INDOESPORTS Esports Battle Week #5 akan Segera Hadir di Akhir Juni

Pertumbuhan esports sangat bergantung pada kekuatan dari komunitasnya. Banyak talenta esports yang lahir dan berkembang dari lingkup komunitas. Selain itu, regenerasi dan talent pool adalah hal yang tidak kalah penting bagi keberlanjutan industri esports di era yang penuh persaingan antar game.

Sambil beradaptasi ke dalam gaya hidup new normal, bermain game dan menikmati konten esports adalah kegiatan yang bisa membantu mengatasi kepenatan selama tinggal di rumah. Sembari tetap menerapkan protokol kesehatan, esports adalah kegiatan yang paling memungkinkan untuk dilakukan secara online dengan cakupan luas bahkan global.

via: codm.garena.com
via: codm.garena.com

Saat ditelisik kembali, persepsi terhadap esports bisa jadi sangat berbeda dengan pendapat yang masih populer sampai kini, bahwa bermain game adalah kegiatan yang tidak produktif atau sekadar mengisi waktu luang saja. Dengan mengikuti turnamen esports di berbagai skala pendapat itu dapat dibantah.

Sedangkan tidak hanya kesenangan yang akan didapat, turnamen dapat menjadi ajang gamer melatih dan beradu skill. Selama bertahun-tahun, terbukti bahwa turnamen juga sangat berperan dalam membangun komunitas gamer dan esports.

Dalam rangka mendukung perkembangan komunitas, INDOESPORTS menghadirkan turnamen Esports Battle Week yang sekarang sudah memasuki gelaran yang kelima.

Jangan pernah ragu untuk terjun berkompetisi, turnamen ini disediakan untuk menjadi ajang persaingan antar rookie. Terus mengasah jiwa kompetisi adalah motivasi yang penting untuk dapat berkembang sebagai player.

via: MLBB.com
via: MLBB.com

Menyambung antusiasme Esports Battle Week yang lalu, Esports Battle Week #5 akan mempertandingkan game Call of Duty: Mobile dan Mobile Legends: Bang Bang. Gelaran Esports Battle Week #5 akan dijalankan dengan konsep ‘winner takes all‘. Pastikan skuad terbaik sudah terkumpul dan jangan sampai ketinggalan pendaftarannya.

Sebagai tambahan, tim Plus 3 Aja Nih keluar sebagai jawara di game Mobile Legends: Bang Bang. Sedangkan dari game PUBG Mobile tim Distrik 51 Esports berhasil meraih posisi teratas. Mereka membuktikan diri sebagai rookie yang terkuat dalam gelaran yang sebelumnya.

via: INDOESPORTS
via: INDOESPORTS

Segera lakukan pendaftaran dengan mengkuti link berikut. Pendaftaran akan dibuka selama periode 12-25 Juni 2020. Dukung dan saksikan Esports Battle Week #5  karena pertandingan juga akan disiarkan live di tanggal 27 Juni 2020, pukul 16:00.

Mari berkompetisi dan bersiaplah menjadi jawara di INDOESPORTS ESPORTS BATTLE WEEK #5 !

Ini Alasan RRQ Lepas Belasan Pemain Lain Setelah RRQ Sena

Pada awal Mei 2020, RRQ mengumumkan keputusannya untuk melepaskan keseluruhan roster RRQ Sena yang berlaga di Mobile Legends Development League (MDL). Beberapa hari setelah itu, salah satu organisasi esports terbesar di Indonesia itu kembali mengabarkan keputusan mereka untuk melepaskan sejumlah pemainnya. Secara total, ada 13 pemain yang RRQ lepaskan. Para pemain profesional ini masuk ke dalam divisi yang berbeda-beda, yaitu Call of Duty: Mobile, Free Fire, Fortnite, Autochess, dan Mobile Legends.

