[Computex 2019] Berkunjung ke Kamar Kingston dan HyperX

Besarnya area Computex 2019 memang tidak memungkinkan DailySocial untuk mengunjungi semua vendor yang ada. Oleh karena itu, kami pun harus memilih mana yang dapat kami liput dengan waktu yang cukup terbatas tersebut. Kingston dan HyperX merupakan salah satu yang ada dalam daftar kunjungan kami.

Kingston HyperX - Game rig

Seperti sebelumnya, Kingston mengambil sebuah kamar pada hotel Grand Hyatt Taipei yang bersebelahan dengan gedung tertinggi di Taiwan, 101. Entah karena memang tempatnya nyaman atau tidak kebagian booth di area Computex, banyak memang vendor memori dan pendingin yang memamerkan produknya pada hotel yang satu ini.  Hal tersebut membuat sesi kunjungan sedikit gerah karena banyaknya orang yang masuk dalam sebuah kamar.

Kingston HyperX - Mice

HyperX sendiri merupakan salah satu divisi dari Kingston yang membuat peripheral dengan kinerja tinggi. Oleh karenanya, HyperX sendiri lebih dikenal oleh kalangan gamer dibandingkan dengan Kingston. Hal tersebut juga dikarenakan oleh HyperX yang membuat produk-produk untuk kalangan esports seperti headset, keyboard, mouse, dan lainnya.

Kingston HyperX - Quadcast

Pada ruangan Kingston di Computex 2019, ada beberapa hal yang sangat menarik untuk dibahas. Hal pertama adalah microphone HyperX QuadCast yang diklaim memiliki harga sekitar $200-an. QuadCast mampu merekam suara dari empat sisi sehingga cukup menaruh perangkat ini ditengah untuk mereka suara lebih dari satu orang. Sayangnya, saat ditanyakan kapan perangkat ini ada di Indonesia, pihak HyperX hanya berkata “soon“.

Kingston HyperX - HEadphones

HyperX juga memamerkan Cloud Orbit S, sebuah headset yang mampu menghadirkan suara 3D. Tidak hanya itu, perangkat ini menggunakan teknologi posisi dari Audeze. Apa itu? Teknologi ini memungkinkan kita untuk mendengar suara 3D berdasarkan posisinya. Misalkan saja pada sebuah game, ada suara yang terdengar dari sisi sebelah kanan. Saat kepala kita menengok ke sebelah kanan, maka suara itu akan terdengar seperti berada di tengah depan muka kita.

Kingston HyperX - Test PC

Pada bagian Kingston, cukup banyak hal menarik yang bakal muncul di tahun 2019 ini. Pada bagian SSD, Kingston saat ini sudah memiliki SSD untuk enterprise dengan kapasitas 7.6 TB! Kingston juga memamerkan SSD dengan kapasitas 3.84 TB yang juga ditujukan untuk penggunaan server dengan interface SAS.

Pada sisi RGB, Kingston memiliki sebuah teknologi yang baru akan dipatenkan. Teknologi ini akan membuat RAM RGB akan memiliki warna yang selaras pada saat terpasang tanpa halangan. Saat sensor tertutup, maka warna antar satu RAM dengan RAM yang lainnya akan berbeda.

Beberapa orang akan mengatakan “buat apa”? Namun yang pasti, teknologi RGB juga hanya untuk mempercantik ruang di dalam casing, yang sebagian besar tertutup rapat tanpa kaca. Saya sendiri juga tidak terlalu antusias dengan teknologi lampu berwarna warni ini. Akan tetapi, RGB terbukti meningkatkan penjualan para vendor.

Belum dapat dipastikan kapan produk-produk terbaru dari Kingston akan mendarat di Indonesia. DailySocial pun berencana untuk melakukan review terhadap beberapa perangkat dari HyperX. Semoga saja, hal tersebut dapat dilakukan dalam waktu dekat.

Kingston HyperX - Extra

*Semua foto diambil menggunakan smartphone Samsung Galaxy S10+

[Computex 2019] Synology Perkenalkan Solusi Storage Enterprise yang Lengkap

Setiap tahunnya, Computex selalu diadakan di kota Taipei di negara Taiwan. Ajang komputer terbesar di Asia ini memang mengundang minat tidak hanya para pebisnis yang ingin menjual peripheral komputer, namun juga para wartawan yang haus akan berita baru. Di tahun 2019 ini, Dailysocial secara khusus diundang oleh Synology yang selalu dikenal dengan produk Network Attached Storage mereka di Indonesia.

