendamping Fusion Studio agar kualitas gambar di hasil akhir video bisa semakin ditingkatkan, sekaligus menghadirkan integrasi yang lebih mudah dengan software seperti Adobe Premiere CC maupun After Effects CC.

Sumber: Engadget dan GoPro.

Firmware Update Hadirkan Opsi Perekaman Video HDR pada Insta360 One X

Klaim produsen untuk merilis firmware update atas hardware buatannya secara rutin sering kali dipandang sebelah mata oleh konsumen. Pasalnya, sering kali updateupdate ini memang hanya mendatangkan penyempurnaan yang bersifat minor. Namun tidak selamanya situasinya harus seperti itu.

Bulan lalu, pengembang action cam 360 derajat Rylo merilis firmware update yang amat signifikan dampaknya; meningkatkan resolusi video tangkapan kamera dari 4K menjadi 5,8K, membuatnya jadi setara dengan kamera pesaing yang usianya setahun lebih muda, yakni Insta360 One X.

Sekarang, giliran Insta360 yang secara tak langsung ‘membalas’ dengan merilis firmware update untuk One X. Update tersebut menghadirkan mode perekaman video HDR, padahal sebelumnya HDR cuma tersedia pada pengambilan gambar still saja. Berkat HDR, kondisi pencahayaan pada video yang ditangkap jadi lebih berimbang; highlight tidak terlampau terang, shadow tidak kelewat gelap.

Selain video HDR, update ini juga mendatangkan integrasi Google Maps Street View, sebuah fitur yang selama ini menjadi andalan lini Insta360 Pro. Melalui aplikasi pendamping One X di ponsel, video 360 derajat yang direkam dapat dikonversi secara otomatis menjadi kumpulan foto 360 derajat sebelum akhirnya diunggah ke platform Google.

Kalau sudah seperti ini situasinya, salah besar apabila kita sebagai konsumen mengesampingkan komitmen produsen terkait dukungan terhadap produknya. Daripada harus membeli hardware baru, terkadang fitur anyar bisa kita dapatkan secara cuma-cuma melalui firmware update, dan ini telah dibuktikan baik oleh Rylo maupun Insta360.

Sumber: DPReview.

Insta360 One X Dapat Merekam Dalam Resolusi 5,7K dengan Sangat Stabil

GoPro punya teknologi HyperSmooth, Insta360 punya FlowState. Tujuan yang hendak dicapai keduanya sama persis, yakni mewujudkan sistem stabilization yang sangat efektif sampai-sampai perangkat tidak perlu dipasangkan pada gimbal guna menciptakan video yang mulus.

Teknologi FlowState ini kembali menjadi sorotan melalui kamera 360 derajat baru bernama Insta360 One X. Sesuai namanya, ia merupakan penerus dari Insta360 One yang diluncurkan tahun lalu, dan bersamanya datang sederet pembaruan yang menarik.

Dari segi estetika, desain One X berubah cukup signifikan. Yang tadinya serba mengilap (glossy) kini berubah menjadi matte, dengan bodi yang lebih tipis dari sebelumnya (28 mm). Juga baru adalah layar indikator kecil pada salah satu sisi One X.

Insta360 One X

Di balik sepasang lensa 200° f/2.0 miliknya, tertanam dua sensor CMOS 1/2,3 inci bikinan Sony, masing-masing dengan resolusi 18 megapixel. Kenapa resolusinya turun? Karena ukuran pixel individual pada sensor One X lebih besar, yang berarti kualitas gambarnya di kondisi minim cahaya pasti lebih bagus.

Resolusi fotonya boleh turun, tapi resolusi videonya malah meningkat pesat. One X mampu merekam video 360 derajat dalam resolusi maksimum 5,7K 30 fps. Kalau yang dicari frame rate tinggi, masih ada opsi perekaman dalam resolusi 4K 50 fps atau 3K 100 fps.

HDR, time lapse, hyperlapse, semuanya tersedia pada One X. Demikian pula kemampuan untuk ‘mengekstrak’ video normal (non-360) pasca perekaman, sehingga pengguna dapat mengubah perspektif video dengan mudah.

Insta360 One X

Terkait FlowState, Insta360 mengklaim algoritmanya telah diperbarui sehingga efeknya bakal lebih terasa pada One X. Juga unik adalah fitur Bullet Time, di mana kamera akan merekam dalam perspektif mengorbit dengan efek slow-motion. Di One X, fitur ini memiliki sudut pandang yang lebih luas lagi beserta resolusi yang lebih tinggi (3K).

