5 Tren Teknologi yang Terus Membantu Bisnis di Tahun 2020

Ekspansi dan pertumbuhan teknologi tidak menunjukkan tanda-tanda untuk melambat dalam waktu dekat. Teknologi digital tak jarang menjadi disrupsi utama dalam industri. Bahkan saat ini, digital membentuk kembali bagaimana industri dan berbagai perusahaan di dalam industri tersebut dalam beroperasi dan berkinerja. Yang menarik adalah bahwa teknologi baru diadopsi dengan cepat, yang memaksa berbagai bisnis untuk beradaptasi dengan cepat atau berisiko ketinggalan.

Adaptasi teknologi teranyar punya sifat disruptif. Hal tersebut seringkali mengubah cara sebuah perusahaan beroperasi sedikit demi sedikit, bahkan terkadang mengubah secara keseluruhan. Dengan kata lain, teknologi selalu berdampak pada bisnis. Di penghujung 2019 ini, masih banyak menyisakan pertanyaan tentang bagaimana teknologi dapat terus memberikan impact terhadap sebuah industri. Oleh karena itu, berikut ini adalah tren teknologi yang akan membantu bisnis di masa depan, khususnya di tahun 2020.

Artificial Intelligence (AI) dan Big Data

Walaupun masih ada perdebatan seputar Artificial Intelligence (AI) dan perkembangannya—sebagian orang khawatir AI akan menggantikan peran manusia sementara yang lain cukup antusias tentang manfaatnya—pengembangan AI di Indonesia masih dalam tahap awal pengembangan dan masih jauh dari perkembangan true AI. Namun, apa yang berkembang sejauh ini telah menemukan jalannya ke industri dan perusahaan.

Saat ini, AI dan Big Data hadir di hampir semua bidang bisnis mulai dari fitur chatbot hingga layanan transkripsi hukum bertenaga AI yang digunakan oleh firma hukum hingga penggunaan praktis dalam industri, seperti kesehatan, manufaktur, pendidikan, dan lain-lain. AI bisa dibilang adalah teknologi yang paling cepat diadopsi karena menggunakan machine learning, pembelajaran yang dalam, dan kemampuan pengenalan alami yang dapat digunakan oleh berbagai bisnis baik besar maupun kecil. Karena potensinya yang tampaknya tidak terbatas, tren AI akan terus mempengaruhi bisnis dan mendorong inovasi melalui industri di tahun-tahun mendatang.

Selain AI, Implementasi big data atau himpunan data dalam jumlah besar umumnya lebih sering ditujukan untuk kebutuhan bisnis. Dewasa ini, big data banyak dijadikan sebagai salah satu penentu dalam pengambilan keputusan bisnis.

Berbicara dalam scope yang lebih luas, big data tak hanya diandalkan semata-mata untuk itu. Big data dapat diaplikasikan pada jenis usaha yang dapat memberikan perubahan lebih baik terhadap masyarakat.

Internet of Things (IoT)

Internet of Things (IoT) dipercaya sebagai satu teknologi yang semakin memengaruhi kinerja bisnis berbagai lini kegiatan organisasi. Transformasi digital dimungkinkan dengan memanfaatkan teknologi ini. Industry 4.0, Intelligent Transportation System dan Smart City adalah bidang yang memanfaatkan IoT sebagai enabler nya. Tren ini sudah mulai mempengaruhi bisnis modern dan akan terus meningkat di masa depan. Permintaan ini menciptakan kebutuhan akan lebih banyak perangkat IoT. Saat ini, perangkat pintar dan gadget perlahan menjadi standar tidak hanya untuk konsumen tetapi juga untuk bisnis. Perangkat, seperti Amazon Alexa, Echo, Google assitant, dan lainnya cukup populer di kalangan konsumen akhir-akhir ini.

Selain fokus pada kota-kota yang sudah melek digital. Bidang industri juga memiliki pasar yang besar untuk pengembangan dan implementasi IoT. Syarat yang sama juga berlaku pada perusahaan-perusahaan pasar IoT. Memang, untuk skala Nasional, Indonesia masih jauh dikatakan siap untuk implementasi proyek IoT ini. Namun, dengan mulai pada beberapa area yang sudah “matang” bukanlah langkah yang buruk, hal tersebut akan mempercepat pengembangan dan implementasi IoT sehingga, proyek IoT tidak berhenti.

