Banopolis Ingin Penuhi Jalanan Bandung dengan Sepeda

Konsep penyewaan sepeda (bike sharing) modern ini sudah jamak kita jumpai di berbagai kota besar dunia. Di Indonesia, konsep bike sharing rata-rata terbatas di dalam kampus dan itu tidak bersifat berbayar. Banopolis mencoba menawarkan konsep bike sharing berbayar di kota Bandung dengan harapan membantu pemerintah mengurangi kepadatan lalu lintas.

Sistem bike sharing Banopolis, yang disebut Boseh, merupakan bentuk kerja sama Banopolis dan PT LEN Industri yang ditunjuk pemerintah kota Bandung untuk merealisasikan impian besar ini. Tentunya kita semua tahu bahwa Walikota Bandung saat ini, Ridwan Kamil, gemar bepergian dengan sepedanya. Jika sudah beroperasi, sistem ini menjadi yang pertama di Indonesia.

Cikal bakal Banopolis dimulai tahun 2012 ketika sejumlah anak muda merintis ide serupa dengan modal dana CSR dan bantuan Ikatan Alumni ITB. Sistem pendaftaran, sistem peminjaman, dan shelter masih bersifat manual.

Anugerah Nurrewa yang sempat terlibat kegiatan ini berusaha mendalami teknologi ini dengan mengambil topik transportasi non-motorized sebagai bahan studi pascasarjananya. Ia kemudian merintis Banopolis yang disebut memanfaatkan teknologi IoT, GIS, dan NFC.

Sistem ini akan diluncurkan awal 2017 dengan menghadirkan 30 stasiun/shelter dan 270 unit sepeda. Kepada DailySocial, disebutkan sistem pembayaran yang dikembangkan berupa smartcard berbasis NFC sebagai awalan. Berikutnya mereka berharap untuk bermitra dengan perbankan untuk memperluas kemudahan pembayaran.

Pihak Banopolis menyebutkan awal pendanaannya tidak sama dengan kebanyakan startup teknologi lainnya. Banopolis sendiri didanai dari hasil penerimaan mereka sebagai firma konsultan, sementara proyek bike sharing ini didanai pemerintah kota Bandung melalui APBD.

Saat ini proyek Boseh disebutkan sudah memasuki tahap produksi dan konstruksi stasiunnya sudah bisa dilihat di beberapa lokasi, misalnya perempatan antara Cihampelas dan Pasteur.

Tentu saja realisasi Boseh harus diapresiasi. Yang lebih penting adalah bagaimana pengurusan layanan ini agar tetap sasaran dan berkesinambungan, karena banyak “solusi transportasi umum” di Indonesia yang ternyata tak bertahan lama. Simak perkembangan Boseh dan kegiatan Banopolis di halaman Facebook-nya.

BlackInnovation Developer Meetup Bandung: Berbagi Ide di Kota Kreatif

Malam itu, Bandung menampakan wujud aslinya; dingin dan sejuk, dua hal yang dipicu oleh hujan deras yang membasahi tanah parahyangan. Meski begitu, ada kehangatan yang hadir di satu sudut kota berjuluk Paris Van Java ini, tepatnya di Eduplex, Dago. Bukan, kehangatan ini bukan disebabkan oleh surabi hangat atau bajigur panas khas Bandung. Kehangatan ini muncul dari sebuah acara bernama BlackInnovation Developer Meetup pada hari Kamis (22/9).

Dibuka pada pukul 19.00 oleh MC, BlackInnovation Developer Meetup malam itu sudah dihadiri puluhan IT developer asal Kota Kembang, yang bergelut di bidang teknologi dengan berbagai peran, seperti pelaku startup dan mahasiswa Teknik Informatika. Para peserta mengikuti acara ini dengan santai, sembari menyeruput kopi atau teh dan menikmati camilan yang telah disediakan.

