Penyelenggara Turnamen Esports BLAST Dapat Investasi Sebesar Rp201 Miliar

Perusahaan penyelenggara turnamen esports, BLAST, baru saja mendapatkan investasi sebesar €12.5 juta (sekitar Rp201 miliar). Pendanaan kali ini dipimpin oleh Johan Gedda, co-founder dari Rocket Software dan Vækstfonden, perusahaan investasi pemerintah Denmark. Selain Vækstfonden, beberapa investor yang kembali menanamkan modal di BLAST antara lain Creandum, Heartcore Capital, dan Maki.

“Pendanaan kali ini membuat kami cukup kuat untuk terus maju dan membuat berbagai konten seperti yang telah kami lakukan,” kata CEO BLAST, Robbie Douek pada The Esports Observer. “Ini memungkinkan kami untuk membuat portofolio kami menjadi lebih beragam dan fokus pada teknologi.”

BLAST adalah perusahaan esports yang fokus pada penyelenggaraan turnamen offline dan membuat konten untuk disiarkan di televisi dan platform digital seperti Twitch, YouTube, dan platform mereka sendiri. Saat ini, BLAST dikenal dengan turnamen Counter-Strike: Global Offensive mereka. Pada tahun lalu, BLAST mengumumkan bahwa mereka akan mengganti BLAST Pro Series dengan turnamen yang berhadiah lebih besar pada tahun ini. Belakangan, BLAST juga mulai tertarik untuk membuat turnamen untuk Dota 2, game MOBA dari Valve.

BLAST investasi
BLAST dikenal sebagai penyelenggara turnamen CS:GO.

“Kami telah mengenal OG, Ninjas in Pyjamas, dan Liquid. Setelah bertemu dan berinteraksi dengan tim-tim tersebut, saya menyadari ada fandom di sini dan kami melihat itu sebagai kesempatan,” ujar Douek. “Saya bertanya pada mereka apakah kami akan bisa membuat sesuatu untuk Dota 2. Apakah kami bisa melakukan apa yang kami lakukan di CS dan membuat konten yang lebih baik? Ya. Kami bisa melakukan itu. Kami akan mencoba untuk merealisasikan hal itu.”

BLAST akan menggunakan sebagian dari dana investasi yang baru mereka dapatkan untuk menguji teknologi baru agar mereka bisa memberikan pengalaman menonton yang lebih baik bagi audiens. Douek percaya, bisnis penyelenggaraan turnamen esports online memiliki berpotensi, terutama di tengah pandemi virus corona. Selama pandemi, BLAST telah menambahkan durasi konten yang mereka produksi. Selain itu, mereka juga memperkenalkan sejumlah turnamen dan konten baru.

“Investor-investor kami sangat suportif. Jadi, kami akan berusaha keras dalam mengembangkan teknologi demi memberikan pengalaman menonton yang lebih baik,” kata Douek. “Kami telah belajar dari pengalaman kami ketika kami mendisrupsi pasar. Jadi, kami tahu kami akan kembali melakukan itu. Tapi, kami tidak akan melakukan hal yang terlalu ekstrem. Kami akan berhati-hati dan memastikan rencana kami bisa berjalan.”

ESL Tangguhkan Intel Grand Slam di Tengah Pandemi Corona

ESL mengumumkan bahwa Intel Grand Slam ditangguhkan untuk sementara karena banyak pertandingan Counter-Strike: Global Offensive internasional yang tertunda akibat pandemi virus corona. Intel Grand Slam menawarkan hadiah sebesar US$1 juta (sekitar Rp14,9 miliar) untuk tim CS:GO yang paling dominan di dunia.

Ada dua cara bagi sebuah tim profesional untuk memenangkan Intel Grand Slam. Pertama, meraih peringkat 1 dalam 6 turnamen ESL Pro Tour Masters. Cara kedua adalah dengan memenangkan 4 turnamen Pro Tour Masters, dengan syarat, salah satu turnamen yang mereka menangkan adalah Major, seperti Intel Extreme Masters, ESL Cologne atau turnamen Major lain yang diselenggarakan oleh ESL dan DreamHack. Sejauh ini, hanya ada 2 tim yang pernah memenangkan Intel Grand Slam, yaitu Astralis dan Team Liquid. Saat ini, ada 6 tim yang telah memenangkan 1 trofi, yaitu Natus Vincere, Mousesports, Astralis, Fnatic, Evil Geniuses, dan Team Liquid.

Intel grand slam corona
Standing sementara dari Intel Grand Slam saat ini. | Sumber: Intel Grand Slam

“Visi di balik Intel Grand Slam adalah untuk memberikan apresiasi pada tim CS:GO yang paling dominan di dunia,” kata VP of Pro Gaming, Michael Blicharz, seperti dikutip dari VP Esports. “Penyelenggaraan banyak turnamen dengan banyak juara di berbagai divisi tidak dapat menunjukkan 1 tim terbaik di dunia.”

Di tengah pandemi virus corona, turnamen esports memang masih bisa diselenggarakan, meski hanya secara online. Masalahnya, ada keterbatasan dalam penyelenggaraan turnamen esports online. Biasanya, turnamen hanya diadakan untuk satu region.

Sementara pertandingan internasional yang mengadu tim-tim terbaik dari region yang berbeda-beda tidak bisa diselenggarakan. Namun, Blicharz mengungkap, ESL tidak ingin memberikan poin Intel Grand Slam pada tim yang memenangkan turnamen regional. Perubahan peraturan ini akan berlaku sampai ESL memberikan pengumuman baru.

Pandemi virus corona memaksa pemerintah berbagai negara untuk melakukan lockdown atau karantina. Karena itu, banyak turnamen esports yang seharusnya diadakan secara offline dibatalkan. IEM Katowice yang diadakan pada akhir Februari 2020 akhirnya tetap diselenggarakan, meski tanpa penonton. Sementara ESL One Rio Major terpaksa harus ditunda ke November dari Mei.

