Google Luncurkan Measure, Aplikasi untuk Mengukur Dimensi Objek Nyata di Sekitar

Dari sekian banyak fitur baru iOS 12, salah satu yang cukup menarik adalah penyempurnaan pada pengalaman augmented reality (AR), sekaligus aplikasi bawaan baru bernama Measure. Fungsi aplikasi tersebut sangat simpel, yakni untuk mengukur dimensi beragam objek nyata di sekitar kita, tanpa harus mengandalkan penggaris maupun meteran.

Pengguna perangkat Android tak perlu berkecil hati, sebab Google malah sudah merilis aplikasi serupa di Play Store, dengan nama yang sama pula. Measure memanfaatkan platform ARCore yang Google buat sendiri, yang berarti perangkat Anda haruslah mendukung ARCore untuk bisa menggunakannya – daftar lengkapnya bisa dilihat di situs resmi Google.

Ada dua tipe pengukuran di Measure: panjang (Length) dan tinggi (Height), sehingga Anda dapat mengukur panjang sebuah karpet, lebar lemari, maupun tinggi meja. Hasil pengukurannya bisa disimpan dalam bentuk foto untuk dijadikan referensi ketika diperlukan, semisal ketika berkunjung ke toko furniture guna berburu perabot baru.

Google Measure app

Google tidak lupa memberikan catatan kecil bahwa pengukurannya tidak bisa 100% akurat, melainkan hanya estimasi saja. Berdasarkan pengalaman saya menggunakan aplikasi serupa di iOS (third party), semuanya bergantung pada kondisi pencahayaan; kalau cahaya di dalam ruangan cukup terang terang, maka pengukurannya bisa lebih akurat ketimbang di dalam ruangan yang remang-remang.

Cara menggunakannya pun sangat mudah. Supaya lebih jelas, silakan tonton video demonstrasi Google di bawah ini.

Sumber: UploadVR.

Application Information Will Show Up Here

Google Luncurkan Kursus Online Gratis Bagi yang Tertarik Mengembangkan Konten AR

Awalnya lebih terkesan gimmicky ketimbang fungsional, augmented reality (AR) sekarang telah menjadi bagian penting dalam ekosistem digital. Ikea menggunakannya untuk menyimulasikan pengalaman berbelanja furniture dari kediaman masing-masing, Lego memanfaatkannya guna melengkapi lini mainannya, sedangkan Facebook memakainya untuk keperluan pemasaran.

Maka dari itu, tidak heran apabila ada banyak orang yang tertarik mendalami soal AR, mungkin mereka sebatas tertarik dengan cara kerjanya, atau malah ingin bergabung dalam komunitas kreator. Agar semua bisa berpartisipasi, Google merasa perlu mengambil tindakan.

Bekerja sama dengan Coursera, Google menghadirkan kursus online bernama “Introduction to Augmented Reality and ARCore”. ARCore, bagi yang tidak tahu, adalah platform AR yang digunakan di ekosistem Android. Dengan mengikuti dan menyelesaikan kursus ini, Anda pada dasarnya siap untuk menciptakan konten AR buat jutaan pengguna Android.

Secara total kursusnya dapat diselesaikan dalam waktu 15 jam saja, dan semuanya bisa diikuti tanpa harus mengeluarkan biaya satu sen pun. Target pelajar yang dituju adalah mereka yang belum pernah punya pengalaman mengembangkan konten AR. Sebatas tahu mengenai perkembangan AR – seperti saya contohnya – tentu saja bakal menjadi nilai plus.

Selain dasar-dasar teknologi AR, kursus ini juga bakal membahas teknik-teknik pembuatan konten AR, termasuk halnya tips memanfaatkan development kit ARCore dan alat bantu seperti Poly. Kalau tertarik, Anda bisa langsung mengujungi situs Coursera. Pastikan Anda sudah lebih dulu mendaftarkan akun sebelum mengikuti kursusnya.

Sumber: Google.