Sesuai dengan tema “Inspiring People to Innovate and See the Future of IoT”, BlackInnovation Developer Meetup Bandung kali ini menghadirkan pembicara-pembicara yang sudah malang-melintang di antara tiga hal; bidang IoT, dunia inovasi, atau keduanya. CEO DyCode Andri Yadi, pakar IT sekaligus technopreneur Budi Rahardjo, dan CEO Redbuzz Mediatama, Organizing Committee Blackinnovation 2016, Arifin Bong adalah tiga pembicara malam itu dan diskusi panel dibawakan oleh Chief Editor DailySocial Lifestyle Wiku Baskoro selaku moderator.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, meski hujan tak hentinya membasahi Bandung, acara malam itu, khususnya di sesi diskusi panel, berlangsung hangat. Materi-materi yang dikupas habis malam itu berkenaan dengan IoT dan segala manfaatnya, baik untuk hari ini maupun masa depan.

Pembahasan dari BlackInnovation Developer Meetup Bandung memang tidak begitu teknis. Dengan demikian, pembahasan IoT dapat dibawakan dengan lebih ‘ringan’. Bahkan terkadang tidak melulu soal IoT. “Inovasi itu berawal dari mimpi,” ujar Budi Rahardjo membicarakan soal awal proses kreatif dalam IoT, dengan gaya bicara dan pembawaannya yang khas. “Dan, mimpi itu gratis lho!” lanjutnya.

Menyambung apa yang disampaikan Budi, Andri Yadi punya pandangan juga mengenai tips berinovasi dalam aspek IoT.

“Seharusnya, inovasi itu berawal dari keresahan diri sendiri,” kata Andri. “Karena itu, saya percaya kalau orang yang banyak masalah, harusnya punya banyak ide untuk berinovasi.”

Dari keresahan itu, pihak Blackxperience.com sangat berharap bahwa BlackInnovation Developer Meetup dapat memicu rekan-rekan IT developer bisa berinovasi dan punya manfaat bagi masyarakat lewat inovasinya, dengan mendaftar ke blackinnovation.blackxperience.com.

“Kenapa BlackInnovation kali ini dibuka untuk dua bidang? Karena saya percaya bahwa di masa depan, desain produk dan Internet of Things itu perlu terkoneksi di masa depan,” ucap Arifin Bong.


Disclosure: DailySocial adalah media partner BlackInnovation 2016

Jangan Lewatkan Indonesia IoT Expo 2016 di Bandung, 11 – 12 Juni 2016

Era internet of things sudah tiba dan ia berkembang begitu pesat. Biasa disingkat IoT, istilah ini mengacu pada perangkat atau objek yang memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan berbagi data. Diperkirakan akan ada 50 miliar objek terkoneksi ke internet di tahun 2020 nanti, dan dengan jumlah penduduk yang tinggi, Indonesia berpotensi mengambil cukup banyak porsi dari angka itu.

Bermaksud mempersiapkan masyarakat menghadapi ‘invasi’ internet of things, DycodeEDU dan DOKU mengungkap agenda pelaksanaan Indonesia IoT Expo 2016 yang merupakan acara puncah dari Indonesia IoT Developer Day. Tujuan mereka adalah mewadahi sharing ide mengenai IoT serta saling berbagi inspirasi. Mungkin Anda sudah memahami apa itu internet of things, bahkan telah merampungkan sejumlah proyek besar, namun menurut penyelenggara, ruang buat berkreasi masih sangat luas.

Indonesia IoT Expo 2016 akan dilangsungkan di kota Bandung, tepatnya di Atrium BEC 2 jalan Purnawarman No. 13-15 pada tanggal 11 sampai 12 Juni 2016. Acara dikelola sepenuhnya oleh komunitas, memamerkan perangkat-perangkat IoT karya dalam negeri, mencoba mempertemukan para kreator, investor serta khalayak umum. Agar lebih mudah diikuti, Indonesia IoT Expo 2016 dibagi dalam lima agenda event.

Dengan mengusung tajuk ‘expo‘ tentu saja akan ada pameran device-device internet of things, termasuk milik para peserta IoT Challenge 2016. Dan tak cuma ‘diperlihatkan’ pada pengunjung, komunitas berniat untuk mendemonstrasikan bermacam-macam teknologi unik di sana. Tentu saja telah disiapkan pula seminar, menghadirkan para praktisi dan veteran di industri sampai perwakilan dari pemerintah.

