Internet of Things di Perindustrian Kini Berbasis Sistem Operasi Khusus

Tiga kali sudah dunia merasakan revolusi industri, di mana uap, listrik, dan komputer menjadi simbol dari perubahan tersebut. Hari ini, kita kembali mencicipi revolusi jilid keempat, yang ditandai dengan entitas baru dengan kemampuan menghubungkan manusia secara cepat, yakni Internet. Kita bisa lihat bukti meledaknya fenomena ini dari begitu masifnya pemanfaatan teknologi interkoneksi ini, serta pesatnya peredaran smartphone.

Menariknya, teknologi yang secara alamiah merupakan media komunikasi ini sekarang tidak cuma mendukung sistem kerja industri dari aspek general affairs dan perdokumenan saja. Ranah teknis juga ‘kebagian’ efek dari kemutakhiran Internet.

Dalam hal ini, Internet of Things ikut andil memberikan perubahan. Konsep teknologi yang mengintegrasikan objek fisik—yang sudah ditanam sensor—dengan jaringan nirkabel ini kini mendapat tempat baru di dunia perindustrian; General Electric (GE) mengistilahkannya Industrial Internet of Things.

Terminologi tersebut terangkat sejalan dengan pengembangan teknologi yang telah diluncurkan GE bernama PREDIX, sistem operasi yang secara khusus ditujukan untuk perindustrian. Bagi GE, PREDIX dapat memudahkan para engineer menciptakan aplikasi, mengambil data dari teknologi industri, dan mengirimnya ke sistem cloud untuk kemudian dianalisis.

Schindler, contohnya. Salah satu raksasa dunia dalam bidang usaha lift ini memanfaatkan PREDIX untuk optimalisasi konsumsi daya yang digunakan oleh lift dan eskalatornya, di mana cloud telah menyimpan data dari utilitas daya.

Kemampuan ini disinyalir akan semakin canggih lagi dengan dukungan produk terbaru GE untuk PREDIX, yaitu PREDIX Edge System yang dapat menanam aplikasi mesin di mana saja sesuai kebutuhan, dari yang terkecil seperti perangkat medis, controller, jaringan atau router, dan menghubungkannya ke cloud.

Jadi, di atas kertas, Schindler nantinya dapat menyimpan komputer kecil di setiap lift untuk menganalisis data secara real-time dan memperbaikinya apabila terjadi kesalahan. PREDIX direncanakan tidak akan lagi membuat penggunanya bergantung pada satu komputer terpusat saja untuk mengoptimalkan operasi; PREDIX akan siap menjalankan sistem 100 aplikasi di tingkat mesin secara langsung.

Teknologi PREDIX diperkuat oleh hadirnya Digital Foundry, sebuah tempat kolaborasi di Paris, yang memungkinkan pelaku industri, akademisi, dan berbagai kalangan yang memiliki ketertarikan pada teknologi untuk berkreasi dan berinovasi.

Majunya inovasi semacam PREDIX nyatanya masih memerlukan dua hal yang dapat membangunnya: kolaborasi dan cloud computing.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh General Electric.

Begini Keuntungan Cloud Bagi Kolaborasi Organisasi Startup

Together we stand, divided we fall.” Dari mana Anda pernah mendengar ungkapan ini? Poster film Marvel Civil War, atau dari literasi sejarah Amerika Serikat? Sebenarnya, tidak masalah Anda mengetahui dari mana pun, sebab yang terpenting Anda paham bahwa ungkapan tersebut perlu terpatri dalam berorganisasi, termasuk dalam pengelolaan tim internal di bisnis startup yang kini tengah Anda jalankan.

Dari aspek sumber daya manusia (SDM), ada beberapa langkah untuk komunikasi dan kolaborasi pekerjaan dalam startup yang bisa dilihat di sini. Di sini, manajemen kolaborasi startup akan dibahas dari sisi teknis, atau yang secara spesifik dilihat dari pemanfaatan teknologi cloud storage.

Fasilitas cloud pada dasarnya tak hanya memungkinkan para karyawan berkolaborasi untuk menyimpan pekerjaan di master document yang sama saja. Dengan cloud storage dan content delivery network, Anda kini dapat mengelola data dengan skala besar.

Jadi, bila Anda seorang startup owner, Anda akan dapat mengetahui bagaimana progres proyek-proyek besar yang dilakukan tim, bahkan meski mereka sedang tidak berada di pulau yang sama dengan Anda.

Penataan sistem kerja yang fleksibel dan remote seperti ini memang merupakan hal baik bagi para karyawan di era Internet. Tak hanya memudahkan Anda untuk memantau laju perusahaan, cara ini juga mendorong kolaborasi bisnis yang semakin baik antar karyawan meski tidak bekerja di satu atap.