Setelah melepaskan keseluruhan anggota tim RRQ Sena, RRQ kembali melepaskan satu pemain Mobile Legends, yaitu Nashrudin “FENRIR” Bin Kamsani. Dari divisi Autochess, RRQ juga hanya melepaskan satu pemain, yaitu Sepronson “OMBINK” Sihombing. Sementara dari divisi Free Fire, ada tiga pemain yang pergi dari RRQ, yaitu Laode Yamil Purbin, Yohanes Gustav, dan Renaldi “Xote” Sutanto. Dari divisi Fortnite, hanya satu pemain yang RRQ lepas, yaitu Muhammad “iShawShanks” Kevien”.

alasan RRQ lepas pemain
Tiga pemain Free Fire yang RRQ lepaskan. | Sumber: Facebook

RRQ juga melepaskan keseluruhan roster RRQ Sai, yang berlaga di Call of Duty: Mobile. Tim ini terdiri dari Hayden “Haydon” Adha, Johathan “Kairos” Samara, Kelvin “Udean2K”, Hizkia “Renvils”, Agus “Thole” Ariansyah, Muhammad “Ofcaln” Ramli, dan Joy “mLv” Kevin.

“Iya, kami melepas RRQ Sena karena hasil kurang memuaskan. Harus ada perubahan,” kata CEO RRQ, Andrian Pauline melalui pesan singkat saat ditanya mengapa RRQ melepaskan para pemainnya. “Beberapa tim lain juga karena alasan yang sama, yaitu performa kurang maksimal. Sudah dicoba berkali-kali, tapi tidak ada perubahan.” Namun, itu bukan berarti RRQ tidak akan mencari pengganti dari para pemain yang telah mereka lepas. Pria yang akrab disapa AP itu mengatakan, selama sebuah game masih populer, RRQ akan tetap tertarik untuk berkiprah di scene esports game tersebut. “Kalau ada pemain yang bagus, why not… Selama game-nya masih terhitung ramai.”

Sebelum mengumumkan keputusannya untuk melepaskan semua roster RRQ Sena, RRQ membuka rekrutmen untuk para pemain Mobile Legends di akun media sosialnya. AP menjelaskan, alasan RRQ melakukan itu adalah karena mereka memang tengah mencoba untuk melakukan “open trial“. Namun, biasanya, mereka melakukan pencarian pemain berbakat sendiri. “Biasanya, kita scouting personal. Kalau menurut kita bagus, kita coba pantau dan berikan offer,” ujarnya.

Sementara itu, terkait pandemi virus corona, AP berkata, “Bagi RRQ, selama masih ada pertandingan, baik itu offline maupun online, harus tidak ada masalah. Kita masih oke. Karena dengan begitu, kita masih bisa latihan.” Pandemi virus corona memberikan dampak positif dan negatif untuk industri esports. Di satu sisi, viewership esports naik drastis. Di sisi lain, berbagai turnamen seperti Intel World Open dan League of Legends Mid-Season Invitational harus ditunda atau dibatalkan.

Dukung Gerakan #DiRumahAja Garena Sajikan 9 Kompetisi Esports

Sementara kebijakan isolasi diri untuk menahan laju penyebaran pandemi COVID-19 masih terus berlangsung, membuat hal tersebut berdampak kepada beberapa aspek kehidupan. Esports jadi salah satu yang terdampak, dengan pembatalan paksa terhadap beberapa turnamen LAN yang akan diselenggarakan. Beberapa penyelenggara sudah merasakan ini, ajang turnamen fighting game ternama seperti Combo Breaker misalnya, ataupun Intel World Open.

Namun, esports bisa dibilang memiliki rejekinya tersendiri, karena masih tetap bisa terselenggara dengan cara online. Ini membuat ekosistem olahraga tradisional sekalipun beralih ke esports untuk menjadi alternatif sajian hiburan kepada pemirsa yang sedang tetap berada di rumah. Dalam kancah lokal, publisher seperti Garena juga sudah mempersiapkan berbagai sajian untuk menghibur gamers ataupun pecinta esports Indonesia.

Selama April sampai Mei 2020, Garena sudah mempersiapkan 9 sajian kompetisi yang akan diselenggarakan secara online, dan ditayangkan lewat live-streaming melalui kanal YouTube resmi dari game yang diterbitkan Garena, yaitu Free Fire, Call of Duty Mobile, dan Arena of Valor.

Ada 6 sajian kompetisi untuk bulan April, yaitu AoV Star League Season 4 (7 April – November 2020), CODM Princess Cup (7 – 17 April 2020), Free Fire The One (12 – 26 April 2020), Call of Duty Mobile Weekly Cup (18 – 21 April 2020), Invitational Show Match (23 – 25 April 2020), dan Clan War Hard Point (27 April – 1 Mei 2020).