Synology Computex 2019 - Computex 2019

Produk dari Synology sendiri tidak hanya berkisar pada NAS saja. Saat ini, mereka memiliki produk router serta server yang selalu siap dijual kepada perusahaan-perusahaan besar. Yang sepertinya belum diketahui oleh banyak orang adalah ternyata Synology memiliki beberapa solusi lengkap untuk perusahaan dalam menyimpan data mereka. Hal inilah yang mereka perkenalkan di ajang Computex 2019.

Computex 2019 sendiri diadakan pada beberapa lokasi di Taipei, Taiwan. Pada tahun 2019, perhelatan terbesarnya terpusat di Nangang yang saat ini sudah memiliki dua gedung besar. Infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah Taiwan pun juga sangat apik, karena selain terhubung dengan MRT jalur biru yang dikenal dengan Bannan Line, pada saat perhelatan Computex, bis-bis gratis yang dapat mengantarkan pengunjung dari hotel ke gedung pameran dan sebaliknya pun tersedia banyak.

Akan tetapi, Synology kali ini tidak membuka booth pada Computex 2019. Secara eksklusif, kami diundang oleh mereka langsung ke gedung yang menempati kantor barunya. Gedung yang bernama Taipei Far Eastern Telecom Park tersebut terletak pada kota New Taipei.

Synology Computex 2019 - Auf

Untuk dapat memenuhi undangan Synology, saya pun harus datang ke sana dengan menggunakan MRT jalur biru atau Bannan. Perjalanan dari hotel saya yang terletak di bilangan Ximen memakan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai stasiun Far Eastern Hospital. Setelah itu, dari stasiun menuju ke Telecom Park membutuhkan waktu 15 menit berjalan kaki.

Sesampainya di sana, kami langsung disambut oleh Beata Chu, Marketing Specialist yang sering berkunjung ke Indonesia. Tentunya, saya cukup tergelitik untuk menanyakan mengapa Synology tidak membuka sebuah booth di Computex 2019. Beata pun menjawab dengan cukup diplomatis, “Computex 2019 sebenarnya ditujukan agar para produsen bisa menjual produknya ke seluruh dunia dengan memamerkan segala yang baru di sana. Mereka juga ingin membuka channel sebanyak mungkin. Synology sudah memiliki channel yang lengkap sehingga kami sebenarnya tidak perlu lagi membuka di sana”.

Kami pun diperkenalkan dengan seseorang yang bernama Clara Hsu, seorang Sales Specialist yang ternyata berasal dari Indonesia. Hal ini cukup melegakan karena walaupun kami dan para pegawai Synology cukup fasih berbahasa Inggris, namun masih ada kendala pada aksen yang digunakan oleh masing-masing orang. Komunikasi pun menjadi sangat lancar berkat kehadiran Clara.

Synology membuka sebuah pameran sendiri pada gedung Telecom Park tersebut yang terletak pada lantai dasar. Acara tersebut pun dinamakan Synology Solution Exhibition 2019 yang memamerkan semua hardware dan software yang dimiliki oleh Synology.

Solusi server merupakan hal yang paling ditonjolkan pada acara kali ini. Saat kami memasuki area pameran, Yang cukup menarik adalah server yang diperlihatkan kali ini menggunakan media penyimpanan berbasis flash, yaitu Solid State Drive (SSD). Tiga server yang menggunakan SSD adalah FS3400, FS3600, dan FS6400.

FS3400 menggunakan prosesor Intel Xeon D-1541 dengan RAM 16 GB yang dapat ditambah hingga 128 GB. Di dalamnya terdapat 24 rak untuk dipasangkan SSD hingga 500 TB. Model ini juga mendukung penggunaan dua PSU serta penambahan laci  sehingga dapat ditambahkan hingga 48 rak.

FS3600 juga mendukung 24 rak. Akan tetapi, prosesor yang digunakan lebih kencang dari FS3400, yaitu Intel Xeon D-1567 dengan RAM 16 GB yang dapat ditambahkan hingga 128 GB. Terakhir adalah FS6400 yang menggunakan prosesor Intel Xeon Silver4110 yang dapat dipasangkan RAM hingga 512 GB. FS6400 mendukung hingga 72 rak.

Ketiga produk ini nantinya akan tersedia mulai kuartal ke tiga tahun 2019. Namun saat ditanyakan, belum ada kepastian apakah Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa mendapatkan ketiga server tersebut.