Google Umumkan ARCore 1.2, Kini Konten AR Bisa Dinikmati Secara Multiplayer

Google merilis ARCore secara resmi sekitar tiga bulan yang lalu. Dalam kurun waktu yang terbilang singkat itu, komunitas developer sudah melahirkan deretan aplikasi augmented reality yang sangat menarik untuk ekosistem Android. Namun bukan developer pihak ketiga saja yang sibuk mengerjakan pekerjaan rumahnya, tim internal ARCore pun juga.

Di event Google I/O 2018, mereka mengumumkan ARCore versi 1.2. Versi baru ini tentunya membawa sejumlah penyempurnaan, dari yang sesederhana kemampuan untuk mendeteksi permukaan vertikal – yang berarti selain di atas meja kita juga bisa menempatkan objek virtual di tembok – sampai fitur yang cukup kompleks bernama Cloud Anchors.

Cloud Anchors ini pada dasarnya memungkinkan kita untuk menikmati konten AR secara bersama-sama (multiplayer). Semisal kita menggambar menggunakan Just A Line, orang lain yang berada di satu ruangan juga bisa ikut bergabung dan mencorat-coret di atas ‘kanvas’ yang sama.

Rahasianya terletak pada kemampuan Cloud Anchors untuk mencatat lokasi suatu objek virtual di dalam ruangan dan menyimpan informasinya di jaringan cloud. Info tersebut kemudian diteruskan ke perangkat milik teman yang bergabung tadi, sehingga pada akhirnya kedua pengguna dapat melihat objek virtual yang berada di lokasi yang sama persis.

Yang lebih menarik lagi, Google merancang agar Cloud Anchors kompatibel dengan teknologi ARKit milik iOS. Ini berarti multiplayer tadi bisa dinikmati meski pengguna lainnya sedang menggunakan iPhone. Kalau suatu aplikasi AR memang tersedia di Android dan iOS, saya yakin developer-nya tak akan kesulitan menerapkan Cloud Anchors ini.

Terakhir, Google juga menjanjikan proses pengembangan konten AR yang lebih simpel dan lebih cepat melalui SDK baru bernama Sceneform. Bagi para konsumen, ini berarti kita bakal menjumpai lebih banyak lagi aplikasi AR yang menarik tanpa harus menunggu lama.

Sumber: Google dan Ars Technica.

ARCore Lahirkan Deretan Aplikasi Augmented Reality yang Menarik untuk Android

ARCore baru dirilis sebulan yang lalu, akan tetapi developer sudah dengan cepat membuahkan hasil. Google mencoba menyoroti beberapa yang sangat menarik perhatian, tapi yang terpenting, deretan aplikasi augmented reality ini tidak terbatas pada kategori gaming saja.

My Tamagotchi Forever

Di segmen gaming sendiri ada tiga yang bisa dibilang penuh intrik. Yang pertama adalah keluaran Bandai Namco ini, di mana pemain diajak untuk bermain Tamagotchi, tapi dengan imbuhan elemen city building. Membangun kota virtual-nya (dinamai Tamatown), tentu saja berlangsung dalam tampilan augmented reality – bisa di atas meja makan atau di mana saja ada permukaan datar.

Tamatown ini tentunya juga bisa dieksplorasi. Anda bahkan bisa mengajak Tamagotchi peliharaan untuk bermain petak umpet di kota virtual itu.

Walking Dead Our World

Walking Dead Our World

Walking Dead dalam bentuk game bukanlah barang baru, akan tetapi sebelum ini Anda mungkin tidak membayangkan bakal menghadang serangan zombie di gang belakang rumah. Augmented reality siap mewujudkan fantasi liar itu, dan yang lebih menarik, game ini rupanya juga memanfaatkan API Google Maps.

TendAR

TendAR

Sepintas terkesan aneh, akan tetapi karakter utama dalam game ini, yakni seekor ikan bernama Guppy, rupanya bisa merespon terhadap ekspresi wajah orang-orang di sekitarnya. Guppy bahkan harus bertahan hidup dengan mencaplok emosi seseorang, tapi hati-hati, karakteristiknya akan berubah sesuai dengan yang dimakan.

