Haruskah Toko Aplikasi Menghilangkan Sistem Rating Lima Bintang?

Hunter Walk dari YouTube menyajikan argumen bahwa sisitem rating lima bintang yang digunakan oleh toko aplikasi harus ditinggalkan, digantikan dengan pengukuran popularitas yang lebih akurat dan lebih baik. Dalam pandangannya, sistem rating lima bintang adalah subyektif berdasarkan nilai dari pengguna. Sebagai contoh, penilaian pengguna yang memberikan tiga bintang kepada sebuah aplikasi mungkin akan berbeda dengan penilaian orang lain, tetapi penilaian suka atau tidak suka adalah absolut. Tema yang sama ini pernah dibahas oleh MG Sigler pada tahun 2009 , berhubungan dengan YouTube.

Sejalan dengan argumen dari Hunter, Google mengubah sistem rating di YouTube menjadi jempol ke atas atau ke bawah. Pendekatan ini mirip dengan apa yang dilakukan Facebook sejak awal, dengan ikon jempol ke atas untuk menunjukkan suka atau persetujuan atas status update, meski demikian Facebook tidak mengijinkan pilihan negatif atau ikon jempol ke bawah.

Ada cara lain untuk menjelaskan popularitas sebuah aplikasi, beberapa diantaranya dijelaskan di tulisan Hunter, termasuk di dalamnya adalah co-instalation, segmentasi pasar, penggunaan nyata, dan social graph. Anda bisa membaca penjelasan rinci di blog Hunter.

Continue reading Haruskah Toko Aplikasi Menghilangkan Sistem Rating Lima Bintang?

Should Application Stores Drop The Five Star Rating System?

YouTube’s Hunter Walk presents an argument that the five star rating system used by application stores should be left behind, replaced by more accurate, more reliable measures of popularity. In his view, the five-star system is subjective to the values of those who give them. Your judgment for a three star app may mean differently to someone else’s, but a like or dislike is almost absolute. The same subject was raised back in 2009 by MG Siegler with regards to YouTube.

It certainly serves Walk’s argument that Google changed YouTube’s rating system in favor of thumb up and thumb down. This is similar to the approach that Facebook has taken since the very beginning with its thumb up icon for liking or expressing approval to a status update although Facebook has never allowed a negative vote or a thumb down.

There are also other ways to determine an app’s popularity, some of which are presented in Walk’s blog post. These include co-installation, market segmentation, actual usage, and social graph, as he explained further in his post.

Continue reading Should Application Stores Drop The Five Star Rating System?

Clear Bawa Desain Antar Muka Aplikasi ke Wilayah Baru

Saya tentu tidak akan membahas tentang merek Shampo, Clear yang saya maksud adalah aplikasi baru yang tersedia di app store yang dibuat oleh Impending and Realmac Software. Aplikasi ini bisa memberikan desain antar muka aplikasi mobile yang sangat baik. Cara kerja aplikasi ini tidak seperti aplikasi lain. Aplikasi ini hanya menghadirkan gerak penggunaan yang terbaru dan sama sekali terbebas dari kotak antar muka. Aplikasi ini tidak memiliki tombol, toolbars, atau ikon. Clear terdiri dari garis penuh warna, teks, serta suara. Itu saja.

Aplikasi ini membawa usability ke wilayah baru. Kedatangan iPhone pada tahun 2007 telah membawa lingkungan penggunaan dengan satu tombol, yang dimanfaatkan oleh aplikasi karena bisa memberikan kebebasan karena tidak ada metode input dari perangkat keras yang terlalu banyak. Clear membawa langkah ini lebih lanjut dan menawarkan penggunaan aplikasi dengan gerak isyarat dan menghilangkan ikon dan tombol.

Dalam mengembangkan aplikasi mobile, sangat mudah untuk bergantung pada metode input yang telah diperkirakan, yang biasa digunakan, perangkat navigasi dan operasi tradisional, secara mendasar mencoba untuk mengalahkan jalur yang ada.

Continue reading Clear Bawa Desain Antar Muka Aplikasi ke Wilayah Baru

Clear Takes App Interface Design Into New Territory

Not talking about the shampoo. Clear is a brand new iPhone app from Impending and Realmac Software that breaks the mold as far as mobile application interface design is concerned. How it works is very much unlike any other application. It only employs the now familiar gestures and is completely free of interface chrome. It has no navigational buttons, toolbars, or icons. The app is made of colorful strips, text, and audio. Nothing more.

This app takes usability into a brand new territory. The iPhone’s arrival in 2007 brought with it a single button environment in which applications take advantage of the freedom presented by the lack of hardwired physical input methods. Clear goes one step further and fully embraces the iPhone’s gesture recognition doing away with icons and buttons.

Continue reading Clear Takes App Interface Design Into New Territory

Bouncity for iPhone is Finally Out

Who is still interested or excited about Bouncity? After it was first released in June 2011 for BlackBerry, released for Android in November, and previewed for the iPhone in July, the iPhone app for Bouncity is finally out on the App Store today.

While Bouncity for iPhone had been long awaited, it’s uncertain if people are still interested in signing up or getting involved in the game. It has been eight months almost to the day since Bouncity was launched yet there’s been little to no word from as to the traction and adoption of it by Indonesians.