Bagaimana FaZe Clan Menyatukan Gaming, Esports, dan Gaya Hidup Glamor Ala Selebriti

Sebagai sebuah industri baru, tak heran jika banyak entitas di ekosistem esports mencoba ini dan itu agar dapat menemukan formula sukses yang tepat. Kompetisi mungkin jadi satu hal utama jika kita bicara soal esports. Bagaimanapun, industri esports tumbuh besar dari kompetisi, sejak dari zaman laga adu skor di zaman dahulu hingga menjadi sebuah kompetisi global di zaman sekarang.

Seiring berkembangnya zaman, esports lama-lama tidak lagi kaku, jadi bukan soal kompetisi saja. Kompetisi dan segala hal yang terlibat di dalamnya menjadi begitu menarik diperbincangkan menjadi konten, tak lupa suguhan infotainment atau bahkan gosip juga menjadi bumbu penyedap dari kompetisi yang panas.

Selain dua hal tersebut, hal menarik yang mungkin masih belum banyak disentuh oleh entitas bisnis esports adalah nilai jualnya sebagai gaya hidup. Dari banyak organisasi esports di dunia, FaZe Clan menjadi salah satu yang bergeliat cukup kencang dalam menyatukan antara kultur gaming, kompetisi, dan gaya hidup.

Dan semua itu berawal dari komunitas Call of Duty di Amerika Serikat

360 no Scope, Vlogging, dan FaZe Clan

Bagi Anda pemain game FPS, Anda mungkin sudah cukup familiar dengan istilah 360 no scope. 360 no scope diibarat jenis gaya dalam lompatan skateboard. Dalam game FPS, 360 no scope dilakukan dengan cara melompat, memutar badan 360 derajat, lalu menembak musuh dengan menggunakan senapan jenis sniper tanpa menggunakan scope atau kekeran.

Mengutip dari salah satu situs yang mendokumentasikan berbagai budaya populer di internet, asal muasal 360 no Scope adalah dari komunitas Call of Duty 4 lewat pemain bernama zzirGrizz. Trik gerakan tersebut pertama menyeruak pada 11 Oktober 2008, ketika seorang pengguna YouTube bernama Devin LaBrie mengunggah video montage permainan zzirGrizz, dan menamainya sebagai top 10 no scopes of all time.

Setelah itu, istilah ini jadi populer setelah seorang pengguna YouTube bernama nomercysoldier0 mengunggah permainannya di Call of Duty: Modern Warfare 2 yang viral karena berhasil mendapatkan 2,1 juta view dan 7300 komentar dalam 4 tahun pertama.

Lalu apa urusannya 360 no scope dengan FaZe Clan? Setelah trickshot 360 no scope menjadi budaya di komunitas Call of Duty, semua orang akhirnya berusaha melakukan hal tersebut.

Sampai pada akhirnya, 30 Mei 2010, terciptalah FaZe Sniping, sebuah clan Call of Duty yang diciptakan oleh 3 pemain yaitu Eric Rivera (CLipZ), Jeff Emann (House Cat), dan Ben Christenen (Ressistance). Trio pemain tersebut menjadi dikenal banyak orang karena melakukan inovasi dalam melakukan trickshot, apalagi mereka bisa dibilang sebagai salah satu yang pertama dalam melakukan trickshot sebagai satu tim.

Mulai saat itu, FaZe rutin menciptakan montage atau rekaman hasil dari permainan yang mereka lakukan dalam satu seri video YouTube yang mereka beri nama ILLCAMS. Konten demi konten diciptakan sampai akhirnya FaZe Clan menjadi satu kelompok yang banyak dikenal di komunitas Call of Duty. Setelah beberapa saat, FaZe Clan menjadi semakin populer, apalagi ketika mereka mulai merekrut sosok-sosok trickshotter kenamaan di komunitas Call of Duty untuk bergabung ke dalam tim.

Setelah beberapa episode ILLCAMS, muncul sosok Thomas Oliveira atau dikenal dengan nama Temperrr. Tak banyak yang diketahui dari sosok Temperrr sebelum diperkenalkan FaZe. Tapi satu yang pasti, sosok ini seakan menjadi magnet bagi para penggemar FaZe. Ketika diperkenalkan pertama kali pada 2 Agustus 2010 lalu, Temperrr berhasil menyedot 1,5 juta view.

FaZe Temperr sendiri bisa dibilang merupakan salah satu dari founding member dari Faze Clan, sosok ini mungkin bisa dibilang menjadi salah satu yang terpenting dari perkembangan FaZe. Lompat beberapa tahun ke depan, FaZe kembali menghadirkan member baru yang membuatnya menjadi semakin melejit. Dia adalah Richard Bengston, sosok selebriti gaming yang juga dikenal sebagai FaZe Banks.

Banks pertama kali diperkenalkan pada 25 Maret 2013. Ketika itu, ia bergabung sebagai bagian dari pelaku konten trickshot milik FaZe Clan saja. Sampai pada Februari 2014, Temperrr dan Banks melakukan konten face reveal, seraya mengumumkan bahwa Banks akan pindah tinggal bersama Temperrr untuk membuat lebih banyak konten video.

Setelah kurang lebih 4 tahun FaZe Clan menghujani internet dengan konten trickshot super keren, kini mereka mulai berevolusi. “Kami adalah gamers pertama yang benar-benar menunjukkan wajah kami di internet.” ucap Temperrr kepada New York Times. Sejak saat itu, FaZe Clan mulai menyertakan wajah mereka pada konten gameplay. Tak hanya itu, para anggotanya mulai melakukan vlogging dan menunjukkan kehidupan sehari-hari mereka yang tidak ada hubungannya dengan gaming.

“Orang-orang menyukai hal itu (konten vlogging). Orang-orang pasti ingin tahu kegiatan di luar dari sekadar gameplay kami. Mereka main COD setiap hari tapi mereka juga harus melihat bagaimana gaya hidup kami dan bagaimana kami adalah bocah-bocah keren.” Ucap Banks dalam artikel New York Times tulisan Taylor Lorenz yang terbit 17 November 2019 lalu.

