Sony Luncurkan Pemutar Musik Digital Kelas Sultan Seharga Mobil LCGC

Jangankan orang awam, terkadang orang yang sudah akrab dengan perkembangan teknologi saja terheran melihat gelagat kaum audiophile. Mereka ini tidak segan mengucurkan dana yang begitu besar hanya demi memanjakan kedua telinganya, dan pabrikan pun merespon dengan baik pasar yang teramat niche ini.

Lihat saja Sony. Di event Hong Kong High End Audio Visual Show belum lama ini, mereka memamerkan dua perangkat audio kelas sultan dari lini Signature Series mereka: earphone IER-Z1R seharga HK$13.990 (± Rp 26,1 juta) dan pemutar musik digital DMP-Z1 seharga HK$61.880 (± 115,5 juta). Tak perlu digabung, banderol music player-nya saja sudah setara mobil baru kelas LCGC.

Sony IER-Z1R / Sony
Sony IER-Z1R / Sony

Pertanyaannya, apa yang konsumen dapat dari perangkat audio seharga mobil itu? Dukungan audio berformat hi-res sudah pasti, tapi tentu ini baru secuil dari cerita lengkapnya. Pada DMP-Z1, Anda bisa melihat bubuhan emas di sekujur tubuhnya; di kenop volume besarnya, dan bahkan solderan di jeroannya pun disebut mengandung emas demi menyempurnakan aliran sinyal.

Satu komponen yang unik adalah yang Sony juluki dengan istilah Vinyl Processor. Berkat ini, DMP-Z1 dapat menyajikan karakter khas vinyl pada musik digital yang diputarnya. Bukan cuma itu, prosesor lain berlabel DSEE HX yang ada di dalamnya juga diklaim sanggup menyempurnakan kualitas suara pada format audio lossy, termasuk yang sudah melewati tahap kompresi intensif – ibaratnya seperti TV 4K yang meng-upscale video 1080p.

Sony DMP-Z1

DMP-Z1 dapat digunakan langsung bersama headphone atau earphone berkat kapasitas penyimpanan internal sebesar 256 GB, plus sepasang slot microSD. Ia juga bisa difungsikan sebagai DAC (digital-to-analog converter) via USB-C, maupun menyambung ke ponsel via Bluetooth jika perlu. Baterainya sendiri diperkirakan bisa bertahan sampai 9 jam ketika dipakai memutar musik hi-res.

Jadi, anggap Anda seorang audiophile, Anda pilih ini atau LCGC?

Sumber: The Verge.

Audeze Luncurkan Versi Closed-Back dari Headphone Terlarisnya

Ada tren baru yang mulai meningkat popularitasnya di segmen headphone premium belakangan ini: headphone yang tadinya berjenis open-backed dibuatkan versi tertutupnya (closed-back). Tren ini dimulai oleh Sennheiser lewat HD 820, yang merupakan versi closed-back dari HD 800, dan sekarang pabrikan lain pun mulai menyusul, salah satunya Audeze.

Produsen headphone yang dikenal akan teknologi planar magnetic-nya itu baru saja memperkenalkan Audeze LCD2 Closed-Back. Dari namanya saja sudah kelihatan bahwa ini merupakan versi berdesain tertutup dari LCD-2, salah satu headphone besutan Audeze yang paling banyak menuai pujian, meski bukan yang paling mahal.

Mengapa harus ada versi tertutup dari headphone yang pertama dirilis di tahun 2009? Well, seperti yang kita tahu, headphone jenis open-backed biasanya memang sangat bagus kualitas suaranya, tapi jangan harap Anda bisa menikmatinya dengan baik kalau tidak sedang berada di kamar seorang diri, sebab earcup yang terbuka berarti suara dari luar bakal terdengar sangat jelas.

Audeze LCD2 Closed-Back

Dibandingkan LCD-2, desain LCD2 Closed-Back tergolong cukup identik, terutama di bagian atas yang diwakili oleh headband bertipe suspensi. Yang sangat berbeda adalah di bagian earcup: LCD-2 pipih dengan sejumlah lubang pada permukaan luarnya, sedangkan LCD2 Closed-Back cembung dan tersegel luarnya.