Untuk mendorong kolaborasi seperti ini, Anda bisa memulainya dengan membudayakan implementasi gaya BYOD (Bring Your Own Device), agar para karyawan bisa lebih nyaman bekerja dengan device andalan mereka.

Hal lain yang tentunya perlu disadari untuk keutuhan startup ialah bahwa startup adalah fase di mana bentuk usaha masih berskala kecil dan bertumbuh. Maka, bagian operasional tak ubahnya sektor yang perlu dipantau terus menerus secara pokok.

Dari kacamata teknis, layanan NoSQL cloud database adalah pilihan tetap bagi back-office operation di kantor startup, agar kolaborasi antar karyawan tetap aman dengan failure detection.

Isi survey singkat Alibaba Cloud terkait penggunaan cloud di sini.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama DailySocial dan Alibaba Cloud.

Mengenal Infobip dan Peluang Bisnis Jasa Komunikasi Berbasis Cloud di Indonesia

Nama perusahaan Infobip memang masih asing di telinga orang Indonesia. Infobip adalah perusahaan penyedia jasa komunikasi berbasis cloud yang berasal dari Kroasia, telah beroperasi sejak 2006 silam. Terhitung kini telah resmi beroperasi di 48 titik yang tersebar di lebih dari 40 negara seluruh dunia.

Perusahaan ini awalnya merambah regional Asia Pasifik (APAC) sejak 2010 dan telah menjangkau Malaysia, Thailand, Korea, Vietnam, Filipina, Tiongkok, Taiwan, Jepang, dan terakhir Indonesia. Infobip baru meresmikan kantor perwakilannya di Jakarta sejak tahun lalu.

Sebelumnya, untuk menangani proses bisnis dari klien Indonesia masih dikerjakan oleh tim Infobip yang berada di Malaysia sebagai headquarter Infobip di regional APAC. Namun, sejak setahun lalu traksi perkembangan layanan mobile, Over The Top (OTT), perusahaan e-commerce, dan startup digital yang cukup pesat tahun lalu di Indonesia.

Hal ini rupanya jadi salah satu yang memicu Infobip untuk membuka kantornya di sini. Tujuan membuka kantor di Jakarta dikarenakan pihak Infobip ingin memberikan layanan yang lebih baik kepada mitra dan klien di Indonesia sebagai pasar yang sangat penting di regional APAC.

“Mulai berjamurnya perusahaan teknologi dan startup digital di Indonesia, jadi memicu kami untuk membuka kantor di sini. Mereka butuh teknologi Infobip untuk menjangkau end user lewat ponsel. Dengan pengalaman kami menangani klien dari kawasan global, diharapkan dapat membantu pertumbuhan bisnis klien kami,” ucap Ante Pamukovic, Regional Manager APAC Infobip kepada DailySocial, Selasa (29/11).

Komitmen Infobip untuk pengembangan Indonesia dan negara lainnya di regional APAC cukup serius. Pasalnya, beberapa waktu lalu perusahaan telah berinvestasi lebih dari 10 juta Euro untuk ekspansi global dalam hal pengembangan sistem, membangun tim lokal untuk bisnisnya di Indonesia. Saat ini, tim lokal Infobip di Indonesia baru berjumlah enam orang yang bergerak di bidang consumer relationship.

Alen Smoljan, Managing Director APAC Infobip, menambahkan pihaknya ingin serius berlama-lama beroperasi di Indonesia. Meski sementara ini tim lokal masih berjumlah enam orang, angka tersebut cukup ideal untuk memulai bisnis pada pertama kalinya sebab masih akan di back-up oleh tim Infobip di Malaysia bila ada isu tertentu yang belum bisa ditangani.

Rencananya, pihaknya berniat akan menambah orang dari berbagai divisi untuk ditempatkan di Indonesia agar layanan Infobip tidak hanya untuk klien yang berada di Jakarta saja, tetapi juga bisa merambah ke kota lainnya di seluruh Indonesia.

“Seiring perkembangan bisnis Infobip di Indonesia, kami memang berniat untuk menambah divisi lainnya di tempatkan di sini mulai dari human resource, finance, dan lainnya,” terang Smoljan.

Peluang dan tantangan Infobip di Indonesia

Bisnis Infobip di Indonesia memang masih baru sehingga masih jarang terdengar, terlebih model bisnisnya memang bergerak di belakang layar. Namun secara global, brand Infobip sudah bermitra dengan perusahaan teknologi mulai dari mobile network operator seperti Vodafone, O2, Ooredoo, dan lainnya. Kemudian, perusahaan finansial seperti SoftBank, perusahaan modern IT dan startup.

Maka dari itu, untuk meningkatkan brand awareness pihak Infobip tidak hanya bakal promosi ke klien saja tetapi juga ke masyarakat umum. Juga, gencar melakukan edukasi ke klien mengenai manfaat produk Infobip yang dapat menekan biaya investasi perusahaan.

