Alami Fintech Raised Equity and Debt Funding Worth of 283 Billion Rupiah

The sharia fintech lending startup, Alami, announced $20 million (over 283 billion Rupiah) in equity and debt funding led by AC Ventures and Golden Gate Ventures. Quona Capital is also participating in this round.

Both AC Ventures and Golden Gate Ventures were the previous investors that led Alami’s seed funding worth $1.5 million in late 2019. The arrival of Quona Capital has placed Alami in its Indonesian portfolio list after investing in KoinWorks, BukuWarung, Ula, and Julo.

“We believe that players in the Islamic finance industry have only just tapped a fraction of its potential. Social finance, for example, can be explored further,” Alami’s Founder & CEO Dima Djani said, quoting from the AC Ventures website.

Dima aims that this year Alami can increase the loan disbursement up to four times or worth more than IDR1 trillion for the health, agriculture, logistics, and food sectors. In addition, the company plans to explore opportunities for synergies with Islamic banking financial institutions such as Islamic Commercial Banks (BUS), Sharia Business Units (UUS), and Sharia Rural Banks (BPRS).

One of these plans has been successfully realized. At the same time, through an official statement on the same day, Alami launched a financial channeling partnership with BRI Syariah targeting IDR40 billion this year.

“Through this financial channeling collaboration, it is expected to accelerate the recovery process of small and medium enterprises affected by the pandemic, as well as revive the Indonesian economy,” Dima said.

BRI Syariah’s  Head of Retail Banking Division, Elvera Melladiana stated the one factor that considered the company solid in establishing partnerships with Alami was because it had a positive track record, both in terms of funding, and the potential projects in it.

“BRI Syariah has served SME customers from various levels of capital, and we are aware that in order to achieve an exponential distribution of financing targets, collaboration with fintech companies must begin. This is in order to realize easy, fast, and safe access to Islamic finance,” Elvera said.

As of December 2020, Alami claims to have distributed around Rp. 300 billion to thousands of MSMEs throughout Indonesia from around 20 thousand lenders registered on the Alami platform.

Sharia lending market

Alami is several lending startups focusing on the sharia segment. In addition, there are Ammana, Bsalam, Duha Syariah, Dana Syariah, Finteck Syariah, Qazwa, Ethis, and Investree (sharia business unit). However, its popularity is quite far behind compared to conventional services.

Referring to OJK’s data, the accumulation of fintech lending grew 113.05% YoY to Rp128.7 trillion in September 2020. The new sharia fintech donations contributed around Rp1.2 trillion of the total.

Chairman of the AFPI’s Sharia Funding Fintech Cluster, Lutfi Adhiansyah, stated that there are some factors that make conventional lending run faster than sharia. One of them is in terms of quantity, there are more conventional players and the different nature of the product and business model.

“Many sharia fintech lending targets the productive sector. Therefore, the process is more selective and takes longer to verify. It’s different from multipurpose fintech lending, where online loans are relatively fast and the nominal is quite small,” Lutfi said as quoted from Kontan.co.id.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Fintech Alami Peroleh Pendanaan Ekuitas dan Debt Senilai 283 Miliar Rupiah

Startup fintech lending syariah Alami mengumumkan pendanaan senilai $20 juta (lebih dari 283 miliar Rupiah) berbentuk ekuitas dan debt yang dipimpin AC Ventures dan Golden Gate Ventures. Quona Capital turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Baik AC Ventures dan Golden Gate Ventures, merupakan investor sebelumnya yang memimpin pendanaan tahap awal di ALAMI senilai $1,5 juta pada akhir 2019. Masuknya Quona Capital, otomatis menempatkan ALAMI ke dalam jajaran portofolionya di Indonesia setelah berinvestasi ke KoinWorks, BukuWarung, Ula, dan Julo.

“Kami percaya bahwa pemain yang ada di industri keuangan syariah baru saja memanfaatkan sebagian kecil dari potensinya. Social finance, misalnya, dapat dieksplorasi lebih jauh,” kata Founder & CEO Alami Dima Djani, mengutip dari laman AC Ventures.

Dima menargetkan pada tahun ini Alami dapat meningkatkan nominal penyaluran pinjaman hingga empat kali lipat atau senilai lebih dari Rp1 triliun untuk sektor kesehatan, pertanian, logistik, dan makanan. Selain itu, berencana untuk mengkaji peluang sinergi dengan institusi keuangan syariah perbankan seperti Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Salah satu rencana tersebut ada yang berhasil terealisasi. Pada saat yang bersamaan, melalui keterangan resmi yang diumumkan pada hari yang sama, Alami meresmikan kerja sama channeling pembiayaan dengan BRI Syariah dengan target penyaluran sebesar Rp40 miliar pada tahun ini.

“Melalui kerja sama channeling pembiayaan ini, mudah-mudahan bisa mempercepat proses pemulihan usaha-usaha kecil menengah yang terkena pandemi, serta membangkitkan perekonomian Indonesia,” kata Dima.

Kepala Divisi Ritel Banking BRI Syariah Elvera Melladiana menyatakan salah satu faktor yang membuat perusahaan mantap menjalin kemitraan dengan Alami karena punya track record yang positif, baik dari sisi pendana, maupun potensi proyek-proyek yang berada di dalamnya.

“BRI Syariah telah melayani nasabah UMKM dari berbagai tingkat permodalan, dan kami menyadari, untuk bisa mencapai target penyaluran pembiayaan yang eksponensial, kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan fintech harus mulai dilakukan. Hal ini demi mewujudkan akses pembiayaan syariah yang mudah, cepat, dan aman,” tutur Elvera.

Hingga Desember 2020, Alami mengklaim sudah menyalurkan sekitar Rp300 miliar kepada ribuan UMKM di seluruh Indonesia dari sekitar 20 ribu pendana yang terdaftar di platform Alami.

Pasar lending syariah

Alami adalah beberapa startup lending yang bermain di segmen syariah. Selain itu ada Ammana, Bsalam, Duha Syariah, Dana Syariah, Finteck Syariah, Qazwa, Ethis, dan Investree (unit bisnis syariah). Kendati demikian, pamornya masih jauh tertinggal dibandingkan layanan konvensional.

Merujuk dari data OJK akumulasi fintech lending tumbuh 113,05% yoy menjadi Rp128,7 triliun pada September 2020. Sumbangsing fintech syariah baru senilai Rp1,2 triliun dari total tersebut.

Ketua Klaster Fintech Pendanaan Syariah AFPI Lutfi Adhiansyah menyatakan ada beberapa faktor yang membuat lending konvensional lari lebih cepat dibandingkan syariah. Salah satunya dari segi kuantitas, pemain konvensional lebih banyak dan nature dari produk dan model bisnis yang berbeda.

Fintech lending syariah banyak yang menyasar sektor produktif. Jadi proses lebih selektif dan membutuhkan waktu lebih lama untuk verifikasi. Berbeda dengan fintech lending multiguna yang pinjaman online relatif prosesnya lebih cepat dan nominalnya kecil,” kata Lutfi mengutip dari Kontan.co.id.

Application Information Will Show Up Here