Sumber: Garena
Sumber: Garena

Dari jajaran tersebut, dua yang paling patut disimak mungkin adalah ASL Season 4 dan Invitational Show Match. ASL sendiri tentu saja karena merupakan liga kasta utama skena Arena of Valor Indonesia. Seperti musim sebelumnya, ajang ini juga menjadi gerbang bagi tim yang bertanding, untuk dapat melaju ke tingkat internasional lewat gelaran AOV World Cup 2020 dan AOV International Championship 2020.

Sementara itu pada sisi lain ada juga Invitational Show Match. Ini merupakan kompetisi COD Mobile, yang mempertandingkan juara Major Series Season 2 bertanding melawan perwakilan negara-negara Asia, yaitu Thailand dan Taiwan. Anda tentu penasaran ingin melihat apakah Bigetron Duty bisa menyusul prestasi sang kakak, Bigetron RA, dan menjadi raja di skena COD Mobile Asia.

Sementara itu pada bulan Mei menjadi ajang bagi komunitas untuk unjuk kemampuan kepada khalayak. Ada 3 kompetisi pada Mei 2020, yaitu Free Fire All Stars (2-17 Mei 2020), Solo Soldier – Gun Game (5-6 Mei 2020), dan Clan War Domination (18-22 Mei 2020). FF All Stars mungkin jadi yang paling menarik, karena merupakan pertandingan yang mempertemukan semua sosok depan layar di Free Fire, mulai dari player, caster, sampai influencer.

Sumber: Garena
Sumber: Garena

“Garena memahami pentingnya pembatasan sosial sebagai salah satu langkah menekan penyebaran pandemi, dan tentu saja esports menjadi salah satu upaya untuk bisa tetap menjaga semangat positif di masyarakat. Karena itu sesuai dengan komitmen kami untuk menemani masa ketika berada #DiRumah Aja, kami tetap mengadakan pertandingan esports dengan cara inovatif dan berbeda.” Ucap Wijaya Nugroho, Esports Manager Garena Indonesia.

“Setelah mengadakan turnamen esports dan acara-acara menarik sejak bulan maret, kami kembali mendukung dan mengadakan acara esports lagi di bulan berikutnya. Harapannya pertandingan ini bisa menghibur penonton. Kami juga berharap para pemain juga komunitas bisa berpartisipasi sembari mengisi waktunya saat berada di rumah.” Tutur Wijaya.

Jadi tidak perlu khawatir kehabisan tontonan selama masa isolasi diri masih berjalan. Tetap #DiRumahAja dan tonton acara esports kesukaan Anda.

Activision Blizzard Mau Dorong Jumlah Pemain Aktif dengan Mobile Game dan Esports

Salah satu franchise game dari Activision Blizzard yang paling dikenal adalah Call of Duty. Namun, sejak Activision Blizzard mengakuisisi King Digital Entertainment pada 2016, sebagian besar pemain mereka justru merupakan mobile gamer. Memang, game konsol kini kalah menarik jika dibandingkan dengan game PC atau mobile game, yang bisa dimainkan dimana saja.

Melihat hal ini, Activision Blizzard mengikuti tren pasar dan meluncurkan Call of Duty: Mobile pada akhir tahun 2019. Sejak saat itu, Call of Duty: Mobile telah diunduh sebanyak 150 juta kali dan menjadi salah satu game mobile paling populer. Selain itu, Activision juga meluncurkan Call of Duty: Modern Warfare untuk PC dan konsol pada Oktober 2019. Total penjualan Modern Warfare naik hingga lebih dari 10 persen jika dibandingkan dengan total penjualan seri Call of Duty sebelumnya. Sayangnya, seperti yang disebutkan oleh The Motley Fool, Activision tidak mengungkap keuntungan yang dihasilkan oleh setiap franchise. Satu hal yang pasti, keuntungan dari segmen Activision, yang membawahi Call of Duty, mencapai US$1,43 miliar, naik sedikit jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tak melulu soal untung, salah satu strategi Activision selama ini adalah untuk meningkatkan jumlah pemain aktif bulanan (MAU). Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, angka MAU mereka justru mengalami penurunan. Pada Q3 2019, jumlah MAU mereka turun menjadi 316 juta orang. Kabar baiknya, jumlah MAU mereka naik menjadi 409 juta pada Q4 2019. Ini menunjukkan bahwa total MAU dari Activision Blizzard bisa kembali tumbuh, yang bisa mendorong pendapatan.