Synology Desktop

Setelah memperkenalkan server,  Synology pun memperkenalkan kemampuan server mereka saat menjalankan virtual machine. Saat ini, Synology merekomendasikan untuk menggunakan maksimal 24 VM agar sistem dapat dioperasikan bersamaan secara optimal. Jika ingin lebih dari itu, Synology menyarankan untuk melakukan clustering agar lebih maksimal.

Selain untuk menggunakannya sebagai penyimpanan VM, Synology pun juga memiliki solusi untuk keamanan. Tidak hanya dari penggunaan storage saja, ternyata Synology memiliki software dan hardware canggih untuk keamanan. Saat ini Synology telah memiliki CCTV untuk dapat melakukan deteksi kasus-kasus tertentu.

Software pengawasan dari Synology dapat dipasang sesuai dengan profile-profile tertentu. Misalkan saja menggunakan kamera pengawasan untuk menjadi sebuah alat penghitung berapa orang yang sudah masuk ke sebuah pintu. Contoh lainnya, Synology mendemokan adanya orang yang sedang berjalan di trotoar depan sebuah rumah, di mana parameter untuk keamanan telah dipasang tepat di depan pintu. Pada saat orang tidak menginjak area yang sudah ditetapkan, alarm tidak akan berbunyi. Cukup canggih bukan?

Synology Computex 2019 - VisualStation

Alat untuk keamanan ini salah satunya adalah VisualStation VS960HD yang bisa memproses hingga 96 kamera dengan kualitas 720p. Kamera yang digunakan pun diklaim dapat menggunakan merek apa saja, bahkan yang sudah ada dipasaran. Nantinya video dapat dihasilkan dengan menggunakan H.265. Synology pun juga menekankan bahwa VS960HD dapat bekerja pada rentang suhu -20 derajat sampai 50 derajat celcius.

Synology Computex 2019 - VS with Camera

Tidak hanya untuk perusahaan besar saja, pada acara kali ini Synology juga memperlihatkan beberapa DiskStation NAS terbaru mereka. Dua di antaranya adalah DS620 Slim dan DS419 Slim. DS620 Slim menggunakan prosesor Intel Celeron J3355 yang berkecepatan 2 GHz serta memiliki enam bay yang dapat menampung hard disk hingga kapasitas 24TB. DS419 Slim menggunakan empat bay dan menggunakan prosesor Marvell Armada.

Synology Computex 2019 - DiskStation

Belum jelas apakah Synology akan langsung memboyong solusi mereka ke Indonesia dalam waktu dekat ini. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Synology saat ini sudah menjadi pilihan solusi bagi beberapa perusahaan ternama, seperti kosmetik Shiseido dan lain sebagainya. Di Indonesia sendiri, Synology mengklaim bahwa solusi mereka telah dipakai di beberapa bank dan perusahaan. Sayangnya, Synology tidak dapat menyebutkan perusahaan mana saja yang sudah menggunakan solusi mereka. Setelah itu, selesailah tur dari pameran Synology.

Synology juga memiliki sebuah topologi tentang bagaimana mereka menyimpan data dan melakukan backup agar data yang ada aman. Cukup rumit memang untuk dijelaskan. Oleh karenanya, kami akan menjelaskannya pada artikel yang terpisah.

Kami juga melakukan wawancara dengan Simon Hwang yang menjabat sebagai Synology APAC President. Ada beberapa pertanyaan menarik yang kami utarakan kepada beliau mengenai produk dan strateginya di Indonesia. Hal tersebut juga akan kami sajikan pada artikel yang terpisah juga.

*Semua foto diambil dengan menggunakan Samsung Galaxy S10+.

Dell XPS 13 2-in-1 dan XPS 15 Generasi Baru Unggulkan Bezel Layar Tipis Tanpa Berkompromi Soal Letak Webcam

Kalau bukan karena Dell XPS 13, dunia mungkin bakal lebih terlambat mengenal laptop dengan bezel layar super-tipis. Namun sering kali sebuah terobosan harus berbuah kompromi, dan dalam kasus Dell XPS 13, komprominya adalah letak webcam di posisi yang jauh dari kata ideal.

Setelah hampir empat tahun, kompromi tersebut akhirnya berhasil dieliminasi. Pada ajang CES di bulan Januari kemarin, Dell menyingkap generasi terbaru XPS 13 dengan webcam yang berada di posisi ideal, dan di ajang Computex baru-baru ini, Dell turut menerapkannya pada XPS 13 2-in-1 beserta XPS 15.