Terjun ke Dunia Kompetitif Call of Duty dan Dominasi di Skena CS:GO

Trickshot, vlog, dan tren sudah ada di dalam nadi FaZe Clan sejak lama. Namun esports dan dunia kompetitif jadi hal baru bagi FaZe Clan. Sementara konten trickshot dan vlogging kehidupan gamers masih berlanjut, mereka menjajaki dunia kompetitif Call of Duty dan menciptakan satu rivalitas paling panas di skena tersebut, yaitu antara FaZe Clan dengan Optic Gaming.

Kedua tim ini merintis kehidupannya dengan cara yang kurang lebih sama, membuat konten Call of Duty dan menjadikan konten mereka sebagai ruang menuju popularitas untuk para pemainnya. FaZe dan Optic menjadi nama yang gaungnya paling besar di skena Call of Duty, ibarat EVOS dan RRQ di skena MLBB lokal Indonesia.

FaZe memulai dari turnamen-turnamen kecil. Debut mereka untuk turnamen besar adalah di tahun 2013, lewat game Call of Duty Black Ops II. Mereka beberapa kali ikut kompetisi kasta utama Call of Duty, Major League Gaming (MLG). Sayang pada tahun itu mereka belum mendapat prestasi terbaik.

Mereka harus puas berada di peringkat 5 pada MLG Spring Championship kalah oleh Optic Gaming. Tim ini pun mengalami roster shuffle besar-besaran, yang berujung kepada kegagalan-kegagalan mencapai posisi yang lebih baik di turnamen-turnamen berikutnya.

Perjuangan jatuh-bangun tersebut terus berlanjut hingga pada tahun 2014 mereka mendapatkan pemain bernama ACHES. Pemain ini kerap kali dianggap sebagai musuh besar Optic Gaming, karena ia berkali-kali berhasil membuat Optic tertunduk. Bertanding pada MLG Columbus Open di tahun 2014, mereka berhasil mendapat angin segar dengan melaju mulus di upper-bracket.

Memasuki hari kedua pertandingan, bencana terjadi. Tangan ACHES terluka entah karena apa, membuatnya harus berada di rumah sakit semalaman. Walaupun begitu ACHES memutuskan untuk tetap bertanding. Tentu saja kemalangan ini membuat FaZe kesulitan, sehingga mereka terpaksa turun ke lower-bracket. Namun demikian, mereka berhasil bangkit sampai akhirnya di babak final bertemu dengan Optic Gaming dan memenangkan dua kali pertandingan best-of-5.

Kemenangan ini membuat mereka menjadi tim yang disegani dalam skena Call of Duty. Bahkan sekarang nama FaZe masih menjadi bagian dari skena kompetitif di Call of Duty League, dengan nama Atlanta FaZe.

Sampai saat ini, FaZe Clan masih menjadi nama yang dominan di skena Call of Duty. Sumber: Atlanta Faze Official Media
Sampai saat ini, FaZe Clan masih menjadi nama yang dominan di skena Call of Duty. Sumber: Atlanta Faze Official Media

Sejak saat itu, rivalitas antara FaZe dengan Optic jadi semakin keras karena keduanya sama-sama semakin kuat. Sempat mengalami badai roster shuffle lagi, namun FaZe kembali mendapatkan momentum kemenangan di tahun 2015. Mereka berhasil memenangkan UMG Dalls 2015, Gfinity Summer Championship, dan MLG Season 3 Playoff. Kemenangan ini berhasil membuat nama FaZe Clan semakin gemilang di skena Call of Duty.

Satu tahun setelah menjadi nama yang dominan di skena Call of Duty, FaZe mulai coba mengembangkan sayap ke skena kompetitif lain. Ciri khas mereka tetap sama, yaitu game FPS. 2 Maret 2016, FaZe mengumumkan roster CS:GO mereka, hasil akuissi dari tim G2 Esports yang berisikan Maikel Bill (Maikelele), Havard Nygaard (Rain), Ricardo Pachecho (Fox), Joakim Myrbostad (Jkaem), dan Philip Aistrup (Aizy).

Roster ini dikabarkan dibeli dengan harga US$700.000 (sekitar Rp10 miliar) dari G2 Esports. Akuisisi ini membuat mereka disebut sebagai roster termahal sepanjang sejarah CS:GO menurut Dot Esports. Walau demikian, mereka memulai tahun pertamanya dengan cukup berat.

Mengutip catatan liquidpedia, performa mereka kurang memuaskan untuk sebuah roster termahal sepanjang sejarah CS:GO. Pada debut awal, mereka berkali-kali terhenti di peringkat 12. Malah mereka sempat gugur di fase grup dengan catatan menang-kalah 0-2 dalam gelaran DreamHack Masters Malmo 2016.

Belajar dari pengalaman di skena Call of Duty, FaZe jadi dikenal sebagai tim yang punya tangan dingin. Mengalami rentetan performa kurang memuaskan selama 2016, FaZe menjadi tim yang tidak takut untuk membongkar roster demi mendapat performa yang lebih baik.

Oktober 2016 mereka memasukkan Finn Andersen (Kariggan), mantan in-game leader Astralis, yang telah lama dibangkucadangkan karena rentetan hasil buruk yang ia dapatkan. Perekrutan ini segera memancing polemik, karena terlihat janggal, namun dianggap pergerakan yang mantap karena dirasa bisa memberi leadership ke dalam tim.

Masuk tahun 2017, roster shuffle kembali terjadi, Karrigan bertahan. Sampai satu yang cukup mencengangkan adalah ketika mereka mengambil The Bosnian Beast, Nikola Kovac (Niko). Perekrutan ini menunjukkan intensi FaZe, bahwa mereka ingin menang dan tidak takut untuk bayar mahal.