Pendekatan yang diambil Audeze ini berbeda dari Sennheiser, di mana HD 820 berhasil mempertahankan desain khas dari HD 800 berkat penggunaan kaca Gorilla Glass yang melengkung. Audeze mungkin bisa dikatakan tidak seniat itu, tapi toh yang paling penting adalah bagaimana performanya bisa dipertahankan secara maksimal.

Audeze memastikan bahwa LCD2 Closed-Back sanggup menyuguhkan kualitas suara yang sama superiornya dengan LCD-2. Soundstage-nya mungkin berkurang karena desain tertutupnya, tapi sebagai gantinya, suara jadi tidak bocor ke mana-mana, dan suara luar pun juga bisa diredam dengan baik. Desain closed-back semestinya juga bisa menyajikan dentuman bass yang lebih mantap.

Soal harga, LCD2 Closed-Back rupanya tidak lebih mahal ketimbang LCD-2. Dengan banderol $900, ia pun berada tepat di tengah-tengah LCD2 Classic dan LCD-2. Kasusnya sangat berbeda di kubu Sennheiser, di mana HD 820 dihargai jauh lebih mahal ketimbang versi open-backed-nya (HD 800 dan HD 800 S).

Sumber: Digital Trends.

Astell & Kern Kembali Luncurkan Pemutar Musik Portable Premium, Satu dengan Desain Amat Nyentrik

Nama Astell & Kern mungkin kurang begitu dikenal secara luas, akan tetapi brand asal Korea Selatan ini kerap menjadi andalan komunitas audiophile saat sedang membicarakan tentang portable music player (PMP). Untuk tahun 2018 ini, A&K telah menyiapkan dua penawaran baru bagi yang tengah berburu PMP kelas premium.

Yang pertama adalah A&norma SR15, yang bakal langsung membuat kita mengernyitkan dahi saat melihat wujudnya. Gambar di atas adalah wujud perangkat yang sebenarnya, di mana layarnya diposisikan miring, dan penamaannya pun seakan membuktikan bahwa perangkat ini memang melawan norma yang ada (bahwa posisi layar harus lurus dengan bodi perangkat).

Astell & Kern a&norma SR15

Kinerjanya ditunjang oleh sepasang DAC Cirrus Logic CS43198 dan prosesor quad-core, dan ia mendukung playback dalam format DSD maupun PCM 24-bit/192kHz. Bluetooth 4.1 dengan codec aptX HD turut tersedia, dan layarnya yang miring itu merupakan panel LCD 3,3 inci beresolusi 800 x 480 pixel.

A&norma sejatinya bakal menjadi lini A&K kelas standar ke depannya. Meski masuk kelas ‘bawah’ untuk standar A&K, bodinya masih terbuat dari aluminium utuh, dan banderol harganya pun masih berada di angka $699 saat dirilis di bulan Juni nanti. Soal penyimpanan, SR15 dibekali storage internal 64 GB.

Astell & Kern A&futura SE100

Perangkat yang kedua adalah A&futura SE100, yang diposisikan di atas A&norma, dan untungnya dengan posisi layar yang normal. Layar sentuhnya lebih besar di angka 5 inci, serta mengemas resolusi 720p. Nyaris semua komponennya lebih modern, termasuk kehadiran USB-C untuk charging, dan storage internal dua kali lebih besar (128 GB).

Jeroannya tentu saja juga lebih superior, dengan DAC 8-channel ESS Sabre ES9038Pro, prosesor octa-core dan kemampuan memutar format DSD atau PCM hingga 32-bit/384kHz. Dalam satu kali pengisian, baterainya diyakini bisa bertahan hingga 10 jam.

A&K rencananya akan melepas A&futura SE100 lebih dulu mulai bulan ini, dengan banderol $1.699. Dari awal A&K memulai kiprahnya, produk-produknya memang bukan untuk semua konsumen.

Sumber: The Verge.