Fintech

Fintech merupakan kolaborasi antara finansial/keuangan dan teknologi. Cepatnya kemajuan teknologi membantu para startup membangun inovasi produk keuangan yang berbeda dari perbankan konvensional. Di banyak negara, inovasi keuangan dari startup tersebut terbukti tidak hanya memunculkan solusi-solusi baru yang inovatif buat konsumen, tetapi sekaligus menggoyang industri keuangan yang sudah mapan.

Fintech merupakan salah satu contoh primadona dibandingkan industri lainnya karena terus bertransformasi. Fintech tidak melulu berbicara soal sistem pembayaran dan lending, tapi ada juga vertikal bisnis lainnya seperti insurtech, remitansi, regtech, blockchain, kripto, data analytics, dan lain sebagainya.

Alasan pertama, layanan Fintech menawarkan kecepatan. Dengan teknologi big data, penggunaan algoritma, dan proses online, keputusan kredit bisa diambil dalam rentang waktu sangat cepat jika dibandingkan bank konvensional. Pengisian aplikasi dilakukan sepenuhnya melalui online dengan desain teknologi yang sangat memahami perilaku para penggunanya. Pinjaman diproses tanpa perlu tatap muka dengan nasabah

Health Tech

Salah satu vertikal startup yang diprediksi bakal mengalami perkembangan adalah health tech. Dalam survei Gallen Growth Asia dilaporkan beberapa tren perkembangan layanan healthtech, mulai dari kategori, pendanaan, hingga sebarannya di wilayah Asia Pasifik.

Bidang kesehatan menjadi salah satu segmen yang saat ini banyak digarap oleh para pengembang di level startup. Umumnya menyediakan layanan reservasi dan direktori dokter, namun beberapa lainnya mengeluarkan inovasi baru yang siap diandalkan untuk kebutuhan medis penggunanya.

Di Indonesia, layanan teknologi kesehatan diprediksikan sebagai sektor yang menyimpan potensi besar. Salah satu layanan yang ada di industri ini adalah layanan konsultasi dokter online. Sudah banyak penyedia layanan ini tersedia di Indonesia. Sebagai bisnis yang bergantung kepada kepercayaan pengguna, tantangan besar bagi para penyedia layanan untuk bisa menjaganya.

Cloud Computing

Cloud computing (atau komputasi awan) saat ini sudah menjadi sesuatu yang sangat umum, terutama di kalangan pengembang software. Berbagai keunggulan cloud computing, seperti dalam skalabilitas, keandalan dan portabilitas membawakan daya tarik tersendiri, terlebih sistem pembayaran layanan cloud kebanyakan cukup fleksibel, yakni dibayarkan sesuai dengan penggunaan atau umum disebut dengan istilah “pay as you use”. Teknologi telah menjadi komponen kritis dalam operasional bisnis, berbagai kegiatan, terutama yang menghubungkan langsung dengan konsumen banyak ditompang olehnya, dan salah satu platform yang banyak digunakan tak lain adalah cloud computing.

Pembiayaan untuk kebutuhan teknologi dalam lebih diefisienkan dengan pemanfaatan teknologi cloud computing, seperti meminimalisir biaya pembelanjaan hardware dan pemeliharaan, namun untuk menciptakan nilai yang optimal bisnis juga harus mengenal betul kemampuan dan kebutuhannya. Cloud computing menawarkan sistem pembayaran yang cukup fleksibel, gunakan sumber daya tinggi saat penggunaan tinggi, dan minimalkan penggunaan sumber daya saat kebutuhan rendah. Hal ini bisa dicontohkan di beberapa skema bisnis, misalnya sistem yang ramai di masa tertentu, sebut saja toko online baju muslim.

