HumBird Gunakan Teknologi Bone Conduction Untuk Mengubah Segala Objek Jadi Speaker

Istilah bone conduction di ranah audio memang terdengar cukup baru buat kita, namun solusi ini sebetulnya sudah digunakan oleh Ludwig van Beethoven untuk terus berkarya bahkan ketika ia kehilangan kemampuan mendengar. Sederhananya, sistem tersebut memanfaatkan tulang di kepala untuk mengantarkan suara ke koklea – bukan menggunakan getaran di udara seperti saat kita mendengar suara secara normal.

Bagi sejumlah orang, metode ‘getaran tulang’ memang bukanlah cara terbaik dalam menikmati musik. Namun, bone conduction membuka banyak peluang penggunaan lain karena sistem ini memungkinkan kita untuk mendengarkan konten tanpa mengurangi faktor keawasan terhadap keadaan di sekitar. Menariknya, tim Duramobi menemukan cara lain buat memanfaatkan teknologi bone conduction lewat produk bernama HumBird.

HumBird merupakan perangkat audio sekaligus alat eksperimen seru. Fungsinya adalah mengubah objek apapun – diutamakan yang memiliki ruang kosong di tengahnya – menjadi speaker. HumBird mempunyai wujud mungil, dibuat dari bahan aluminium kelas pesawat terbang dan mempunyai bentuk pipih seperti puck hoki dengan diameter cuma 4-sentimeter dan bobot 35-gram. Perangkat tersambung ke smartphone secara nirkabel via Bluetooth 5.0.

HumBird 4

Dengan menaruhnya di suatu permukaan, HumBird bisa menghasilkan suara sampai 115-desibel – sekitar empat hingga lima kali lebih lantang dibanding speaker smartphone. Uniknya, tiap-tiap objek mempunyai karakteristik audio berbeda: boks kardus membuat bass lebih terasa, permukaan kaca memastikan output terdengar lebih jernih, lalu objek keras seperti meja kayu atau dashboard mobil memastikan suara vokal jadi lebih jelas. Tentu saja objek-objek lain punya efek sendiri dan Anda dipersilakan untuk bereksplorasi.

HumBird 3

Duramobi menjelaskan, “Dengan mengadopsi teknologi bone conduction dan instrumen moving coil, HumBird mengubah suara jadi getaran mekanik di frekuensi yang bervariasi, memanfaatkan efek pada material-material berbeda tempat ia diletakkan. HumBird mampu menghasilkan vibrasi yang orisinal, berubah-ubah, dan bisa dikustomisasi. Ia membuktikan bahwa semua hal punya suaranya sendiri.”

HumBird 2

HumBird ditenagai oleh baterai 400mAH yang dijanjikan sanggup menyajikan musik selama tiga jam non-stop. Untuk mengisi ulang kembali, tersedia charging port USB type-C. Durasi charging-nya cukup singkat. Dari kondisi kosong ke 80 persen hanya memakan waktu 15 menit. Hal unik lain dari HumBird ialah, Anda bisa memasangkan dua speaker bone conduction ini buat mendapatkan output stereo.

Duramobi telah mempersilakan kita untuk memesan HumBird. Produk bisa Anda beli di Kickstarter, dijajakan seharga mulai HK$ 156 (kisaran US$ 20) selama masa pengumpulan dana masih berlangsung. Khusus para backer, HumBird akan mereka dapatkan pada bulan Agustus 2019 nanti.

Orii Adalah Cincin Pintar yang Sanggup Mengubah Jari Anda Menjadi Ponsel

Anda yang gemar menonton film action ala James Bond pastinya tidak asing dengan adegan dimana sang lakon berkomunikasi dengan seseorang dengan meletakkan jari telunjuknya di telinga. Ini sejatinya sudah menjadi praktik umum dalam film yang mengisahkan seorang mata-mata, tapi apakah kenyataannya benar seperti itu?

Saya tidak tahu, karena jujur saya tidak punya afiliasi apa-apa dengan agensi intelijen semacam itu. Yang saya tahu ada sebuah startup asal Hong Kong bernama Origami Labs yang mencoba mewujudkan hal ini menjadi kenyataan, memungkinkan kita untuk berkomunikasi hanya dengan mendekatkan jari ke telinga, tanpa bantuan headset Bluetooth sama sekali.

Orii

Buah pemikiran mereka adalah Orii. Orii dideskripsikan sebagai sebuah cincin pintar yang sanggup mengubah jari Anda menjadi ponsel. Cukup tempelkan jari dimana Orii terletak ke telinga, maka Anda dapat menelepon, mengirim pesan, membuat reminder atau mengakses sejumlah fungsi lainnya dengan bantuan asisten virtual – spesifiknya Siri dan Google Assistant.