“Brand Infobip di Indonesia masih minim diketahui banyak orang, makanya kami akan lebih gencar melakukan edukasi mengenai brand itu sendiri, juga benefit dari Infobip untuk mendukung perusahaan dalam engage konsumen. Ini memang butuh waktu, tapi kami yakin dengan expertise yang dimiliki lambat laun Infobip akan makin dikenal,” terang Harun Valjekvac, Business Development Infobip Indonesia.

Di samping tantangan tersebut, sambung Valjekvac, Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar bagi bisnis Infobip itu sendiri. Pasalnya, Indonesia termasuk negara berkembang dengan jumlah pengguna smartphone terbanyak di Asia Tenggara. Terlebih itu, banyak startup digital yang lahir di Indonesia.

Perusahaan tersebut, menurut Valjekvac, membutuhkan sokongan bantuan teknologi dari perusahaan seperti Infobip untuk dukung pertumbuhan bisnis mereka. ”

Gaet perusahaan teknologi, finansial, dan startup digital

Ada beberapa layanan yang ditawarkan Infobip mulai dari SMS, voice, push, email, dan chat apps, bahkan menyediakan layanan omni-channel. Di mana, layanan akan otomatis memilih jalur pemberitahuan sesuai kebiasaan, lokasi, dan preferensi konsumen.

Proses bisnisnya dari klien Infobip sampai ke end user, ada tiga cara. Melalui validasi nomor ponsel konsumen, autentifikasi dua-faktor lewat SMS atau pesan suara, atau lewat notifikasi dari aplikasi klien.

Hanya saja, untuk bisnis Infobip di Indonesia sementara ini baru tersedia layanan untuk SMS saja. Akan tetapi, pada dasarnya perusahaan yang menggunakan jasa dari Infobip bisa bergerak di berbagai macam mulai dari e-commerce, finansial, IT, OTT, operator telekomunikasi, ritel, travel, hingga healthcare.

Adapun beberapa klien perusahaan teknologi yang sudah menggunakan jasa Infobip diantaranya adalah Go-Jek, Traveloka, AirAsia, KoinWorks, UangTeman, dan FastPay. Dalam waktu mendekat, Bank Mandiri akan segera menyusul jadi klien Infobip.

Nofita Sari, Kepala Tim Penjualan Infobip Indonesia, mencontohkan bila konsumen tiket dari AirAsia atau Traveloka, nanti akan ada SMS yang berisi link yang terintegrasi dengan situs resminya untuk kebutuhan e-ticket. Sementara untuk Bank Mandiri, rencana bisnisnya akan sedikit berbeda.

Bank pelat merah tersebut akan jadi pihak pendukung distributor gas LPG yang ingin membeli gas dari perusahaan pelat merah lainnya. Dengan pemesanan lewat SMS, nantinya pembayaran akan langsung terpotong dari rekening distributor yang sudah memiliki rekening Bank Mandiri.

“Jadi untuk Bank Mandiri, end user-nya bukan masyarakat tapi distributor gas LPG. Rencana ini baru akan di resmikan tahun depan,” ucap dia.

Nofita melanjutkan, untuk pembayaran dari layanan Infobip hanya akan dikenakan berdasarkan tingkat penggunaannya saja. Misal, untuk tiap SMS yang dilakukan maka ada biaya yang harus dibayarkan klien.

“Kami tidak ada biaya masking dan integrasi dengan sistem klien hanya membutuhkan API, kami sediakan toolsnya saja untuk dibantu hubungkan dengan perusahaan operator telko. Kami hanya kenakan charge dari tingkat usage saja,” pungkas dia.

Perusahaan dengan fokus bisnis yang hampir mirip dengan Infobip di Indonesia, jumlahnya masih belum begitu banyak. Pemain lokal terbesar yang bermain di sektor ini salah satunya adalah Jatis Mobile. Layanan yang diberikan Jatis Mobile disebutkan masih terbatas untuk layanan SMS, belum merambah ke voice dan email seperti Infobip.

Mengapa Cloud Berperan Sentral dalam Ekspansi Bisnis Online?

Proses validasi pasar dan bisnis telah dilewati. Key Performance Indicator (KPI) yang telah ditentukan di tahap awal sudah berhasil dicapai, dan sekarang pengembangan bisnis mulai menggunakan KPI baru yang berbasis pada pertumbuhan konsumen, revenue, market traction, dan market share, bersamaan dengan pengembangan kualitas produk. Bila belakangan ini Anda tidak asing dengan kegiatan-kegiatan yang disebutkan tadi, itu menandakan bisnis Anda memasuki tahap scaling dan ekspansi.

Upaya-upaya dari kacamata bisnis ini jelas perlu dilakukan, dan sebaiknya langkah tersebut juga senada baiknya dengan penguatan dari sisi teknologi penyimpanan dan penyebaran data yang terintegrasi dan dapat diandalkan, seperti cloud computing. Mengapa?