Jika Anda masih haus terhadap ilmu internet of things dan ingin mempelajarinya lebih jauh, Dycode menyediakan sesi tutorial dan coaching khusus. Tak kalah penting, para pemenang IoT Challenge with DOKU dan Indonesia IoT Blogging Competition 2016 juga turut diumumkan di sana.

Di bawah ini ialah daftar sepuluh proyek IoT yang akan dipamerkan di Indonesia IoT Expo 2016 Bandung beserta kreatornya. Jangan lewatkan acara seru ini dan sampai bertemu weekend di Bandung.

Indonesia IoT Expo 2016 1

Disclosure: DailySocial adalah media partner acara ini. 

Qraved Resmi Hadir untuk Kota Bandung

Layanan reservasi dan direktori restoran di Indonesia, Qraved, Sabtu (28/5) kemarin secara resmi mengumumkan ekspansinya ke kota Bandung. Langkah ekspansi Qraved ke Bandung ini merupakan tindak lanjut dari pendanaan seri B sebesar $ 8 juta yang diterima pada Oktober 2015 silam. Saat ini Qraved mengklaim telah memiliki lebih dari 3.500 direktori tempat makan di kota Bandung.

Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Bandung adalah kota metropolitan dengan jumlah populasi mencapai delapan juta jiwa. Dari total populasi tersebut, berdasarkan laporan pemerintah kota Bandung tahun 2015, ada 68,4 persen penduduk yang berusia di bawah 40 tahun dan 80 persennya adalah pengguna ponsel pintar. Ini yang menjadi salah satu alasan ekspansi Qraved ke Bandung.

Di samping itu, pesatnya perkembangan industri kreatif adalah alasan lain Qraved melebarkan sayapnya ke kota Bandung. Bandung sendiri saat ini masuk dalam daftar kota kreatif dunia versi UNESCO bersama dengan 47 kota lain dari 33 negara di dunia dan Industri kreatif adalah menjadi penyumbang 11 persen pertumbuhan ekonomi kota di Bandung. Dengan eskpansi ini Qraved berharap dapat turut membantu pertumbuhan ekonomi kota di bidang kuliner.

CEO Qraved Steven Kim mengatakan, “Hingga saat ini Qraved telah memiliki lebih dari 3,500 direktori tempat makan di Bandung. Setelah meluncurkan Qraved di Bandung, kami yakin akan memiliki direktori restoran lebih banyak lagi. Kami juga akan melakukan berbagai macam aktivitas di kota Bandung agar lebih memahami kebutuhan masyarakat Bandung akan kuliner dengan mengandeng restoran dan komunitas.”

Sebelum melakukan perluasan wilayah ke Bandung, Qraved telah membukukan pendanaan seri B sebesar $ 8 juta pada Oktober 2015 silam. Sejak pendanaan tersebut Qraved mengklaim telah mengalami peningkatan signifikan dari berbagai aspek.

Qraved mengklaim sejak Oktober 2015 hingga April 2016 tercatat ada peningkatan jumlah pengunjung sebesar 66 persen. Jumlah pengguna baru juga diklaim meningkat sebesar 100 persen dan jumlah pengunduh aplikasi tercatat meningkat hingga 50 persen. Kini, sebanyak 1,5 juta pengguna aktif dan 4 juta pengunjung diklaim terhubung dengan Qraved setiap bulannya.

Qraved adalah startup Indonesia yang memberikan layanan reservasi dan direktori restoran. Startup ini didirikan pada tahun 2013 oleh tiga mantan petinggi Roket Internet. Setelah hampir tiga tahun beroperasi, Qraved mengklaim telah memiliki lebih dari 35 ribu direktori restoran untuk wilayah Jabodetabek, Bandung, dan Bali.

