RedDoorz Perkenalkan Vertikal Layanan Pesan Makanan “RedFood”

RedDoorz merilis layanan pesan makanan “RedFood” sebagai vertikal bisnis baru di luar penginapan budget. Sementara ini baru tersedia di 10 lokasi RedDoorz di Jakarta, seperti Cilandak, Kemayoran, Plaza Blok M, Mangga Dua, dan Panglima Polim.

Menurut penjelasannya, RedFood dihadirkan untuk mempermudah pengguna yang ingin memesan makanan sesampai di kamar, sehingga mereka tidak perlu khawatir kelaparan. Kebiasaan pengguna yang demikian, bisa dikatakan menginsipirasi RedDoorz untuk merilis vertikal bisnis ini.

RedFood menyediakan menu makanan dengan harga terjangkau, seperti spaghetti meatball, beef rendang, chicken curry noodle, chicken teriyaki rice, dan beef bulgogi rice.

Dari penjelasannya, solusi ini belum menyerupai konsep cloud kitchen. Tidak ada dapur pusat yang dibuat RedDoorz di sekitar propertinya.

Kemungkinan ada kerja sama dengan pihak ketiga untuk menyediakan makanan beku yang bisa langsung dihangatkan mitra properti RedDoorz. Bila benar, maka konsep ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh convenience store seperti Indomaret, Watson, Family Mart, dan sebagainya.

Ke depannya RedDoorz bakal memperluas perluas baik untuk menu dan jumlah properti yang bakal menyediakan RedFood.

Mengingat masih dalam tahap pengembangan, RedFood baru bisa dipesan secara offline melalui resepsionis, bisa saat check-in atau setiba di tempat penginapan.

Rilis vertikal hunian baru

Salah satu properti dari produk Residences by RedDoorz / RedDoorz
Salah satu properti dari produk Residences by RedDoorz / RedDoorz

Tak hanya RedFood, sebenarnya RedDoorz juga mulai memperkenalkan unit bisnisnya di luar penginapan harian yakni Co-Living. Ada tiga layanan yang diperkenalkan, Residences by RedDoorz, Residences by RedDoorz Apartment, dan Kool Kost.

Ketiganya sudah tersedia, namun belum dirilis secara resmi. Tiga layanan ini menyasar pengguna yang berbeda, menyesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Residences by RedDoorz untuk pengguna yang mencari tempat tinggal strategis dengan banyak fasilitas seperti games, common area, Netflix, common kitchen, sarapan gratis, dan kegiatan mingguan. Pilihan huniannya mulai dari seminggu, sebulan, bahkan setahun. Harga sewanya mulai dari Rp3,2 juta sampai Rp5,7 juta.

Berikutnya Residences by RedDoorz Apartment untuk pengguna yang mencari hunian dari bulanan sampai tahunan. Harga sewanya per bulan mulai dari Rp5 juta sampai Rp12 juta.

Terakhir adalah Kool Kost untuk penginapan bulanan dengan harga terjangkau, mulai Rp1,2 juta sampai Rp2,8 juta per bulan. Seluruh biaya yang diberikan ini sudah termasuk fasilitas wi-fi, jaminan kebersihan, dan listrik.

Vertikal baru ini merupakan hasil pengembangan produk yang dilakukan RedDoorz pasca mengantongi pendanaan Seri C senilai $70 juta (hampir Rp1 triliun) dipimpin oleh Asia Partners dengan dua partisipasi dua investor baru, Rakuten Capital dan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund.

Diklaim bisnis keseluruhan RedDoorz tumbuh lima kali lipat dengan jangkauan 52 kota di empat negara di Asia Tenggara (Singapura, Indonesia, Vietnam, dan Filipina). Adapun total kamar tersedia lebih dari 17 ribu kamar. Diharapkan perusahaan dapat membukukan satu juta pemesanan sampai akhir tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Pengembangan Teknologi Jadi Strategi Oyo Agresif Akuisisi Properti

Pemanfaatan teknologi diklaim menjadi pembeda Oyo dengan pemain jaringan hotel konvensional. Diklaim kombinasi antara teknologi dan tim terbaik mampu membuat Oyo mentransformasi satu properti dalam satu hari.