Jumlah pemain aktif bulanan. | Sumber: The Motley Fool
Jumlah pemain aktif bulanan tiga segmen Activision Blizzard. | Sumber: The Motley Fool

Sementara untuk membuat para gamer tetap tertarik bermain Call of Duty, Activision mencoba untuk kembali menggelar turnamen esports dari game tersebut. Memang, sebelum ini, telah ada Call of Duty World League. Sayangnya, liga esports tersebut tak begitu populer. Kali ini, Activision akan menggunakan format franchise untuk Call of Duty League, yang telah diikuti oleh 12 tim. Dikabarkan, masing-masing tim harus membayar US$25 juta untuk dapat ikut serta dalam liga tersebut.

Pertandingan perdana Call of Duty League diadakan pada 24 Januari 2020 di Minneapolis, Amerika Serikat. Liga tersebut menggunakan sistem kandang-tandang. Jadi, nantinya, tim-tim yang berlaga di liga itu akan saling bergantian menyambut musuhnya. Hasil penjualan tiket pertandingan bisa jadi salah satu sumber pemasukan tim yang bertanding di liga itu.

Selama ini, Call of Duty merupakan salah satu game Activision Blizzard yang paling dikenal. Namun, beberapa tahun belakangan, popularitas game itu mulai menurun. Jika Activision sukses dengan liga esports dan game mobile dari Call of Duty, tak tertutup kemungkinan franchise itu kembali populer di kalangan gamer.

call of duty league dotesports

Selain Call of Duty, Activision juga tertarik untuk membuat versi mobile dari franchise game mereka yang lain, seperti Diablo Immortal. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan, mereka akan membuat game mobile dari StarCraft atau Overwatch. Ini bukan berarti Activision Blizzard akan berhenti membuat game PC atau konsol. Namun, mereka sadar bahwa mobile bisa menjangkau gamer yang biasanya tak bisa mereka dapatkan dengan game konsol atau PC.

Bukan PC atau Console, Mobile Jadi Platform Paling Menguntungkan Bagi Activision

Didirikan oleh sejumlah mantan staf Atari, Activision merupakan developer game console independen third-party pertama dan salah satu perusahaan gaming tertua. Tim asal Santa Monica itu sudah berkiprah selama kurang lebih 40 tahun, dan dalam perjalanannya, mereka telah melakukan berbagai langkah strategis. Manuver bisnis terbesar yang sempat Activision eksekusi ialah merging dengan Vivendi Games, mencetus didirikannya Activision Blizzard di tahun 2008.

Alasan mengapa CEO Activision Bobby Kotick setuju untuk bergabung bersama Vivendi adalah karena CEO Blizzard saat itu, Mike Morhaime, berhasil meyakinkan Kotick ia bisa memandu perusahaan menembus pasar gaming di Tiongkok yang tengah berkembang pesat. Satu dekade lebih berselang, kerja sama Activision Blizzard dengan raksasa teknologi Tiongkok membuahkan prestasi tak terduga. Berdasarkan laporan pemasukan terkini, platform mobile ternyata jadi penghasil profit terbesar bagi Activision Blizzard, melampaui PC dan console.

Activision Blizzard mengabarkan bahwa di kuartal terakhir 2019, perangkat bergerak memberi pemasukan sebesar US$ 633 juta, menghasilkan 32 persen dari pendapatan bersih perusahaan. Console menempati urutan kedua di 30 persen senilai US$ 595 juta, disusul oleh PC di posisi ketiga dengan 26 persen – setara US$ 521 juta. Namun di tengah transisi unik ini, profit perusahaan malah memperlihatkan penurunan dibanding periode yang sama di tahun 2018: merosot 17 persen, sebesar US$ 395 juta.

Jika dikomparasi dengan triwulan keempat 2018, penghasilan Activision Blizzard dari mobile memang melonjak tinggi, memangkas persentase PC dan console secara signifikan. Meski demikian, angka pemasukan via perangkat bergerak memang masih belum mampu menyusul rekor profit dari console tahun lalu. Rincian laporan pendapatan di Q4 2019 bisa Anda lihat di sini.