Begini. Dari sisi Platform as a Service (PaaS), perlu disadari bahwa bisnis online Anda memerlukan cloud solution yang elastis bagi bisnis Anda yang dinamis itu, guna dapat merasakan fasilitas cloud sesuai dengan skala terkininya. Terlebih, poin ini menjadi penting bila Anda sekarang tengah menggeluti bidang e-commerce yang dikenal memiliki lonjakan dan anjlokan traffic yang sering menghampiri situs.

Belum lagi, proses scaling yang banyak bertumpu pada pengambilan keputusan yang cepat dan terukur, membuat Anda mungkin memerlukan cloud service dengan insight real-time dari setiap transaksi hingga proses bisnis secara umum.

Microsoft punya solusi terpadu agar proses scaling up bisnis online Anda dapat berjalan sesuai rencana, yakni melalui Microsoft Cloud Solution.

Microsoft Cloud Solution dengan cabang-cabang solusinya dapat membantu Anda menjawab tantangan-tantangan bisnis Anda di tengah usaha optimalisasi kualitas produk bisnis Anda, dalam proses scaling. Misal, Microsoft Azure, yakni solusi cloud computing platform buatan Microsoft yang dikenal dapat menangani lonjakan traffic yang tidak terduga serta integrasi dengan aplikasi yang dikembangkan. Begitu pula dengan Microsoft Power Business Intelligence, analytic tools garapan Microsoft yang membantu pengguna memadukan sistem yang dibangun dengan aplikasi analisis data, sehingga Anda dapat dengan mudah ‘menampung’ limpahan data tersebut dan mempresentasikannya di kemudian hari.

Lantas, bagaimana solusi cloud seperti itu dapat memaksimalkan serta mempercepat laju pertumbuhan bisnis online Anda secara konkret? Bagaimana implementasi yang tepat di sektor e-commerce (atau bahkan di sektor pengembangan Internet of Things)?

Semua pertanyaan tersebut akan dibahas tuntas bersama empat pelaku industri digital yang tentunya telah mengalami kisah sukses dari pengembangan bisnis online dengan cloud computing, antara lain ialah Lodewijk Christoffel Tanamal (Chief Technology Officer Bhinneka.com), Rudy Sumadi (SMB Director Microsoft Indonesia), Andri Yadi (CEO DyCode), dan Wiku Baskoro (Chief Innovation Officer DailySocial), di sebuah talkshow bertajuk “Optimize/Accelerate Your Online Business With Microsoft Cloud Solution”.

Bersama Lodewijk (baca: Ludwig), Anda akan mendengarkan bagaimana cloud computing menjadi salah satu urat nadi dari bisnis e-commerce. Kemudian, Rudy akan membeberkan alasan mengapa Anda perlu mengadopsi sistem cloud dari Microsoft. Lalu Andri akan bercerita panjang lebar mengenai Microsoft Azure yang sukses membantu bisnis Internet of Things-nya bersama DyCode. Ketiganya akan berbincang bersama di satu panggung, dimoderatori oleh Wiku.

Bertempat di Lot 8 Resto & Bar, SCBD, Jakarta Selatan, talkshow hasil kerja sama Bhinneka.com, DailySocial.id, dan Microsoft ini akan digelar pada hari Rabu, 7 Desember 2016, pukul 18.00 sampai dengan selesai.

Selain pembahasan dan insight yang seru dari para pakar, para peserta juga akan mendapatkan paket goodie bag keren dari penyelenggaraan acara. Dengan pendaftaran acara yang dibuka gratis, rasanya sayang bila Anda melewatkan talkshow untuk para online business owner dan tech enthusiast ini.

Jadi, Anda siap untuk melebarkan sayap bisnis online Anda dengan cloud computing?

Disclosure: DailySocial adalah organizer dari talkshow Microsoft Cloud Solution yang didukung oleh Bhinneka.com dan Microsoft.

Lima Langkah Membuat Akun Alibaba Cloud

Seperti yang pernah diberitakan DailySocial sebelumnya, Alibaba Cloud saat ini tengah berada dalam proses penetrasi pasar di Indonesia. Layanan komputasi awan yang merupakan bagian dari sayap bisnis taipan Jack Ma ini tercatat telah dimanfaatkan oleh 1,8 juta bisnis, yang mana rata-rata digunakan oleh pebisnis startup digital.

Bila diperhatikan dengan jelas, penggunaan layanan Alibaba Cloud yang dilakukan startup tersebut sejalan dengan kemampuan Alibaba Cloud dalam memenuhi kebutuhan bisnis yang masih dinamis, seperti yang terjadi di perusahaan startup pada umumnya.

Di sini, akan dijelaskan bagaimana bisnis startup Anda bisa mulai menggunakan jasa Alibaba Cloud. Caranya mudah, hanya lima langkah dan gratis untuk Anda!

