Ascape Audio Hadirkan Kombinasi Jitu Bagi yang Mengincar Battery Case iPhone Beserta True Wireless Earphone

Beberapa bulan lalu, pencipta Pebble, Eric Migicovsky, memperkenalkan produk terbarunya yang cukup unik. Bernama PodCase, perangkat tersebut merupakan sebuah battery case untuk iPhone sekaligus sepasang AirPods. Selain praktis, premis lain yang diusung PodCase adalah mencegah true wireless earphone itu mudah hilang.

Sekarang, ada startup lain bernama Ascape Audio yang mencoba mengambil rute serupa. Bedanya, Ascape merancang true wireless earphone-nya sendiri, meski cara kerjanya sangat mirip seperti PodCase, di mana bagian atas casing menjadi rumah untuk kedua earphone.

Ascapepod

Earphone-nya dijuluki AscapePod, dan dari gambarnya, desainnya tampak cukup menarik. Tidak seperti AirPods, AscapePod mengemas eartip berbahan silikon, yang secara teori lebih sulit terlepas dari telinga. AscapePod juga memiliki semacam sirip di bagian atas guna semakin ‘mengunci’ posisinya di telinga, dan sama seperti eartip-nya, sirip ini pun terbuat dari bahan silikon serta hadir dalam tiga ukuran yang berbeda.

Kualitas suaranya didukung oleh driver 9 mm berbahan graphene, serta chip Qualcomm QCC5120 (Bluetooth 5.0) yang secara khusus dirancang untuk true wireless earphone dan menawarkan koneksi langsung dari ponsel ke kedua earpiece tanpa perantara. Secara keseluruhan, bodi earphone diklaim tahan air dan debu dengan sertifikasi IP56. Ascape pun tak lupa menyematkan tombol multifungsi di sisi earphone.

Ascape Audio AmpPack + AscapePod

Namun AscapePod ini baru sebagian dari cerita utuhnya, sebab masih ada battery case bernama AmpPack yang merupakan rumahnya. AmpPack yang mendukung wireless charging ini mengemas baterai sebesar 2.500 mAh, di mana 10%-nya disisihkan khusus untuk AscapePod. AscapePod sendiri diyakini bisa beroperasi sekitar 3 – 4,5 jam dalam sekali pengisian.

AmpPack tergolong tipis untuk ukuran battery case, namun saya tidak yakin mayoritas konsumen bisa menerima tonjolan di bagian depannya, yang merupakan slot untuk menancapkan AscapePod. Secara pribadi saya lebih suka dengan desain PodCase yang tonjolannya ditempatkan di belakang, tapi semua ini tentu kembali pada selera masing-masing.

Terlepas dari itu, AscapePod saat ini sudah memasarkan produknya lewat situs crowdfunding Kickstarter. Kombo AmpPack + AscapePod dihargai $149 ($100 lebih murah dari estimasi harga retail-nya), sedangkan AscapePod-nya saja dihargai $99 ($70 lebih murah dari harga retail-nya) bagi konsumen non-iPhone.

Pakai Aksesori Ini, Tiga Perangkat Apple Sekaligus Bisa Di-charge dengan Satu Kabel Lightning

Diperkenalkan bersama iPhone 5, konektor Lightning pada saat itu menuai kontroversi karena sepenuhnya menggantikan konektor 30-pin yang sudah dikenal konsumen dan industri sejak tahun 2003, tepatnya bersama peluncuran iPod generasi ketiga. Kini hampir semua perangkat buatan Apple menggunakan Lightning, terkecuali lini Mac yang mengandalkan USB-C.

Pengadopsian Lightning secara luas ini menimbulkan masalah baru: semakin banyak perangkat buatan Apple yang kita punyai, semakin banyak pula kabel Lightning yang dibutuhkan untuk bisa mengisi ulang baterai semuanya sekaligus. Solusinya, menurut produsen aksesori I Love Handles, adalah aksesori bernama Node berikut ini.

Node

Node merupakan aksesori mungil yang sederhana, namun sangat fungsional. Fisiknya yang menyerupai simbol “+” mengemas dua konektor Lightning dan dua port Lightning. Menggunakan Node, Anda bisa mengisi ulang tiga perangkat sekaligus hanya dengan satu kabel Lightning saja yang menancap ke adapter USB.