Activision 1

Dan di bawah ini ialah detail pemasukan total perusahaan selama satu tahun:

Activision 2

Ada beberapa hal yang melambungkan profit dari perangkat bergerak. Pertama tentu saja adalah Call of Duty: Mobile. Versi mobile dari game shooter populer ini meluncur di bulan Oktober 2019, tetapi sudah diunduh lebih dari 150 juta kali. Kesuksesannya mendorong Activision Blizzard untuk lebih menekuni segmen ini. Kabarnya, perusahaan sedang mempertimbangkan buat menghadirkan seluruh franchise permainannya ke perangkat bergerak.

Call of Duty: Mobile dikembangkan oleh TiMi Studios yang merupakan anak perusahaan Tencent Games. Walaupun tak dikerjakan oleh tim Call of Duty sesungguhnya (yakni Infinity Ward dan Treyarch), TiMi berhasil mengadopsi sejumlah elemen yang membuatnya jadi favorit gamer PC dan console seperti karakter, peta dan mode permainan. Perlu Anda ketahui bahwa Tencent sendiri memegang lima persen saham Activision Blizzard.

Penyumbang terbesar lain dari pertumbuhan bisnis Activision Blizzard di segmen perangkat bergerak ialah King, developer permainan Candy Crush Saga yang mereka akuisisi di tahun 2016 dengan nilai US$ 5,9 miliar. Pengambilalihan tersebut katanya menjadikan Activision Blizzard sebagai ‘pemain terbesar di ranah mobile‘.

Via GameSpot.

Garena Janjikan Turnamen Esports untuk Call of Duty: Mobile

Call of Duty: Mobile baru diluncurkan pada 1 Oktober 2019. Namun, menurut data dari Sensor Tower, game itu diunduh sebanyak 35 juta kali. Tidak hanya itu, dari microtransaction, CoD: Mobile telah mendapatkan US$2 juta. Di Indonesia, CoD: Mobile dirilis di bawah naungan Garena sebagai publisher. Selain Indonesia, Garena juga menjadi publisher dari CoD: Mobile di enam negara lain, yaitu Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipia, Thailand, dan Taiwan. Pihak Garena menyebutkan, di tujuh negara tersebut, CoD: Mobile telah diunduh sebanyak lima juta kali.

Selama ini, Garena cukup aktif dalam mengadakan turnamen esports untuk game mereka, seperti Free Fire atau Arena of Valor. CoD: Mobile bukan pengecualian. Baik Director of Garena Indonesia, Hans Kurniadi Saleh dan Producer of CoD: Mobile, Edmundo Swiyondo mengatakan, mereka telah berencana untuk mengadakan turnamen esports untuk CoD: Mobile. Sayangnya, keduanya belum dapat memberikan informasi tentang kapan turnamen tersebut diadakan. “Untuk turnamen, kita pasti ada planning, tapi kita belum ada detail rencana yang bisa kami informasikan,” kata Hans ketika ditemui di Pacific Century Place, Selasa, 8 Oktober 2019.

Sementara Edmundo menjelaskan, di Garena, keputusan untuk membuat turnamen esports ditentukan oleh divisi dari masing-masing game. Jika banyak dari game Garena yang dijadikan esports, itu wajar karena esports kini memang tengah menjadi menjadi pembicaraan hangat. “Kita lihat pasar esports di dunia dan di Indonesia berkembang pesat selama dua, tiga tahun  belakangan, terutama esports mobile. Untuk menjawab antusiasme para penggemar, makanya setiap game Garena menghadirkan esports, untuk menjangkau segmen yang memang antusias pada esports,” ujarnya.

Soal skala turnamen, Hans mengatakan, Garena biasanya mulai membangun ekosistem esports sebuah game dengan mengadakan turnamen yang tidak terlalu besar. Dia menjadikan turnamen Free Fire sebagai contoh. “Kita mulai dari tingkat komunitas. Seperti Free Fire. Satu tahun sebelum kita mengadakan turnamen nasional, kita membuat yang namanya Jakarta Invitational. Kita adakan acara dengan skala yang lebih kecil sebelum membuat acara yang lebih besar,” ujarnya. Dia menyebutkan, salah satu alasan Garena tidak langsung membuat turnamen dalam skala besar adalah karena mereka ingin melihat respons dari para pemain dan tim esports profesional terlebih dulu.