Country Head Oyo Indonesia Rishabh Gupta menjelaskan, setidaknya ada lebih dari 20 inovasi teknologi yang sudah dikembangkan Oyo baik secara global, maupun spesifik untuk melayani Indonesia saja. Salah satu inovasi teranyar yang dikhususkan buat Indonesia adalah sistem back end untuk merekap laporan keuangan per bulan.

Di situ, Oyo membuat semua status pembayaran yang dilakukan konsumen dari berbagai kanal distribusi OTA di dalam satu berkas dokumen dikirim secara rutin ke email mereka. Pemilik properti dapat melihat dari mana saja booking dilakukan, metode pembayaran yang dipakai, hingga komisi yang diberikan untuk Oyo dan sebagainya.

“Indonesia punya metode pembayaran yang berbagai macam, sehingga kami perlu kustomisasi sendiri. Jadi semua kalkulasi sudah dilakukan Oyo lewat sistem, pemilik properti hanya cukup melihat rekapnya saja. Pendapatan dan keuntungan yang mereka dapat tiap bulannya dari Oyo,” terang Rishabh kepada DailySocial.

Kelebihan ini diberikan lantaran mayoritas pemilik properti yang “menitipkan” asetnya ke Oyo bukan menjadikan hotel sebagai bisnis utamanya, sehingga keahlian mereka bukan dalam hal manajemen hotel.

Dari sisi aplikasi, Oyo menawarkan solusi untuk pelanggan, pemilik hotel, dan karyawannya. Misalnya aplikasi untuk manajer properti yang berguna untuk mengelola operasional harian properti secara menyeluruh, termasuk pemesanan kamar, jalur penjualan, permintaan pelanggan, housekeeping, dan pengelolaan keuangan.

Berikutnya aplikasi Oyo Captain untuk mengaudit hotel Oyo dan manajer BD Oyo menggunakan input yang diaktifkan AI pada aplikasi Orbis untuk menampilkan properti dan hotel baru. Oyo Captain adalah sebutan manajer hotel yang ditempatkan Oyo untuk memantau operasional harian hotel secara langsung.

Pemilik properti juga dibekali aplikasi untuk mengontrol arus kas, kinerja bisnis, perkembangan harga, ulasan, dan rekomendasi pelanggan. Juga aplikasi khusus untuk sistem pricing berdasarkan permintaan dan timing waktu, pemilik dapat menyesuaikannya sesuai kondisi tersebut agar tetap kompetitif.

Aplikasi Oyo untuk konsumen dibekali dengan algoritma berbasis AI untuk menemukan properti yang paling sesuai di lokasi terbaik dengan harga tepat. Tersedia pula bot untuk melayani permintaan konsumen. Keseluruhan teknologi ini diberikan pasca properti sudah masuk listing.

Sebelum masuk ke listing, tim Oyo dibantu oleh teknologi lainnya seperti Oyo Optimus yang berbentuk aplikasi untuk memahami kebutuhan transformasi sebuah properti sembari menghitung estimasi biaya. Serta memungkinkan semua pihak termasuk pemilik aset untuk memonitor proses transformasi yang berlangsung.

Tersedia pula pendekatan desain berbasis AI untuk mengevaluasi kritik dan saran dari konsumen, sekaligus mengidentifikasi preferensi desain mereka. Di samping itu, memprediksi Oyo saat renovasi menyeluruh selagi melakukan peningkatan terhadap infrastruktur yang telah ada. Tujuannya untuk mengurangi biaya dan waktu yang harus dikeluarkan.

Rishabh menambahkan, dengan dibantu teknologi di atas, tim Oyo yang bergerak di teknik sipil mampu menetapkan standar baru dalam mentransformasi dan merenovasi properti dalam 14 hari, berbanding jauh dengan industri hingga 90 hari. Berdasarkan standar tersebut, perusahaan mengklaim mampu mentransformasikan lebih dari 70 hotel ke dalam jaringan Oyo tiap bulannya.

“Oyo memiliki 300 Oyopreneurs (karyawan) kualitas dunia yang dibantu oleh teknologi untuk mengubah properti dalam waktu singkat.”

Indonesia menjadi satu dari tiga negara, bersama Tiongkok dan Malaysia, yang menjadi fokus Oyo untuk merealisasikan penambahan secara kumulatif lebih dari 64 ribu setiap bulannya.