2017 segera menjadi tahun keemasan bagi CS:GO FaZe Clan. Mereka berhasil memenangkan beberapa turnamen besar seperti ESL One: NewYork 2017, ELEAGUE CS:GO Premier 2017, dan bahkan sempat kalahkan Astralis jadi juara StarLadder Season 3. Dengan resep yang kurang lebih sama seperti mereka mendominasi Call of Duty, zaman keemasan FaZe Clan di 2017 berhasil membawa brand mereka menjadi nama yang vokal di skena CS:GO. Bahkan hingga kini, Rain, Niko, Olofmeister, Coldzera, dan Broky masih menjadi tim yang keras di berbagai kompetisi CS:GO kelas dunia.

Kemunculan Fortnite, Tfue, dan Ekspansi Global FaZe Clan

Masih pada tahun 2017, Fortnite rilis di pasaran. Setelah game utama mereka Fortnite: Save the World rilis di bulan Juli 2017 , Fortnite Battle Royale yang bersifat free-to-play rilis di September 2017. Punya grafis kartun yang keren, game shooter yang mengedepankan kreativitas dalam bermain dan jadi ruang pamer gaya — selain pamer kemampuan — Fortnite seakan menjadi panggilan bagi FaZe Clan.

Game ini mungkin seperti membawa FaZe kembali ke zaman Call of Duty, saat mengalahkan musuh dengan trickshot kembali populer. Apalagi pada zaman itu Twitch semakin populer sebagai poros platform konten streaming bagi gamer, membuat FaZe seperti menemukan rumah barunya; ketika gaming, personality, dan reality television menjadi satu wadah.

Mereka mencoba mengulang formula kesuksesan mereka di Call of Duty, menang di kompetitif, tampil keren di berbagai konten. Maka dari itu, di Fortnite, mereka mengambil sebuah tim yang bisa berkompetisi tetapi tetap menjadi selebriti internet lewat konten streaming yang mereka sajikan.

Turner Tenney atau sosok yang lebih dikenal dengan alias Tfue menjadi ujung tombak bagi FaZe untuk memperkuat brand mereka di Fortnite. Namun FaZe di Fortnite bukan hanya Tfue saja. Mereka juga memiliki segudang streamer yang direkrut membawa nama FaZe termasuk salah satunya adalah seorang perempuan tuna rungu berusia 13 tahun bernama Soleil Wheeler yang juga dikenal sebagai FaZe Ewok.

Sumber: The Verge
FaZe Ewok, perempuan tuna rungu berusia 13 tahun yang menjadi streamer untuk game Fortnite. Sumber: The Verge

Nama FaZe muncul di mana-mana lewat berbagai bagian Fortnite, baik secara kompetitif, streaming, termasuk konten-konten yang mengedepankan personality yang jadi ciri khas FaZe Clan. Segera FaZe menjadi organisasi yang terdepan di Fortnite, kembali mengamankan statusnya sebagai organisasi paling dominan di dalam skena ini, seperti FaZe di Call of Duty dahulu kala.

Tapi tak lengkap rasanya jika FaZe cuma bisa tampil bergaya, tanpa unjuk gigi kemampuan. Hal ini mereka tunjukkan lewat gelaran Fall Skirmish, yang diselenggarakan pada Twitch Con 2018.

Ketika itu FaZe Clan diwakili oleh Tfue dan Dennis Lepore (Cloak), dua pemain yang tidak hanya mahir dalam bergaya, tapi juga dianggap sebagai dua yang terbaik di dalam skena. Bertanding dalam enam ronde, Tfue dan Cloak berhasil tampil dengan sangat dominan, membawa mereka memenangkan hadiah sebesar US$500.000 (sekitar Rp7,5 miliar).

Sumber: Dexerto
Cloak (kiri) bersama Tfue (kanan). Sumber: Dexerto

Kemenangan tersebut semakin memperkuat nama FaZe Clan di Fortnite, sampai akhirnya skandal Tfue mencuat ke permukaan. Mei 2019 Tfue menggugat FaZe Clan dengan tuduhan mengambil 80 persen pendapatan dan memaksa dirinya untuk berjudi dan minum-minuman keras saat usianya masih di bawah batas usia legal.

Dalam skandal tersebut pengacara Tfue mengatakan kepada Holywood Reporter bahwa Tenney beberapa kali dipaksa untuk melakukan stunts yang berbahaya demi konten video. “Pada salah satu video, Tenney menderita cedera berat pada tangannya saat bermain skateboard yang mengakibatkan cacat fisik permanen.” Ucap Bryan Freedman, pengacara Tfue ketika itu.

Tuntutan tersebut akhirnya dituntut balik oleh FaZe Clan, karena mereka merasa tidak pernah mengambil pendapatan milik Tfue. “Kami cuma menerima US$60.000 saja dari kerja sama ini, sementara Tfue bisa menerima sampai jutaan dolar AS sebagai anggota dari FaZe Clan.” Ucap FaZe Clan dalam sebuah pernyataan. Sampai saat ini, kasus tersebut belum diketahui bagaimana akhirnya. Namun satu yang pasti, Tfue meninggalkan FaZe sejak saat itu.

Namun kasus tadi tidak menghentikan FaZe Clan untuk melakukan ekspansi global. Game shooter populer selalu menjadi tempat terbaik bagi FaZe untuk berkembang. Setelah awal 2017 mereka mulai meniti karir di skena PUBG, pada Januari 2020, mereka melakukan ekspansi yang cukup jauh dengan mengambil tim PUBG Mobile asal Thailand bernama Bulshark untuk menjadi bagian dari FaZe.

Ekspansi FaZe tidak berhenti sampai di situ saja, setelah mendapatkan banyak kesuksesan di skena gaming, kini mereka mulai menjajah lahan lainnya.

Petarung di Dunia Gaming Kompetitif, Gaya Hidup Glamor Ala Selebriti

Tampil keren di depan khalayak memang sudah berada dalam nadi FaZe Clan sejak mereka memenuhi YouTube lewat konten trickshot Call of Duty yang penuh gaya. Menjadi raja dunia gaming kompetitif, tampil lewat konten game yang menarik, dan memamerkan personalita gamer keren telah menjadi rumus jitu bagi FaZe Clan untuk bertahan dan menjadi sebesar seperti sekarang.