Masih kedengaran aneh? Tidak apa-apa, yang pasti game ini tergolong canggih dari sisi teknis karena mengombinasikan ARCore dengan API Google Cloud, yang berjasa menyuplai Guppy dengan teknologi computer vision dan object recognition.

Ikea Place

Ikea Place

Beralih ke kategori shopping & home, aplikasi AR Ikea yang sebelumnya sudah cukup lama hadir di iOS akhirnya mendarat juga di Android. Bagi yang tidak tahu, aplikasi ini memungkinkan kita untuk menempatkan beragam perabot virtual di dalam rumah demi memberikan gambaran yang lebih jelas tanpa harus berkunjung ke toko fisiknya.

Aplikasi ini sangat berguna untuk melihat dimensi suatu furniture, semisal lemari atau meja, lalu memastikan apakah barangnya cukup atau tidak di dalam kamar kita. Ikea bilang saat ini sudah ada lebih dari 3.200 produk dalam Ikea Place.

eBay

Kreasi eBay ini menurut saya adalah yang paling inovatif sekaligus berpengaruh signifikan. Memanfaatkan mode AR, para pedagang di eBay dapat memastikan ukuran kardus pengiriman untuk setiap produk yang hendak mereka kirim ke pembeli. Tidak ada lagi ceritanya membayar lebih mahal untuk kardus yang terlalu besar hanya karena takut kardus yang berukuran lebih kecil tidak cukup untuk barang dagangannya.

Just a Line

Terakhir, di segmen kreativitas, Google memamerkan aplikasi buatannya sendiri yang dinamai Just a Line. Aplikasi ini simpel tapi cukup seru. Anda dipersilakan mencorat-coret di medium AR, lalu kreasi Anda bisa dijadikan bintang dalam sebuah video pendek.

Ghostbusters World Ajak Pemain Menjadi Pemburu Hantu dengan Bantuan Augmented Reality

Dengan dirilisnya ARCore secara resmi, developer langsung tancap gas menggarap aplikasi augmented reality-nya masing-masing. Salah satu yang layak dinanti adalah game berjudul Ghostbusters World, hasil kolaborasi antara Sony Entertainment, Ghost Corps dan publisher FourThirtyThree Inc.

Premis dasar game ini kurang lebih mirip seperti Pokemon Go, di mana pemain akan ditugaskan untuk menangkap berbagai jenis hantu dari franchise Ghostbusters yang berkeliaran. Hantu-hantu virtual itu akan muncul di dunia nyata melalui tampilan kamera ponsel, sama kasusnya seperti di Pokemon Go.

Anggap saja ini sebagai Pokemon Go bertema Ghostbusters. Pemilihan tema tersebut sangat pas, karena pada film aslinya memang hantu-hantu yang berkeliaran tidak kenal tempat. Developer menjanjikan ratusan jenis hantu, termasuk yang baru dan eksklusif untuk Ghostbusters World.

Dalam cuplikan video gameplay-nya di atas, tampak hantu paling ikonik dari franchise ini, Slimer, sedang berkeliaran di trotoar dan menyerang sang pemain. Dengan kombinasi sejumlah tombol pada layar, pemain dapat menangkapnya menggunakan senjata laser proton pack seperti yang ada di film aslinya.

Selain di Android, Ghostbusters World kabarnya nanti juga bakal tersedia di iOS. Pastinya kapan masih belum diketahui, akan tetapi informasi lebih lengkapnya bakal diungkap dalam ajang Game Developers Conference bulan depan.

Sumber: Sony.

Google Resmi Rilis ARCore Versi 1.0 ke Tangan Developer

ARCore, salah satu penyebab dipensiunkannya Project Tango, akhirnya resmi dirilis ke tangan developer. Sejak diumumkan pada bulan Agustus lalu, ARCore yang pada saat itu masih berstatus preview sebenarnya sudah menjadi bahan eksperimen sejumlah developer. Namun sekarang semua developer tanpa terkecuali bisa membangun aplikasi AR dengannya.

Dari kacamata sederhana, ARCore sejatinya dirancang supaya perangkat bisa menjalankan beragam aplikasi augmented reality tanpa harus mengandalkan hardware ekstra macam kamera 3D. Cara kerja beserta fungsinya kurang lebih mirip seperti ARKit di iOS.