1. Masuk ke situs resmi dari Alibaba Cloud.

Aliyun homepage

2. Klik ‘Login’ di ujung kanan homepage Alibaba Cloud.

Aliyun Step 1

3. Klik ‘Join Free’ untuk membuat akun baru Alibaba Cloud.

Aliyun Step

4. Ikuti langkah-langkah registrasi berikut dengan mengisi nomor telepon dan alamat email Anda yang valid.

  • Tahap 1: Mengisi form awal

Aliyun Step 2

  • Tahap 2: Verifikasi email

Aliyun Step (2)

  • Tahap 3: Verifikasi nomor telepon

Aliyun Step (3)

5. Lengkapi profil Anda dan metode pembayaran yang Anda pilih.

  • Tahap 1: Mengisi “Profile Management” Anda.

Aliyun Step (4)

Step 4

  • Tahap 2: Memperbarui metode pembayaran Anda.

Step 5

Aliyun Payment Method

Bila Anda tidak punya kartu kredit atau akun PayPal untuk pembayaran, tak perlu khawatir! Alibaba Cloud bisa membantumu di sini.

Sedikit banyak, itulah tadi langkah sederhana dalam membuat akun di Alibaba Cloud. Langkah yang mudah, bukan?

Kabar baik bagi Anda, sekarang Alibaba Cloud tidak hanya menyediakan fasilitas free trial. Anda juga bisa mendapatkan kupon Alibaba Cloud senilai USD 50, jika Anda melanjutkan pembayaran setelah masa free trial.

Cara mendapatkan kupon tersebut sangat lah mudah. Cukup dengan masuk ke laman Contact Sales, isi semua informasi dengan benar, dan ketik “USD 50 coupon” di bagian “How can we help?“. Contohnya dapat dilihat di bawah ini.

Keyword untuk USD 50 AliCloud Coupon


Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Alibaba Cloud.

Bincang-Bincang Soal Startup Scaling dari Aspek Teknis

Ruang bisnis startup Indonesia sepertinya perlu direnovasi atau, lebih tepatnya, diperbesar. Pasalnya, dari hari ke hari ide-ide kreatif yang merupakan embrio dari startup mulai muncul di berbagai komunitas, khususnya komunitas teknologi. Banyak memang yang meledak, beriringan dengan itu, tak sedikit pula yang gugur dimakan seleksi alam. Persoalan kegagalan startup dalam mengembangkan bisnisnya seringkali berujung pada diskusi di kedai kopi soal pendanaan yang kurang atau dompet perusahaan yang kering.

Pembicaraan soal uang tersebut tidak sepenuhnya salah. Fase startup scaling sejatinya memang akan bertemu rintangan, meski tidak melulu soal uang. Seperti sifat alamiahnya, startup hadir di masyarakat dengan daya gedor ide-idenya yang inovatif dan solutif. Hal ini bergulir satu nafas dengan bisnis mereka yang berorientasi pada kebutuhan user/customer.

Gebrakan ide harus terus bergulir bersamaan dengan sifat lainnya dari startup yakni dinamis. Ingatlah, naik-turun dari laju bisnis startup adalah lumrah, dan perlu disiasati dengan pembaruan ide serta sarana teknologi.

Menyoal sarana teknologi, cloud computing ternyata menjadi bagian dari kunci scaling yang dilakukan startup. Bayangkan, sayang sekali bila fitur atau sistem yang ditawarkan startup kepada user, ternyata tidak berujung pada conversion rate yang memuaskan, hanya karena sistem cloud computing yang kendor. Bisa jadi, inilah titik mimpi buruk startup.

Agar para pendiri startup yang sekarang mulai merangkak tidak mengalami hal tersebut, Alibaba Cloud bekerja sama dengan DailySocial menyelenggarakan sebuah talkshow bernama AliLounge, dengan tajuk “How to Scale Your Startup”.

AliLounge, talkshow hasil kolaborasi Alibaba Cloud dan DailySocial. / DailySocial
AliLounge, talkshow hasil kolaborasi Alibaba Cloud dan DailySocial. / DailySocial

AliLounge rencananya akan diselenggarakan di dua kota, yakni Yogyakarta (8 November 2016) dan Bandung (10 November 2016). AliLounge Yogyakarta akan mengambil tempat di Smart Lounge Lippo Jogja. Sedangkan untuk Bandung, AliLounge bertempat di Eduplex Dago.

Dua orang Cloud Architect Alibaba Cloud, Sabith Venkitachalapathy dan Ken Ly, akan menjadi pembicara tetap di AliLounge Yogyakarta dan Bandung. Selain itu, kursi pembicara dari praktisi industri teknologi dan startup akan diisi Randi Eka Yonida (Senior Editor DailySocial) untuk AliLounge Yogyakarta dan Tommy Dian Pratama (Chief Technology Officer DailySocial) untuk AliLounge Bandung.