Memang itu adalah strategi unik, yang tak banyak dilakukan oleh organisasi esports lain. Lee Trink yang menjabat sebagai CEO FaZe Clan bahkan sesumbar kepada New York Times dengan mengatakan bahwa perusahaan seperti FaZe Clan itu memang belum pernah ada sebelumnya. Lebih lanjut, Lee Trink menjelaskan FaZe ibarat gabungan tim olahraga American Football Dallas Cowboys, brand Hypebeast Supreme, dan reality show ala MTV.

Klaim tersebut memang benar adanya. FaZe Clan berkompetisi di berbagai ranah esports dan menjadi juara di beberapa skena layaknya sebuah tim olahraga. Reality show menjadi santapan bagi penggemar setia yang menonton channel YouTube FaZe Clan, termasuk konten vlogging yang memamerkan gaya hidup glamor ala selebriti. Gaya hidup glamor tersebut juga turun ke fashion, lewat merchandise dan kolaborasi brand yang mereka lakukan.

The Verge bahkan mengatakan bahwa FaZe Clan ibarat Supreme nya esports. Satu perbedaannya mungkin hanya soal dari mana kedua brand ini berasal, Supreme tumbuh dari budaya skateboard, sementara FaZe tumbuh dari budaya gaming. Sejak 2018, FaZe terus menggandeng sosok selebriti.

Desember 2018, mereka menggandeng rapper Lil Yachty. Menggunakan alias FaZe Boat, Lil Yachty menjadi bagian dari daftar kreator konten di FaZe Clan. Pada masa itu mereka juga membuka ronde investasi seri A, yang segera menarik berbagai selebriti berinvestasi kepada mereka seperti rapper Ray J dan DJ Paul, pebasket Meyers Leonard, dan Josh Hart.

Salah satu yang terbesar mungkin adalah pada Agustus 2019, saat rapper Offset mengucurkan investasi yang angkanya tidak disebutkan kepada FaZe Clan. Lee Trink CEO Faze ketika itu semakin mempertegas posisi FaZe Clan yang bukan hanya sekadar brand gaming atau esports, tetapi juga ingin memimpin transformasi budaya lewat gaming dan esports.

Sumber: Esports Insider
Sumber: Esports Insider

“FaZe Clan kini berkembang melampaui gaming dan esports, kami memimpin transformasi budaya juga dunia entertainment. Offset melambangkan generasi baru, pemimpin yang mengerti akan pergerakan budaya tersebut. FaZe Clan kini sedang mendefinisikan ulang arti dari menjadi brand ikonik di dunia hiburan. Bekerja sama dengan Offset akan menjadi langkah berikutnya untuk maju di masa depan. Dengan ini kami tidak hanya akan mendominasi ranah gaming kompetitif, tetap kami juga akan menciptakan trend dalam hal konten, merchandise, brand partnership, dan lebih jauh lagi.”

Kolaborasi FaZe Clan begitu agresif di tahun 2019, terutama pada ranah non-gaming. Dari sisi fashion mereka sempat berkolaborasi dengan sportswear Champion, Kappa, dan berbagai brand fashion lainnya. Mereka juga berkolaborasi dengan Manchester City, untuk kolaborasi dalam hal konten dan juga melakukan co-branded untuk menciptakan jersey Manchester City x FaZe Clan.

FaZe Banks menggunakan kolaborasi terbaru antara FaZe Clan dengan NFL. Sumber: PRNewswire
FaZe Banks menggunakan kolaborasi terbaru antara FaZe Clan dengan NFL. Sumber: PRNewswire

Mereka juga berkolaborasi dengan asosiasi American Football, NFL. Kolaborasi ini dilakukan untuk menciptakan merchandise bertemakan NFL x FaZe Clan dan konten seputar putaran pertama dari NFL Draft atau bursa transfer di dalam American Football. Karena kolaborasi agresif ini, mereka juga mendapatkan investasi dari pebisnis industri musik, Jimmy Iovine dan platform merchandising NTWRK. Hal itu tentu akan semakin memperkuat posisi FaZe Clan di ranah merchandising. Sebagaimana dinyatakan Lee Trink bahwa investasi tersebut akan digunakan oleh mereka untuk memperkuat posisinya di bidang bisnis apparel dan merchandising.

Tapi, ternyata ide gila Faze Clan untuk terus berkembang tidak berhenti sampai situ saja. Setelah konten dan merchandising, perkembangan selanjutnya adalah televisi. Pada 29 April lalu mereka mengumumkan kerja sama dengan platform Sugar23 milik sutradara Michael Sugar, untuk membuat FaZe Studios yang akan menjadi pusat produksi film dan serial televisi baru.

Berawal dari konten trickshot, FaZe Clan berkembang ke ranah esports, selebriti internet, dan merchandising. FaZe Clan berkembang begitu besar sampai menjajah berbagai ranah industri hiburan. Perjalanan ini memberikan kita pelajaran bagaimana visi untuk tampil keren di hadapan orang banyak, telah membawa FaZe Clan dari sekadar gamers yang nerd, menjadi brand glamor yang menjadi simbol budaya bagi anak muda.

Fnatic CS:GO Kembali Menjadi Peringkat 1 Dunia

Fnatic baru-baru ini berhasil menyodok peringkat 1 dunia di kancah Counter-Strike:Global Offensive (CS:GO). Ini merupakan kali ketiga organisasi esports asal Swedia merebut peringkat satu dunia di kancah kompetitif CS:GO.

Peringkat tim CS:GO terbaik dunia ini dibesut oleh salah situs media serta pencatat performa tim dan pemain esports CS:GO yang berdiri sejak 2002 lalu, HLTV.org. Fnatic menyusul Natus Vincere yang berada di peringkat teratas sebelumnya.