Tanpa headset, bagaimana Anda bisa mendengarkan suara seseorang yang menelepon? Jawabannya adalah dengan memanfaatkan teknologi bone conduction, dimana Orii akan meneruskan getaran dari jari ke telinga sehingga pada akhirnya hanya Anda seorang yang dapat mendengarkan suara sang penelepon.

Orii

Orii bukannya bermaksud menggantikan smartphone Anda, melainkan menjadi extension baginya, memungkinkan Anda untuk tetap produktif meski sedang berada di tempat yang ramai. Konektivitasnya mencakup Bluetooth 3.0 sekaligus Bluetooth 4.0 LE, dan ia dibekali sepasang mikrofon noise-cancelling sehingga lawan bicara Anda juga bisa mendengar percakapan dengan jelas.

Orii sejatinya lebih pantas dikategorikan sebagai alternatif headset Bluetooth. Fisiknya cukup ringkas, kira-kira sebesar cincin dengan batu akik berukuran besar, plus tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX7. Ia dilengkapi indikator LED untuk notifikasi, lalu sepasang tombol yang tersembunyi di kedua sisinya bisa di-tap, double tap atau long press untuk mengaktifkan beragam fungsinya, termasuk mengaktifkan Siri dan Google Assistant.

Baterainya bisa bertahan selama 1 jam waktu bicara, atau 45 jam standby, sebelum perlu di-charge kembali selama sekitar 1,5 jam. Orii saat ini sedang dipasarkan melalui Kickstarter dengan harga paling murah $99 – lebih murah $60 dari estimasi harga retail-nya. Ia tersedia dalam tiga pilihan warna: sandblasted silver, metallic dark gray dan matte black.

Simpan Sensor Biometric dan Driver Audio Hybrid, Hy Ialah Earphone High-Tech All-in-One

Masalah terbesar yang ada pada penyajian headphone atau earphone ialah, dengan mengenakannya, perangkat ini menghalangi proses komunikasi. Umumnya, Anda harus melepas headset atau menghentikan lagu agar bisa berdialog secara normal. Lewat perpaduan dari beberapa teknologi audio dan komunikasi, tim developer dari Birhimgham ini mencoba memberikan jalan keluarnya.

Berkiblat pada prinsip kesederhanaan dalam pemakaian, Third Skin memperkenalkan device bernama Hy, earphone all-in-one yang memungkinkan Anda mendengarkan musik, mengakses fungsi smartphone via suara, melakukan/menjawab panggilan telepon, bahkan perangkat juga dibekali sensor biometric. Produk ini dirancang buat menemani Anda beraktivitas sehari-hari, tersambung tanpa membutuhkan kabel, dan didukung baterai berkapasitas besar.

Hy 1

Hy sengaja didesain agar ia bisa tersembunyi di belakang daun telinga (mirip alat bantu pendengaran). Selain menghidangkan musik, perangkat juga dapat berperan jadi activity tracker, mampu merespons serta memantau kondisi tubuh via gerakan serta temperatur. Dan meskipun sedang seru mendengarkan musik, user tidak akan kehilangan kemampuan mengetahui arah datangnya suara sehingga Anda bisa menikmati koleksi lagu sambil bersepeda atau di tempat umum tanpa perlu merasa was-was.

Hy 2

Rahasia dari kemampuan canggih ini adalah pemakaian speaker jenis baru berbasis teknologi bone conduction. Hy menyimpan driver audio hybrid, diposisikan di bagian earbud. Tak seperti earphone biasa yang mengeluarkan output suara standar langsung ke bagian dalam kuping, Hy menyimpan elemen getar ‘piezo‘ berbahan keramik, akan aktif begitu dialiri listrik. Vibrasi tersebut langsung diarahkan ke lubang telinga, dan dipadu sepasang balanced armature driver, Hy mampu menyajikan nada mid dan treble jernih serta bass yang ‘dalam’.

Hy

Selain itu, Third Skin turut memanfaatkan teknologi PurePath, menunjukkan bahwa developer sama sekali tidak mau kompromi soal penyuguhan suara. Berkat PurePath, Hy mampu menangani audio-audio high fidelity, termasuk suara hasil binaural recording. Pengalaman mendengarkan musik juga jadi lebih sempurna dengan kehadiran sistem noise cancellation aktif.