Selain Bluetooth, One X turut mengemas konektivitas Wi-Fi 5,8 GHz yang menjanjikan proses transfer data lebih cepat (transfer via kabel juga mungkin dilakukan). One X dibekali baterai 1.200 mAh, dengan estimasi daya tahan hingga satu jam saat dipakai merekam dalam resolusi 5,7K 30 fps.

Deretan aksesori

Insta360 One X cases

Seperti pendahulunya, One X dikategorikan sebagai action cam oleh Insta360. Maka dari itu, wajar apabila tersedia sejumlah aksesori opsional untuknya, dari yang umum sampai yang cukup nyentrik.

Yang umum adalah dua jenis casing: Venture Case untuk menambah ketangguhannya, dan Dive Case untuk kegiatan menyelam sampai kedalaman 30 meter. Kemudian ada pula monopod sepanjang 3 meter yang tidak akan kelihatan wujudnya pada hasil perekaman sebab aplikasi pendamping One X bakal menghapusnya secara otomatis, sehingga kamera terkesan sedang melayang.

Insta360 One X GPS Smart Remote

Aksesori lain yang tak kalah unik adalah GPS Smart Remote, yang memudahkan pengguna untuk mengontrol kamera ketika sedang terpasang, misalnya, di atas helm. Di saat yang sama, remote tersebut juga akan merekam data GPS secara lengkap, termasuk halnya informasi kecepatan, arah, elevasi, dan tentu saja lokasi.

Insta360 One X Drifter

Terakhir, ada aksesori nyentrik bernama Drifter yang bentuknya mirip roket kecil atau dart. Selipkan One X ke dalamnya, tekan tombol record, lalu lemparkan seperti sebuah dart. Hasilnya adalah video slow-mo di udara yang Insta360 sebut dengan istilah Drift Shot.

Harga dan ketersediaan

Insta360 One X rencananya akan dipasarkan mulai 17 Oktober seharga $400, lebih mahal $100 dari pendahulunya. Harganya masih lebih terjangkau ketimbang kamera 360 derajat lain seperti Rylo maupun GoPro Fusion.

Sumber: Insta360.

Pencipta Hyperlapse Kembangkan Kamera 360 Derajat dengan Sistem Stabilization Kelas Dewa

GoPro resmi merilis kamera 360 derajat perdananya pada akhir September kemarin. Baru satu bulan berselang, sudah muncul satu rivalnya yang sangat berpotensi. Berpotensi karena perangkat bernama Rylo ini bukan sembarang action cam yang mampu merekam video 360 derajat, melainkan yang dikembangkan oleh pencipta Hyperlapse.

Hyperlapse, bagi yang sudah lupa, adalah aplikasi keluaran Instagram yang dirancang untuk memudahkan pengguna mengambil video time lapse dengan tingkat stabilitas yang sangat baik. Begitu efektifnya sistem stabilization Hyperlapse, video yang dihasilkannya tampak seakan diambil menggunakan bantuan tripod.

Rylo

Kini kedua penciptanya, Alex Karpenko dan Chris Cunningham, memutuskan untuk memulai babak baru lewat Rylo. Sepintas Rylo tampak seperti kamera 360 derajat pada umumnya, dengan sepasang lensa fisheye di sisi depan dan belakangnya.

Masing-masing lensa memiliki sudut pandang seluas 208 derajat (setara lensa 7 mm pada kamera biasa) dan aperture f/2.8. Rylo sanggup merekam video 360 derajat dalam resolusi maksimum 4K 30 fps, atau kalau pengguna mau, foto panorama 360 derajat dalam resolusi 6K.

Kemiripan Rylo dan GoPro Fusion terletak pada kemampuannya mengekstrak video 1080p standar dari hasil rekamannya. Fitur ini sejatinya memungkinkan pengguna untuk menentukan ke mana ia harus membidikkan kamera setelah video selesai direkam.

Rylo

Namun tentu saja yang menjadi fitur andalan Rylo adalah Cinematic Stabilization, yang pada dasarnya merupakan evolusi dari teknologi Hyperlapse, yang kini diterapkan untuk video 360 derajat dan yang bukan dalam mode time lapse. Entah Anda sedang berlari, bersepeda atau malah melompat dari atas tebing, Rylo memastikan hasil rekamannya tetap stabil dan tampak sangat mulus.