Application Information Will Show Up Here

Cerita Singkat dan Foto Acara Bandung IoT Developer Day Episode 2

Acara Bandung IoT Developer Day Episode 2 yang digelar di Dicoding Space akhir pekan kemarin telah selesai dilaksanakan. Acara ini diselenggarakan oleh DyCode Edu bersama komunitas IoT4BDG dan menghadirkan dua acara utama, yaitu workshop dan IoT (Internet of Things) Product Expo.

Ada 15 developer dan maker yang hadir untuk meramaikan acara pameran, mulai dari yang produknya masih dalam tahap prototipe sampai yang sudah atau siap dipasarkan ke konsumen. Acara ini cukup menarik pengunjung dari berbagai kalangan. Pantauan di acara sendiri, ruang hands-on lab workshop-nya pun penuh diikuti para developer yang ingin belajar membangun produk rangkaian IoT dengn teknologi Windows  10 IoT Core serta Raspberry Pi2.

bandung IoT developer day

Dalam rilis tertulis, Andry Yadi (lead trainer untuk workshop yang juga CEO DyCode dan DycodeX) menyebutkan bahwa hands-on lab workshop diselenggarakan agar peserta dapat mencoba langsung untuk membuat solusi berbasis IoT dan bisa menjadi starting point dalam pengembangan produk mereka sendiri.

Andri juga menambahkan bahwa saat ini ekosistem IoT di Indonesia masih dalam tahap permulaan, sehingga acara berbagi ilmu seperti yang dilakukan ini bisa mendukung komponen human resources yang menjadi bagian penting dari perkembangan IoT di tanah air. Sedangkan acara Expo diharapkan bisa memfasilitasi para makers lokal untuk menunjukkan karya mereka. Semuanya diharapkan bisa mendorong perkembangan produk IoT di Indonesia.

Saya sendiri agak telat memang hadir di acara karena ada keperluan pribadi pagi harinya, jadi agak sayang terlewat kondisi paling ramai di acara Expo Bandung IoT Developer Day kemarin. Tapi saya masih berkesempatan untuk melihat pula kegiatan workshop, melihat-lihat produk yang dipamerkan, dan bertanya pada beberapa peserta tentang produk yang mereka bawa.

Beberapa produk yang menarik perhatian saya antara lain, adalah dari mahasiswa Unikom yang mengembangkan produk bernama Dayter. Terdiri dari dua produk utama yaitu timbangan yang terkoneksi dengan aplikasi serta alat untuk pengukur tekanan jantung dan suhu badan berbentuk kotak kecil.

bandung IoT developer day

Yang membuat saya tertarik dari produk ini adalah pengaplikasiannya, jika produknya sudah mendapatkan semacam sertifikasi atau persetujuan dinas kesehatan, Dayter bisa digunakan di puskesmas keliling yang sering dilakukan dikomplek. Timbangan berat badannya bisa langsung memasukan data ke aplikasi, termasuk saran-saran terkait kesehatan atas data yang ada. Ini akan menghemat waktu bagi petugas kesehatan yang bekerja.

bandung IoT developer day

Sayang memang, prototipe yang ada masih menggunakan timbangan yang tersedia di pasar lalu di-‘hack’ dan belum menggunakan timbangan buatan sendiri, selain itu prototipe boks untuk mendeteksi suhu dan detak jantung pun masih bisa dimaksimalkan dari sisi desain dan user experience-nya.

Produk dari pengembang lain yang saya lihat adalah Vois. Pengembang produk ini menjelaskan pada saya bahwa Vois lebih berfokus pada pengembangan aplikasi yang mendukung produk IoT. Demo yang dihadirkan merupakan aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk mematikan saklar lampu. Aplikasi ini juga merupakan kontroler dari WiFi Switch yang juga dikembangkan oleh developer yang sama.

bandung IoT developer day

Satu hal yang membuat saya tertarik adalah peluang untuk pengembangan kerja sama dengan produk IoT lain. Misalnya ada pengembang yang fokus untuk mengembangkan perangkat smart home dari sisi hardware, Vois bisa menjadi mitra dari sisi software.