Rencana Oyo untuk Indonesia

Tampilan kamar yang telah direnovasi oleh Oyo / Oyo
Tampilan kamar yang telah direnovasi oleh Oyo / Oyo

Per April 2019, sebanyak 530 properti dengan 12.250 kamar di 52 kota telah bergabung ke dalam jaringan Oyo. Angka ini tumbuh pesat dibandingkan dengan Maret 2019 saja, terdapat 360 hotel di 40 kota yang tergabung. Saat pertama kali hadir di Indonesia pada Oktober 2018, Oyo hadir dengan 30 hotel dan 1.000 kamar di 3 kota.

Ambisi Oyo untuk hadir di 100 kota tahun ini ditargetkan segera tercapai melihat perkembangan yang pesat tersebut.

Seluruh properti tersebut merupakan hasil kemitraan dengan lebih dari 500 pemilik aset. Mereka datang dari berbagai kalangan, seperti perusahaan properti Adhi Persada dan HK Realtindo, dan pemilik properti pribadi dengan lebih dari satu aset.

“Awalnya pemilik properti baru coba satu aset untuk kita kelola. Lalu setelah melihat hasilnya, akhirnya mereka memutuskan untuk menambah sehingga sekarang jadi repeat consumer kami.”

Sejauh ini Rishabh enggan menjelaskan rencana perusahaan bersama Grab yang menyuntik US$100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) ke perusahaan tahun lalu. “Belum ada update yang bisa saya bagikan terkait hal ini.”

Pun belum ada kabar lanjutan mengenai rencana Oyo menambah investasi khusus untuk Indonesia. Sebelumnya dikabarkan Oyo berinvestasi khusus untuk Indonesia, sebesar US$100 juta selama dua tahun, agar dapat hadir di 50 kota tahun ini.

Saat ini Oyo Indonesia telah merekrut 750 talenta lokal dari berbagai latar belakang yang ditempatkan ke seluruh Indonesia untuk mengelola properti. Perusahaan berkomitmen merekrut lebih banyak karyawan hingga 2020 mendatang demi memperkuat sektor perhotelan.

Tidak hanya menjual listing dari aplikasinya sendiri, Oyo memanfaatkan pemain OTA lain untuk memasarkan propertinya. Beberapa layanan OTA yang dimanfaatkan adalah Booking.com, Agoda, Tiket.com, Pegipegi, dan Traveloka.

Diklaim rerata tingkat hunian hotel mengalami kenaikan sampai 75% sejak pertama kali bergabung dengan jaringan Oyo.

 

DScussion #78: RedDoorz dan Tren Bisnis Hotel Budget di Indonesia

Hotel budget menjadi suatu segmen niche baru di sektor travel, seiring dengan makin digemari kebiasaan traveling kaum millennial yang mencari akomodasi dengan harga terjangkau. Salah satu pemain di vertikal ini adalah RedDoorz.

Dalam wawancara kali ini, kami berbincang dengan COO RedDoorz Rishabh Singhi tentang bisnis hotel budget dan bagaimana trennya di kawasan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia.

Sebagai sebuah startup, RedDoorz mengklaim telah menghasilkan uang sejak hari pertama, bahkan diperkirakan mencapai BEP akhir tahun ini.

Simak wawancara selengkapnya dalam DScussion berikut ini.

ZEN Rooms Perkenalkan Fitur Bayar di Hotel

Marketplace hotel budget ZEN Rooms mengumumkan inovasi yang diprediksi akan mengubah cara masyarakat dalam memesan kamar hotel yang memungkinkan siapa saja bisa memesan kamar tanpa harus memiliki kartu kredit atau sejenisnya. Fitur ini diperkenalkan dengan nama Pay-at-hotel. Pengguna hanya perlu melakukan konfirmasi dengan memberikan nomor telepon valid untuk memesan di situs resmi ZEN Rooms. Dalam rilisnya, ZEN Rooms juga akan terus menyempurnakan fitur Pay-at-hotel ini dengan sejumlah metode pembayaran lain, seperti kartu kredit dan transfer bank.

Salah satu pendekatan yang dilakukan dalam mewujudkan fitur ini adalah masih tingginya masyarakat yang belum memiliki atau terjangkau layanan perbankan. Disebut kurang lebih tiga perempat masyarakat di Asia Tenggara masih belum tersentuh layanan perbankan. Di sisi lain pembayaran hotel yang kebanyakan terjadi saat berada di hotel menjadi alasan lain ZEN Rooms akhirnya meluncurkan fitur ini.