Nah, apakah startup Anda sudah siap untuk melakukan scaling dari sisi teknis? Cari tahu dan temukan insight menarik di AliLounge Yogyakarta dan Bandung!

Oh iya, Anda juga bisa melakukan networking dengan rekan-rekan startup dan para pakar teknologi serta makan malam bersama lho.

Tak ketinggalan, tim Alibaba Cloud punya hadiah untuk 20 pendaftar pertama AliLounge di masing-masing kota, yang sebelumnya telah membuat akun Alibaba Cloud dan mendaftarkan kartu kredit atau akun PayPal-nya. Hadiah tersebut adalah kupon senilai $200.

Ayo, daftar sekarang juga, gratis! Info lengkap dan pendaftaran dapat Anda akses di tautan berikut untuk AliLounge Yogyakarta dan Bandung.


Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama Alibaba Cloud dan DailySocial untuk rangkaian kegiatan AliLounge.

Awasi Awan Agar Bisnis Terus Jalan

Selaras dengan ide-ide kreatif dari startup yang bermunculan di dekade ini, teknologi yang tercipta pun terlihat semakin menukik perkembangannya. Cloud computing atau sistem komputasi awan adalah salah satu yang terhitung banyak membantu stabilitas dan keberlanjutan bisnis-bisnis rintisan.

Dalam pemanfaatan fasilitas cloud computing, ada sebuah kegiatan yang mestinya tidak luput dari to-do list para technologist di perusahaan startup, yakni cloud monitoring. Metode yang satu ini bisa jadi syarat wajib agar bisnis startup yang dijalankan tidak berhenti di tengah jalan.

Memang, ada banyak faktor yang membuat startup bertahan, dari mulai konsep inovatif dan solutif yang ditawarkan sampai pengelolaan sumber daya manusia. Cloud monitoring menjadi krusial bagi keberlanjutan bisnis ketika kita semua tahu bahwa keamanan teknologi tak ubahnya ancaman di zaman 2.0 ini.

Cloud monitoring merupakan tahapan penting setelah Anda menemukan cloud vendor yang ‘berjodoh’ dengan usaha Anda. Layanan yang dijanjikan sejak awal oleh vendor memang sudah sepatutnya diawasi agar semua masih sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Oleh sebabnya, cloud monitoring adalah hal yang dapat menjunjung tinggi transparansi tersebut, dan penting untuk memiliki kemampuan-kemampuan utama berikut.

1. Service monitoring

Kesibukan Anda tidak perlu terganggu lagi oleh kekhawatiran terhadap sistem komputasi awan yang terserang ancaman selama implementasi service monitoring dapat dilakukan dengan mudah.

Pilihlah jasa cloud yang membuat Anda dapat secara otomatis melakukan monitoring terhadap penyebaran yang terjadi, termasuk dalam server dan database. Dengan begini, Anda akan dimudahkan dalam melacak dan mengumpulkan log file, dan memperoleh insight statistik yang dapat digunakan untuk pemanfaatan sumber daya dalam cloud.

2. Site monitoring

Tidak cukup hanya dengan memahami ketersediaan ukuran dalam aplikasi cloud, perangkat cloud monitoring yang Anda sewa juga harus diperkuat dengan kemampuan pelacakan pada situs Anda.

Pastikan layanan cloud yang telah sepakat bekerja sama dengan Anda menyediakan perhitungan statistik tentang status aplikasi situs. Hal ini akan lebih baik bila didukung dengan peringatan yang diberikan bila terjadi ancaman atau insiden keamanan pada aplikasi Anda.

3. Transactional monitoring

Apapun solusi yang ditawarkan startup Anda kepada masyarakat, transaksi sudah barang tentu terjadi di dalamnya. Kepercayaan konsumen Anda bergantung di pada sistem ini. Karena itu, perlu diyakinkan bahwa tahapan-tahapan dalam bertransaksi bekerja optimal sesuai dengan rangkaiannya (seperti initial authentication, database calls, middleware steps, dan lainnya) dengan layanan cloud yang handal.

Setidaknya, tiga jenis pemantauan ini adalah kemampuan yang tak boleh luput dalam perhatian startup dalam memilih cloud service. Pasalnya, mengawasi awan kini adalah salah satu ketentuan utama agar bisnis terus berjalan.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Alibaba Cloud.

Mengenal Elastisitas Cloud Computing untuk Startup

Sulit untuk dibantah bahwa perkembangan ragam inovasi bisnis startup yang ada saat ini semakin berwarna dan membawa manfaat bagi hidup banyak orang. Tak pelak, kemajuan ini membutuhkan sokongan teknologi yang mumpuni, mengingat akselerasi bisnis startup memiliki dinamika cukup tinggi. Salah satu alternatif yang dinilai mampu menjadi solusi andal adalah pemanfaatan teknologi cloud computing di lini startup. Banyak ragam keuntungan yang ditawarkan melalui layanan tersebut.