Selain kendali suara, Hy mampu mendeteksi gerakan tangan via sensor inframerah di sana dan mengubahnya jadi input kendali. Lalu unit baterai 260mAh di masing-masing earpiece diklaim mampu menyuguhkan musik 18-jam non-stop. Proses pengisian ulangnya tidak membutuhkan case khusus, baterai dapat di-charge langsung via port micro USB.

Saat ini tim Third Skin sedang melangsungkan kampanye pengumpulan dana di Kickstarter, menargetkan £ 68.000 (hampir US$ 84.000). Di situs crowdfunding tersebut, Hy bisa Anda pesan seharga mulai dari £ 140 (US$ 171,5).

Bantal Pintar Dreampad ‘Menggetarkan’ Suara Untuk Bantu Anda Terlelap

Ada kabar gembira bagi Anda yang tidak pernah menunda-nunda waktu beristirahat: cukup tidur membuat umur lebih panjang, juga memperkuat daya ingat serta meningkatkan performa fisik. Sejauh ini, teknologi banyak dimanfaatkan untuk mempermudah kita memahami tidur, tapi mungkin, mayoritas dari mereka baru difokuskan buat menakar kualitasnya saja.

Kreasi baru tim Integrated Listening Systems merupakan satu dari beberapa perangkat yang betul-betul didesain untuk membantu kita terlelap, dibekali sistem canggih dan menitikberatkan faktor kenyamanan. Mereka memperkenalkan versi baru Dreampad, sebuah bantal pintar berkemampuan mengalunkan lagu untuk membuat penggunanya rileks melalui ‘getaran’.

Dreampad 2

Versi awal Dreampad sebetulnya lebih difokuskan sebagai bantal terapi untuk anak-anak, khususnya mereka yang menderita trauma ataupun autisme. Namun karena teknologi di dalamnya terbukti ampuh, banyak orang dewasa diketahui memanfaat perangkat ini. Dan melihat meningkatnya permintaan buat menangani masalah gangguan tidur, developer memutuskan buat menghidangkan Dreampad ke lebih banyak konsumen.

Penampilan Dreampad betul-betul menyerupai bantal biasa, menawarkan tiga pilihan tipe: model standar untuk menopang kepala, leher dan pundak; varian berbahan memory foam; serta versi slim buat anak-anak. Fitur andalan Dreampad sendiri tidak tampak oleh mata, berupa konektivitas, dukungan app serta metode penyajian musik yang unik, bernama Intrasound Technology.

Dreampad 1

Teknologi ini dirancang untuk mengubah suara menjadi getaran lembut yang diarahkan ke bagian dalam telinga lewat tulang – prosesnya biasa dikenal sebagai bone conduction. Keunggulan metode ini adalah, musik hanya dapat terdengar oleh Anda dan tidak mengganggu orang lain. Output audionya juga bukan lagu biasa, dioptimalkan khusus demi menghilangkan stres. User bisa membelinya via aplikasi companion atau menggunakan musik yang sudah mereka miliki.

Pemakaian Dreampad sangat sederhana: tinggal unduh app, sambungkan bantal Dreampad ke smartphone via Bluetooth (ILS menyarankan Anda mengkatifkan airplane mode agar tidur tidak terganggu), colokkan receiver ke port, pilih lagu serta sesuaikan volume, dan selanjutnya Anda tinggal bersantai. Berkat Dreampad, tubuh dijanjikan dapat rileks lebih cepat, kurang lebih hanya lima menit, dan bantal ini juga telah dimanfaatkan oleh para dokter.

Dreampad bisa Anda pesan sekarang lewat situs  crowdfunding  Kickstarter seharga mulai dari US$ 110. Bundel pembelian sudah termasuk satu bantal Dreampad dan sebuah unit receiver Bluetooth. Pengiriman pada backer rencananya akan dilangsungkan pada bulan Desember 2016.

Efektif Hilangkan Dengkuran, Snore Circle Juga Dibekali Fitur Sleep Tracking

Meski kerap dijadikan bahan guyonan, mendengkur alias ngorok sebenarnya merupakan kebiasaan yang buruk buat kesehatan. Cara menghilangkan kebiasaan mendengkur sebenarnya ada beberapa, termasuk salah satunya yang melibatkan gadget canggih dalam berbagai wujud; bisa berupa gelang, sabuk dan lain sebagainya.

Alternatif lainnya adalah Snore Circle, perangkat berwujud seperti headset Bluetooth yang diklaim sangat efektif untuk menghilangkan dengkuran. Tidak main-main, Snore Circle memanfaatkan teknik bone conduction dan teknologi pengenalan suara untuk mengidentifikasi suara dengkuran secara akurat.

