Astralis Group Ingin IPO di Denmark

Industri esports kini tak lagi dipandang sebelah mata berkat jumlah penontonnya yang terus naik. Pada tahun ini, jumlah penonton esports diperkirakan mencapai 194 juta orang, dengan 79 persen di antara mereka berumur di bawah 35 tahun. Pada 2022, jumlah penonton esports diduga akan naik menjadi 276 juta orang. Fakta bahwa sebagian besar penonton esports masih muda membuat banyak perusahaan tertarik untuk menjadi sponsor, bahkan merek yang tak ada sangkut pautnya dengan esports, seperti Honda dan Audi. Selain sponsor, esports juga menarik semakin banyak investor. Tak aneh, mengingat valuasi industri esports diperkirakan akan mencapai US$2,9 miliar pada 2022, naik dari US$1,1 miliar pada 2019. Semua ini adalah kabar baik bagi pelaku industri esports, termasuk organisasi esports.

Sekarang, kebanyakan tim esports tak lagi berdiri sendiri, tapi menjadi bagian dari organisasi yang lebih besar yang membawahi beberapa tim sekaligus. Salah satunya adalah Astralis Group. Nama Astralis paling dikenal sebagai tim Counter-Strike: Global Offensive. Tim asal Denmark ini baru saja memenangkan StarLadder Berlin Major 2019 dan Intel Extreme Masters XIII Katowice Major. Mereka juga berhasil memenangkan US$1 juta dari Intel Grand Slam Season 1 setelah memenangkan 3 turnamen Major dalam waktu 10 turnamen. Walau Astralis identik dengan tim CS:GO, ada beberapa tim esports lain yang bernaung di bawah Astralis Group. Dua di antaranya adalah Origen yang berlaga di turnamen League of Legends dan Future FC tim FIFA 19 yang baru diumumkan pada Agustus 2019 lalu. Di tengah industri esports yang tengah subur, Astralis Group mengumumkan bahwa mereka berencana untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Nasdaq First North Growth Market di Denmark, yang merupakan negara asal mereka. Mereka ingin melakukan IPO pada tahun 2019.

Sumber; The Esports Observer
Tim-tim yang menjadi bagian dari Astralis Group | Sumber: The Esports Observer

Jangan heran jika Astralis Group berencana untuk melakukan IPO. Memang, organisasi esports sekarang sudah beroperasi layaknya perusahaan. Sebuah perusahaan biasanya melakukan IPO ketika mereka tak lagi bisa mendapatkan modal melalui permodalan pribadi. Dengan melakukan IPO, sebuah perusahaan bisa mendapatkan investasi dari mana pun, memungkinkan mereka untuk mendapatkan dana dalam jumlah besar. Astralis Group Co-founder dan CEO, Nikolaj Nyholm merasa Astralis Group telah memiliki pondasi yang kuat berkat berbagai prestasi yang telah mereka dapatkan. Sekarang, mereka ingin mengembangkan produk dan bisnis mereka dengan melakukan IPO, lapor The Esports Observer. Dana yang Astralis Group dapatkan dari IPO akan digunakan untuk membuat fasilitas, tools untuk meningkatkan performa, mengembangkan Astralis Group sebagai organisasi, channel media, dan platform komersil.

Audi Jadi Sponsor Future FC, Tim FIFA Astralis Group

Pada bulan Juli, tim CS:GO Astralis dan tim League of Legends Origen, melepaskan diri dari RFRSH Entertainment dan berdiri di bawah perusahaan Astralis Group. Satu bulan kemudian, Astralis Group mengumumkan keberadaan Future FC, yang akan bertanding dalam FIFA. Fatih Üstün menjadi pemain pertama mereka. Dia akan menandatangani kontrak dengan Future FC pada 1 Oktober setelah dia keluar dari M10. Üstün adalah salah satu pemain terbaik di FIFA. Dia masuk dalam empat besar dalam turnamen FIFA 19, FIFA eWorld Cup.

