Pakai Kacamata AR Mad Gaze Vader, Anda Bisa Memanipulasi Objek Virtual Seperti di Film Iron Man

Semenjak Google pertama kali mengungkap Glass untuk pertama kalinya, tidak sedikit pihak yang terinspirasi untuk mengembangkan kacamata AR-nya sendiri. Google Glass sendiri sudah bereinkarnasi menjadi perangkat untuk segmen enterprise, akan tetapi hal ini tidak mencegah ambisi sejumlah startup untuk merealisasikan fantasinya seperti yang tergambarkan di film Iron Man.

Kalau Anda pernah menonton film itu, Anda pastinya ingat dengan adegan di mana sang lakon, Tony Stark, bermain-main dengan hologram layaknya sedang berinteraksi dengan benda fisik. Teknologi semacam itu jelas masih belum eksis sampai sekarang, tapi setidaknya laju kita sudah semakin dekat.

Itulah yang hendak ditawarkan sebuah startup asal Hong Kong bernama Mad Gaze. Setelah bereksperimen dengan beragam prototipe perangkat selama beberapa tahun, mereka akhirnya menyingkap Mad Gaze Vader, sebuah kacamata augmented reality yang diharapkan bisa mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia digital.

Mad Gaze Vader

Dari luar Vader kelihatan seperti kacamata biasa dengan bingkai yang cukup gemuk. Saya akui Google Glass memang tampak jauh lebih menarik, akan tetapi Vader dapat memproyeksikan layar yang hampir seukuran pandangan mata manusia, kurang lebih setara TV 90 inci yang dilihat dari jarak 3 meter.

Sudut pandangnya memang hanya terbatas di angka 45 derajat, akan tetapi resolusinya mencapai 1280 x 720. Karena ini kacamata AR, layarnya akan tampak agak transparan sehingga pengguna masih bisa memantau apa yang terjadi di sekitarnya dengan baik.

Mad Gaze Vader

Oke, layarnya lebih besar dari Google Glass, itu sajakah kelebihannya? Tidak, sebab Vader juga bisa membaca beragam gesture tangan seperti pinching atau drag-and-drop. Kapabilitas ini sejatinya memungkinkan kita untuk memanipulasi objek-objek virtual yang tampak pada layar layaknya Tony Stark di film Iron Man tadi, meski belum sekompleks dan sepresisi itu.

Berbekal Wi-Fi dan Bluetooth, Vader bisa disambungkan dengan smartphone Android atau iPhone, sehingga pengguna bisa langsung menerima panggilan telepon maupun notifikasi lain dari pandangannya. Vader bahkan bisa di-pair dengan keyboard Bluetooth, lalu dipakai untuk mengetik dokumen maupun email.

Mad Gaze Vader

Fungsi-fungsi ini sejatinya menjadikan Vader cukup ideal untuk kebutuhan hiburan sekaligus bekerja. Performanya sendiri ditunjang oleh prosesor quad-core 1,5 GHz, RAM 3 GB, penyimpanan internal 32 GB dan sistem operasi berbasis Android 6.0. Baterai 1.200 mAh-nya diperkirakan bisa bertahan selama 5 jam penggunaan.

Ke depannya Mad Gaze berjanji untuk menambahkan lebih banyak konten untuk Vader. Perangkat ini sendiri sekarang sedang dipasarkan melalui situs crowdfunding Kickstarter seharga AU$649, sudah termasuk keyboard Bluetooth. Memang termasuk mahal, tapi pada dasarnya konsumen bakal mendapatkan komputer mini yang bisa dipakai di wajahnya.

TweetReality Ajak Anda Menikmati Twitter dalam Wujud Augmented Reality

Selain artificial intelligence, augmented reality (AR) merupakan salah satu tren teknologi lain yang kerap mendapat sorotan tahun ini. Salah satu penyebabnya adalah kontribusi dari sejumlah nama besar di dunia teknologi, contohnya Apple dengan ARKit, dan Google dengan ARCore.