Co-CEO ZEN Rooms Nathan Boublil dalam keterangannya menyebutkan:

“Kami sangat senang akhirnya mengumumkan fitur Pay-at-hotel ini. Hal ini tentu saja menghilangkan hambatan yang signifikan untuk travel  di Asia Tenggara. Kami mendirikan ZEN pada tahun 2015 untuk mengubah keramahan di wilayah ini menjadi lebih baik dengan pendekatan customer sentra dan ini merupakan salah satu langkah maju yang penting untuk memungkinkan lebih anak orang melakukan perjalanan keliling wilayah, sesuai dengan moto dan misi kami Travel More, Pay Less.”

Nathan juga menjelaskan, sejak diperkenalkan di kuartal pertama tahun ini, pihaknya mendapatkan peningkatan booking sebesar 100%. Sebuah angka yang di atas ekspektasi. Ini yang tampaknya membuat ZEN Rooms percaya fitur ini memang dinantikan oleh masyarakat di Asia Tenggara.

Di awal tahun ini ZEN Rooms menegaskan bahwa mereka menyasar pengguna di generasi millennial dan fitur Pay-at-hotel ini termasuk serangkaian strategi ZEN Rooms untuk bisa lebih banyak mendapatkan pengguna di kalangan tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Marketplace “Budget Hotel” Zen Rooms Fokus Rebut Pasar Millennial di Indonesia

Sebagai marketplace budget hotel, Zen Rooms yang mengklaim sebagai ‘pengganggu’ di industri hotel. Tahun 2017 ini bakal menjadi tahun kedua kehadiran Zen Rooms di Indonesia. Indonesia sendiri yang merupakan hub Zen Rooms dan kehadirannya di sini telah mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, dengan 500 lokasi dan lebih dari 2 ribu kamar di Indonesia

“Visi kami sejak awal selalu sama yaitu menghadirkan budget hotel dengan harga paling murah namun dengan kualitas terbaik layaknya hotel berbintang,” kata Co-Founder dan Managing Director Zen Rooms Nathan Boublil kepada DailySocial.

Hingga kini Bali masih merupakan kota terbanyak yang menyediakan budget hotel dengan harga miring sesuai dengan kriteria Zen Rooms. Bali menjadi destinasi favorit wisatawan lokal hingga asing yang mencari kamar hotel dengan harga murah, fasilitas lengkap (Wi-Fi, AC, shower dan kebersihan) di setiap kamarnya.

“Selain harga yang harus 50% lebih murah dari harga kamar hotel yang dimiliki oleh jaringan besar, hotel yang bergabung di Zen Rooms harus lolos lima kriteria dari Zen Rooms. Dengan demikian bisa dipastikan semua hotel yang terdaftar sudah lolos seleksi dan layak untuk dinikmati,” kata Nathan.

Pelokalan dan strategi menghadapi tantangan

Selama ini Zen Rooms telah melakukan ekspansi ke Filipina, Singapura, Thailand dan Malaysia. Masing-masing negara memiliki masalah dan tantangan yang berbeda. Dalam hal ini Nathan melihat pentingnya untuk melakukan pelokalan menyesuaikan minat dan kebiasaan dari pemilik hotel dan pengguna.

“Pada umumnya masalah nampak serupa, seperti lemahnya manajemen di hotel hingga rendahnya kesadaran budget hotel untuk meningkatkan kualitas kamar, di situlah Zen Rooms berperan sebagai mitra yang bukan hanya memberikan konsultasi tapi solusi terbaik untuk menambah pendapatan dari pemilik hotel,” kata Nathan.

Untuk Indonesia sendiri Nathan melihat masih banyak pemilik hotel yang belum memanfaatkan fasilitas Wi-Fi, kurang peduli dengan kebersihan dan ragam fasilitas pendukung lainnya yang kebanyakan dicari oleh wisatawan lokal hingga asing.

Terkait dengan inovasi, saat ini Zen Rooms tengah mengembangkan Automated Check-in yang nantinya bisa digunakan oleh pengguna secara langsung saat tiba di hotel. Sehingga tidak ada lagi pertemuan di front office dan menyerahkan uang deposit hingga dokumen yang diminta.