Produk selanjutnya yang sempat saya datangi dan ajak berbincang adalah x-igent. Startup ini adalah pengembang yang menghadirkan aplikasi Panic Button yang sempat diliput banyak media karena ‘dipromosikan’ oleh pemkot Bandung. x-igent ternyata tidak berhenti mengembangkan produknya hanya sebatas aplikasi saja tetapi sedang mengembangkan perangkat button fisik yang terintegrasi dengan aplikasi dan sistem yang telah ada, yang juga disempurnakan.

bandung IoT developer day

Jadi jika aplikasi Panic Button membutuhkan smartphone untuk bisa digunakan, ke depannya tidak lagi, tetapi bisa diakses dari wearable yang saat ini masih dalam tahap pengembangan.

Satu lagi layanan yang menarik adalah Haji Umroh. Dikembangkan sebagai aplikasi dan sistem untuk monitoring jemaah haji, x-igent sedang mengembangkan wearable atau perangkat IoT yang nantinya bisa dibawa oleh peserta umroh, dan bisa digunakan sebagai alat bantu untuk monitoring. Rencananya alat ini juga akan memiliki kemampuan untuk menerima panggilan.

Saat berbincang dengan para founder-nya, dijelaskan bahwa alat ini dikembangkan berdasarkan input yang didapatkan dari penggunaan layanan yang sudah ada. Dari pengalaman didapatkan bahwa peserta umroh, yang sebagian besar orang tua, sering kesulitan atau jarang mengakses ponsel, jadi jika ada perangkat IoT/wearable yang bisa lebih mudah digunakan akan sangat membantu.

Produk lain yang hadir di expo dan siap dipasarkan (yang dijelaskan oleh pengembangnya akan tersedia dalam waktu dekat) adalah Callysta yang merupakan perangkat c-Home – Smarthome Ecosystem. Yang membuat saya tertarik pertama kali adalah kemasan produk yang sudah rapih dan terasa siap untuk dipasarkan ke konsumen.

bandung IoT developer day

Callysta menghadirkan beberapa perangkat yang bisa saling terkoneksi dan menjadikan rumah Anda menjadi rumah pintar dengan saling terkoneksi dan memungkinkan mengakses berbagai bagian dari rumah lewat smartphone. Mulai dari televisi, pencahayaan, kamera dan berbagai perangkat lain.

bandung IoT developer day

Selain produk yang dijelaskan di atas, tidak lupa juga, sebagai ‘tuan rumah’, perwakilan dari IoT4BDG (Rantonic) juga menggelar produknya berupa Rantonesia – universal remote control Apps serta Fernora – intelegent home system.

bandung IoT developer day

Satu lagi perwakilan ‘tuan rumah’ tentu saja DycodeX dengan produknya, Allegra yang merupakan perangkat autonomous printing box, yang juga terintegrasi dengan layanan Jepret dari Dycode. Perangkat yang sudah malang melintang di berbagai acara ini memungkinkan untuk mencetak langsung foto yang dibagikan di media sosial dengan hanya menggunakan hashtag tertentu.

bandung IoT developer day

Produk lain yang juga dibawa adalah Gallon dan Button. Masih berbentuk prorotipe Gallon adalah alat yang mampu mendeteksi water level yang ada di dispenser yang nantinya akan memberikan notifikasi agar tidak kehabisan serta bisa juga memberikan notifikasi pada distributor galon ketika stok terakhir akan habis. Sedangkan Button adalah perangkat yang bisa digunakan oleh pengusaha cafe agar lebih memudahkan konsumen memanggil pelayan. Bisa juga digunakan untuk mendeteksi meja yang masih tersedia di cafe mereka.

Peserta pameran IoT Dev Day Expo lainnya adalah .NET Gadgeteer Indonesia, produk yang dipamerkan antara lain .Net Gadgeteer dan Netduino yang merupakan platform untuk mengembangkan perangkat elektronik Anda sendiri dengan menggunakan berbagai macam module serta lingkungan pemrograman yang sudah siap dan mudah digunakan.

bandung IoT developer day

Modul yang dihadirkan juga cukup lengkap dan terlihat cukup mudah untuk integrasikan satu sama lain. Demo dalam mengkustomasi dan mengintegrasikan modul juga cukup mudah, setidaknya bagi mereka para developer yang terbiasa bekerja di lingkungan .NET.