Kedua inovasi ini pada dasarnya memungkinkan developer untuk menciptakan aplikasi AR yang jauh lebih menarik dan lebih mudah dari sebelumnya. Dalam kasus ARKit di iOS, aplikasinya juga tidak harus berupa game, bahkan sebuah Twitter client pun juga bisa disisipi bumbu AR.

Itulah premis yang ditawarkan sebuah aplikasi baru bernama TweetReality. Sesuai namanya, aplikasi ini ingin menggabungkan media sosial favorit para selebriti itu dengan AR. Caranya dengan ‘memindah’ lini masa Twitter yang tadinya di layar menuju ke tembok virtual berbentuk cekung di hadapan Anda, mirip seperti di film-film sci-fi.

TweetReality

Dari situ TweetReality mempersilakan Anda menggunakan Twitter seperti biasa, mulai dari memantau mention, me-retweet, membubuhkan like, menulis dan membalas tweet, sampai melakukan pencarian. Aplikasi juga akan menampilkan tweet yang berisi foto, namun sayang video maupun GIF tidak bisa dibuka – setidaknya untuk sekarang.

Bagi yang menginginkan pengalaman lebih menyeluruh, TweetReality turut menyediakan mode khusus untuk digunakan bersama headset Google Cardboard, dengan catatan headset tersebut memiliki lubang untuk kamera smartphone.

TweetReality jelas tidak bisa menggantikan peran aplikasi Twitter standar yang bertujuan untuk memberikan informasi secepat mungkin kepada Anda, tapi setidaknya bisa menjadi obat kebosanan di kala senggang. Pengguna perangkat iOS yang tertarik sudah bisa mengunduhnya secara cuma-cuma dari App Store.

Sumber: Next Reality.

Printer Portable Berteknologi AR, Lifeprint, Kini Lebih Besar dan Dibekali Wi-Fi

Sampai di akhir tahun 2017 ini, frasa “printer yang dapat mencetak video” masih terdengar sebagai sesuatu yang mustahil. Namun itulah yang ditawarkan oleh Lifeprint, yang memanfaatkan teknologi augmented reality (AR) agar foto yang dicetak bisa tampak ‘hidup’ ketika dilihat dari balik layar smartphone.

Saya pribadi setuju bahwa melihat suatu foto fisik dari balik layar smartphone adalah hal yang terdengar konyol. Akan tetapi ini merupakan cara yang cukup efektif untuk menyimak kembali momen-momen yang begitu berkenang, seperti ketika buah hati Anda berjalan untuk pertama kalinya, atau momen wisuda.

Belum lama ini, pengembangnya meluncurkan Lifeprint versi baru yang lebih baik dari segala aspek. Yang paling utama adalah, foto yang dicetak kini berukuran 3 x 4,5 inci, naik cukup lumayan dari versi sebelumnya yang mentok di dimensi 2 x 3 inci.

Lifeprint

Pembaruan selanjutnya adalah konektivitas wireless, yang mencakup Wi-Fi dan Bluetooth sekaligus. Berkat Wi-Fi, pengguna pada dasarnya bisa mencetak menggunakan Lifeprint dari mana saja mereka berada, sedangkan Bluetooth memudahkan pencetakan saat mereka memiliki akses langsung ke Lifeprint.

Selebihnya, Lifeprint masih sama seperti sebelumnya. Dimensinya masih ringkas, dan desainnya masih menyerupai hard disk eksternal. Selain video, Lifeprint juga mendukung format Live Photo milik iPhone.

Printer ini juga masih mengandalkan kertas berteknologi ZINK yang tidak membutuhkan tinta. Satu pak kertas berisi 20 lembar dihargai $30, sedangkan satu pak berisi 40 dihargai $50. Lifeprint versi anyar sendiri dipasarkan secara eksklusif melalui toko retail dan online Apple seharga $150.

Sumber: DPReview.

Developer Pokémon Go Akan Meluncurkan Ulang Game AR Pertamanya, Ingress

Niantic Labs mungkin jadi terkenal secara luas lewat fenomena Pokémon Go yang mereka gagas, tapi canggihnya gameplay berbasis augmented reality itu tak akan ada tanpa Ingress. Ingress ialah kreasi digital kedua Niantic, setelah sebelumnya mereka menggarap app panduan eksplorasi Field Trip, dan merupakan perama kalinya developer berkecimpung di ranah AR.