“Saat ini kami masih melakukan uji coba dengan beberapa hotel. Masih dalam tahap pengembangan dan akan kami luncurkan jika semua prosedur dan produk telah siap,” kata Nathan.

Bermitra dengan online travel agent (OTA) lokal hingga asing

Untuk melancarkan promosi dan branding budget hotel yang dimiliki, Zen Rooms secara agresif kerap menjalin kemitraan dengan berbagai online dan offline travel agent yang ada di Indonesia hingga mancanegara. Di antaranya adalah Booking.com, expedia, Agoda, Pegipegi, dan Mr Aladin.

“Bagi kami menjadi hal yang penting menjalin kemitraan dengan semua online dan offline travel agent yang ada, dalam hal ini kami melihat mereka bukan sebagai kompetitor tapi sebagai mitra yang bisa membantu mendongkrak penjualan kamar di Zen Rooms,” kata Nathan.

Nathan melihat hingga kini kompetitor terbesar Zen Rooms adalah jaringan hotel besar, bukan hanya di Indonesia namun juga negara Asia Tenggara lainnya. Untuk saat ini Zen Rooms enggan untuk menjalin kemitraan dengan hotel chain tersebut.

“Saya menyadari selama ini jaringan hotel besar melihat Zen Rooms sebagai kompetitor yang cukup mengganggu industri yang ada. Dengan menghadirkan budget hotel dengan kualitas terbaik dan harga murah kami ingin memberikan pilihan lain kepada wisatawan lokal hingga asing,” kata Nathan.

Kalangan millennial jadi target pasar Zen Rooms

Dengan beragam pilihan budget hotel yang banyak jumlahnya serta konsistensi harga murah yang ditawarkan oleh Zen Rooms, selama ini cukup menarik banyak minat kalangan millennial untuk memesan kamar hotel melalui Zen Rooms. Dari tren tersebut dapat dilihat, layanan serta berbagai diskon dan promo yang diberikan oleh Zen Rooms menarik minat generasi muda yang merupakan target pasar dari Zen Rooms.

“Setelah menjalankan usaha, kami cukup banyak mencatat kebiasaan dari pengguna yang ternyata paling banyak berasal dari kalangan millennial. Bagi kami hal tersebut merupakan potensi yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan,” kata Nathan.

Disinggung tentang tren budget hotel tahun 2017 ini, Nathan mengungkapkan pada akhirnya akan semakin banyak marketplace budget hotel yang mencoba untuk menawarkan berbagai pilihan hotel, promosi dan diskon yang ada. Namun di sisi lain untuk orang-orang tertentu masih banyak yang mencari luxury hotel yang menyediakan fasilitas lengkap dengan kualitas premium.

“Pada akhirnya nanti yang menentukan kesuksesan masing-masing kategori tersebut adalah eksekusi dan penerapan bisnis yang tepat untuk bisa bertahan.  Yang membedakan dari dua kategori tersebut adalah target pasar, budget hotel untuk millennial dan luxury hotel untuk generasi X atau baby boomers,” tutup Nathan.

Application Information Will Show Up Here

Fokus Nida Rooms di Indonesia Tahun Ini Mengakselerasi Bisnis

PT Global Rooms Indonesia (Nida Rooms), startup yang bergerak di bidang Virtual Hotel Operator (VHO) di Asia Tenggara, mulai mengakselerasi bisnis hotel mulai semester II 2016. Sebelumnya, perusahaan gencar melakukan akuisisi ribuan hotel berbintang tiga.

Kurang dari setahun sejak pertama kali berdiri di Indonesia, mulai semester II 2016 Nida Rooms menggenjot kontribusi bisnis lewat beberapa online travel agent (OTA) dan direct sales. Diharapkan, target akuisisi hotel yang sudah dilakukan sampai akhir Juli 2016 tembus ke 1500 hotel yang berlokasi dari Aceh hingga Manado.

Suman Mathevan, Country Head of Indonesia Nida Rooms, menargetkan sampai akhir tahun ini hotel yang diakuisisi bisa mencapai 2500 unit. Sementara, untuk tingkat pemesanan hotel dapat mencapai 500 booking per harinya. Adapun realisasinya, tingkat pemesanan sekitar 10% dari target atau sekitar 50 booking per harinya.