Porsche AR app

Kecuali Anda seorang developer, Anda tak perlu memahami sisi teknis ARCore. Satu hal yang pasti, dengan dirilisnya ARCore versi 1.0 ini, jumlah aplikasi AR di Google Play bakal meningkat drastis. Tentunya Google juga sudah menggandeng sejumlah mitranya seperti Snapchat dan Porsche untuk mendemonstrasikan apa yang bisa developer buat dengan ARCore.

Yang lebih penting bagi kita sebagai konsumen adalah perihal kompatibilitas. Sejauh ini ARCore sudah tersedia pada 13 ponsel berikut: Google Pixel, Pixel XL, Pixel 2, Pixel 2 XL, Samsung Galaxy S8, S8+, Note8, S7, S7 Edge, LG V30, V30+, Asus Zenfone AR dan OnePlus 5. Kompatibilitas dengan perangkat lain dari Samsung, Huawei, LG, Motorola, Asus, Xiaomi, Nokia, ZTE, Sony dan Vivo dijadwalkan bakal menyusul tahun ini juga.

Google Lens

Selain ARCore, Google turut memperluas ketersediaan fitur Google Lens. Sebelumnya hanya tersedia di lini Google Pixel, Google Lens bakal bisa diakses oleh semua pengguna Google Photos dalam beberapa minggu ke depan, dengan catatan bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Tidak cuma di Android, tapi versi iOS-nya pun juga kebagian.

Itu tadi di Google Photos, Google Lens yang terintegrasi pada Google Assistant kabarnya juga akan tersedia pada sejumlah smartphone flagship dalam kurun waktu yang hampir sama. Ini berarti pengguna dapat menjepret sesuatu, lalu Assistant akan menyuguhkan informasi berdasarkan apa yang ditangkap di layar.

Google Lens sampai kini memang masih berstatus preview, akan tetapi Google terus menyempurnakannya dengan sejumlah fitur baru, seperti fitur seleksi teks, fitur untuk membuat kontak atau event dari sebuah foto, serta kemampuan mengenali lebih banyak hewan dan tanaman, termasuk jenis-jenis spesifik anjing atau bunga.

Sumber: Google.

New York Times Kini Sajikan Berita dalam Augmented Reality

Tepat tanggal 1 Februari kemarin, media publikasi kenamaan asal Amerika Serikat, The New York Times, mengumumkan bahwa mereka akan mengerahkan pengalaman panjang mereka di dunia jurnalistik ke medium baru, yakni augmented reality (AR). Belum ada satu minggu, upaya mereka sudah bisa kita nikmati lewat artikel AR perdananya.

Dalam artikel berjudul “Four of the World’s Best Olympians, as You’ve Never Seen Them Before” tersebut, pembaca diajak mengenal lebih dekat empat atlet yang bakal menunjukkan tajinya masing-masing di Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan. Keempatnya adalah Nathan Chen (figure skater), J.R. Celski (speedskater), Alex Rigsby (kiper hockey), dan Anna Gasser (snowboarder).

Saat artikel dibuka dari aplikasi NYTimes di iPhone atau iPad, konten AR akan disajikan mengikuti alur artikel. Saat membahas si Nathan Chen misalnya, pembaca bisa mengamati pose sang atlet dari beragam sudut dengan mengarahkan kamera ponselnya, lalu informasi akan muncul mengikuti posisi pembaca. Kalau kata NYTimes sendiri, ini ibarat membekukan atlet kelas dunia di tengah-tengah aksinya masing-masing.

Artikel yang sama sebenarnya masih bisa dibuka di browser perangkat desktop, akan tetapi sesi eksplorasinya tidak bisa sebebas di perangkat iOS yang telah mendukung ARKit. Pengguna perangkat Android tak perlu khawatir, sebab NYTimes telah berjanji untuk segera merilis versi Android-nya yang ditenagai ARCore.