Contoh yang paling gampang adalah iPad Pro, iPhone dan Apple Pencil. Kalau perlu, Node juga bisa digunakan untuk mengisi ulang baterai Apple Magic Mouse, meski perangkatnya harus diberdirikan dengan posisi yang agak aneh. Pokoknya kalau perangkat menggunakan Lightning, maka ia bisa di-charge menggunakan Node, termasuk halnya Siri Remote milik Apple TV dan charging case milik AirPods.

Node

Kendati demikian, saya ingin menanyakan satu hal: apakah Node bisa menyalurkan daya ke semua perangkat dalam kapasitas yang maksimal? Atau pengguna membutuhkan adapter dengan kapasitas watt yang lebih besar untuk itu? Sayangnya tidak ada informasi dari I Love Handles soal itu.

Terlepas dari itu, Node saat ini sudah bisa dibeli seharga $20. Pengirimannya sendiri dijadwalkan berlangsung mulai 1 Maret mendatang.

Sumber: Design Milk.

Insta360 Luncurkan Generasi Kedua Kamera 360 Derajat untuk iPhone

Tahun 2016 lalu, sebuah aksesori unik bernama Insta360 Nano mencoba membuktikan bahwa smartphone juga bisa dijadikan kamera 360 derajat dengan alat bantu yang tepat. Di CES 2018, pengembangnya yang bermarkas di Tiongkok menyingkap penerus dari produk yang melambungkan namanya tersebut, yakni Insta360 Nano S.

Desainnya boleh dibilang identik dengan pendahulunya, masih menggunakan konektor Lightning dan masih bisa digunakan secara terpisah berkat kehadiran baterai rechargeable dan slot memory card. Yang berubah, selain adanya varian warna hitam, sebenarnya tidak kelihatan secara kasat mata.

Adalah kualitas gambarnya yang telah menerima peningkatan signifikan. Resolusi videonya naik dari 3K menjadi 4K, sedangkan resolusi foto still-nya malah lebih drastis lagi, dari 4,6 menjadi 20 megapixel. Singkat cerita, hasil rekamannya bakal tampak lebih tajam, plus lebih stabil berkat algoritma image stabilization baru yang diyakini dapat memaksimalkan potensi gyroscope milik iPhone yang tersambung.

Insta360 Nano S

Namun kualitas gambar yang lebih baik baru sebagian cerita, sebab masih ada sekumpulan fitur baru yang tidak kalah menarik. Utamanya adalah fitur MultiView, yang memungkinkan Anda untuk menyiarkan video standar (non-spherical) dari dua atau tiga angle yang berbeda secara bersamaan, menimbulkan kesan bahwa Anda sedang menggunakan setup multi-kamera.

Fitur lainnya lagi adalah FreeCapture, yang dipinjam dari Insta360 One. Fitur ini sejatinya memungkinkan pengguna untuk ‘mengekstrak’ video standar dari hasil rekaman 360 derajatnya. Berkat fitur ini, Anda jadi tidak perlu takut salah mengambil angle, sebab semuanya bisa diatur pasca perekaman.

Insta360 Nano S

Fitur yang terakhir adalah 360 Video Chat. Yang cukup unik, lawan bicara Anda tidak harus menggunakan aplikasi Insta360 untuk bisa berinteraksi dengan Anda dan apa saja yang berada di sekitar Anda. Cukup bagikan sebuah tautan, maka lawan bicara Anda bisa langsung melihat penampakan Anda dalam sudut pandang 360 derajat melalui browser.

Insta360 Nano S saat ini sudah dipasarkan seharga $239. Paket penjualannya meliputi sebuah cardboard VR viewer dan dudukan smartphone yang bisa dilipat.

Sumber: Insta360.

Bukan Sembarang Lensa Tambahan, Fishball Siap Mengubah iPhone Menjadi Kamera 360 Derajat

Masih ingat dengan Insta360 Nano? Perangkat tersebut pada dasarnya adalah sebuah kamera 360 derajat yang bisa dipasangkan ke iPhone, dan sejauh ini terkesan sebagai salah satu cara paling praktis untuk mulai menangkap gambar dan video 360 derajat.