Ingress dirilis perdana di Android pada 2012, lalu menyusul di iOS dua tahun sesudahnya. Formula permainannya tak jauh berbeda dari Pokémon Go, namun Ingress mengusung tema sci-fi cyberpunk, dan lebih menitikberatkan elemen kerja sama – mengadu dua faksi, yaitu The Enlightened dan The Resistance. Tugas masing-masing anggotanya adalah menemukan dan merebut ‘portal’ – umumnya diposisikan di landmark sungguhan.

Di penghujung 2017 ini, Niantic menyingkap kabar mengejutkan. Mereka mengumumkan rencana untuk meluncurkan ulang game AR tersebut di tahun depan, mengusung judul baru: Ingress Prime. Buat sekarang, detail mengenainya masih belum banyak terungkap. Di websitedeveloper hanya mencantumkan sebuah trailer (animasi dan acting-nya cukup keren) dan satu paragraf berisi narasi.

“Ada sesuatu yang salah, Agen… Dunia tidak seperti yang terlihat. Perang tersembunyi tengah terjadi dalam bayang-bayang, dan Anda punya kekuatan untuk membentuk nasib semesta. Namun Anda membutuhkan bantuan orang-orang yang tepat… dan juga memerlukan satu teknologi istimewa: Ingress Prime.”

Selain itu, di sana hanya ada satu link untuk melakukan registrasi email buat mendapatkan update terbaru langsung dari Niantic terkait Ingress Prime (dan boleh jadi nanti kan ada kesempatan untuk mencobanya versi beta-nya). Berdasarkan informasi yang diperoleh The Verge, update Prime mengubah hampir segala aspek di Ingress; dari mulai desain, arahan visual, narasi, hingga teknologi permainan.

Kepada The Verge, CEO Niantic John Hanke menyampaikan, “Permainan ini adalah platform tempat kami menemukan segala hal yang pada akhirnya diterapkan dalam Pokémon Go. Dan ke depannya, kami akan mengadopsi elemen-elemen di sana buat proyek-proyek selanjutnya. Bagi kami, Ingress ialah inti spiritual Niantic.

Hanke juga menjelaskan bahwa upgrade besar-besaran ini dimaksudkan sebagai persembahan bagi komunitas Ingress. Developer mengaku sudah lama tidak merilis fitur baru untuk Ingress, dan bersyukur para gamer-nya masih setia menikmati permainan ini.

Ingress Prime akan meluncur di tahun 2018, namun Niantic belum menginformasikan waktu tepatnya. Sebagai upaya pegembangan narasinya, Niantic juga akan memublikasikan seri anime Ingress.

Via Eurogamer.

Mengenal Assemblr, Platform Berkreasi dengan Teknologi AR

Industri AR (Augmented Reality) di Indonesia masih dalam tahap berkembang. Mulai bermunculan layanan dan bisnis AR baru yang mencari model bisnis. Salah satunya adalah Assemblr. Sebuah platform berbasis mobile yang memungkinkan penggunanya menghasilkan karya 3D dari hasil penggabungan obyek-obyek yang tersedia dan material yang beragam. Hasil kreasi tersebut nantinya bisa ditaruh di dunia nyata menggunakan teknologi Augmented Reality dan Geo-Location.

CEO Assemblr Hasbi Asyadiq menyebut bahwa platformnya ini merupakan gabungan antara Lego dengan Pokemon GO. Assemblr didesain untuk membantu pengguna membuat konten 3D yang divisualisasikan ke dalam bentuk Augmented Reality. Hasilnya dapat ditempatkan di dunia nyata untuk diakses semua orang.

“Kita percaya bahwa salah satu cara pengaksesan informasi yang signifikan di masa depan akan berbentuk Augmented Reality. Walaupun adaptasinya akan memakan waktu, namun masa depan pengaksesan informasi akan menuju kesana. Untuk mewujudkan itu Augmented Reality memerlukan dua faktor penting agar dapat diterima oleh banyak orang. Yang pertama adalah hardware dan yang kedua adalah konten. Assemblr mencoba masuk ke dalam ranah konten,” terang Hasbi.