NAVI berada di peringkat paling atas selama kurang lebih 2 bulan lamanya, menurunkan Astralis dari tahta, setelah memenangkan IEM Katowice 2020 pada awal Maret 2020 kemarin. Namun sayang, NAVI tidak berhasil mempertahankan peringkat mereka, setelah harus puas mendapat peringkat 4 saja saat bertanding di gelaran online ESL Pro League Season 11, yang akhirnya dimenangkan oleh Fnatic.

Seperti disebut di awal, ini adalah kali ketiga Fnatic merebut peringkat 1 ranking HLTV. Pertama kali Fnatic menjadi peringkat 1 dunia adalah saat sistem rank HLTV diperkenalkan untuk pertama kalinya pada Oktober 2015.

Fnatic berhasil mempertahankan peringkat tersebut selama tiga pekan, namun setelahnya mereka disalip oleh Team Solomid, yang ketika itu bertanding dengan roster Astralis saat ini. Tim asal Swedia ini akhirnya berhasil menyalip kembali, dan menduduki pemuncak klasemen sebelum akhir tahun 2015.

Ketika itu, mereka berhasil mempertahankan peringkat 1 selama empat bulan, sampai akhirnya NAVI merebut itu di tahun 2016. Dengan pergeseran peringkat ini, Astralis kini menjadi tim terbaik dunia ketiga. Ini adalah peringkat terendah yang pernah diterima tim asal Denmark tersebut, sejak September 2019, setelah memenangkan StarLadder Berlin Major.

Sumber: ESL Official Media
Sumber: ESL Official Media

Turnamen berikut yang bisa kembali menggoyang peringkat ini adalah ESL One: Road to Rio regional Eropa dan Amerika Utara yang sudah berjalan. HLTV mengatakan, walau ini diselenggarakan secara online, namun memenangkan kompetisi tersebut tetap dianggap sebagai sebuah pencapaian untuk menggambarkan skena kompetitif CS:GO yang berubah karena situasi pandemi COVID-19.

Fnatic saat ini terbilang cukup terpuruk pada pertandingan yang sudah dimulai sejak 22 April 2020 kemarin tersebut. Bertanding di grup A bersama 7 tim lainnya, Fnatic kini berada di peringkat 6 dengan perolehan menang-kalah 1-2.

Peringkat satu grup A sementara ini diduduki oleh Ninja in Pyjamans dengan perolehan menang-kalah 3-0. Lalu di grup B ada FaZe Clan, yang juga mendominasi pertandingan sejauh ini dengan perolehan menang-kalah 3-0.

Melihat keadaan ini, akankah Fnatic bisa terus mempertahankan peringkat 1 dunia ranking HLTV?

North Perpanjang Kerja Sama dengan EPOS

Organisasi esports asal Denmark, North Esports memperpanjang kerja sama mereka dengan EPOS (Enterprise Solutions and Gaming), perusahaan pembuat peralatan audio. Namun, tidak diketahui berapa nilai dari kerja sama ini.

“Kami senang karena kami dapat memperpanjang kerja sama dengan EPOS,” kata CEO North, Christopher Håkonsson dalam pernyataan resmi, menurut laporan Esports Insider. “Peralatan audio yang berkualitas adalah salah satu faktor paling penting dalam pertandingan esports, tak peduli apa game yang dimainkan. Dengan EPOS, kami memastikan bahwa atlet esports kami yang berlaga di Counter-Strike: Global Offensive, FIFA, dan Apex Legends dilengkapi dengan headset paling canggih.”

North epos
Tim CS:GO North. | Sumber: Liquipedia

Melalui kerja sama ini, para pemain North akan menggunakan headset EPOS sepanjang pertandingan. Selain itu, merek EPOS juga akan tampil di jersey pemain North ketika mereka bertanding di ESL Pro League untuk CS:GO. Kerja sama antara EPOS dan North juga mencakup pembuatan konten untuk media sosial. Mereka akan membuat konten berjudul “Hear the Comms”, yang memungkinkan para fans North untuk mendengarkan komunikasi antara para pemain ketika pertandingan berlangsung.

“Jelas EPOS ingin bekerja sama dengan North, mengingat mereka adalah organisasi esports ternama asal kawasan Nordik. Fokus mereka pada performa dan sikap profesionalisme menjadikan mereka rekan yang tepat untuk kami,” ujar Andreas Jessen, Senior Director of Prodcut Management and Marketing, Gaming, EPOS. “Kami memiliki dedikasi untuk membuat peralatan audio premium. Dan dengan kerja sama dengan North, kami akan dapat merealisasikan rencana kami untuk masuk ke dunia gaming profesional.”

EPOS adalah perusahaan yang lahir hasil kerja sama antara Demant A/S dan Sennheiser dengan tujuan untuk membuat headset gaming, menurut laporan The Esports Observer. Namun, pada awal 2020, kerja sama tersebut berakhir dan EPOS menjadi perusahaan mandiri. EPOS kini bertanggung jawab untuk membuat dan menjual headset Sennheiser yang ditujukan untuk industri gaming dan enterprise.

Esports kini menjadi semakin digemari, khususnya di kalangan generasi muda. Karena itu, semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk menjalin kerja sama dengan organisasi esports, baik merek yang memang ada kaitan langsung dengan dunia game atau esports maupun merek non-endemik yang tak memiliki kaitan langsung di esports.

ESL One Rio Major Ditunda ke November, Total Hadiah Jadi Rp33 Miliar

ESL mengumumkan bahwa penyelenggaraan ESL One Rio Major ditunda. Turnamen Major Counter-Strike: Global Offensive tersebut seharusnya diadakan pada bulan Mei 2020. Namun, karena virus Corona, ESL dan Valve memutuskan untuk menundanya ke November. Biasanya, CS:GO memiliki dua turnamen Major setiap tahunnya. Masing-masing turnamen Major menawarkan hadiah sebesar US$1 juta (sekitar Rp16,4 miliar). Kali ini, total hadiah dari turnamen Major pada Mei akan ditambahkan untuk ESL One Rio, membuat total hadiah turnamen tersebut mencapai US$2 juta (sekitar Rp33 miliar).