Namun rupanya masih ada cara yang lebih praktis lagi, yang tidak melibatkan satu pun komponen elektronik, sehingga pengguna tak perlu dipusingkan soal charging, memory card, dan lain sebagainya. Namanya Fishball, dan ia tidak lebih dari sekadar sepasang lensa fisheye yang bisa dijepitkan ke bagian atas iPhone, menutupi lensa bawaannya.

Apa yang ada di dalam Fishball murni merupakan komponen optik. Tidak ada baterai, tidak ada slot microSD, tidak ada Bluetooth. Cukup jepitkan ke iPhone, lalu mulailah mengambil gambar atau video 360 derajat. Satu syarat lain yang harus dipenuhi adalah, gunakan aplikasi pendampingnya, yang bertugas menjalankan proses stitching gambar secara otomatis.

Fishball

Tentu saja, resolusi foto atau video yang dihasilkan bergantung pada model iPhone yang digunakan. Fishball sendiri kompatibel dengan iPhone 7, 7 Plus, 8, 8 Plus dan bahkan iPhone X. Dimensinya sangat mungil, hanya 4,4 x 3,6 x 3,4 cm, dengan bobot tak lebih dari 30 gram.

Hal lain yang membuat konsep lensa smartphone 360 derajat ini terdengar lebih menarik ketimbang produk macam Insta360 Nano adalah harganya. Fishball saat ini sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo seharga $49 saja. Kendati demikian, harga retail-nya diestimasikan berkisar $127.

PodCase Adalah Battery Case untuk iPhone Sekaligus AirPods dari Pencipta Pebble

Berdimensi mungil dan benar-benar tanpa kabel, AirPods (maupun truly wireless earbud lainnya) merupakan salah satu gadget yang paling mudah hilang. Itulah mengapa AirPods harus dibawa bersama dengan carrying case-nya, yang ternyata juga berfungsi sebagai charger.

Masalahnya, case tersebut juga tidak jauh lebih besar dan mudah hilang atau tertinggal jika kita tidak teliti. Solusinya, kalau menurut Eric Migicovsky yang merupakan mantan pendiri Pebble, adalah sebuah battery case untuk iPhone dan AirPods sekaligus. Dari situ lahirlah PodCase.

Sebagai battery case, bagian belakang PodCase harus agak membusung demi menjadi rumah untuk baterai berdaya 2.500 mAh. Di bagian atasnya, tepatnya di sebelah lubang untuk kamera, ada tonjolan kecil beserta sepasang lubang ekstra yang dirancang untuk mengakomodasi AirPods.

PodCase

Pengembangnya bilang kalau PodCase mampu mengisi baterai iPhone 7 hingga penuh atau menyuplai daya kedua unit AirPods hingga sebanyak 40 kali. Untuk mengisi ulang PodCase sendiri, pengguna bisa memanfaatkan kabel USB-C. Memilih USB-C sejatinya merupakan keputusan yang cerdas mengingat pengguna jadi bisa mengisi ulang MacBook, iPhone 7 dan AirPods hanya dengan satu kabel saja.

PodCase merupakan proyek perdana Eric sejak Pebble diakuisisi oleh Fitbit. Di bawah startup baru bernama Nova Technology, Eric rupanya juga didampingi oleh sosok yang tak kalah berpengalaman, yaitu Allan Evans yang merupakan co-founder Avegant, serta Steve Johns selaku desainer senior Pebble.

Mengingat Pebble dan Avegant sama-sama memulai kiprahnya di platform crowdfunding Kickstarter, wajar jadinya apabila PodCase menempuh jalur yang sama. Konsumen yang tertarik bisa memesannya seharga $79, sedangkan harga retail-nya diperkirakan berkisar $99 – tersedia varian untuk iPhone 7 dan 7 Plus.

SanDisk iXpand Base Backup Data iPhone Anda Selagi Mengisi Baterainya

Sejak generasi pertama, iPhone tidak pernah dilengkapi slot microSD. Produsen aksesori pun otomatis harus memikirkan cara lain guna menyajikan solusi penyimpanan ekstra kepada konsumen, contohnya seperti yang dilakukan SanDisk baru-baru ini.