Dari segi teknologi, Assemblr mengusung teknologi SLAM ( Simultaneous Localization and Mapping) AR yang memungkinkan obyek digital dapat ditempatkan di suatu posisi tanpa menggunakan gambar sebagai marker. Teknologi SLAM ini mampu membaca area di sekitar sebagai basis tracking 3D Object untuk tetap berada di suatu posisi.

“Misalkan pengguna membuat sebuah bangunan yang kemudian dia taruh bersebelahan dengan Monas (Monumen Nasional). Orang-orang yang berada di dalam radius sekitar Monas dapat melihat karya yang ditaruh di tempat tersebut dalam bentuk SLAM Augmented Reality. Namun para pengguna Android masih harus menggunakan marker untuk men-trigger 3D object sampai ARCore [teknologi SLAM yang dimiliki Android] menjadi sebuah standar AR di Android,” ungkap Hasbi.

Assemblr akan berbentuk aplikasi freemium yang memungkinkan pengguna membeli beberapa item yang diinginkan di dalam aplikasi. Dengan menargetkan pengguna di rentang usia 18-24 tahun, Assemblr bisa menjadi sarana penyaluran ide kreatif  terutama mereka yang memiliki ketertarikan dengan building blocks mechanic.

mobile 3D Assamblr

YCombinator dan target ke depannya

Ada cerita menarik dari Assemblr dan bisnisnya. Mengawali bisnisnya di Oktober 2017 mereka berusaha menembus YCombinator, salah satu inkubator yang berperan melahirkan startup ternama seperti Twitch, Dropbox, hingga AirBB. Assemblr berhasil menembus tahap wawancara, namun gagal mengikuti program inkubasi karena masih di tahap awal. Kondisi tersebut tidak membuat Hasbi dan kawan-kawan menyerah, Assemblr akan mencoba kembali di tahun depan dengan posisi traction yang lebih kuat, dengan total 261,085 pengguna dan 124,636 kreasi telah dibuat semenjak masuk fase beta dari 1 November 2017 sampai dengan 4 Desember 2017.

Assemblr juga telah mencanangkan beberapa target dalam satu-dua tahun ke depan. Target-target tersebut meliputi fitur multiplayer atau memungkinkan pengguna untuk membuat project bersama pengguan lainnya secara real time, memfasilitasi pengguna menempatkan hasil kreasi di dunia nyata dan berburu item di sekitar mereka, menjadi portal untuk pengguna berkompetisi, dan juga menjadi marketplace untuk kreator menjual karya mereka di Assemblr.

Application Information Will Show Up Here

Lego AR-Studio Padukan Serunya Menikmati Mainan Fisik dan Digital via Augmented Reality

Di balik kesederhanaannya, Lego memberikan penikmatnya ruang imajinasi yang sangat luas, dan inilah pesona utama mainan legendaris buatan Denmark itu. Sudah lama para developer juga mencoba mengadopsinya ke ranah hiburan digital. Langkah terbesar yang dilakukan belum terlalu lama adalah upaya menggabungkan elemen mainan fisik dengan game lewat Lego Dimensions.

Sayangnya meskipun inovatif, Lego Dimensions tidak selaris yang Traveller’s Tales harapkan. Dan akhirnya, developer terpaksa menyetop perilisan produknya di bulan September 2017. Namun Lego sendiri belum menyerah dalam merealisasikan gagasan mereka untuk ‘menghidupkan mainan’. Belum lama ini, Lego Group meluncurkan Lego AR-Studio di iOS, yaitu app yang mempersilakan Anda mengombinasikan mainan fisik dengan konten digital.

Cara menikmatinya sangat mudah, dan penyajiannya juga lebih sederhana dibanding Dimensions karena memanfaatkan perangkat bergerak: Pertama, pemain hanya perlu memilih set Lego City dan Ninjago di smartphone; dan selanjutnya, kita bisa memunculkan naga penyembur api, truk pemadam kebakaran, hingga kereta. Dan uniknya lagi, tiap kejadian seru di sana dapat direkam menggunakan fungsi kamera di dalam app.