Sudah cukup banyak pilihan layanan cloud yang saat ini tersaji. Karena bisnis membutuhkan teknologi yang handal untuk operasional bisnis yang berkelanjutan, pastikan bisnis memilih layanan cloud yang sudah teruji dan terpercaya. Setidaknya sudah ada case study atau pihak bisnis yang sebelumnya pernah menggunakan layanan tersebut dan memberikan testimoni baik. Terlepas dari itu layanan global ataupun layanan lokal.

Tren teknologi tersebut akan terus subur jika pengembangan produk terus dilakukan. Inisiatif inovasi dari korporasi menjadi penting dalam hal ini, terutama perusahaan dengan market access yang besar. Telkomsel sebagai perusahaan telekomunikasi dengan lebih dari 163 juta pengguna, lebih dari 189.000 BTS yang beroperasi di 11 wilayah Indonesia, dan lebih dari 5.500 talenta di dalamnya, saat ini tengah melakukan upaya transformasi digital dengan kegiatan yang dapat membuka potensi inovator Tanah Air.

Telkomsel memperkuat keseriusannya dalam mendorong inovasi digital di Indonesia tersebut melalui program Telkomsel Innovation Center (TINC). Bentuk dukungannya antara lain berupa penyediaan laboratorium IoT (bagi startup yang menggunakan teknologi ini), development funding, development kit, platform, 5G Lab, working space, serta networking access bagi para startup, developer, maupun system integrator dengan para pemain industri terkait.

Tertarik dengan program inovasi dan segala keuntungan yang bisa kamu dapatkan dengan kolaborasi bersama TINC? Telkomsel telah membuka batch 4 dari program inovasi mereka. Informasi lebih lengkap, masuk ke www.instagram.com/tinc.id dan tinc.id.

Disclosure: Artikel ini adalah artikel bersponsor yang didukung oleh Telkomsel.

Bukalapak Officially Launches “Artificial Intelligence & Cloud Computing Innovation Center” with ITB

As per its commitment to be more than just e-commerce, Bukalapak, with Institut Teknologi Bandung (ITB) launching Bukalapak-ITB Artificial Intelligence & Cloud Computing Innovation Center.

This facility, to learn more about cloud computing and artificial intelligence (AI), is expected to inspire students of fresh ideas using Bukalapak’s data. Bukalapak claims to be the first local startup building a research center in Indonesia.

“As I was dreaming back then, when I found Bukalapak, is to create technology for Indonesia. Using this facility, I wish to deliver new digital talents in the future,” Achmad Zaky, Bukalapak’s CEO said.

Attended also in the launching, Prof.Dr.Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, Rector of Institut Teknologi Bandung, welcoming Bukalapak and ITB Research Lab in the campus area. Hopefully, it could be helpful for the students to learn deeper knowledge from the experts.

Muhamad Nasir, Ministry of Research, Technology and Higher Education (Menristekdikti) said a similar thought. In his speech, he said its time for university to collaborate with practitioners and provide a whole education for students. Technology and related issues should have become curriculum-material.

“Start from the kind of industry like Bukalapak, hopefully, the government can fully support the initiative of building a Research Lab with ITB for the sake off new digital talents in Indonesia.”

The use of Bukalapak’s Big Data

One percent of Bukalapak’s data is prepared for this lab and claimed to not harming user’s data privacy and the business. The data selection is focused on general information, such as product description, etc.

This building, according to Bukalapak, can facilitate students and Researchers who interested to learn more about Bukalapak’s user behavior without crawling or searching millions of products in Bukalapak website.

Data Research will be released to public and expected to stimulate those academists and researchers interested to learn based on Bukalapak’s research.

Bukalapak collaboration with ITB is planned to be developed for research and innovation in other sectors.

“Not only education and research, I also expected to deliver new digital talents from ITB to join Bukalapak’s team to develop AI and cloud computing together in the future,” Zaky added.

Research focus

The synergy between AI and cloud computing is a reason behind Bukalapak and ITB to focus on those two technology. In Bukalapak, there are many teams in charge for cloud computing and company’s server. It should be helpful for students to operate this technology.

AI technology to be deeper developed and explored is computer vision.In ITB, there are some subject related to AI, such as robotics, NLP, machine learning, data mining, and voice recognition.