Sekarang, Future FC mendapatkan sponsor pertama mereka, yaitu Audi. Menurut laporan media Denmark, Ritzau, perusahaan pembuat mobil asal Jerman ini akan menjadi sponsor dari Future FC selama tiga tahun. Setiap tahunnya, Audi akan memberikan setidaknya US$1 juta pada Future FC. Dengan mejadi sponsor Future FC, logo Audi akan disematkan pada jersey pemain. Selain itu, keduanya juga akan bekerja sama untuk membuat konten digital serta berinteraksi dengan para fans via media sosial.

Esports Insider melaporkan, CCO dan Co-founder Astralis Group, Jakob Lund Kristensen berkata, “Sejak kerja sama pertama kami, kami telah melakukan diskusi dengan Audi tenatng kesembatan baru bagi kami untuk mengembangkan tim kami dan memanfaatkan komunitas yang kuat. Tidak hanya Audi telah bergabung dengan Astralis sejak awal, mereka juga memiliki peran penting dalam peluncuran Origen, dan sekarang, kami mengambil langkah untuk masuk dalam kesepakatan yang lebih cocok dengan nilai perusahaan kami.”

Future FC adalah divisi FIFA di bawah Astralis Group | Sumber: Esports Insider
Future FC adalah divisi FIFA di bawah Astralis Group | Sumber: Esports Insider

Ini bukan kali pertama Audi menjadi sponsor dari tim esports di bawah Astralis Group. Faktanya, Audi menjadi sponsor dari tim CS:GO Astralis pada awal 2017. Selain itu, mereka menjadi sponsor tim juara dari Intel Grand Slam Season 1 tersebut selama satu tahun, yaitu sejak November 2017 sampai November 2018. Pada Januari lalu, Audi kemudian memutuskan untuk mensponsori tim League of Legends Astralis Group, Origen. Sama seperti sponsorship untuk Future FC, kontrak Audi dengan Origen juga berlangsung selama tiga tahun.

“Future FC adalah bagian baru yang menarik dari kolaborasi Audi dengan Astralis Group, yang memungkinkan kami untuk memanfaatkan kesempatan digital dalam esports,” kata Head of Marketing, Audi Denmark, Morten Friis-Olsen, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Kerja sama dengan Future FC yang akan fokus pada game FIFA dan semua pemain serta fans game itu sangat menarik untuk Audi, terutama karena kolaborasi terkait tim sepak bola merupakan bagian dari DNA kami.”

Audi bukanlah satu-satunya perusahaan pembuat mobil yang tertarik untuk menjadi sponsor dari tim esports. Pada Januari lalu, Honda mengumumkan bahwa mereka akan menjadi sponsor dari Team Liquid. Tak berhenti sampai di situ, Honda lalu menjadi sponsor dari League of Legends Championship Series (LCS) pada Agustus lalu. Alasan Honda adalah untuk mendekatkan diri dengan generasi Z dan milenial. Esports memang tengah digemari oleh para generasi muda. Tampaknya, inilah yang membuat merek non-endemik seperti perusahaan mobil tertarik untuk masuk ke industri ini.

Secretlab Jadi Partner Astralis, Luncurkan Gaming Chair Edisi Kolaborasi

Produsen kursi gaming ternama dunia, Secretlab, baru-baru ini mengumumkan kerja sama dengan tim esports Counter-Strike: Global Offensive asal Denmark, Astralis. Sebagai official gaming chair partner, Secretlab akan menyediakan kursi untuk digunakan oleh para pemain dan staf Astralis dalam keperluan latihan ataupun pertandingan.

Memperingati rekor Astralis memenangkan 15 trofi kejuaraan dan meraih peringkat #1 terus-menerus di HLTV ranking dari tahun 2018 – 2019, Astralis dan Secretlab meluncurkan lini khusus yang disebut Secretlab Astralis: Chair of Champions Edition. Lini tersebut terdiri dari dua produk yaitu Secretlab OMEGA 2020 dan Secretlab TITAN 2020 yang dirancang dengan branding khas tim Astralis.

Secretlab x Astralis - Product 1
Sumber: Secretlab

Kedua kursi inilah yang akan digunakan oleh Astralis sepanjang kerja sama mereka dengan Secretlab berlangsung. Secretlab juga menjualnya untuk masyarakat umum, masing-masing dibanderol seharga US$389 (Secretlab OMEGA) dan US$429 (Secretlab TITAN).