Rahasianya terletak pada upaya Dell untuk merancang modul webcam-nya sendiri. Dengan diameter cuma 2,25 mm, modul webcam ini jauh lebih mungil dari biasanya, tapi di saat yang sama, kualitasnya tidak harus memburuk akibat keterbatasan ruang. Modul yang sama itu akhirnya juga mampir ke XPS 13 2-in-1 dan XPS 15.

Dell XPS 13 2-in-1

Menariknya, usaha Dell rupanya tidak berhenti sampai di situ saja. Mereka juga membenahi sejumlah elemen desain XPS 13 2-in-1, mulai dari engsel yang lebih superior, sampai keyboard dan trackpad baru.

Keyboard-nya kini telah memanfaatkan teknologi MagLev seperti yang terdapat pada XPS 15 2-in-1, sedangkan ukuran trackpad-nya membesar. Secara keseluruhan, dimensi XPS 13 2-in-1 memang sedikit lebih besar ketimbang sebelumnya, akan tetapi ini juga dikarenakan oleh perubahan pada layarnya.

Di sini Dell menjejalkan panel 13,4 inci dengan aspect ratio 16:10 (sama lebarnya, tapi lebih tinggi). Pilihan resolusinya masih sama, antara full-HD atau 4K. Di sisi lain, XPS 15 yang juga telah mengemas webcam baru kini turut ditawarkan dalam varian berlayar OLED yang superior perihal reproduksi warna.

Dell XPS 15

Spesifikasinya tentu juga ikut mendapat penyegaran. Untuk XPS 13 2-in-1, Dell memercayakan prosesor Intel generasi ke-10 (Ice Lake) yang diklaim 2,5 kali lipat lebih bertenaga daripada sebelumnya. Varian termahalnya juga mencakup RAM 32 GB serta SSD PCIe 1 TB, dan baterainya sendiri diklaim bisa tahan sampai 16 jam pemakaian.

Untuk XPS 15, Dell mengandalkan prosesor 8-core Intel generasi ke-9, dan varian termahalnya yang mengusung layar OLED 4K juga bisa dikonfigurasikan dengan GPU Nvidia GTX 1650 beserta RAM sebesar 64 GB.

Rencananya, generasi anyar Dell XPS 13 2-in-1 ini bakal segera dipasarkan dengan harga mulai $999, sedangkan XPS 15 sudah mulai dijual dengan banderol mulai $999, atau paling murah $1.899 untuk yang mengusung layar OLED.

Sumber: Ars Technica dan The Verge.

Sasar Kreator Konten, Razer Blade Studio Edition Unggulkan GPU Nvidia Quadro RTX 5000

Citra gaming melekat erat pada brand Razer, akan tetapi semakin ke sini Razer semakin gencar memperluas cakupan branding-nya ke ranah lain. Bukti terbarunya adalah pengumuman mereka di ajang Computex 2019. Di sana mereka menyingkap lineup laptop baru bertajuk Razer Blade Studio Edition.

Sesuai dugaan, ini pada dasarnya merupakan deretan laptop Razer Blade yang ditujukan untuk para kreator konten. Sebelum ini memang sudah cukup banyak kreator yang memercayakan Razer Blade sebagai alat bantu mereka bekerja, dan itu juga yang pada akhirnya mendorong Razer untuk menyiapkan penawaran yang lebih spesifik.

Lineup Blade Studio Edition ini terdiri dari dua model, yakni Razer Blade 15 dan Razer Blade Pro 17. Desain kedua model ini sama persis seperti varian gaming-nya, hanya saja balutan warnanya berbeda. Namun yang paling membedakan adalah spesifikasinya, yang semuanya telah dioptimalkan untuk konteks kreasi konten ketimbang sesi gaming yang mulus.

Razer Blade Studio Edition

Yang paling utama, Blade Studio Edition mengandalkan Nvidia Quadro RTX 5000 sebagai kartu grafisnya. Quadro RTX sendiri baru Nvidia umumkan di event Computex yang sama, dan Razer boleh berbangga menjadi salah satu dari sejumlah mitra pertama Nvidia yang menelurkan laptop prosumer generasi terbaru ini.

Komponen spesifik lainnya adalah display. Pada konfigurasi termahalnya, Blade 15 Studio Edition mengemas layar sentuh OLED beresolusi 4K, sedangkan Blade Pro 17 Studio Edition malah berada satu level lebih tinggi berkat panel 4K 120 Hz yang diusungnya.