Dua produk ini bisa dibeli secara online lewat tautan ini, satu hal yang bisa menjadi halangan bagi konsumen untuk mencoba membeli produk ini adalah harganya yang memang cukup mahal.

Selain yang saya jelaskan di atas, masih banyak peserta lain yang tidak sempat saya kunjungi satu persatu. Produk e-Fishery juga ikut mejeng di expo meski saya saya tidak sempat bertemu dengan perwakilannya karena saya hadir terlalu siang.

bandung IoT developer day
Seperti yang pernah saya sebutkan di artikel sebelumnya, melihat produk yang masih dalam tahap prototipe itu memberikan nuansa seru tersendiri dan itu yang saya dapatkan di acara expo di Bandung IoT Developer Day kemarin. Saya juga berkesempatan melihat beberapa produk lain yang siap dirilis ke publik dan ada pula yang sudah memiliki konsumen.

Geliat IoT di Indonesia memang masih dalam tahap awal, saya sepakat dengan Andry Yadi. Dalam acara episode pertama yang juga ditulis oleh DS juga bisa terlihat bahwa eskosistem IoT di tanah air ini memang masih perlu terus didorong untuk terus maju. Peluangnya ada, dukungan dari brand juga ada dan komunitasnya pun kini tumbuh semakin pesat.

Expo dan workshop di Bandung IoT Developer Day episode kedua kemarin, seusai judulnya, memang lebih diperuntukkan bagi pengembang dan makers asal Bandung untuk unjuk gigi, karena hampir semua pesertanya berasal dari Bandung. Satu kota saja sudah bisa menampilkan lebih dari 10 produk/prototipe/ide IoT, tentu saja saya yakin kota lain di Indonesia pun menyimpan talenta yang juga menarik untuk digali.

Ranah IoT (Internet of Things) menarik untuk dijelajah karena tidak hanya milik perusahaan mapan. Justru inovasi bisa hadir dari para makers/startup/developer yang jeli melihat masalah apa yang bisa dipecahkan. Kondisi ini akan menjadikan tahun ini adalah momen yang menarik untuk melihat perkembangan IoT di tanah air. Mari kita tunggu keseruan-keseruan lain yang akan hadir dari ranah IoT di Indonesia.

 

Disclosure: DailySocial adalah media partner acara ini. 

Bandung IoT Developer Day Episode 2, Ajak Pengembang Unjuk Gigi Proyek IoT

Acara Bandung Internet of Things (IoT) Developer Day episode kedua akan segera dilaksanakan. Acara yang digagas DyCodeEdu dan IoT4BDG ini akan digelar bulan depan, lebih tepatnya tanggal 6 Februari 2016.

Ada hal spesial yang akan digelar di acara BDG IoT Developer Day kali ini, karena selain akan ada workshop, para pengembang IoT juga diajak untuk pamer alias unjuk gigi di ajang pameran.

Workshop

iot 2

Untuk workshop sendiri, episode kedua dari BDG IoT Developer Day akan membahas Raspberry Pi dan Windows 10 IoT Core Hands-On Labs. Di sini peserta akan belajar membuat produk IoT dengan menggunakan Windows 10 IoT Core and Raspberry Pi 2 technology. Fasilitator adalah Andri Yadi (Microsoft MVP, Azure) dengan co-trainer dar DyCode Edu serta komuitas IoT4BDG.

Beberapa fasilitas yang bisa didapatkan pada acara workshop ini antara lain:

  • Getting hands on Raspberry Pi 2 for the first time
  • Installing and configuring Windows 10 IoT Core on Raspberry Pi 2
  • Preparing development environment
  • Writing and debugging your first app
  • Accessing Raspberry Pi 2’s GPIO
  • Reading digital and analog sensor
  • Taking photo/video from webcam
  • Connecting IoT device with some Azure services

Workshop terbuka gratis, Anda yang ingin ikut serta nanti diharapkan membawa laptop yang sudah diinstal dengan Windows 10 serta Visual Studio 2015. Peserta juga diharapkan sudah bisa coding, terutama Javascript atau C#.