Saat pengguna terdeteksi sedang mendengkur, Snore Circle akan mencoba mengintervensi secara fisik dengan cara mengirimkan getaran dan suara mikro yang terdiri dari 54 tingkatan. Intervensi ini memicu saraf vagus pada otak untuk bekerja, menginstruksikan otot pada bagian tenggorokan untuk mengencang dan memberikan ruang udara yang lebih lega.

Di titik ini, pengguna akan berhenti mendengkur, atau paling tidak frekuensi dengkurannya berkurang, tapi di saat yang sama aktivitas tidur mereka tidak terganggu. Malahan, karena sudah tidak mendengkur, pengguna bisa masuk ke dalam fase deep sleep dan beristirahat senyenyak mungkin.

Snore Circle menawarkan fitur sleep tracking terintegrasi / VVFLY
Snore Circle menawarkan fitur sleep tracking terintegrasi / VVFLY

Bagaimana caranya Anda bisa tahu tidur Anda semalam senyenyak apa? Sleep tracker jawabannya, tapi Anda tak perlu membeli perangkat baru, sebab Snore Circle sudah dibekali dengan fitur sleep tracking untuk memonitor kualitas tidur pengguna dan meneruskan data-datanya ke aplikasi pendamping di smartphone.

Menurut pengembangnya, teknologi yang ditawarkan Snore Circle sudah cukup terbukti. Pasalnya, ini merupakan perangkat generasi ketiga dengan penyempurnaan hampir di segala aspek, termasuk dari segi desain yang melibatkan bahan silikon yang ergonomis.

Bagi yang tertarik, Snore Circle saat ini bisa dipesan melalui situs crowdfunding Indiegogo. Harga termurahnya untuk saat ini adalah $70, sedangkan harga retail-nya nanti diperkirakan berkisar di angka $129.

Berwujud Mirip Yo-Yo, Hearshot Domio Sajikan Musik Tanpa Tutupi Telinga

Musik dapat memengaruhi mood, mengubah perjalanan atau aktivitas olahraga Anda menjadi jauh lebih menyenangkan. Sayangnya, ia tidak bisa dinikmati tiap saat. Ambil contohnya saat sedang bersepeda ataupun mengendarai motor; menutup telinga dengan ear-phone sembari mendengarkan koleksi lagu akan mengurangi tingkat kewaspadaan dan membahayakan diri.

Tim Hearshot punya solusi mutakhir demi mengatasi kendala tersebut. Mereka melakukan debut di ranah teknologi dengan meluncurkan produk bernama Domio. Meski memiliki fungsi seperti headphone/earphone, penyajian Domio sangat berbeda. Ia adalah ‘helmet mounted device‘ berukuran sebesar yo-yo yang memanfaatkan teknologi getaran mikro untuk menghidangkan audio, mengubah ruang di sekitar kepala Anda jadi area konser pribadi.

Hearshot Domio 2
Buat memakainya, Anda tinggal menempelkan Domio di helm via perekat.

Melalui pendekatan tersebut, telinga tetap dapat mendengar suara-suara eksternal. Domio mengusung metode bone conduction, di mana Anda tinggal menempelkan device di helm – pemakaiannya mirip action camera. Berbekal komponen unik di dalam, Domio memanfaatkan struktur kaku pelindung kepala itu untuk menghantarkan suara 360 derajat. Hearshot mengklaim, helm bisa jadi medium optimal buat menyuguhkan lagu.

Tiap unit Domio dibundel bersama dua mount adesif, satu untuk ditempel di device, dan satu lagi dibubuhkan di helm Anda. Pengoperasiannya didesain agar sederhana: fungsi power, mute, dan cek baterai dapat dilakukan lewat sebuah tombol saja; kemudian terdapat dial melingkar buat mengatur volume. Semuanya bisa diakses walaupun Anda sedang mengenakan sarung tangan. Hebatnya lagi, Domio dibuat agar tahan air (serta salju), sehingga Anda tak perlu cemas jika ia kehujanan.

Hearshot Domio 3
Domio juga bisa dipasangkan di helm motor.

Hearshot Domio tersambung ke perangkat bergerak Anda melalui koneksi Bluetooth, wujudnya padat dan ringan, mengambil tenaga dari baterai build-in 1.600mAh. Perangkat bisa aktif hingga tujuh jam dalam kondisi normal, dan sewaktu baterai habis, Anda dapat mengisi ulang via connector micro USB standar (kabel sudah disediakan).