“Astralis mendekati kami dengan satu tujuan sederhana: Sebagai salah satu tim top dunia, mereka hanya ingin memfasilitasi para pemain dengan kursi gaming terbaik dunia untuk mendukung dan mengembangkan dominasi global mereka secara nyaman di CS:GO. Ini semakin menunjukkan bahwa para profesional top masa kini menuntut hanya produk-produk gaming kualitas top untuk meningkatkan performa gaming mereka—dan karena itulah Secretlab menjadi kursi gaming pilihan untuk organisasi esports terbaik dan turnamen-turnamen top dunia,” demikian pernyataan CEO dan co-founder Secretlab, Ian Alexander Ang, di blog resmi Secretlab.

Secretlab x Astralis - Product 2
Sumber: Secretlab

Jakob Lund Kristensen, EVP Sales dan co-founder Astralis, menambahkan, “Sebagai salah satu profesional top di bidang kami, kami sangat selektif memilih partner, terutama dalam hal hardware, yang sangat mempengaruhi performa kami. Jadi ketika waktunya memilih partner gaming chair, tanpa ragu-ragu Secretlab adalah pilihan pertama kami; kualitas dan kenyamanan mereka tak tertandingi. Untuk gamer profesional yang menghabiskan lebih banyak waktu di kursi ketimbang di tempat tidur, penting sekali menggunakan produk terbaik supaya mereka bisa mengeluarkan kemampuan terbaik mereka.”

Selain Secretlab, Astralis juga sudah menjalin kerja sama dengan berbagai brand ternama lain. Termasuk di antaranya Unibet, Jack & Jones, OMEN by HP, Turtle Beach, Logitech G, dan NOCCO. Sementara Secretlab sendiri juga sudah melakukan kolaborasi dengan berbagai organisasi dan kompetisi, seperti League of Legends Championship Series (LCS), Cloud9, Team Secret, PGL, Atlanta Reign, Newbee, dan OGN.

Sumber: Secretlab, Esports Insider

Logitech Jalin Kontrak Dua Tahun dengan Tim Veteran CS:GO, Astralis

Perusahaan gaming peripheral ternama Logitech G baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah menjalin kerja sama dengan organisasi esports asal Denmark, Astralis. Mulai sekarang, tim yang dikenal sebagai salah satu kompetitor Counter-Strike: Global Offensive (CS:GO) terbaik dunia itu akan menggunakan peripheral keluaran Logitech selama menjalani pertandingan. Kontrak ini dikabarkan akan bertahan selama dua tahun.

Dilansir dari The Esports Observer, kabar ini diungkap oleh RFRSH Entertainment, perusahaan esports komersial yang membawahi Astralis. Selain Astralis, RFRSH Entertainment juga menaungi Origen, tim League of Legends yang saat ini berkompetisi di League of Legends European Championship (LEC). RFRSH juga merupakan operator dari turnamen CS:GO global BLAST Pro Series yang telah berjalan sejak tahun 2017.

“Kami telah berinvestasi secara signifikan dalam penguatan tim, fasilitas, dan organisasi kami, dan kami terus mencari area untuk meningkatkan kondisi Astralis dan Origen,” kata Jakob Lund Kristensen, co-founder RFRSH Entertainment dalam sebuah siaran pers, “Kami ingin berkerja bersama para partner yang memiliki ambisi serupa, dan kerja sama dengan Logitech G akan menunjukkan hal ini.”

Astralis - Jersey 2019
Jersey Astralis sudah mengandung logo Logitech G | Sumber: Astralis

Nama Origen disebut karena memang tak lama sebelumnya Logitech G juga mengikat kontrak yang mirip dengan tim ‘saudara’ Astralis itu. Uniknya, para anggota tim Astralis dan Origen tidak hanya menjadi pengguna, tapi juga akan terlibat dalam pengembangan serta uji coba produk-produk Logitech G di masa depan.