“Aplikasi ini menyuguhkan cara baru menikmati Lego dengan mengombinasikan aspek fisik dan digital,” ungkap Tom Donaldson selaku vice president of Creative Play Lab Lego Group via Wired. “Untuk menggunakannya, Anda cuma perlu menggenggam iPhone atau iPad di tangan. Lalu di layar, Anda dapat melihat ruangan kamar, meja, dan lain-lain. AR-Studio sanggup mendeteksi permukaan, dan di sana, Anda bisa menaruh mainan-mainan Lego.”

Hebatnya lagi, sistem AR-Studio bukan sekedar overlay, melainkan model tiga dimensi yang mampu memahami kondisi dunia nyata. Buat sekarang, aplikasi baru tersedia untuk platform iOS 11. Belum diketahui apakah ia akan tersedia di Android atau tidak – apalagi Lego AR-Studio memanfaatkan framework Apple ARKit.

Hal tersebut juga mengindikasikan kebutuhan hardware yang cukup tinggi. Agar bisa menangani app AR ini, handset setidaknya harus diotaki prosesor A9 atau A10, minimal iPhone 6s. Model iDevice lain yang siap menjalankannya meliputi iPad 2017, iPad Pro (varian 10,5-, 12,9- dan 9,7-inci) serta tentu saja iPhone X.

Kit Lego AR-Studio terdiri dari model klasik seperti kantor polisi, kereta, kantor pemadam kebakaran, serta bundel Ninjago plus naga. Mereka semua tak hanya disuguhkan secara virtual. Mainan fisiknya dapat dibeli di gerai Lego.

Anda tak perlu cemas Lego Group akan mengganti lineup mainan mereka dengan versi AR atau digital. Menurut Donaldson, AR-Studio hanyalah pelengkap dari pengalaman bermain Lego, didesain untuk membantu anak-anak berimajinasi lebih tinggi.

Via Engadget.

MekaMon Adalah Robot Tempur Augmented Reality yang Dapat Dioperasikan dengan Smartphone

Perkembangan pesat teknologi augmented reality melahirkan kategori baru permainan hybrid yang melebur dunia fisik dan digital. Penggemar genre balapan bisa melirik Anki Overdrive, namun mereka yang lebih suka dengan pertempuran sengit antar robot dapat melirik MekaMon.

Dikembangkan oleh Reach Robotics, MekaMon sepintas terlihat seperti unit Dragoon milik ras Protoss di franchise StarCraft. Keempat kakinya bisa bergerak dengan lincah layaknya seekor laba-laba. MekaMon bahkan bisa jungkir balik, semuanya dengan pergerakan yang terkesan amat realistis.

Setelah tersambung via Bluetooth, MekaMon dapat dioperasikan menggunakan aplikasi smartphone. Anda bebas memilih untuk bertempur melawan AI dalam arena augmented reality atau melawan MekaMon lain. Di saat yang sama, tersedia pula mode co-op untuk menumpas gempuran AI bersama pemain lain.

MekaMon

MekaMon memanfaatkan empat sensor inframerah untuk mendeteksi lawannya secara akurat. Sinyal inframerah ini merupakan cara MekaMon berkomunikasi satu sama lain, sehingga apabila salah satu robot menembakkan senjatanya dan kena, robot lawannya bakal bereaksi kesakitan di titik yang tepat.

Elemen AR merupakan sentuhan yang sangat menarik pada MekaMon. Beragam objek seperti meja atau kursi yang ada di dalam ruangan dapat dideteksi oleh MekaMon, dan bisa dimanfaatkan untuk berlindung dari serangan musuh. Dengan begitu, pemain pada dasarnya bisa menciptakan arena pertempurannya sendiri.