Sennheiser HD 820 Adalah Versi Closed-Back dari Headphone Terbaik Sennheiser

Hampir semua headphone terbaik yang ada di pasaran mengemas earcup berdesain terbuka (open-backed), salah satunya Sennheiser HD 800 S. Keuntungan dari headphone jenis ini umumnya adalah soundstage yang terasa amat luas, akan tetapi kekurangannya, Anda hanya bisa menggunakannya di ruangan yang senyap, sebab suara dari sekitar akan sangat mudah terdengar.

Apakah menikmati musik dari headphone berkualitas harus selamanya menjadi aktivitas yang hanya bisa dilakukan di masa-masa tenang di rumah? Tidak. Pada kenyataannya, tidak sedikit juga headphone berjenis closed-back yang menjadi favorit kalangan audiophile, Fostex TH900mk2 contohnya.

Sennheiser HD 820

Sennheiser pun sekarang juga punya headphone premium berdesain tertutup. Diumumkan di ajang CES 2018, Sennheiser HD 820 merupakan versi closed-back dari HD 800 S. Desainnya nyaris identik dengan HD 800 S, hanya saja kedua earcup-nya kini telah ditutup. Yang unik, penutupnya adalah kaca Gorilla Glass yang sedikit melengkung, sehingga jeroannya masih kelihatan dari luar.

Sennheiser bilang bahwa kaca Gorilla Glass ini juga berkontribusi terhadap kualitas suara yang dihasilkan, dengan cara meminimalkan resonansi. Perbedaan lainnya, bantalan telinga HD 820 dibalut perpaduan bahan kulit sintetis dan microfiber, sedangkan HD 800 S sebelumnya hanya mengandalkan microfiber saja.

Sennheiser tidak segan mengategorikan HD 820 sebagai headphone kelas reference dengan reproduksi suara yang alami sekaligus realistis. Namun untuk bisa merasakannya, ia butuh didampingi amplifier eksternal yang sama berkualitasnya. Itulah mengapa Sennheiser juga mengumumkan amplifier baru HDV 820.

Ketergantungan akan amplifier berarti Anda tidak bisa semudah itu membawa dan menggunakan HD 820 selagi berada di dalam kereta komuter. Headphone sekelas ini bukan termasuk barang yang portable, tapi setidaknya Anda tak memerlukan ruangan khusus untuk dimanjakan oleh HD 820; di ruang keluarga pun bisa, sebab suara yang dihasilkannya tak akan bocor ke mana-mana seperti HD 800 S, dan suara dari luar pun juga tidak akan mengganggu Anda kecuali volumenya luar biasa keras.

Sennheiser berencana memasarkan HD 820 seharga $2.400, akan tetapi konsumen yang tertarik harus bersabar menunggu sampai sekitar awal musim panas nanti.

Sennheiser CX 6.00BT / Sennheiser
Sennheiser CX 6.00BT / Sennheiser

Kontras dengan HD 820, Sennheiser juga mengumumkan earphone Bluetooth berharga terjangkau. Dijuluki CX 6.00BT, ia mengusung desain yang amat ringkas dengan bobot hanya 14 gram. Di saat yang sama, ia menjanjikan reproduksi suara yang jernih dan mendetail, lengkap dengan dentuman bass yang mantap.

Meski belum menggunakan Bluetooth 5.0, earphone ini cukup istimewa karena dapat di-pair dengan dua perangkat yang berbeda secara bersamaan, semisal laptop dan smartphone, sehingga pengguna bisa berganti perangkat dengan mudah. Mikrofon berteknologi noise cancelling turut tersedia, demikian pula remote control berisikan tiga tombol.

Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama enam jam nonstop, dan perangkat juga mendukung fitur fast charging sehingga bisa terisi penuh hanya dalam waktu sekitar 1,5 jam saja. Harganya? $100 saja, dan konsumen sudah bisa membelinya mulai bulan ini juga.

Sumber: Sennheiser 1, 2.