Dalam video baru berjudul “Split Seconds Matter”, Astralis menunjukkan bagaimana karier mereka telah melalui masa pasang dan surut, namun tidak pernah berkompromi dalam hal performa. Mereka juga menuntut hal yang sama dari gaming peripheral yang mereka gunakan, sebab ketika berada di panggung terbesar, keputusan cepat bisa menjadi penentu kemenangan atau kekalahan.

Astralis, yang musim lalu menjadi juara dunia CS:GO dalam ESL Pro League Season 8 dan meraih titel Intel Grand Slam, merupakan salah satu bukti kesuksesan program sustainable esports yang dicanangkan oleh pemerintah Denmark. Sayangnya di ESL Pro League Season 9 bulan Juni 2019 lalu mereka harus melepas gelar juara dan puas di peringkat Top 6. Sementara juaranya sendiri diraih oleh Team Liquid.

Saat ini Astralis sedang menjalani kompetisi ESL One Cologne sebagai salah satu tim undangan, bersama tim-tim besar lainnya seperti Fnatic, FaZe Clan, NRG Esports, dan juga Team Liquid. Akankah dukungan baru dari Logitech ini mendongkrak prestasi mereka, atau malah sama saja? Kita tunggu aksi Astralis di masa depan.

Sumber: The Esports Observer, Logitech G UK

Strategi Pemerintah Denmark untuk Wujudkan Ekosistem Esports yang Sustainable

Pemerintah Denmark baru-baru ini mengumumkan dukungan mereka yang lebih serius terhadap perkembangan esports dalam negeri. Di tahun 2019 ini, Denmark akan memiliki suatu seminar esports atau Esports Panel yang bertugas merancang ekosistem esports berkesinambungan di Denmark. Esports Panel ini tidak hanya akan mendorong unsur-unsur positif dalam dunia esports, tapi juga menangani aspek-aspek negatif yang ada di dalamnya.

Dilansir dari Esports Insider, Kementerian Kebudayaan Denmark menyatakan bahwa mereka mengincar beberapa tujuan penting dalam program ini, antara lain:

  • Pembangunan struktur esports yang sustainable.
  • Penguatan pengembangan talenta nasional.
  • Pembentukan visi umum seputar integritas esports, termasuk mengatasi sikap komunitas toxic, kecurangan, dan perjudian.
  • Pengembangan komunitas, asosiasi, serta peran mereka dalam kehidupan para atlet.
  • Peningkatan partisipasi perempuan.
  • Pengembangan oportunitas komersial, kewirausahaan, dan pembukaan lapangan kerja yang baik di esports.
  • Bidang-bidang lainnya yang mendukung pengembangan esports, seperti perubahan undang-undang, regulasi, dan lain-lain.
IEM Katowice 2019 - Astralis
Astralis saat menjuarai IEM Katowice 2019 | Sumber: IEM

Dukungan pemerintah Denmark pada esports sama sekali bukan hal baru. Perdana Menteri Denmark, Lars Loekke Rasmussen, bahkan pernah hadir dalam acara pembukaan turnamen Counter-Strike: Global Offensive Blast Pro Series di Copenhagen, bulan November 2018 lalu. Beliau juga telah mengadakan kunjungan ke markas Astralis, tim CS:GO papan atas yang memenangkan ESL Pro League Season 8. Rasmussen bahkan sempat bermain CS:GO bersama pemain-pemain Astralis.

Esports adalah olahraga. Memang benar olahraga,” demikian kata Rasmussen dalam kunjungannya waktu itu. Tidak hanya bermain, Rasmussen datang ke Astralis untuk berbincang seputar strategi esports, figur teladan di dunia esports, serta segala pengalaman stakeholder dari level akar rumput hingga institusi.

Kementerian Kebudayaan Denmark menyatakan dalam siaran pers bahwa 96% dari remaja pria di Denmark suka memainkan video game, bahkan setengah dari mereka bermain video game setiap hari. Sementara itu hampir 50% dari semua penduduk dewasa Denmark bermain game, baik di PC, mobile, atau console. Denmark juga merupakan rumah dari perusahaan gaming peripheral ternama SteelSeries, serta sejumlah tim dan pemain esports terbaik dunia termasuk Astralis, OG, dan Fnatic.