NYTimes AR article

AR pada dasarnya diharapkan bisa membuka cara baru bagi konsumen untuk menikmati konten dari media publikasi secara lebih interaktif. Mungkin kita sudah bosan dengan hanya foto dan video saja, dan AR semestinya dapat menjadi alternatif dengan daya tarik yang lebih kuat.

Di saat yang sama, AR juga membuka kesempatan bagi media publikasi untuk menarik perhatian ekstra dari para pengiklan, atau dengan kata lain, membuka sumber pendapatan baru. Contohnya sudah bisa kita lihat di artikel AR perdana ini, di mana di bagian terakhirnya dihuni oleh sebuah iklan (juga dalam format AR) dari Ralph Lauren selaku penyedia pakaian resmi tim AS di event tersebut.

Sumber: Next Reality dan Business Wire.

Genjot Pengembangan ARCore, Google Pensiunkan Project Tango

Sejauh ini sudah ada dua smartphone Project Tango, yaitu Lenovo Phab 2 Pro dan Asus ZenFone AR. Selanjutnya apa lagi? Tidak ada, sebab Google bakal memberhentikan proyek augmented reality mereka tersebut pada tanggal 1 Maret 2018.

Kabar ini memang terdengar sedikit mengejutkan, apalagi mengingat Google sudah mengerjakan proyek ini sejak lama. Project Tango pada dasarnya dimaksudkan untuk menyuguhkan pengalaman augmented reality yang jauh lebih baik di smartphone dengan bantuan sejumlah hardware ekstra, yang memungkinkan perangkat untuk melihat secara tiga dimensi sekaligus mewujudkan teknologi positional tracking.

Namun Apple membuktikan bahwa positional tracking dan pengalaman AR secara keseluruhan bisa disajikan dengan baik hanya melalui software, lewat API ARKit yang diluncurkan bersamaan dengan iOS 11. Google pun sebenarnya juga sependapat; mereka mengumumkan versinya sendiri yang bernama ARCore pada bulan Agustus lalu.

ARCore / YouTube
ARCore / YouTube

Apa yang bisa disajikan Tango – terkecuali kemampuan melihat secara 3D itu tadi – sebenarnya bisa diatasi oleh ARCore tanpa perlu melibatkan hardware ekstra. Itulah mengapa ARCore dinilai memiliki masa depan yang lebih cerah, dan Google pun memutuskan untuk mengalihkan upaya yang sebelumnya dikerahkan buat Tango menuju ARCore secara penuh.

Sejauh ini ARCore masih belum dirilis secara luas, melainkan dalam bentuk Developer Preview. Satu-satunya smartphone yang bisa menikmati manfaat yang dibawa ARCore barulah lini Google Pixel, dan konsumen bisa merasakannya langsung lewat aplikasi AR Stickers yang dirilis belum lama ini.

Tango pada dasarnya tidak akan hilang tanpa jejak. Teknologi-teknologinya masih akan digunakan dan dikembangkan, hanya saja ‘kulit luarnya’ kini menjadi ARCore, dan konsumen hanya perlu menunggu pabrikan merilis dukungan ARCore untuk perangkat buatannya. Google sendiri menjanjikan ARCore bisa merambah setidaknya 100 juta pengguna saat dirilis dalam beberapa bulan mendatang.

Sumber: Ars Technica dan Google.

AR City Bantu Anda Mengeksplorasi Berbagai Kota dengan Augmented Reality dan Computer Vision

Di titik ini, Anda mungkin beranggapan bahwa augmented reality (AR) hanya bermanfaat untuk bidang pendidikan dan hiburan. Padahal kalau kita ingat di tahun 2012 lalu, Nokia sempat menunjukkan manfaat AR untuk bernavigasi di suatu lokasi melalui aplikasi bernama City Lens.

Dunia mungkin sudah lupa dengan Nokia dan City Lens. Namun perkembangan pesat teknologi AR belakangan ini, yang ditandai oleh kemunculan ARKit di iOS dan ARCore di Android, menginspirasi developer untuk kembali menyentuh konsep yang dipopulerkan Nokia tersebut dan lanjut mematangkannya.