“Ini adalah keputusan sangat sulit yang harus kami ambil, tapi kesehatan dan keamanan semua orang adalah prioritas pertama kami,” kata Ulrich Schulze, Senior Vice President of Product, ESL, seperti dikutip dari Inven Global. “Mengingat mengadakan turnamen offline saat ini sangat sulit, kami ingin memastikan turnamen CS:GO Major yang kami adakan tetap dapat memuaskan para fans di Brasil. Kami meminta agar semua orang tetap melindungi diri. Kami senang karena kami tetap dapat membuat konten esports CS:GO yang berkualitas di saat-saat sulit seperti sekarang. Sementara itu, kami akan terus mempersiapkan penyelenggaraan turnamen Rio Major di November.”

Ini adalah kali pertama ekosistem esports CS:GO hanya mengadakan satu turnamen Major sejak 2013. Namun, ini juga menjadikan Rio Major sebagai turnamen CS:GO dengan total hadiah terbesar. Sebelumnya, rekor tersebut dipegang oleh WESG 2016, yang menawarkan total hadiah sebesar US$1,5 juta. ESL menyebutkan, orang yang telah membeli tiket untuk Rio Major pada Mei tetap bisa menggunakannya untuk menonton secara langsung di Jeunesse Arena secara langsung pada November. Meskipun begitu, ESL juga menawarkan uang kembali jika pembeli ingin mengembalikan tiketnya.

Sementara itu, beberapa tim yang telah lolos kualifikasi Rio Major — seperti Complexity dan OG — harus kembali melalui proses kualifikasi. Namun, belum diketahui apakah ESL akan menggunakan sistem kualifikasi yang sama dengan sebelum ini atau sama sekali berbeda. “Kualifikasi dan undangan untuk Rio Major pada November harus dipertimbangkan kembali,” kata Michal Blicharz, Vice President of Pro Gaming, ESL, menurut laporan Win.gg. “Saat ini, belum ada informasi tentang tim yang telah lolos kualifikasi atau bagaimana sistem kualifikasi akan dijalankan. Jawaban dari pertanyaan tersebut tengah dipertimbangkan oleh Valve dan ESL.”

Rio Major bukan satu-satunya turnamen esports yang mengalami masalah karena virus Corona. Ada beberapa turnamen lain yang harus ditunda atau bahkan dibatalkan, seperti WESG 2019 Asia Pacific. Sementara IEM Katowice 2020 harus diselenggarakan tanpa penonton.

Pecahkan Rekor, Jumlah Pengguna Steam Capai 22 Juta Orang

Minggu lalu, Steam memecahkan rekor jumlah concurrent users. Jumlah pemain yang menggunakan Steam secara bersamaan mencapai 20 juta orang. Pada akhir pekan lalu, angka ini naik 10 persen. Sekarang, rekor jumlah concurrent users Steam mencapai 22.678.529 orang. Meskipun begitu, tidak semua orang yang menggunakan Steam ini aktif bermain game. Menurut Tweak Town, hanya sekitar 33 persen pengguna Steam yang sedang bermain game, sementara sisanya melakukan hal lain seperti membeli game atau menjelajah marketplacePC Gamer melaporkan, kenaikan jumlah pemain Steam ini terjadi pada sekitar pukul 15.00 GMT, atau sekitar pukul 07.00 WIB.

Beberapa game yang paling populer di kalangan pengguna Steam antara lainCounter-Strike: Global Offensive dan Dota 2. Beberapa bulan belakangan, jumlah pemain CS:GO memang menunjukkan tren naik. Belum lama ini, CS:GO juga memecahkan rekor jumlah concurrent players, mencapai satu juta orang. Sementara itu, jumlah pemain Dota 2 juta mulai kembali naik. Selain dua game gratis tersebut, beberapa game lain yang menjadi favorit para pengguna Steam adalah Football Manager 2020 dan Rainbow Six Siege.

Analis industri game, Daniel Ahmad mengatakan, jumlah concurrent users Steam pertama kali menembus angka 18,5 juta orang pada Januari 2018. Ketika itu, game yang mendorong kenaikan jumlah pengguna Steam adalah PUBG, yang memang sedang menjadi primadona saat itu. Pada Februari 2020, jumlah pengguna Steam kembali mencapai angka 18 jutaan karena Tiongkok dan beberapa negara di dunia mulai melakukan lockdown dalam rangka meminimalisir penyebaran virus Corona. Pada awal Februari 2020, jumlah concurrent users Steam menembus angka 18,8 juta orang. Jumlah pengguna Steam pada 9 Februari 2020 mencapai 19 juta. Dan angka itu masih terus naik.

Pada Maret 2020, jumlah concurrent users Steam menembus 20 juta orang untuk pertama kalinya, lapor Dot Esports. Dua hari lalu, jumlah pengguna Steam mencapai 21 juta orang. Ini tidak aneh, mengingat semakin banyak negara yang memutuskan untuk melakukan lockdown atau menghimbau warganya untuk tidak keluar dari rumah. Selain karena lockdown, alasan lain mengapa jumlah pengguna Steam meroket adalah karena peluncuran Doom Eternal.

Telia Dapatkan Hak Siar untuk ESL Pro Tour di Finlandia

Telia telah mendapatkan hak siar atas ESL dan DreamHack di rangkaian acara ESL Pro Tour CS:GO. Telia adalah perusahaan telekomunikasi asal Finlandia yang sudah berpengalaman untuk menjalankan turnamen esports. Telia akan mulai menyiarkan pertandingan ESL Pro Tour pada bulan Maret ini. Ada lebih dari 20 turnamen yang masuk dalam rangkaian acara ESL Pro Tour. Nantinya, Telia akan menyediakan komentator berbahasa Finlandia di MTV, C More, Telia TV dan Twitch.

CEO dari DreamHack yaitu Marcus Lindmark berkata, “komunitas CS:GO di Finlandia adalah salah satu komunitas yang paling berdedikasi di dunia. Yang tentunya akan sangat menarik untuk membawa mereka lebih dekat dengan tim-tim favorit mereka karena Telia akan menyiarkan ESL Pro Tour.”