“Currently, we have around 1000 engineers in total, consist of software engineer, product, and other. With the current source, Bukalapak is ready to help students to learn deeper knowledge,” Zaky said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

 

Bukalapak dan ITB Resmikan “Artificial Intelligence & Cloud Computing Innovation Center”

Sesuai dengan komitmennya menjadi lebih dari sekedar layanan e-commerce, Bukalapak bersama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) meluncurkan Bukalapak-ITB Artificial Intelligence & Cloud Computing Innovation Center. 

Fasilitas untuk mempelajari lebih jauh penggunaan cloud computing dan artificial intelligence (AI) ini diharapkan bisa memancing ide segar dari kalangan mahasiswa menggunakan data yang dimiliki Bukalapak. Bukalapak mengklaim menjadi startup lokal pertama yang mendirikan lab riset di Indonesia.

“Sesuai dengan mimpi saya dulu ketika membangun Bukalapak yaitu ingin menciptakan teknologi untuk Indonesia. Dengan fasilitas ini ke depannya saya harap bisa lahir talenta digital baru,” kata CEO Bukalapak Achmad Zaky.

Turut hadir dalam acara tersebut Rektor Institut Teknologi Bandung, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA yang menyambut baik hadirnya Research Lab Bukalapak dan ITB di kawasan kampus ITB. Research Lab ini diharapkan bisa membantu mahasiswa belajar lebih dalam secara langsung dari pakarnya.

Hal senada juga disampaikan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhamad Nasir. Dalam sambutannya disebutkan sudah waktunya universitas untuk melakukan kolaborasi dengan praktisi dan memberikan edukasi yang menyeluruh kepada mahasiswa. Teknologi dan hal-hal terkait di dalamnya sudah menjadi materi yang bisa disematkan dalam kurikulum.

“Dimulai dari industri seperti Bukalapak diharapkan nantinya bisa didukung penuh oleh pemerintah upaya yang dilakukan oleh Bukalapak dengan membangun Research Lab bersama ITB untuk kepentingan talenta digital baru di Indonesia.” 

Manfaatkan Big Data Bukalapak

Satu persen data Bukalapak disiapkan untuk lab ini dan diklaim tidak mengganggu privasi data pengguna dan bisnis Bukalapak. Pemilihan datanya sendiri lebih fokus ke informasi umum, seperti deskripsi produk dan sejenisnya.

Hal ini, menurut Bukalapak, bisa memudahkan mahasiswa dan kalangan Researcher yang tertarik mempelajari lebih jauh perilaku pengguna Bukalapak tanpa harus melakukan crawling atau searching jutaan produk di situs Bukalapak.

Data Research nantinya akan dirilis ke publik dan diharapkan bisa menstimulasi kalangan akademisi dan peneliti yang ingin belajar berdasarkan riset Bukalapak. 

Kolaborasi Bukalapak dan ITB rencananya akan dikembangkan untuk riset dan inovasi sektor lainnya.

“Bukan hanya edukasi dan riset, saya juga berharap akan lahir talenta digital baru dari ITB yang bisa bergabung dengan tim Bukalapak untuk kemudian bersama mengembangkan AI dan cloud computing,” kata Zaky.

Fokus riset

Sinergi antara AI dan cloud computing menjadi alasan Bukalapak dan ITB fokus ke dua teknologi tersebut. Di Bukalapak sendiri saat ini terdapat puluhan tim yang mengelola cloud computing dan server perusahaan. Pengalaman ini bisa membantu mahasiswa mengoperasikan teknologi ini.

Sementara teknologi AI yang akan dikembangkan dan dipelajari lebih jauh adalah computer vision. Di ITB sendiri pelajaran terkait AI adalah robotics, NLP, machine learning, data mining, dan voice recognition. 

“Saat ini secara keseluruhan kita memiliki sekitar 1000 engineer yang terdiri dari software engineer, product, dan lainnya. Dengan sumber yang ada Bukalapak siap membantu mahasiswa untuk belajar lebih dalam,” kata Zaky.

Application Information Will Show Up Here