Audeze Luncurkan Versi Lebih Terjangkau dari Headphone Planar Magnetic Andalannya

Kecuali Anda seorang audiophile, atau setidaknya mengikuti perkembangan perangkat audio, spesifiknya headphone, Anda mungkin tidak mengenal nama Audeze. Brand asal Amerika Serikat membangun reputasinya lewat deretan headphone berteknologi planar magnetic yang superior dalam hal reproduksi bass dan suara minim distorsi.

Namun menciptakan suatu headphone yang sempurna adalah hal yang hampir mustahil. Bagi Audeze, kelemahan lini headphone-nya ada dua: dimensi fisiknya sangat besar dan harganya kelewat mahal. Mendekati akhir tahun 2017 ini, Audeze sepertinya ingin membenahi kelemahan kedua tersebut.

Maka diperkenalkanlah Audeze LCD2 CLassic. Mereka yang familier dengan Audeze pasti tahu kalau headphone baru ini merupakan varian alternatif dari Audeze LCD-2 yang legendaris dan masih diyakini sebagai headphone terbaik yang pernah Audeze buat. Lewat LCD2 Classic, Audeze sejatinya ingin menjadikan kehebatan LCD-2 lebih mudah diakses.

Kalau LCD-2 dibanderol sekitar $1.000, maka LCD2 Classic dipatok $800 ‘saja’ – Anda bahkan bisa mendapatkannya seharga $600 kalau melakukan pre-order. Spesifikasi, kualitas dan karakteristik suaranya dipastikan sama persis dengan LCD-2. Yang membedakan LCD2 Classic hanyalah tidak ada lapisan kayu premium pada earcup-nya, dan label “handcrafted in the USA” yang absen.

Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah desain headband-nya yang mengadopsi sistem suspensi, yang diyakini bisa mendistribusikan bobot keseluruhan perangkat secara lebih merata. Selebihnya, konsumen bakal mendapatkan pengalaman yang sama superiornya dengan LCD-2.

Audeze LCD-MX4 Classic / Audeze
Audeze LCD-MX4 Classic / Audeze

Selain LCD2 Classic, Audeze turut memperkenalkan LCD-MX4, lagi-lagi varian alternatif dari salah satu headphone unggulannya, yaitu LCD-4 yang dibanderol $4.000. LCD-MX4 memang masih belum bisa dikatakan murah, tapi setidaknya Audeze bisa memangkas harganya hingga menjadi $3.000 saja.

Sejumlah kompromi tentu saja harus dilakukan. Yang paling utama selain hilangnya lapisan kayu premium adalah absennya teknologi Fazor yang terdapat pada LCD-4, yang dirancang untuk menyalurkan suara yang lebih presisi dan mengeliminasi distorsi-distorsi yang sangat kecil. Kendati demikian, performanya diyakini kurang lebih sama seperti LCD-4.

Yang membuat LCD-MX4 lebih menarik adalah impedansi yang hanya 20 ohm, yang berarti pengguna tak harus memiliki amplifier terpisah, dan menancapkannya langsung pada perangkat seperti laptop tidak akan menjadi masalah. Bobot LCD-MX4 juga diyakini 30 persen lebih ringan ketimbang semua headphone dari lini LCD besutan Audeze.

Baik LCD2 Classic maupun LCD-MX4 memang masih jauh dari kata terjangkau, tapi cukup melegakan melihat perusahaan sekelas Audeze yang berupaya membuat produk andalannya lebih mudah diakses oleh lebih banyak orang.

Sumber: The Verge 1, 2.

Sennheiser IE 800 S Adalah Earphone Super-Premium Seharga $1.000

Beberapa hari yang lalu, Sennheiser meluncurkan HD 660 S, suksesor salah satu headphone yang paling dicintai oleh kaum audiophile. Namun pabrikan asal Jerman itu rupanya belum mau berhenti membuat gebrakan. Kali ini giliran earphone termahalnya, IE 800, yang menerima upgrade.

Dijuluki Sennheiser IE 800 S, desainnya secara keseluruhan masih sangat mirip, lengkap dengan ujung belakang masing-masing earpiece yang menyerupai sepasang knalpot. Konstruksinya masih menggunakan bahan keramik, tapi kini dibalut warna abu-abu gelap bertekstur matte ketimbang hitam glossy seperti pendahulunya.