Salah satu keuntungan yang ditawarkan dari sifat cloud computing ialah elastisitas, sebuah kemampuan yang dapat dipertimbangkan oleh perusahaan startup di tengah perjalanan bisnisnya yang masih sering mengalami pasang-surut. Elastistas kerap dikaitkan dengan pengaturan daya dari sistem cloud (dalam hal ini stack/instace server) dalam scaling-up atau scaling-out, tanpa perlu mengganggu operasional sebuah sistem secara keseluruhan.

Laju bisnis startup yang identik naik-turun tentu membutuhkan kemampuan elastisitas dalam teknologi server sebagai fondasinya. Kadang sumber daya yang dibutuhkan tinggi, saat harus menghadapi traksi pengunjung yang besar, namun tak jarang juga harus menyesuaikan dengan angka kunjungan yang terbatas. Dengan elastisitas cloud, startup bisa lebih mudah mengelola sumber daya yang dimiliki, entah itu untuk menambahkan atau mengurangi, sesuai dengan kebutuhannya. Dampak yang akan dirasakan pasca proses scaling pun akan terasa minim dan bahkan bisa jadi tidak akan terasa dampaknya sama sekali terhadap layanan yang sedang hidup.

Pilihan perusahaan startup yang jatuh kepada layanan cloud computing memang seringkali didasari oleh bahasan tentang anggaran. Startup tentu mencari layanan hemat dengan efek bisnis hebat, termasuk dalam soal elastisitas cloud tadi.

Sebuah fitur dari produk Alibaba Cloud yang menggambarkan elastisitas penggunaan cloud. / Alibaba Cloud
Sebuah fitur dari produk Alibaba Cloud yang menggambarkan elastisitas penggunaan cloud. / Alibaba Cloud

Layanan hemat harus dipilih tanpa melupakan fitur komputasi cloud yang baik juga di sisi lain. Seperti yang dibahas sejak awal, bahwa variasi bisnis startup semakin berwarna sekarang. Karenanya, variasi dari CPU, memory, disk drive, dan bandwidth yang mumpuni juga diperlukan untuk kebutuhan-kebutuhan spesifik dari tiap-tiap startup. Semisal, untuk aspek bandwidth dan memori, cloud yang disewa startup sebaiknya mempunyai kapabilitas dalam upgrading secara cepat tanpa perlu mengalami down time sedikit pun.

Melihat kehadiran teknologi seperti ini, para pemilik startup seharusnya mulai sadar bahwa mereka tidak perlu lagi menyiapkan dana yang bengkak di awal penyewaan cloud computing. Sifat elastis dari produk cloud computing memungkinkan para wirausahawan teknologi untuk menggunakan anggaran sesuai kebutuhan, agar stabilitas operasional bisnis tetap terjaga dan berimbang.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama DailySocial dengan Alibaba Cloud.

Gunakan Strategi Bisnis Ini Agar Startup Berkembang Lebih Cepat

Satu hal yang seringkali tidak ada habisnya dibahas di manajemen internal startup adalah seputar anggaran. Bukan dalam operasional harian saja, isu ini lebih lanjut menjadi buah bibir pimpinan startup saat mereka ingin membawa usaha rintisannya menaiki anak tangga perkembangan bisnis yang lebih tinggi lagi. Dengan kenyataan demikian, tak heran bila beberapa startup memilih untuk gentar dan berujung gulung tikar terlindas persaingan bisnis yang makin ketat.

Anda dan bisnis startup yang didirikan tidak perlu mengalami hal yang sama jika sudah memahami strateginya. Budgeting memang sering menjadi isu, tapi Anda perlu menyikapinya sebagai tantangan sekaligus peluang. Menjadi tantangan karena memang secara alamiah persoalan budgeting pasti akan dialami startup. Sedangkan, hal tersebut juga menjadi peluang karena, untungnya Anda hidup dan tumbuh bersama kemajuan teknologi yang ngebut.

Beragam pendekatan berbasis teknologi dapat Anda ambil untuk melebarkan sayap perusahaan startup. Ini bukan berarti Anda perlu membeli sebuah sistem baru yang mahal. Seperti yang disebutkan sebelumnya, teknologi membuka peluang Anda dalam ekspansi usaha startup, dan sudah waktunya Anda memanfaatkan tech-based services yang berbiaya miring dan bahkan gratis.

Berikut ini beberapa strategi digital sederhana yang dapat diadopsi dalam perusahaan rintisan yang sedang dibangun:

Selami ranah mobile

Banyak waktu, uang dan tenaga yang mungkin telah Anda kerahkan untuk membuat website yang “menjual” di mata konsumen dan investor. Upaya Anda ini akan berbuah nihil tanpa UI/UX yang mobile-friendly.