Belum satu minggu sejak CoD: Mobile diluncurkan, tim Alter Ego telah mulai mencari pemain untuk divisi CoD: Mobile. Rekrutmen ini hanya terbuka untuk tim yang berisi lima orang. Terkait hal ini, Hans mengatakan, awal mulai terbentuknya ekosistem esports sebuah game tidak melulu dari diadakannya turnamen. Bisa jadi, tim profesional justru membuat tim terlebih dulu. Melihat hype CoD: Mobile yang cukup tinggi, wajar jika Garena berencana untuk mengadakan turnamen esports dari game tersebut. Bagi publisher, mengembangkan turnamen esports untuk game yang mereka rilis memiliki keuntungan sendiri, seperti membuat pemain bermain game lebih lama atau menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli item dalam game.

GGWP Esports Umumkan Roster divisi Call of Duty Mobile

GGWP Esports mengumumkan divisi teranyar mereka, yaitu divisi Call of Duty Mobile (COD M). Untuk divisi terbarunya ini GGWP Esports mempercayakan pemain-pemain lama mereka, termasuk salah satunya ada mantan jungler divisi AOV, GGWP.Sujah.

Menariknya, Sujah sendiri dulu sebenarnya sempat pamit dari tim GGWP Esports. Ketika bermain AOV bersama GGWP Esports, ia kerap dianggap sebagai salah satu pemain jungler terbaik di Indonesia. Bersama GGWP Esports, Sujah berhasil membawa gelar runner-up ASL Season 1 dan Season 2.

Sebelum membahas lebih lanjut soal pengumuman ini, berikut daftar pemain GGWP Esports divisi Call of Duty Mobile.

Sumber: GGWP Esports Official Release
Sumber: GGWP Esports Official Release
  • GGWP.Sujah (C) (AOV)
  • GGWP.GieGie (Speed Drifters)
  • GGWP.Skyes (Speed Drifters)
  • GGWP.Mine (Free Fire)
  • GGWP.Mmo (Free Fire)

Menggunakan pemain dari roster divisi lain ini sebenarnya jadi hal menarik lainnya dari divisi COD M GGWP Esports. Terkait ini, Ricky Setiawan selaku CEO GGWP Esports mengatakan, bahwa dalam membentuk tim, attitude adalah satu hal penting yang ia junjung tinggi. Sementara untuk skill ia merasa itu adalah suatu hal yang bisa dibangun bersama-sama.

“Pemain-pemain ini memang berasal dari tim lama GGWP Esports, sehingga orang-orangnya sudah kita kenal. Terlebih masing-masih pemain juga memegang rank tertinggi pada game sebelumnya yang mereka mainkan.” tambah Ricky.

COD Mobile sendiri sebenarnya sampai saat ini masih dalam tahap pra-registrasi. Untuk pasar Indonesia, mengacu pada laman Google Play Store, COD Mobile akan dirilis di bawah asuhan Garena Indonesia. Untuk pasar barat sendiri, dikabarkan game ini sudah pre-loaded dalam penjualan Samsung Galaxy Note 10 pada 23 Agustus 2019.

Namun, tanggal rilis resmi yang terbuka untuk publik masih belum terungkap sampai saat ini. Meski demikian, antusiasme komunitas terhadap game ini cukup besar. Mengutip laman resmi COD Mobile dari Garena, sudah ada 700 ribu lebih pemain yang turut melakukan pra-registrasi.

Sumber: Call of Duty Global Website
Sumber: Call of Duty Global Website

Dengan tanggal rilis serta scene esports yang belum bisa dipastikan, keputusan GGWP Esports untuk langsung membangun tim tentu menjadi tanda tanya besar tersendiri.

Terkait hal ini Ricky juga mengungkap alasannya. “Sejak dulu, GGWP.ID memilih membangun tim dari nol ketimbang mengakuisisi tim. Waktu yang dibutuhkan untuk membangun tim tentunya lebih lama jika dibandingkan melakukan akuisisi. Maka dari itu ini jadi alasan kita memulai membangun tim lebih awal, agar dapat membangun attitude dan profesionalisme tim. Nanti setelah game-nya rilis baru kita akan fokus latihan untuk meningkatkan skill para pemainnya.”