Perubahan terbesarnya justru tersembunyi di dalam, meliputi driver Extra Wide Band (XWB) yang telah disempurnakan, serta transducer 7 mm hasil rancangan Sennheiser sendiri. Dipadukan semuanya, IE 800 S menjanjikan kualitas suara yang mendetail, dengan treble yang jernih dan bass yang lebih presisi.

Sennheiser IE 800 S

Sennheiser tidak lupa menyematkan sistem Dual-Chamber Absorber (D2CA), yang berfungsi mengeliminasi problem “masking effect” – suara berfrekuensi tinggi tidak dapat terdengar ketika ada suara lain berfrekuensi rendah yang memiliki volume lebih besar. Sederhananya, sistem peredam ini memastikan bahkan detail yang terkecil pun bisa didengar dengan baik.

Perihal ergonomi, IE 800 S mencoba meningkatkannya dengan ear tip berbahan memory foam buatan Comply. Sennheiser turut menyediakan sejumlah pilihan konektor: 3,5 mm standar, 2,5 mm balanced atau 4,4 mm Pentaconn. Melengkapi itu semua adalah leather case premium untuk menyimpan earphone saat sedang tidak digunakan.

Seperti yang saya bilang di awal, IE 800 S merupakan upgrade untuk earphone termahal Sennheiser. Konsumen yang tertarik saat ini sudah bisa membelinya seharga $1.000.

Sumber: The Verge.

Sennheiser Luncurkan HD 660 S, Penerus HD 650 yang Lebih Superior dan Lebih Fleksibel

Selama 14 tahun Sennheiser HD 650 sudah dan masih menjadi salah satu headphone kesayangan komunitas audiophile. Meski bukan model yang paling diunggulkan oleh Sennheiser, HD 650 tetap menjadi idaman banyak orang berkat kualitas suara dan kenyamanannya yang superior.

Kiprah panjang HD 650 akhirnya terhenti di tahun 2017 ini, sebab Sennheiser sudah menyiapkan penggantinya yang lebih istimewa lagi, yaitu HD 660 S. HD 660 S mempertahankan segala kebaikan pendahulunya, termasuk desain open-backed yang menjanjikan soundstage luar biasa selagi mengorbankan aspek isolasi suara.

Sennheiser HD 660 S

Desain HD 660 S secara keseluruhan tampak mirip dengan HD 650, lengkap dengan earcup berwujud elips yang berukuran lebih besar ketimbang milik headphone pada umumnya. Anda dapat melihat jeroan HD 660 S dari luar, dan ini pertanda bahwa suara yang dihasilkannya akan bocor ke mana-mana, sehingga disarankan Anda menggunakannya selagi berada di dalam ruangan sendirian.

Perubahan paling mencolok yang dibawa HD 660 S, selain warna hitam matte-nya, adalah unit transducer baru yang diyakini memiliki distorsi lebih rendah dan dapat menghasilkan suara yang lebih alami lagi ketimbang pendahulunya. Sennheiser tidak lupa menguji dan menyesuaikan masing-masing earcup milik HD 660 S agar dapat menghasilkan suara yang nyaris identik satu dengan yang lainnya.

Sennheiser HD 660 S

Juga baru untuk HD 660 S adalah impedansi yang turun drastis, dari 300 ohm menjadi 150 ohm. Ini berarti HD 660 S jauh lebih fleksibel dibanding pendahulunya yang harus digunakan bersama amplifier terpisah hanya supaya suara yang dihasilkan tidak terdengar lirih.

Memang potensi HD 660 S sebenarnya baru bisa dirasakan ketika Anda menyandingkannya dengan perlengkapan high-end, akan tetapi Sennheiser cukup yakin bahwa smartphone saja semestinya sudah cukup untuk bisa menenagai HD 660 S.

Sennheiser HD 660 S rencananya akan dipasarkan seharga $500, banderol yang sama persis yang selama ini diusung HD 650.

Sumber: Sennheiser dan The Verge.