Salah satunya adalah Blippar. Mereka baru saja meluncurkan versi beta dari aplikasi AR City. Premis yang ditawarkan adalah membantu pengguna bernavigasi dan mengeksplorasi kota-kota di dunia dengan memanfaatkan kecanggihan AR dan computer vision. Anggap saja ini sebagai evolusi Nokia City Lens yang juga dilengkapi mode navigasi.

Blippar AR City

Jadi ketimbang melihat petunjuk arah di tampilan peta, Anda bisa mengarahkan smartphone ke jalanan dan melihat petunjuk arah yang muncul di atasnya langsung. Blippar mengklaim akurasinya melebihi GPS karena mereka juga menerapkan teknologi Visual Intertial Odometry (VIO) untuk memantau pergerakan pengguna.

Selagi pengguna berjalan, beragam informasi akan muncul di sekitarnya, mulai dari nama jalan, nama gedung maupun titik-titik tertentu yang biasa dikunjungi warga setempat. Informasi tambahan ini baru tersedia di 300 kota, dan khusus di area seperti pusat kota London, Mountain View dan San Francisco, informasinya bakal lebih komplet lagi.

AR City saat ini baru tersedia untuk perangkat iOS, namun saya tidak akan terkejut jika Blippar ke depannya juga merilis versi Android-nya. Lebih lanjut, Blippar nantinya juga berencana menambahkan konten dari layanan pihak ketiga guna memperkaya informasi yang disajikan.

Sumber: Blippar.

Prediksi Google untuk Augmented Reality di Tahun 2018

Anda kemungkinan besar pernah bermain game fenomenal Pokemon Go? Game buatan Niantic, sebuah perusahaan sempalan milik Google ini menggunakan teknologi Augmented Reality (AR). Nah, menurut Anda, bagaimana perkembangan teknologi AR tahun depan?

Satu jawabannya datang dari Google. Menurut Vice President of Business and Operations untuk virtual reality (VR) Google, Amit Singh, tahun depan akan ada ratusan juta smartphone Android yang mendukung teknologi AR.

“Saat ini kami sedang dalam tahap membantu para developer, membangun pengalaman, sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari”. Tutur Singh, seperti dilansir dari PhoneArena saat menjadi pembicara dalam gelaran Web Summit di Lisbon.
Google-ARCore-light-estimation
Sejauh ini Google sudah berinvestasi cukup besar dalam memfasilitasi pengembangan teknologi AR. Salah satunya adalah lewat ARCore, sebuah program pengembangan AR untuk para developer Android yang tugas utamanya adalah menghadirkan kapabilitas augmented reality pada jutaan perangkat Android.

Software Development Kit (SDK) ARCore sendiri sudah dirilis Google pada bulan Agustus lalu. Bedanya dengan Tango, ARCore dirancang agar bisa berjalan tanpa memerlukan hardware tambahan, meskipun saat ini baru mendukung Google Pixel dan Samsung Galaxy S8.

Selain tersedia untuk smartphone high-end, Google juga memprediksi fitur AR akan bisa ditemukan di smartphone kelas menengah dan entry-level, setidaknya dalam waktu yang tidak lama. Singh menambahkan, bahwa peluang untuk memonetisasi konten AR juga sama bagusnya seperti game dan aplikasi belanja.

Augmented reality (akan menjadi) fitur inti dari sebagian besar Android selama beberapa tahun ke depan dan saat itu terjadi, ia menduga evolusi monetisasi akan terjadi secara alami.” Tambah Singh.

DailySocial sendiri telah mengadakan survei tentang pasar Virtual Reality/Augmented reality – VR/AR di Indonesia. Salah satunya menampilkan hasil survei bahwa pengguna lokal masih belum mengerti tentang AR. Bisa jadi dikarenakan perangkat yang mendukung untuk menghadirkan konten yang ‘kaya’ masih terbatas.

Jika apa yang diprediksikan Google akan terjadi tahun depan, maka angka ini bisa jadi akan berubah drastis.


Source : DailySocial


Source : DailySocial

Untuk lebih lengkap mengenai survei VR/AR, Anda bisa mengunduhnya lewat tautan ini.