Menurutnya, sejak Nida Rooms didirikan pada akhir tahun lalu, perusahaan lebih memilih strategi memperbanyak akuisisi hotel dibandingkan strategi lainnya. Hal tersebut didasarkan sebagai langkah meraih marketshare di Indonesia, terlebih sudah banyak VHO lainnya yang sudah bermunculan.

“Kendati kami masih baru, namun kami yakin sampai akhir tahun target booking hotel dapat mencapai 500 per harinya karena menerapkan service quality guaranteed. Sehingga, di manapun konsumen berada kualitas yang diberikan Nida Rooms tetap sama,” ujarnya saat mengunjungi kantor DailySocial, Rabu (20/8).

Lanjut Mathevan, pihaknya yakin akan dapat dengan cepat menarik perhatian calon konsumen untuk beralih ke Nida Rooms. Terlebih, perusahaan hanya menyasar hotel berbintang tiga dengan range harga antara Rp250.000 sampai Rp500.000.

Adapun hotel yang bisa diajak bermitra, lanjut Mathevan, harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Salah satunya, memiliki resepsionis, kamar yang bersih, shower, AC, televisi, dan Wi-Fi.

“Jadi, entah itu bentuknya apartemen atau condo, mitra harus memiliki standar yang dimiliki oleh hotel, sebab itu standar utama kami.”

Untuk menggenjot pencapaian target, pada Agustus 2016 Nida Rooms akan memperbarui sistem, salah satunya pencarian hotel berdasarkan rating yang direkomendasikan pelancong.

“Ini diharapkan akan mengunggah minat pelancong untuk menggunakan Nida Rooms saat mereka hendak mencari lokasi hotel.”

Berdasarkan catatan Nida Rooms, mayoritas lokasi hotel mitra yang mencatatkan penjualan tiket tertinggi adalah Bali, Yogyakarta, dan Jakarta.

Tren baru

Mathevan berharap semakin banyaknya hotel yang berhasil dirangkul Nida Rooms dapat meningkatkan okupasi hotel itu sendiri yang tadinya berada di bawah 60%.

Menurutnya, hotel bintang tiga kini tidak hanya dihuni oleh budget traveler, tetapi oleh corporate dan business traveler. Tren yang mengarah saat ini, sambungnya, semakin banyaknya dari dua segmen tersebut yang menggunakan hotel bintang tiga sebab mereka hanya menginap semalam atau dua malam saja. Salah satu hal yang bakal diterapkan adalah ketersediaan corporate account untuk kemudahan perusahaan mengatur perjalanan pegawainya.

“Sudah mulai banyak business traveler yang hanya bepergian semalam atau dua malam saja. Tentu saja, bagi mereka tidak perlu memerlukan fasilitas yang belum tentu akan dipakai, contohnya kolam renang atau spa. Sebab, yang dibutuhkan hanya kamar hotel bersih, nyaman, dan mudah dijangkau. Segmen itu akan kami sasar dengan peningkatan standar hotel mitra.”

Application Information Will Show Up Here

Tinggal Ingin Jadi yang Terdepan di Layanan Pemesanan Hotel Budget dan Independen

Layanan pemesanan hotel budget dan independen Tinggal (atau “Stay” dalam bahasa Inggris) memperkenalkan dirinya untuk pasar Indonesia. Tinggal menjadi layanan ketiga, setelah Zenrooms dan Nida Rooms, yang menyasar segmen ini. Dengan modal 1 juta dollar dari sejumlah investor, Tinggal berharap menjadi yang terdepan di sektor ini, di Indonesia tentunya, tahun ini. Tiga minggu beroperasi, mereka telah memiliki setidaknya 50 hotel yang bekerja sama. Dibanding kompetitor, Tinggal mendeferensiasi diri dengan fokus ke pengalaman pengguna.

Berbicara dengan media di Jakarta, Co-founder dan CEO Tinggal Arjun Chopra memperkenalkan diri dengan menjelaskan latar belakang pendidikan manajemen hotel dan pengalaman bekerja di beberapa perusahaan teknologi yang mendorongnya mendirikan Tinggal. Dia melihat pasar Indonesia yang masif dengan dukungan adopsi teknologi yang sangat baik, setidaknya jika dibandingkan dengan India.