Headphone Klipsch Heritage HP-3 Siap Manjakan Telinga dan Sempurnakan Gaya Klasik Anda

Didirikan oleh seorang pionir bernama Paul Wilbur Klipsch di tahun 1946, Klipsch Audio Technologies merupakan brand bereputasi tinggi di kalangan audiophile. Mereka punya parameter ‘wajib’ dalam menciptakan produk: harus efisien, rendah distorsi, lalu output-nya harus dinamis dan seimbang. Dan semua aspek ini bisa Anda temukan dalam keluarga Heritage.

Heritage ialah salah satu line-up tertua Klipsch, dan hanya bisa didapatkan dengan memesannya secara langsung atau di dealer-dealer tertentu. Produk audio di kelas ini umumnya menyajikan penampilan klasik, kemudian komponen-komponen di sana terbuat dari bahan-bahan berkualitas tinggi. Namun meski mengusung arahan desain tradisional, headphone Heritage HP-3 dibekali teknologi suara yang sulit ditandingi perangkat high-end kompetitor.

Heritage HP-3 4

Kualitas dan perhatian Klipsch pada detail bisa Anda rasakan begitu melihat wujudnya. Heritage HP-3 adalah headset berdesain semi-terbuka dengan ear cup bundar. Housing-nya dibuat dari kayu, dipadu ventilasi di area tengah. Anda dapat memilih jenisnya: oak, ebony atau walnut. Headphone ini menggunakan struktur baja die-cast dan bagian-bagian di sana disambung oleh baut tembaga.

Heritage HP-3 2

Heritage HP-3 dirakit sepenuhnya dengan tangan, termasuk jahitan di lapisan kulit sapi pada padding headband. Kulit tersebut dipilih secara cermat demi memastikannya semakin lentur seiring pemakaian. Dan selanjutnya, material serupa turut dimanfaatkan pada ear pad. Bantalannya dijanjikan sangat empuk, dan meskipun headphone mampu mencengkeram kepala secara konsisten terlepas dari perbedaan bentuk dan ukuran, padding tersebut mampu mengurangi tekanannya.

Heritage HP-3 5

Headphone tersambung ke sumber musik via kabel nilon braided yang bisa dilepas. Klipsch menyediakan dua ukuran panjang, yakni 1,37mm dan 2,5mm. Produsen juga membundel Heritage HP-3 bersama adaptor custom 1/4-inci dan stand eksklusif dari baja anti-karat. Klipsch mengungkapkan alasannya menyediakan stand, “Dengan desain yang begitu indah, saat tidak dipakai mendengarkan musik, headphone ini juga layak dipamerkan – bukan sekedar disimpan dalam tas di laci.”

Heritage HP-3 6

Sebagai jantung dari Heritage HP-3, Klipsch membenamkan driver biodynamic KG-520 52-milimeter. Driver ini kabarnya mempunyai karakteristik mirip speaker, bukan seperti headphone konvensional, dengan efektif meminimalkan distorsi dan menghidangkan jangkauan nada yang tinggi. Biodynamic mengacu pada penggunaan bahan campuran serat non-organik dan biocellulose, dipercaya andal dan seimbang dalam menangani berbagai macam spektrum suara.

Heritage HP-3 3

Headphone Klipsch Heritage HP-3 sudah bisa Anda pesan sekarang. Untuk memilikinya, siapkan saja uang sebesar US$ 1.200.

Audio-Technica Perkenalkan Headphone Andalan Terbarunya Seharga $2.000

Meski portofolio headphone bikinannya tergolong masif, Audio-Technica selama ini lebih populer di segmen mainstream ketimbang high-end lewat produk seperti ATH-M50x. Ini bukan berarti pabrikan asal Jepang itu tidak punya headphone yang ditujukan buat kalangan audiophile berkantong super-tebal, akan tetapi produk terbarunya menjawab segala keraguan kita mengenai hal ini.