“Ide Domio terlahir dari rasa frustasi pribadi kami terhadap pasar headphone saat ini,” tutur co-founder Bart Lipski di press release. “Device ini mudah digunakan, sempurna untuk siapapun yang gemar menikmati musik tanpa terisolasi dari dunia di sekitar mereka. Desain Domio memungkinkan Anda fokus mengemudi tanpa khawatir ear pad akan jatuh, kabel kusut atau speaker jadi rusak.”

Masa pre-order Domio sudah dimulai, bisa Anda pesan langsung di situs mereka. Hearshot memperkirakan bahwa produk akan mulai didistribusikan pada musim gugur 2016. Batch pertama dijual seharga US$ 50, 55 persen lebih murah dari harga retail, yaitu US$ 110.

Zungle Ialah Kacamata Hitam Sekaligus Headset Bluetooth

Berawal dari kebutuhan akan alat bantu pendengaran, teknologi bone conduction perlahan menapakkan jejaknya ke ranah consumer electronic berkat cara kerjanya yang praktis nan efektif. Buat yang merasa asing, teknologi ini pada dasarnya mampu menghantarkan gelombang suara dalam wujud getaran yang merambat dari tengkorak menuju ke gendang telinga.

Kelebihannya tentu saja adalah Anda tak perlu memasangkan apa-apa pada telinga Anda. Itulah mengapa pabrikan merasa tertantang untuk menciptakan perangkat audio yang bukan berupa headphone atau earphone, namun bisa berwujud macam-macam berkat penerapan bone conduction, seperti salah satunya kacamata hitam bernama Zungle ini.

Zungle kompatibel dengan lensa Oakley Frogskin / Zungle
Zungle kompatibel dengan lensa Oakley Frogskin / Zungle

Zungle kelihatan seperti kacamata hitam buatan Oakley, dan pada kenyataannya memang lensanya bisa dilepas-pasang dan diganti dengan kepunyaan Oakley. Pun begitu, ia sebenarnya juga merupakan headset Bluetooth yang bisa digunakan untuk mendengarkan musik atau menerima panggilan telepon.

Lalu mana bagian earpiece yang menancap di telinga? Tidak ada, karena ia sudah mengadopsi teknologi bone conduction yang disematkan ke bagian ujung frame. Dengan demikian, pengguna pun bisa mendengarkan musik sekaligus suara apa saja yang berada di sekitarnya, mengingat kedua telinganya sama sekali tidak tertutupi apa-apa.

Port micro USB untuk charging tersembunyi dalam engsel frame Zungle / Zungle
Port micro USB untuk charging tersembunyi dalam engsel frame Zungle / Zungle

Di frame sebelah kanan Zungle, terdapat tuas kecil untuk mengontrol jalannya musik maupun menerima panggilan telepon. Bobot totalnya hanya berkisar 45 gram, padahal ia mengemas baterai yang bisa bertahan selama 4 jam pemakaian dalam satu kali charge.

Proses charging-nya sendiri hanya memakan waktu kurang dari 1 jam. Menariknya, pengembang Zungle berhasil ‘menyembunyikan’ port micro USB pada bagian engsel frame, membuatnya sama sekali tak terlihat seperti perangkat elektronik.

Untuk sekarang Zungle masih menjalani kampanye crowdfunding di Kickstarter dan ditawarkan seharga $109 – harga retail-nya berkisar $150. Ia kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS, serta hadir dalam lima pilihan warna frame yang berbeda.

Mirip Bando, Batband Ialah Headset Hi-Fi Pertama di Kelasnya

Bisa jadi beberapa kendala pada headphone mencegah Anda menikmati musik favorit sewaktu menjalankan aktivitas sehari-hari. Desain merepotkan dan tidak nyaman, kualitas suara pas-pasan, belum lagi Anda harus berkutat dengan kabel. Padahal menurut StudioBananaThings, ada banyak sumber inspirasi alami yang bisa dijadikan kiblat perancangan produk audio. Continue reading Mirip Bando, Batband Ialah Headset Hi-Fi Pertama di Kelasnya

Cynaps Adalah Topi Sekaligus Headphone Wireless Masa Depan

Earphone Bluetooth ialah jawaban terhadap tidak praktisnya sambungan berbasis kabel. Ia dapat disematkan di telinga tanpa merasa risih. Tapi selalu mengenakan headset Bluetooth mungkin menumbuhkan kesan bahwa Anda selalu sibuk serta sulit diajak bicara. Solusinya, pakai Cynaps dan Anda tak perlu lagi mencemaskan penilaian orang mengenai kebiasaan itu. Continue reading Cynaps Adalah Topi Sekaligus Headphone Wireless Masa Depan