Pengoperasiannya juga terkesan sangat mudah, sebab Rylo hanya mengandalkan satu tombol saja untuk menyala-matikan perangkat, serta memulai dan menyetop perekaman. Selesai merekam, pengguna dapat menyambungkannya ke ponsel Android atau iPhone via kabel, lalu mengedit atau membagikan hasilnya langsung dari aplikasi pendampingnya.

Rylo

Fisik Rylo tergolong ringkas, dengan wujud menyerupai kapsul dan dimensi 72,5 x 37 x 42,7 mm. Bobotnya hanya berkisar 108 gram berkat penggunaan material serba aluminium. Ia dibekali layar OLED kecil di salah satu sisinya, sedangkan penyimpanannya mengandalkan kartu microSD dengan dukungan kapasitas maksimum 256 GB. Baterainya dapat bertahan selama 60 menit perekaman dalam satu kali charge.

Rylo saat ini sudah bisa dibeli seharga $500, tapi sayang baru untuk pasar Amerika Serikat saja. Silakan tonton video di bawah untuk mendapatkan gambaran seajaib apa fitur Cinematic Stabilization yang ditawarkannya.

Sumber: PetaPixel.

Dahului GoPro, Garmin Luncurkan Action Cam 360 Derajat yang Mampu Merekam Video 5,7K

Garmin sepertinya hobi sekali mencuri start dari GoPro. Tahun lalu, mereka memperkenalkan action cam Virb Ultra 30 hanya dua minggu sebelum GoPro mengungkap Hero5. Tahun ini kejadian yang sama rupanya terulang kembali, dimana Garmin mengungkap Virb 360 sebelum GoPro Fusion meluncur secara resmi.

Sesuai namanya, Garmin Virb 360 merupakan sebuah kamera 360 derajat, namun dengan karakteristik yang biasa kita jumpai pada action cam. Bodinya tampak begitu kokoh, dan ia tahan air hingga kedalaman 10 meter tanpa bantuan casing, sehingga Anda bisa mengabadikan keindahan terumbu karang secara lebih immersive.

Foto spherical dapat ia tangkap dalam resolusi 15 megapixel, sedangkan video dalam resolusi 5,7K 30 fps – sedikit lebih tinggi dari GoPro Fusion. Tak hanya video dari segala sudut, perangkat juga akan menangkap audio dari segala arah (360 derajat) dengan bekal empat buah mikrofon terintegrasi.

Garmin Virb 360 datang bersama tripod kecil yang juga bisa dijadikan handgrip / Garmin
Garmin Virb 360 datang bersama tripod kecil yang juga bisa dijadikan handgrip / Garmin

Virb 360 meminjam dua fitur unggulan action cam Virb Ultra 30, yaitu kontrol via perintah suara dan kemampuan untuk menambatkan data (overlay) seperti kecepatan atau tingkat ketinggian langsung di atas video. Data-data ini didapat melalui deretan sensor yang tertanam pada kamera, macam accelerometer, gyroscope, barometer, kompas dan GPS.

Virb 360 juga menawarkan fitur stabilization untuk video spherical yang dihasilkannya dengan bantuan aplikasi pendamping pada smartphone maupun desktop. Lewat aplikasi smartphone-nya inilah pengguna bisa mengendalikan kamera dari kejauhan maupun melangsungkan sesi live streaming.

Layarnya diklaim tetap mudah dilihat di bawah terik matahari / Garmin
Layarnya diklaim tetap mudah dilihat di bawah terik matahari / Garmin

Selain via ponsel, pengoperasiannya mengandalkan tiga buah tombol pada panel atasnya. Di sini juga terdapat sebuah layar kecil yang akan menampilkan indikator mode video, kapasitas penyimpanan – perangkat mendukung kartu microSD hingga 128 GB – dan sisa baterai. Baterainya sendiri diperkirakan bisa bertahan sampai 1 jam nonstop.

Garmin Virb 360 akan dipasarkan mulai bulan Juni seharga $800, menjadikannya salah satu kamera 360 derajat termahal yang ada di pasaran. Paket penjualannya mencakup aksesori unik berupa handgrip yang juga bisa difungsikan sebagai tripod.

Sumber: Garmin dan PetaPixel.