Mengingat bahwa jumlah penduduk Denmark relatif kecil, yaitu sekitar 5,8 juta jiwa, munculnya talenta-talenta hebat seperti ini merupakan pencapaian tersendiri. Ada banyak faktor yang terkait, mulai dari sistem pendidikan yang sangat memfasilitasi kegiatan ekstrakurikuler, exposure media yang tinggi terhadap esports, serta dukungan pemerintah.

Pembentukan Esports Panel ini hanyalah salah satu dari sekian banyak wujud dukungan pemerintah Denmark terhadap iklim esports negaranya. Mereka juga getol menggenjot pembangunan infrastruktur yang memadai, mendanai program-program serta fasilitas esports di berbagai sekolah, bahkan pemberian fasilitas kesehatan dan fitness pada talenta-talenta tersebut. Dukungan ini juga datang dari berbagai level pemerintahan, dari pusat hingga pemerintah daerah.

Dengan dukungan serta pengakuan begitu kuat, Denmark kini telah berhasil menjadikan esports sebuah profesi yang dihormati, jauh dari stigma-stigma negatif yang mungkin masih banyak melekat di negara lain. Tentunya kita berharap kemajuan serupa juga bisa terjadi di Indonesia. Pertanyaannya, kapan hal itu akan terjadi?

Sumber: Esports Insider, The Esports Observer

Astralis Menangkan Rp18 Miliar dari Final ESL Pro League S8

Tim CS:GO papan atas asal Denmark, Astralis, baru saja mendapatkan ‘uang saku’ terbesar dalam sejarah CS:GO berkat kemenangan mereka di final ESL Pro League Season 8 dan, dengan kemenangan itu juga, Intel Grand Slam.

Intel Grand Slam merupakan gelar (sekaligus hadiah uang sebesar US$1 juta) bagi tim yang berhasil memenangkan 4 kejuaraan bergengsi yang diorganisir oleh ESL atau DreamHack Masters dalam kurun waktu 10 event yang berurutan.

Jadi, misalnya satu tim berhasil memenangkan salah satu kejuaraan ESL atau DreamHack Masters, tim tersebut harus memenangkan 3 turnamen dari 9 event yang berlangsung setelah kemenangan pertama tadi.

Astralis sendiri berhasil memperoleh Intel Grand Slam berkat kemenangan mereka di DreamHack Masters Marseille, ESL Pro League Season 7, Intel Extreme Masters Chicago, dan ESL Pro League Season 8.

Di ESL Pro League Season 8 sendiri, Astralis memang menang cukup dramatis dengan skor 3-1 atas Team Liquid di partai final. Tim yang disponsori oleh Audi ini memang berhasil membukukan 11 kemenangan tanpa kalah sebelum final melawan Liquid namun mereka sempat dibuat kewalahan oleh tim asal Amerika tadi.

Device
Nicolai “dev1ce” Reedtz. Sumber: ESL

Namun untungnya, Astralis hanya kecolongan di game pertama, di Mirage. Selepas kekalahan tadi, Astralis bermain lebih stabil meski Liquid memberikan perlawanan yang begitu alot.

Selama 2018, tim ini berhasil mendapatkan 9 piala, dengan tingkat kemenangan sampai dengan 50% dari semua event yang mereka ikuti. Total hadiah yang mereka dapatkan tahun ini bahkan mencapai US$3,5 juta (silakan hitung sendiri kalau jadi Rupiah), termasuk hadiah dari ESL Pro League dan Intel Grand Slam.

Dengan ini, Astralis seolah menegaskan bahwa mereka memang layak disebut sebagai tim CS:GO nomor 1 di dunia.

Intel Grand Slam sendiri akan memulai musim barunya di 2019 dengan segala capaian tim sebelumnya dihapuskan. Event pertama yang akan masuk dalam Intel Grand Slam musim kedua adalah IEM Katowice (Major).

Roster pemain Astralis saat memenangkan Intel Grand Slam tadi adalah:

  • Nicolai “dev1ce” Reedtz
  • Peter “dupreeh” Rasmussen
  • Andreas “Xyp9x” Højsleth
  • Lukas “gla1ve” Rossander
  • Emil “Magisk” Reif