Dijuluki iXpand Base, ia pada dasarnya merupakan perpaduan charger dan hard disk eksternal untuk iPhone, iPad maupun perangkat lain yang dilengkapi port Lightning dan menjalankan iOS 10. Sepintas wujudnya kelihatan seperti wireless charging, akan tetapi permukaan atasnya yang terbuat dari karet bertekstur hanyalah untuk mengamankan posisi perangkat selagi proses backup dan charging berlangsung.

Sama seperti SanDisk iXpand yang berwujud flash disk, iXpand Base butuh bantuan aplikasi pendamping untuk bisa beroperasi. Usai ter-install di perangkat, pengguna tinggal menancapkannya ke iXpand Base dan proses backup sekaligus charging dalam kecepatan 15 W akan langsung dijalankan.

SanDisk iXpand Base

Namun karena keterbatasan platform iOS, konten yang akan di-backup hanyalah foto, video dan daftar kontak saja. Selain untuk backup, iXpand Base juga dapat digunakan untuk me-restore data, sangat berguna ketika pengguna hendak meng-upgrade iPhone-nya ke yang baru.

iXpand Base juga dapat mem-backup data dari beberapa perangkat yang berbeda, lalu menyimpannya ke folder yang berbeda pula. Andai pengguna mencabut iPhone di tengah-tengah proses backup, iXpand Base bakal mengingatnya dan melanjutkan proses dari data yang terakhir di-backup ketika pengguna menancapkan iPhone-nya kembali.

SanDisk iXpand Base saat ini sudah dipasarkan dalam empat varian kapasitas: 32 GB ($50), 64 GB ($100), 128 GB ($130) dan 256 GB ($200). Perlu dicatat, paket penjualannya tidak mencakup kabel Lightning.

Sumber: Mashable.

Aksesori Ini Mudahkan Anda Merekam Percakapan Telepon di iPhone

Merekam percakapan telepon di iPhone tidak semudah di smartphone Android. Beberapa aplikasi yang tersedia umumnya hanya bisa merekam percakapan telepon standar, dan tidak untuk yang melalui Skype, WhatsApp maupun aplikasi lainnya. Hal ini menginspirasi produsen aksesori asal Taiwan, PhotoFast, untuk menciptakan solusi yang lebih efektif.

Solusi tersebut datang dalam wujud hardware bernama Call Recorder. Call Recorder merupakan sebuah aksesori bersifat plug-and-play. Cukup pasangkan ke port Lightning milik iPhone, maka ia siap merekam percakapan telepon kapan pun Anda menekan tombol Record.

PhotoFast Call Recorder

Istimewanya, Call Recorder juga bisa merekam pembicaraan yang berlangsung via aplikasi pesan instan; entah itu Skype, WhatsApp, Facebook Messenger, Line, Viber atau WeChat. Saat ada panggilan telepon masuk, tinggal klik tombol Record maka perekaman akan berlangsung secara otomatis.

Call Recorder mengemas slot microSD, dan semua percakapan bakal disimpan di kartu ini. Anda bisa mengakses semuanya dalam format .m4a lewat aplikasi pendamping Call Recorder, termasuk mengedit dan membuang bagian-bagian tertentu yang dirasa tidak penting, plus mengamankan file tertentu dengan password.

PhotoFast Call Recorder

Kartu microSD ini juga bisa Anda isi dengan file lagu atau video untuk ditonton lewat aplikasi yang sama, meningkatkan kapasitas penyimpanan iPhone secara tidak langsung. Sebagai bonus, Call Recorder turut dilengkapi jack headphone 3,5 mm, sentuhan akhir yang bakal membuat tersenyum para pemilik iPhone 7 dan 7 Plus.

Buat yang tertarik, Call Recorder saat ini sudah bisa dipesan melalui Indiegogo seharga $125. Tidak seperti proyek crowdfunding pada umumnya, Call Recorder sudah siap diproduksi dan dipasarkan ke konsumen sekarang juga.

Speaker Kecil Ini Menancap ke Port Lightning Milik iPhone untuk Menjadi Gadget Conference Call

Pioneer baru saja mengumumkan sebuah aksesori yang cukup unik untuk perangkat iOS. Didapuk Rayz Rally, ia merupakan sebuah speaker kecil yang menancap ke port Lightning milik iPhone, iPad atau iPod Touch. Namun tentu saja, ia bukanlah sembarang speaker.