India, sebagai negara asal Arjun, sudah memiliki sejumlah layanan pemesanan hotel budget yang mulai berkonsolidasi. Salah satunya adalah Wudstay. CEO Wudstay Prafulla Mathur menjadi salah satu investor awal, bersama dengan CEO Nimbuzz Vikas Saxena, Mangrove Capital Partners, dan Simile Venture Partners yang menyuntikkan dana 1 juta dollar untuk Tinggal.

Dibanding pesaingnya, dana awalnya sebenarnya tidak terlalu besar, tapi Tinggal saat ini fokus untuk pasar Indonesia, sedang yang lain secara serentak aktif di berbagai negara di Asia Tenggara.

Pembeda Tinggal dibanding kompetitor

Jika kita membuka situs Tinggal, baik dari desktop maupun mobile, ada beberapa hal yang berbeda dibanding kompetitornya. Pertama adalah ketiadaan akun pengguna, kedua adalah tidak ada nama hotel, dan ketiga adalah sementara ini mereka belum menyediakan opsi pembayaran digital.

Menurut Arjun, dari awal mereka ingin memberikan pengalaman yang berbeda untuk penggunanya. Oleh karena itu mereka memberikan penaman generik seperti Tinggal Standar, Tinggal Premium, atau Tinggal Elite, tanpa menyebutkan nama hotel mitranya. Mereka ingin konsumen merasakan pengalaman menyenangkan dari Tinggal karena perusahaan menjamin semua hotel yang bermitra sudah sesuai dengan standar yang diterapkan. Standar di sini setidaknya ada AC, Wi-Fi, dan bahkan makan pagi, di luar hal standar soal kebersihan dan kerapihan. Itu sebabnya untuk saat ini mereka tidak akan memberikan sistem rating dan review untuk para penggunanya.

[Baca juga: Layanan Pemesanan “Budget Hotel” Zenrooms Hadir Di Indonesia]

Seandainya konsumen tidak puas dengan kamar yang dihadirkan, Arjun mengklaim tim Tinggal akan membantu konsumen untuk pindah ke hotel lain, termasuk untuk pengantarannya.

Soal ketiadaan akun dan opsi pembayaran digital, Arjun mengatakan hal ini untuk memudahkan konsumen memesan. Meskipun demikian dalam waktu dekat Arjun mengatakan pihaknya segera menyediakan opsi pembayaran dengan kartu kredit, transfer bank, dan melalui sejumlah minimarket.

tinggal

Soal harga, Tinggal mengaku tak mau jor-joran dengan iming-iming biaya murah, jika itu berarti mengorbankan kualitas. Tinggal mengatakan harga termurah yang ditawarkan di harga 200 ribuan Rupiah per malam hingga kamar hotel bintang 4 berharga sekitar 1,5 juta Rupiah per malam. Tak cuma sekedar membantu soal pemesanan, Tinggal berupaya meningkatkan kualitas para mitranya dengan menyediakan pelatihan dasar soal perhotelan.

Khusus untuk akun korporasi, Tinggal sudah menyediakan halaman khusus yang terpisah dengan landing page konsumen perorangan.

Target dan strategi Tinggal di tahun 2016

Saat ini Tinggal sudah memiliki mitra di Jakarta, Pulau Bali, Malang, dan Bandung. Mereka berencana memperluas kemitraan sambil menambah jumlah pegawai. Dari 9 orang pegawai penuh waktu yang dimiliki sekarang, mereka ingin mengembangkannya menjadi 35-40 orang sepanjang tahun ini.

[Baca juga: Nida Rooms Sambangi Indonesia dan Malaysia]

Meskipun memiliki target tinggi untuk menjadi terdepan di segmen ini, Tinggal disebut tidak meninggalkan model bisnis dari awal berdirinya. Arjun mengaku memiliki margin yang cukup sehat supaya bisnisnya bisa berkelanjutan. Pun Arjun tak mau Tinggal jor-joran untuk strategi pemasaran.

Di sisi pengembangan, Tinggal sedang menyiapkan aplikasi mobile (untuk platform Android dan iOS) dan pelokalan situs dalam Bahasa Indonesia.

“Saya berharap dapat berekspansi dengan cepat ke seluruh destinasi bisnis dan liburan utama di Indonesia, dan saya yakin para konsumen akan menghargai nilai sebuah kenyamanan dan keselamatan yang kami tambahkan dalam pengalaman berwisata mereka,” tutupnya.