Adalah ATH-ADX5000 yang siap meninggalkan lubang besar pada tabungan Anda. Ia merupakan kelanjutan dari lini headphone Air Dynamic yang sebelumnya dihuni oleh ATH-AD2000X, yang sebenarnya sudah banyak dipuji akan kualitas suaranya. ADX5000 bermaksud mempertahankan warisan tersebut sekaligus membawanya ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Audio-Technica ATH-ADX5000

Penampilannya sangat menunjukkan harganya. Kain mewah Alcantara membalut bagian headband sampai ke bantalan berukuran besarnya. Secara keseluruhan desainnya tergolong simpel dan minimalis, tapi benar-benar segar dan unik jika dibandingkan dengan headphone Audio-Technica lainnya.

Lebih istimewa lagi, headphone ini datang dalam sebuah koper kecil yang tidak kalah mewah, bukan sembarang carrying case yang biasa Anda lihat di toko-toko headphone. Audio-Technica bilang kalau semua unit ADX5000 dirakit dengan tangan di markas mereka di Tokyo, dan masing-masing nomor serialnya diukir menggunakan laser.

Audio-Technica ATH-ADX5000

Kinerjanya sendiri ditopang oleh sepasang driver berlapis material tungsten dengan diameter 58 mm. Seperti yang bisa Anda lihat pada earcup-nya, ADX5000 merupakan headphone bertipe open-backed, yang dijamin mampu menyuguhkan soundstage yang jauh lebih superior ketimbang tipe closed-back.

Oh iya, jangan bayangkan headphone ini bisa Anda pakai selagi streaming Spotify di smartphone, sebab impedansinya mencapai angka 420 ohm. Amplifier bawaan smartphone tak akan sanggup untuk menyuplai daya yang cukup; Anda butuh amplifier terpisah agar headphone bisa menghasilkan volume yang audibel.

Audio-Technica ATH-ADX5000

Audio-Technica ATH-ADX5000 rencananya bakal dipamerkan di hadapan pengunjung event IFA yang akan dihelat pada awal September mendatang di kota Berlin. Pemasarannya akan dimulai pada bulan November, dengan banderol harga $1.999.

Sumber: The Verge.

Headphone Grado PS2000e Ditakdirkan untuk Audiophile Berkantong Super-tebal

Dalam industri headphone, Grado mungkin masih kalah nama dibanding Sony, Bowers & Wilkins, dan lain sebagainya. Namun coba Anda tanya ke seorang yang mengaku audiophile, saya yakin hampir semua pasti mengenalnya.

Variasi headphone yang Grado tawarkan tergolong amat beragam, mulai dari yang seharga di bawah $100 sampai ribuan dolar. Belum lama ini, perusahaan keluarga yang sudah berjalan selama tiga generasi ini memperkenalkan headphone flagship terbaru mereka, Grado PS2000e.

Grado PS2000e

PS2000e diklaim sebagai headphone tercanggih sekaligus terbaik yang pernah Grado buat. Gaya desainnya masih sangat khas, dengan grille di masing-masing earcup yang dikitari oleh pelat berwarna krom, diikuti oleh headband berlapis kulit di atas. Seperti headphone besutan Grado lain, PS2000e juga berdesain open-backed demi menyuguhkan soundstage yang istimewa.

Grado bilang mereka butuh waktu lebih dari dua tahun untuk merancang PS2000e. Kedua earcup-nya terbuat dari perpaduan kayu maple dan logam, dengan maksud untuk menyuguhkan karakter akustik khas maple selagi mengeliminasi distorsi semaksimal mungkin.

Grado PS2000e

Di dalamnya, Grado menanamkan diaphragm baru yang diyakini bisa berujung pada reproduksi suara yang lebih akurat. Singkat cerita, apa yang Anda dengar melalui PS2000e adalah suara yang sama persis dengan yang direkam di studio oleh sang musisi, demikian klaim Grado.

Setiap unit PS2000e dibuat dan dirakit dengan tangan di fasilitas Grado sendiri, jadi jangan kaget kalau harganya membuat merinding: $2.695, hampir tiga kali lipat harga Grado PS1000e yang merupakan model flagship sebelumnya.

Sumber: The Verge dan Grado.