Pioneer merancangnya secara spesifik untuk keperluan conference call, sehingga kejernihan suara menjadi salah satu prioritas utama. Pun begitu, saat Anda menggunakannya untuk mendengarkan musik, Rally akan mengoptimalkan audio level-nya secara otomatis.

Rally turut dibekali sebuah tombol kecil yang bisa digunakan untuk mengatur playback serta mengaktifkan fungsi mute atau unmute. Pioneer pun tak lupa membekalinya dengan aplikasi pendamping, memudahkan proses update seandainya ada firmware baru yang tersedia.

Pioneer Rayz Rally

Karena menyambung ke port Lightning, Rally sama sekali tidak perlu di-charge. Ia memang tidak dilengkapi unit baterainya sendiri, melainkan menyedot daya yang dimiliki oleh iPhone. Namun jangan khawatir, sebab iPhone tetap dapat di-charge meski sedang ditancapi Rally mengingat ia juga memiliki port Lightning-nya sendiri – fitur ini juga menjadi andalan earphone Pioneer Rayz Plus.

Pioneer Rayz Rally sekarang sudah dipasarkan seharga $100. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: putih, hitam dan abu-abu gelap.

Sumber: The Verge.

Pengembangnya Bangkrut, Casing Berlayar E-ink Popslate Batal Diproduksi

Tidak selamanya proyek crowdfunding dapat terealisasikan menjadi sebuah produk final untuk dipasarkan langsung ke konsumen. Fakta ini juga yang menjadi dasar keputusan Indiegogo untuk menambah perannya tak hanya sebagai platform crowdfunding saja, tapi juga sebagai fasilitator.

Kegagalan ini tidak hanya berlaku untuk pengembang kelas amatir, bahkan yang sudah punya pengalaman pun juga bisa jadi korban, seperti yang dibuktikan oleh Popslate baru-baru ini. Kalau Anda masih ingat, pada bulan Maret tahun lalu Popslate mengumumkan sebuah casing iPhone yang dibekali layar e-ink di belakangnya, dengan estimasi perilisan pada bulan Juli 2016.

Akibat sejumlah kendala teknis, Popslate mau tidak mau harus menunda jadwal perilisannya ke bulan Oktober. Namun sampai sekarang di bulan Maret 2017 (sekitar setahun sejak pengumumannya di Indiegogo), casing bernama Popslate 2 itu tak kunjung tiba di tangan konsumen.

Usut punya usut, Popslate sedang dalam proses menyatakan bangkrut. Mereka mengaku sudah kehabisan dana untuk meneruskan tahap pengembangan dimana sejumlah prototipe yang dibuatnya tidak lulus uji sertifikasi Made for iPhone yang diwajibkan Apple.

Alasannya, casing buatan mereka membuat iPhone jadi tidak bisa mengirim atau menerima transmisi frekuensi radio, ditambah lagi fungsi charging-nya tidak konsisten. Kesalahan yang dilakukan Popslate sebenarnya cukup mendasar: mereka salah memilih bahan casing, yaitu plastik dan serat kaca, yang pada akhirnya menjadi penyebab masalah sinyal itu tadi.

Meski selama melangsungkan kampanye di Indiegogo mereka berhasil mengumpulkan dana lebih dari $1,1 juta, rupanya itu masih belum cukup untuk menyelesaikan masalah yang dialaminya. Alhasil, tidak ada satu pun pesanan backer yang bisa dipenuhi, dan lebih parah lagi, tidak ada backer yang bakal menerima refund.

Kegagalan Popslate 2 bisa menjadi pelajaran bagi konsumen untuk lebih teliti lagi dalam memilih proyek crowdfunding / Popslate
Kegagalan Popslate 2 bisa menjadi pelajaran bagi konsumen untuk lebih teliti lagi dalam memilih proyek crowdfunding / Popslate

Jujur saya sedih campur kecewa mendengar kabar semacam ini. Pasalnya, Popslate bukanlah perusahaan atau startup baru yang belum punya pengalaman sama sekali. Produk gagal ini merupakan produk kedua mereka, dimana produk pertamanya berhasil diwujudkan juga melalui Indiegogo.