Untuk performa, Blade 15 Studio Edition mengandalkan prosesor Intel Core i7-9750H, sedangkan Blade Pro 17 Studio Edition lagi-lagi lebih unggul dengan Core i9-9880H. Kedua model mampu menampung RAM DDR4 hingga berkapasitas 32 GB, serta storage SSD NVMe hingga 1 TB.

Razer Blade Studio Edition rencananya akan dipasarkan mulai musim gugur mendatang. Razer sejauh ini masih bungkam soal kisaran harga model-model yang bakal mereka tawarkan, tapi semestinya sudah pasti cukup mahal kalau kelasnya prosumer.

Sumber: Razer.

Asus ZenBook Pro Duo Adalah Laptop Flagship dengan Sepasang Layar 4K

Ajang Computex tahun lalu menjadi saksi atas keisengan Asus mengganti touchpad laptop dengan layar sentuh full-HD. Tahun ini, Asus rupanya telah siap membawa ide gila tersebut ke level yang lebih tinggi lagi lewat ZenBook Pro Duo UX581.

Kata “Duo” adalah kuncinya. Touchpad sekaligus layar sentuh yang Asus juluki dengan istilah ScreenPad kini telah berevolusi menjadi ScreenPad Plus, sebuah layar sentuh memanjang yang ditempatkan persis di antara layar utama laptop dan keyboard.

Asus ZenBook Pro Duo

Bentang diagonal ScreenPad Plus mencapai angka 14 inci, dan Asus pun tidak main-main mengingat resolusinya sudah berada di level 4K. Sebelum ini, HP sebenarnya sudah lebih dulu menerapkan konsep layar ganda yang serupa pada Omen X 2S, tapi dimensi layar keduanya terlihat begitu mungil jika dibandingkan dengan ScreenPad Plus ini.

Kehadiran layar kedua yang masif ini berarti pengguna dapat memperluas ruang kerja virtual-nya agar semakin efisien. Di saat yang sama, kehadiran layar kedua ini berarti keyboard-nya harus dipepet sampai ke bawah, dan touchpad-nya pun harus digeser ke sebelah kanan.

Asus ZenBook Pro Duo

Berhubung layar keduanya sendiri 4K, sudah pasti layar utamanya pantas diunggulkan: OLED 15,6 inci beresolusi 4K, dengan dukungan 100% spektrum warna DCI-P3. Display yang sangat mumpuni itu turut didukung spesifikasi kelas flagship, dengan konfigurasi termahal meliputi prosesor 8-core Intel Core i9-9980HK, GPU Nvidia GeForce RTX 2060 6 GB, RAM DDR4 32 GB, serta ruang penyimpanan hingga 1 TB berbasis SSD tipe PCIe.

Konektivitasnya pun cukup melimpah, mencakup USB-C (Thunderbolt 3), 2x USB 3.1 Gen 2 (Type-A), HDMI, dan kombo jack audio. Ini termasuk mengesankan mengingat tebal perangkatnya tidak sampai 2,4 cm, sedangkan bobotnya nyaris mencapai 2,5 kg, dan itu sudah termasuk baterai berkapasitas 71 Wh.

Asus ZenBook Pro Duo

Di samping ZenBook Pro Duo, Asus turut menyingkap ZenBook Duo yang mengusung konsep layar ganda ScreenPad Plus yang sama, hanya saja yang ukuran dan resolusinya lebih kecil. Spesifikasinya juga jauh di bawah ZenBook Pro Duo, tapi itu berarti harganya juga lebih terjangkau. Sayangnya, Asus masih bungkam soal itu. Yang baru diketahui sejauh ini hanyalah pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai kuartal ketiga 2019.

Pertanyaan yang terakhir, di mana ScreenPad standar sekarang? Touchpad sekaligus layar sentuh itu sekarang sudah menjadi lebih mainstream berkat kehadirannya di lini ZenBook standar, utamanya trio ZenBook 13 (UX334), ZenBook 14 (UX434) dan ZenBook 15 (UX534).

Sumber: Asus.

ASUS ROG Umumkan Beragam Perabot Gaming Baru di Computex 2019

Perhelatan pameran teknologi hardware PC (dan kawan-kawannya) yang terbesar di dunia, Computex 2019 sudah mulai digelar. Berbagai brand kelas kakap di industri ini pun juga sudah mulai mengenalkan jagoan-jagoan baru mereka.

Salah satunya adalah ASUS ROG. ASUS ROG adalah pionir dari menjamurnya brand gaming di industri ini yang dicetuskan pertama kali di tahun 2006. Kala itu, ASUS ROG memang mengawalinya dengan produk motherboard. Namun kini, kategori produk ASUS ROG sudah sangat beragam.