The location-based scene hasn’t been very exciting this year for local players. PersonaFlag has been deadpooled having no update since almost a year ago, Koprol is… well, what’s going on with Koprol anyway?

Continue reading Bouncity for iPhone is Finally Out

Menyasar Kebutuhan Pengguna Feature Phone akan Aplikasi Mobile, XL Blaast Diluncurkan

Aplikasi untuk smartphone macam BlackBerry, iOS, Android mungkin sudah biasa kita dengar di keseharian. Bagaimana dengan aplikasi untuk feature phone, ponsel yang berbasiskan Java (J2ME) dan memiliki rentang harga di bawah 2 juta Rupiah? Apakah pengguna feature phone yang memiliki budget terbatas juga bisa menikmati “kemewahan” mengakses Internet dan menggunakan berbagai layanan aplikasi populer?

Dulu yang menyasar segmen seperti ini adalah pengembang asal Israel, Snaptu. Produk Snaptu sempat cukup populer sampai akhirnya diakuisisi dan ditutup layanannya oleh Facebook. Sekarang kita memiliki Blaast. Lebih baik lagi, Blaast yang berasal dari Finlandia berkeinginan untuk meningkatkan animo pengguna akan aplikasi lokal. Semangat tersebut disambut baik XL Axiata selaku operator partner, sehingga muncullah produk XL Blaast yang secara resmi diumumkan hari ini. Blaast sendiri telah beberapa kali kami liput, dari sejak perkenalan hingga kontes pengembangan aplikasi yang diadakan beberapa waktu lalu.

Continue reading Menyasar Kebutuhan Pengguna Feature Phone akan Aplikasi Mobile, XL Blaast Diluncurkan

5 Ways to Use Path for Business

This is a guest post by Ario Tamat. Ario worked in the digital music industry in Indonesia from 2003 to 2010, and currently works in the movie and TV industry in Vietnam. Keep up with him on Twitter at @barijoe or his blog on http://barijoe.wordpress.com

So in the last few months, Path has gained ground as one of the most talked-about social network apps, especially since the Path 2.0 upgrade which integrated location check-in, photo feed, song check-in, and even an ‘asleep/awake’ feature, which you can share to ‘only’ up to 150 friends. This brings some interesting possibilities of using Path for business.

Continue reading 5 Ways to Use Path for Business

Di Indonesia Path Bisa Berdampak kepada iPhone dan Android Seperti Apa yang BBM Lakukan ke BlackBerry

Guest Post kali ini ditulis oleh Ario Tamat yang menuliskan opini tentang Path, terutama setelah diluncurkannya Path 2.0 dan hubungannya dengan pengguna di Indonesia. Ario Tamat bekerja di industri musik digital di Indonesia pada tahun 2003-2010, dan saat ini bekerja di industri film dan TV di Vietnam. Dia bisa ditemui di Twitter di @barijoe atau blog-nya di http://barijoe.wordpress.com.

Jumlah teman yang meng-add saya di Path semakin bertambah, begitu juga dengan teman-teman yang membicarakan layanan ini di Twitter atau melakukan cross-posting konten. Hal ini menunjukkan bahwa perlahan namun pasti, Path – terutama sejak dirilisnya Path 2.0 – membuat banyak terobosan bagi pengguna jejaring sosial di Indonesia. Saya setuju, bahwa Path memiliki tampilan visual yang menakjubkan dan adiktif, dan untuk beberapa aspek, pertemanan di Path menjadi lebih intim karena jumlah orang yang bisa diajak berteman dibatasi.

Continue reading Di Indonesia Path Bisa Berdampak kepada iPhone dan Android Seperti Apa yang BBM Lakukan ke BlackBerry

In Indonesia Path May Do To iPhone and Android What BBM Did to BlackBerry

This is a guest post by Ario Tamat. Ario worked in the digital music industry in Indonesia from 2003 to 2010, and currently works in the movie and TV industry in Vietnam. Keep up with him on Twitter at @barijoe or his blog on http://barijoe.wordpress.com

The amount of friends from various walks of life adding me on Path, or talking about Path on Twitter or cross-posting stuff, has shown that slowly but surely, Path – especially since the launch of Path 2.0 – is making a lot of inroads to Indonesian social network users. I agree, it’s visually stunning and addictive, and to some aspects, it becomes more intimate because it limits the amount of people you can “friend”.

Continue reading In Indonesia Path May Do To iPhone and Android What BBM Did to BlackBerry

Bibbycam: Photo Editing Application for BlackBerry

Currently not many photo editing applications is available for the BlackBerry. First the specs and the hardware (especially graphics card and processor) that are owned by the BlackBerry smartphone (in earlier times before a new line of mobile phone OS7) are still not as good as iPhone or Android owned by upper class; Second, from the initial allocation, BlackBerry is intended for a business communication tool instead of the entertainment or multimedia. As the result, most of Blackberry individual customers are drooling with the popularity of Instagram.

Sometimes ago we had reviewed Pikubo. Pikubo was intended to satisfy the “thirst” of BlackBerry users who want to have a qualified photo editing applications. Although it has received a fairly warm welcome, there have been no more developments after many months. There are still many problems here and there with this application. The hope to get a good photo editing application is lost.

Continue reading Bibbycam: Photo Editing Application for BlackBerry