Modularitas merupakan aspek lain yang diunggulkan MekaMon. Konsumen nantinya dapat meng-upgrade robotnya masing-masing dengan sejumlah aksesori, macam persenjataan baru atau proteksi yang lebih baik, tanpa harus membeli robot baru. Hadir dalam dua varian warna, MekaMon memiliki dimensi 30 x 30 x 15 cm, dengan bobot 1 kilogram.

Setelah mengembangkan MekaMon selama empat tahun dan menciptakan lebih dari 27 prototipe, Reach Robotics akhrinya siap memasarkannya secara luas mulai 16 November mendatang seharga $300. Paket standarnya sudah mencakup komponen persenjataan dan proteksi mendasar.

Sumber: VentureBeat dan The Verge.

Prediksi Google untuk Augmented Reality di Tahun 2018

Anda kemungkinan besar pernah bermain game fenomenal Pokemon Go? Game buatan Niantic, sebuah perusahaan sempalan milik Google ini menggunakan teknologi Augmented Reality (AR). Nah, menurut Anda, bagaimana perkembangan teknologi AR tahun depan?

Satu jawabannya datang dari Google. Menurut Vice President of Business and Operations untuk virtual reality (VR) Google, Amit Singh, tahun depan akan ada ratusan juta smartphone Android yang mendukung teknologi AR.

“Saat ini kami sedang dalam tahap membantu para developer, membangun pengalaman, sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari”. Tutur Singh, seperti dilansir dari PhoneArena saat menjadi pembicara dalam gelaran Web Summit di Lisbon.
Google-ARCore-light-estimation
Sejauh ini Google sudah berinvestasi cukup besar dalam memfasilitasi pengembangan teknologi AR. Salah satunya adalah lewat ARCore, sebuah program pengembangan AR untuk para developer Android yang tugas utamanya adalah menghadirkan kapabilitas augmented reality pada jutaan perangkat Android.

Software Development Kit (SDK) ARCore sendiri sudah dirilis Google pada bulan Agustus lalu. Bedanya dengan Tango, ARCore dirancang agar bisa berjalan tanpa memerlukan hardware tambahan, meskipun saat ini baru mendukung Google Pixel dan Samsung Galaxy S8.

Selain tersedia untuk smartphone high-end, Google juga memprediksi fitur AR akan bisa ditemukan di smartphone kelas menengah dan entry-level, setidaknya dalam waktu yang tidak lama. Singh menambahkan, bahwa peluang untuk memonetisasi konten AR juga sama bagusnya seperti game dan aplikasi belanja.

Augmented reality (akan menjadi) fitur inti dari sebagian besar Android selama beberapa tahun ke depan dan saat itu terjadi, ia menduga evolusi monetisasi akan terjadi secara alami.” Tambah Singh.

DailySocial sendiri telah mengadakan survei tentang pasar Virtual Reality/Augmented reality – VR/AR di Indonesia. Salah satunya menampilkan hasil survei bahwa pengguna lokal masih belum mengerti tentang AR. Bisa jadi dikarenakan perangkat yang mendukung untuk menghadirkan konten yang ‘kaya’ masih terbatas.

Jika apa yang diprediksikan Google akan terjadi tahun depan, maka angka ini bisa jadi akan berubah drastis.


Source : DailySocial


Source : DailySocial

Untuk lebih lengkap mengenai survei VR/AR, Anda bisa mengunduhnya lewat tautan ini.

Developer Pokémon Go Kembangkan Game Harry Potter Baru, Wizards Unite

Satu tahun lebih setelah perilisan game  Pokémon berbasis augmented reality pertama di mobile yang sempat jadi fenomeda global, dapur Niantic Labs tampak kembali sibuk. Minggu lalu, developer mengakusisi tim Evertoon untuk membantu membangun platform sosial di permainan Pokémon Go serta Ingress. Dan baru saja, Niantic mengungkap proyek besar mereka selanjutnya.

Di pertengahan tahun lalu, terdengar rumor yang menyatakan bahwa Niantic sedang mengembangkan versi Harry Potter dari Pokémon Go – diperkuat oleh informasi salah seorang developer yang mengaku Niantic sudah memperoleh hak pembuatan app franchise populer itu. Tak lama, developer segera membantahnya. Namun ternyata, kabar tersebut benar adanya. Niantic memang tengah menggarap permainan mobile Harry Potter.