Kegagalan Popslate ini memang bukan yang paling fatal. Kasus Skully AR-1 bisa dibilang jauh lebih parah, dimana selama kampanye di Indiegogo pengembangnya berhasil mengumpulkan hampir $2,5 juta, tapi pada akhirnya menyatakan bangkrut dan tidak bisa memberikan refund kepada para backer yang sudah terlanjur membayar masing-masing sebesar $1.500.

Terlepas dari itu, kegagalan Popslate ini bisa menjadi pelajaran bukan hanya untuk developer saja, tapi juga bagi kita sebagai konsumen. Tanpa ada maksud menakut-nakuti, kita harus lebih teliti lagi dalam memilih produk yang dipasarkan lewat situs crowdfunding – pengalaman dan jam terbang pengembangnya kini terbukti tidak bisa dijadikan acuan.

Semoga saja solusi yang telah disiapkan oleh Indiegogo bisa mengatasi masalah-masalah semacam ini. Karena kalau tidak, nama Indiegogo sendiri yang ikut menjadi jelek.

Sumber: The Verge.

Live Streaming Video 360 Derajat dengan iPhone? Percayakan pada Giroptic iO

Saat teknologi live streaming dan perekaman video 360 derajat dipadukan, Anda sejatinya mendapat keleluasaan untuk berbagi momen secara menyeluruh, tanpa meninggalkan satu bagian penting pun. Pertanyaannya, apakah Anda membutuhkan kamera khusus berharga selangit untuk mewujudkannya? Tidak, smartphone Anda saja sebenarnya sudah bisa jika dibantu oleh aksesori yang tepat.

Aksesori yang saya maksud adalah Giroptic iO. Ia pada dasarnya merupakan kamera 360 derajat berukuran mini yang bisa dipasangkan ke iPhone, seketika itu juga memberikan Anda kemudahan untuk mengambil foto atau video 360 derajat tanpa mengorbankan aspek portabilitas.

iO sebenarnya bukan perangkat pertama yang menawarkan fitur semacam ini. Sebelumnya sudah ada Insta360 Nano yang mengusung konsep serupa. Pun begitu, iO tetap layak dipertimbangkan sebab perusahaan pengembangnya, Giroptic, dari awal didirikan dengan spesialisasi di bidang ini, yang dibuktikan melalui produk bernama 360cam beserta kolaborasinya dengan developer VLC.

Foto atau video yang diambil menggunakan Giroptic iO akan otomatis disimpan ke memory smartphone / Giroptic
Foto atau video yang diambil menggunakan Giroptic iO akan otomatis disimpan ke memory smartphone / Giroptic

Dimensi iO berkisar 73 x 35 mm, dengan bobot tak lebih dari 70 gram berkat penggunaan material aluminium di sekujur tubuhnya. Pada masing-masing sisinya, terdapat lensa f/1.8 dengan sudut pandang 195 derajat, yang ketika digabungkan sanggup mengabadikan foto maupun video 360 derajat spherical.

Sesaat setelah disambungkan ke port Lightning milik iPhone, iO siap mengambil foto dalam resolusi 3840 x 1920, atau video beresolusi 1920 x 960 pixel dalam kecepatan 30 fps, lengkap beserta audio stereo. Proses stitching berlangsung secara otomatis dan real-time, sehingga pengguna bebas menyiarkannya secara langsung ke Facebook atau YouTube.

Giroptic iO mengemas unit baterainya sendiri, dengan kapasitas 915 mAh / Giroptic
Giroptic iO mengemas unit baterainya sendiri, dengan kapasitas 915 mAh / Giroptic

Pengguna juga tidak perlu khawatir baterai iPhone-nya dikuras habis oleh iO, sebab ia telah mengemas unit baterainya sendiri, dengan kapasitas 915 mAh. Charging bisa dilakukan menggunakan kabel micro USB.

Giroptic iO rencananya akan dipasarkan mulai 17 Januari 2017 seharga $249. Pengguna Android tak perlu iri hati, sebab Giroptic berjanji untuk merilis versi Android-nya dalam waktu dekat.

Sumber: PR Newswire.