Ada beberapa perabot gaming yang diumumkan ASUS ROG di Computex 2019. Mari kita intip satu per satu.

ROG Theta 7.1

Sumber: ASUS Indonesia
Sumber: ASUS Indonesia

Theta 7.1 ini, dari namanya juga sudah kelihatan, adalah produk gaming headset yang diklaim mampu menawarkan suara surround 7.1 dengan 8 driver terpisah untuk teknologi virtual-subwoofer-nya. Menurut rilis yang kami terima, headset ini juga dilengkapi dengan ESS SABRE9601 quad amp eksklusif yang menjanjikan suara tanpa cela.

ROG Theta Electret

Sumber: ASUS Indonesia
Sumber: ASUS Indonesia

Headset ini adalah headset kedua yang dikenalkan ASUS ROG di Computex 2019. Theta Electret ini diklaim yang pertama di industri gaming yang mampu memberikan kombinasi driver electret dengan high-fidelity dengan subwoofer dinamis.

Menariknya, jika biasanya gaming headset hanya memberikan koneksi 3.5mm ataupun USB, Theta Electret ini juga dilengkapi dengan adapter 3.5mm – 6.3mm (yang biasa digunakan di perangkat hi-fi).

ROG Strix XG17

Sumber: ASUS Indonesia
Sumber: ASUS Indonesia

Anda ingin bermain game di layar 240Hz di warung kopi? Sekarang Anda bisa melakukannya dengan monitor portable ROG Strix XG17. Monitor yang katanya ditujukan untuk gamer ultra-competitive ini berukuran 17,3 inci dengan panel IPS dan dibekali dengan 240Hz refresh rate dan 3ms response time.

Berhubung portabel, monitor ini disebutkan punya bobot hanya 800 gram dan punya baterai yang mampu menyokong operasi 240Hz selama 3 jam dalam sekali charging.

ROG Strix 750W Gold dan 650W Gold

Sumber: ASUS Indonesia
Sumber: ASUS Indonesia

Sekali lagi, dari namanya, produk ini juga sudah bisa ditebak kategorinya. Keduanya adalah power supply yang sudah mendapatkan sertifikasi 80 Plus Gold.

Selain dibekali dengan fan berukuran 135mm dan kapasitor Jepang, PSU ROG Strix ini juga menawarkan masa garansi sampai dengan 10 tahun. Angka garansi itu memang kelihatannya panjang namun durasi tersebut sepertinya sudah jadi standar baru untuk produk premium. PSU dari Corsair dan Seasonic yang kelas premium juga menawarkan masa garansi yang sama.

Produk PSU ini juga bukan yang pertama dari ROG. Sebelumnya, mereka sudah merilis ROG THOR-850P. Menurut bisikan dari perwakilan ASUS Indonesia, PSU ROG Strix ini ditujukan untuk kelas yang lebih terjangkau.

Jika ROG THOR tadi, di Indonesia, dibanderol dengan harga Rp4 jutaan (setidaknya itu yang saya temukan di Official Store di Tokopedia, saat artikel ini ditulis), PSU ROG Strix akan ada di kisaran harga berapa ya?

ROG Strix LC 120/240/360 RGB

Sumber: ASUS Indonesia
Sumber: ASUS Indonesia

Perabot gaming terakhir yang dikenalkan oleh ASUS kali ini adalah CPU Cooler AIO (closed loop water cooling), yang diberi nama ROG Strix LC 120/240/360 RGB.

Liquid cooler ini juga bukan yang pertama dari ASUS ROG. Sebelumnya, mereka punya ROG Ryujin 360 dan ROG Ryuo 240. Seperti biasanya, bukan ASUS ROG namanya kalau produknya tidak ditujukan untuk kelas premium.

ROG Ryujin 360 tersedia di Indonesia dengan harga Rp4,9 juta (di toko yang sama di Tokopedia di atas). Sedangkan ROG Ryuo ada dikisaran harga Rp3,4 juta.

Pertanyaan pentingnya sekarang, barang apa sajakah yang nantinya akan tersedia di Indonesia? Apakah sudah ada yang dikonfirmasi akan dijual resmi di sini? Menurut kawan saya dari ASUS Indonesia tadi, “belum ada konfirmasi sih, tapi sepertinya sebagian besar bakal available juga di Indonesia.”

Buat para sultan, tertarik dengan perabot-perabot gaming baru dari ROG tadi?