Dikonfirmasi oleh sang CEO John Hanke sendiri, Niantic Labs mengumumkan Harry Potter: Wizards Unit, game mobile AR yang mengambil latar belakang dunia sihir kreasi penulis J.K. Rowling. Penyingkapan ini memang sangat menggembirakan fans novel dan filmnya, terutama Anda para muggle yang tidak berkesempatan mengenakan Sorting Hat dan belajar di Hogwarts.

Via blog Niantic, John Hanke menyebutkan sejumlah aspek dari gameplay Wizards Unite. Dalam permainan ini, gamer bisa mempelajari mantra, menjelajahi dunia sihir ‘sesungguhnya’ yang bersembunyi di kota atau lingkungan tempat tinggal Anda, mencoba menundukkan makhluk-makhluk legenda, serta mengalahkan musuh-musuh berbahaya bersama kawan-kawan.

Warner Bros. Interactive Entertainment menyingkap detail mengenai gameplay Wizards Unite lebih banyak di situs Pottermore. Berbekal smartphone, Anda dapat melakukan petualangan baru, membangun karier sebagai penyihir, berburu artefak-artefak misterius, bahkan bisa bertemu dengan tokoh-tokoh ikonis di jagat Harry Potter.

Pengumuman ini juga menandai dimulainya kerja sama antara Niantic Labs, publisher Warner Bros. Interactive Entertainment, dan tim pengembang WB Games San Francisco. Harry Potter: Wizards Unite rencananya dibangun di atas Niantic Platform, yang memungkinkan developer memanfaatkan teknologi ‘mutakhir’ dan membubuhkan mekanisme-mekanisme gameplay baru.

“Lewat permainan ini, kami memberikan kesempatan bagi para fans buat menikmati jagat imajinatif ciptaan J.K. Rowling melalui cara yang immersive,” kata David Haddad selaku president of Warner Bros. Interactive Entertainment. “Kami merasa gembira bisa memperoleh dukungan dari Niantic di bidang AR dalam mengembangkan dunia sihir yang dapat dijelajahi pemain setiap hari.”

Informasi lebih lanjut tentang Harry Potter: Wizards Unit akan disingkap di tahun 2018.

Google Umumkan Poly, Semacam Portal untuk Saling Berbagi Aset 3D untuk AR dan VR

Bulan Juli lalu, Google meluncurkan aplikasi VR untuk 3D modeling bernama Blocks. Ide di balik Blocks adalah memberikan kemudahan untuk menciptakan objek 3D, yang kemudian dapat digunakan pada konten augmented reality maupun virtual reality.

Baru-baru ini, Google mengumumkan Poly, semacam portal untuk saling berbagi aset 3D. Poly sengaja dirancang agar terintegrasi ke Blocks maupun Tilt Brush, sehingga kreator dapat langsung mengunggah hasil karyanya dan saling menginspirasi satu sama lain.

Integrasinya tidak berhenti sampai di situ saja. Beberapa objek 3D di Poly ada yang mengemas tag “Remixable”, yang berarti kreator lain bisa meng-import dan memodifikasinya secara langsung di Blocks atau Tilt Brush. Saat hasil modifikasinya diunggah, Poly otomatis akan mencantumkan kredit dan tautan menuju kreator aslinya.

Google Poly

Pencantuman kredit ini penting mengingat semua objek 3D yang tersimpan di Poly dapat digunakan secara cuma-cuma. Di samping karya komunitas, Google tentunya tidak lupa menyelipkan sejumlah objek 3D hasil karya tim internalnya.

Sepintas Poly terdengar hanya bermanfaat bagi kalangan developer saja. Namun sebenarnya siapapun bebas mengakses Poly untuk menikmati koleksi objek 3D-nya di browser perangkat desktop maupun mobile. Suka dengan model tertentu, Anda bisa lanjut mengamatinya menggunakan VR headset atau membagikannya ke pengguna lain dalam format GIF.

Sumber: Google.