Tatanan UI/UX mobile-friendly akan memudahkan konsumen dan calon investor prospektif tersebut untuk berinteraksi dengan perusahaan Anda tanpa harus terus menerus bertemu tatap muka menerima penjelasan atau presentasi. Melalui layar smartphone atau tablet, mereka bisa memahami apa yang ditawarkan startup Anda.

Untuk mendukung kemampuan website dalam berinteraksi secara responsif, perlu digunakan teknologi penyokong yang andal. Untuk efisiensi dan efektivitas, Anda bisa menggunakan layanan cloud computing. Pilihlah cloud dengan Server Load Balancer untuk website perusahaan startup Anda, agar performanya maksimal dan terhindar dari traffic spikes.

Gunakan layanan cloud computing yang tepat

Seperti yang telah disinggung sedikit di poin nomor satu, inilah saatnya Anda perlu memanfaatkan teknologi cloud computing dan membesarkan perusahaan startup Anda dengan solusi-solusi berbasis cloud.

Solusi seperti Content Delivery Network dapat membantu Anda mendapatkan keunggulan dalam penyampaian pengalaman pengguna yang maksimal, sehingga Anda bisa menarik pengunjung lebih banyak lagi dan akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan produk atau jasa dari startup Anda.

Bergaul di media sosial

Keberadaan startup yang Anda kelola di media sosial sangatlah penting. Media sosial kini sudah menjadi ladang bisnis dan alternatif untuk promosi. Terlebih, ini bukanlah kanal marketing yang akan merogoh kocek Anda dalam-dalam, jika Anda punya strategi produk yang baik. Di media sosial, Anda bisa mencuri perhatian para calon investor dan konsumen-konsumen yang bahkan tak pernah Anda bayangkan sebelumnya.

Startup yang sedang berada dalam fase pertumbuhan bisnis memang perlu memutar otak, khususnya soal efisiensi terkait dengan pengeluaran. Namun bukan berarti Anda harus mengorbankan pemanfaatan teknologi. Dengan strategi bisnis yang tepat, startup Anda akan melesat dengan cepat.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba.

Adopsi Cloud di Perusahaan Sudah Tinggi dan Mulai Mencari Pemanfaatan Baru

Cloud computing menjadi salah satu teknologi yang menjadi tulang punggung startup. Pasalnya cloud computing menawarkan kemudahan integrasi dan juga nilai investasi yang terjangkau, sehingga dengan biaya minimal startup sudah bisa menjalankan produk atau layanan mereka di infrastruktur cloud untuk dengan segera menjangkau calon pengguna alih-alih membangun infrastruktur sendiri. Perlahan atau pasti cloud menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan bagi industri digital era modern. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan IDC, yang didukung Cisco,dijelaskan bahwa sekarang sudah semakin jamak perusahaan menggunakan cloud, bahkan sekarang sudah masuk pada babak menuai keuntungan dan mulai mencari peluang pemanfaatan baru teknologi cloud.

Dalam laporan tersebut dipaparkan bahwa ada peningkatan sekitar 61% perusahaan pengguna cloud dibanding tahun lalu. Dari total semua responden sebanyak 68% mengungkapkan telah mengadopsi dan menggunakan cloud untuk bisnis mereka. Sisanya masih dalam tahap edukasi, perencanaan, dan ada juga yang tidak tertarik sama sekali.

Survei IDS mengenai cloud

Baik itu private cloud, public cloud, atau hybrid cloud sama-sama mendapat porsi perhatian yang lebih di perusahaan-perusahaan. Salah satu yang banyak digunakan adalah hybrid cloud, alasannya perusahaan menggunakan layanan cloud dari beberapa penyedia yang berbeda dan bisa dengan mudah menggabungkan aset yang ada di public cloud dan private cloud.

Teknologi cloud hadir untuk jawaban bagi mereka yang membutuhkan sebuah infrastruktur IT yang fleksibel dan mudah untuk diintegrasikan satu sama lain. Cloud sendiri difungsikan dalam berbagai bentuk di masing-masing perusahaan. Ada yang menggunakan cloud untuk arsitektur micro service , DevOps, bahkan sampai pada implementasi penggunaan IoT.

Untuk beberapa perusahaan yang sudah matang, penggunaan cloud tidak semata-mata sebagai bagian dari menghemat anggaran biaya untuk membangun infrastruktur. Cloud di perusahaan-perusahaan tersebut malah kebanyakan diharapkan bisa membantu meningkatkan revenue.

Selain itu untuk perusahaan yang matang dalam penggunaan teknologi cloud mulai melirik IoT sebagai “jodoh” teknologi cloud yang baru. Ada sekitar 62% responden perusahaan yang sudah matang dalam penggunaan cloud melihat atau berencana menjadikan cloud sebagai teknologi untuk mendukung penerapan IoT.