Pameran

iot 1

Satu hal spesial hadir di ajang BDG IoT Developer Day kali ini. Akan tersedia ajang showcase atau pemeran bagi mereka yang telah atau sedang mengembangkan proyek IoT.

Peserta di ajang ini terbuka bagi mereka yang mengembangkan proyek IoT, baik itu masih prototipe atau masa awal atau yang sudah siap dijual ke pasaran.

Beberapa fasilitas yang akan didapatkan dari para peserta pameran antara lain mendapatkan eksposure ke berbagai pihak, termasuk pemerintah, liputan media serta audiens yang bisa menjadi potensi klien.

Acara Bandung IoT Developer Day 2 sendiri terbuka gratis bagi mereka yang ingin mengunjungi pameran, acara (pameran dan workshop) akan diselenggarakan di gedung Dicoding Space, jalan Jl. Batik Kumeli No.50 Bandung, tanggal 6 Februari 2016 Untuk detail jam kunjungan pameran akan diumumkan berikutnya.

Anda sedang mengembangkan proyek IoT? Atau pengembang yang ingin mulai menekuni bidang ini? Jangan lupa untuk cek informasi detail tentang Bandung IoT Developer Day 2 di tautan ini. Jangan sampai terlewat untuk ikutan pemeran dan atau workshop.

iot 3

DailySocial adalah media partner acara ini. 

Ingin Mendalami Internet of Things? Bandung IoT Developer Day Segera Digelar

Dengan kianbanyaknya perangkat yang terhubung, terbukalah metode baru dalam komunikasi antar mesin ke mesin, atau manusia ke device. Evolusi Internet of Things jadi pesat berkat kemunculan teknologi komunikasi wireless serta embedded systems. Tibanya IoT di ‘gerbang industri IT Indonesia’ ditandai oleh diangkatnya tema tersebut di acara Indocomtech 2015.

Banyak peluang baru tercipta berkat implementasi Internet of Things di berbagai ranah. Prospek manfaat tak cuma untuk konsumen biasa, namun juga buat para penyedia infrastruktur internet dan telekomunikasi, serta developer konten. Kita tahu istilah IoT masih tergolong sangat baru, dan butuh sedikit upaya pengenalan lebih jauh pada khalayak. Kabar baiknya, ajang Bandung IoT Developer Day rencananya segera digelar pada akhir minggu ini.

Di fase pertama Bandung IoT Developer Day, diberi istilah Episode 1 oleh tim pelaksana, acara akan fokus pada pembahasan ‘Developing for IoT With Web Technologies’ atau mengupas pengembangan konten Internet of Things berbekal teknologi web, disajikan dalam bentuk seminar. Event ditujukan bagi ‘penggiat’ dan developer software yang tertarik meramu aplikasi IoT.

Setelah bagian utama rampung, acara akan dilanjutkan dengan kompetisi Bandung IoT Challenge. Tentu tujuannya adalah menantang para peminat Internet of Things serta pengembang untuk menciptakan app yang sanggup memberikan solusi atas beragam kendala di sekitar kita. Kontes tersebut dibuka secara umum, tak hanya buat peserta seminar. Di press release, belum ada info rinci mengenai IoT Challenge, dan penyelenggara berjanji segera mengungkapnya di waktu dekat.

Event ini merupakan kerjasama DyCode Edu dan Komunitas IoT4BDG. Mereka mengundang sejumlah pakar terkemuka untuk jadi pembicara, antara lain ialah Norman Sasono (Senior Technical Evangelist Microsoft Indonesia), Andri Yadi (CEO DyCode), Martin Kurnadi (CEO, Geeknesia) dan Danny Ismarianto Ruhiyat (IoT4BDG).

Sebagai pembuka, diskusi diarahkan pada tajuk pengembangan IoT buat developer web. Kemudian mulai masuk pada utak-atik kombinasi Raspberry Pi 2 plus Windows 10 IoT Core dan Node.js. Selanjutnya peserta diajak bermain-main dengan Arduino menggunakan Visual Studio, lalu mengoprek JavaScript di Microcontroller Espruino dan ESP8266, serta meracik plaform cloud untuk device IoT.

Bandung IoT Developer Day akan dilangsungkan pada hari Sabtu tanggal 14 November 2015 pukul 9:00 sampai 14:00 siang; dilaksanakan di Bale Motekar, Jalan Banda No. 40 Bandung.

Bandung IoT Developer Days 02

Layanan 4G LTE Komersial XL Resmi Tersedia di Bandung

Bagi XL, akhir tahun 2015 tampaknya menjadi momen penting untuk meningkatkan manuver mereka dalam kompetisi 4G LTE. Kurang dari seminggu silam mereka umumkan uji coba fitur License Assisted Access pada tenologi LTE-Advanced demi menyalip kompetitor yang telah lebih dulu mengklaim titel advanced. Dan kali ini, XL mendaratkan 4G LTE di Bandung.

Tapi bukankah Bandung sudah mereka sambangi berbulan-bulan silam? Dari keterangan XL Axiata lewat press release, pada tanggal 2 November 2015, dimulailah periode komersial layanan internet super cepat di ibu kota Jawa Barat tersebut, ditandai melalui rampungnya proses penataan dan refarming frekuensi 1800MHz. Acara peresmian itu dilaksanakan di Trans Studio Bandung.

Bambang Parikesit selaku vice president bilang, XL tak cuma sekedar berupaya memperluas jangkauan area, namun juga menitikberatkan kualitas servis ‘supaya benar-benar dapat memenuhi ekspektasi masyarakat’. Jika sempat membaca artikel reportase LTE-A LAA XL, Anda mungkin mengerti betapa esensialnya konten video bagi XL. Streaming video bisa berperan buat beragam keperluan, dari mulai edukasi, promosi, presentasi sampai hiburan.

Didorong oleh aspek ini, sejak awal XL sengaja mengambil kebijakan untuk membangun jaringan 4G LTE yang sanggup memenuhi kriteria ‘Extreme HD 360° Video’. Karena mencakup sudut pandang sangat luas, ia menuntut sambungan internet prima, baik dari sisi kecepatan maupun kestabilan. Menurut XL, andai mampu mencapainya, maka mereka akan unggul dalam penyuguhan jenis layanan digital lain.

Pada periode awal masa komersial tersebut, XL telah menyiapkan sekitar 249 base transceiver station 4G; sudah bisa dinikmati masyarakat kota Bandung, Padalarang, Jatinangor dan Cimahi. Sang operator berjanji untuk terus menambah infrastruktur pendukung, termasuk melebarkan jaringan ke kota-kota Jawa Barat lain dalam waktu dekat. XL juga sempat menyinggung LAA, namun tentu kita harus menunggu ketersediaan BTS dan handset yang kompatibel.

XL turut menyelenggarakan program Tabungan Kuota 4G, memungkinkan kita ‘menabung’ kuota yang bisa dipakai sewaktu network 4G tersaji. Tertarik? Anda tinggal membeli paket Hotrod 4G, menawarkan bonus kuota langsung, dapat diakumulasi ke bulan berikutnya.

Konsumen di Bandung juga dipermudah berkat hadirnya paket bundling 4G XL dengan beragam pilihan tipe smartphone – entry-level hingga high-end – plus cicilan harga yang terjangkau.

XL 4G LTE Bandung 02

Mendukung Gerakan Data Terbuka, Scrapathon Bandung 2015 Digelar

Mendukung terciptanya keterbukaan pemerintah dan partisipasi masayarakat dalam pembangunan, Pemerintah Kota Bandung bersama Code for Bandung menggelar acara kompetisi pengolahan data Scrapathon (Scrap-a-thon) Bandung di hotel Grand Pacific Bandung (18/10). Mengusung tema “Better Data: Towards Bandung Transparent, Accountable and Innovative City”, acara ini diselenggarakan selama satu hari penuh dan diikuti oleh 52 peserta.

Continue reading Mendukung Gerakan Data Terbuka, Scrapathon Bandung 2015 Digelar