Kerja sama antara Telia dan ESL memang datang di waktu yang sangat berdekatan dengan dimulainya ESL Pro Tour. Tetapi, region specific broadcasting seperti ini seharusnya sudah mulai bermunculan. Karena hal ini akan mendekatkan para penggemar esports di suatu negara dengan acara esports favorit mereka. Dengan demikian, para sponsor juga bisa lebih spesifik untuk mengiklankan produk mereka. Tahun lalu, ESL juga membuka kerja sama region specific broadcast dengan TV 2 dari Denmark.

Chief Commercial Officer dari ESL yaitu Thomas Schmidt berkomentar “bersama dengan Telia, kami akan memberikan pertandingan esports terbaik yang dapat diakses dengan mudah oleh komunitas esports di Finlandia. Melalui layanan konten milik Telia, diharapkan dapat membantu esports masuk ke mainstream audience.”

ESL Pro Tour memberikan jalan bagi para pemain CS:GO untuk bertanding di ranah kompetitif papan atas. Pasalnya, ESL Pro Tour memiliki rangkaian turnamen terstruktur yang memungkinkan para tim tier 2 sekalipun untuk bertanding di panggung terbesar CS:GO. Dengan struktur ESL Pro Circuit yang mudah untuk dipahami, para penggemar seharusnya tidak sulit untuk mengikuti perjalanan tim favorit mereka.

Pembagian grup Liga Franchise CS:GO, FLASHPOINT Season 1

Sebagai liga franchise CS:GO pertama, tak heran jika FLASHPOINT ingin agar gelaran ini bisa memberikan dampak yang maksimal. Dimulai bulan Maret 2020 ini, FLASHPOINT akhirnya sudah mengungkap pembagian grup dari 12 tim peserta yang bertanding di dalamnya.

Tim peserta tersebut dibagi ke dalam tiga grup, dengan masing-masing grup berisikan 4 tim. Mengutip dari hltv.org, Pembagian grup dilakukan berdasarkan dari rank milik HLTV. Maka dari itu sebagai awalan tim MAD Lions, FunPlus Phoenix, dan Gen.G yang merupakan peserta FLASHPOINT dengan rank tertinggi di hltv, dipisah ke dalam tiga grup. Setelah itu masing masing kapten yaitu Lucas Andersen (Bubzkji – MAD Lions), Casper Moller (cadiaN – FunPlus Phoenix), dan Sam Oh (s0m – Gen.G) mendapatkan hak untuk memilih lawan mereka di ronde pertama.

Pertandingan selama babak Regular Season FLASHPOINT menggunakan format tiga kali double-elimination. Jadi masing-masing grup akan bertanding dalam format bracket, dengan pembagian poin ditentukan dari posisi finish masing-masing tim. Peringkat satu mendapat 75 poin, peringkat dua mendapat 50 poin, peringkat 3 mendapat 30 poin, dan peringkat 4 mendapat 15 poin.

Dengan ini, maka berikut pembagian grup FLASHPOINT Season 1.

Group A

  • MAD Lions
  • HAVU
  • Copenhagen Flames
  • c0ntact

Group B

  • Gen.G
  • Envy
  • Chaos
  • MIBR

Group C

  • FunPlus Phoenix
  • Cloud9
  • Orgless
  • Dignitas

Laga perdana FLASHPOINT Season 1 dimulai dari 13 Maret 2020. Semua pertandingan dilakukan secara best-of-3. Nantinya, jika setelah satu kali pertandingan double-elimination telah usai dilakukan, para tim akan memulai kembali pemilihan anggota grup yang dilakukan dengan prosedur yang sama. Pertandingan sendiri akan disiarkan di Twitch dan Youtube.

FLASHPOINT merupakan liga franchise CS:GO pertama dengan biaya investasi sebesar US$2 juta (sekitar Rp29 miliar). Mempertandingkan 12 tim peserta, 10 tim dalam FLASHPOINT merupakan investor dari slot franchise, sementara 2 peserta lainnya datang dari kualifikasi yang diselenggarakan secara terbuka.

Sumber: Twitter @flashpoint https://twitter.com/Flashpoint
12 tim yang menjadi peserta liga franchise CS:GO, FLASHPOINT. Sumber: Twitter @flashpoint

Kehadiran liga seperti ini tentu memberi warna baru kepada skena CS:GO internasional. Apalagi sebelumnya, model terbuka yang ada di dalam skena CS:GO juga sempat dikritisi Miller, co-CEO NRG. Mengutip dari Dexerto ia mengatakan bahwa gaji pemain di CS:GO terlalu mencekik. Setelahnya ia menambahkan “Kami ingin NRG hadir ada untuk waktu yang lama, dan model kompetisi CS seperti saat ini tidak akan membantu kamu untuk bisa mencapai hal tersebut.”

Apakah liga seperti FLASHPOINT dapat membantu skena kompetitif CS:GO bertahan lebih lama? Semoga saja ini menjadi percobaan sukses yang bisa menjadi panutan bagi model liga CS:GO lainnya di skena internasional.

Dampak Virus Corona Berlanjut: ESL Screening Pengunjung ESL Katowice. Penjualan Nintendo Turun 85%

Sejak awal kemunculannya, wabah virus Corona telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap berjalannya industri esports. Sampai saat ini, turnamen-turnamen di negara Tiongkok dan Korea Selatan terpaksa diundur sampai waktu yang belum ditentukan. Bahkan gelaran LPL di Tiongkok harus ditunda. LCK pun terpaksa tidak memperbolehkan pengunjung untuk datang ke studio guna menghindari penyebaran virus Corona. Virus Corona dikabarkan telah memasuki Eropa melalui Italia. Berbicara Eropa, ESL Katowice 2020 akan dimulai dalam waktu dekat. Apa yang dilakukan oleh ESL mengenai hal ini?

ESL Antisipasi virus Corona

ESL akhirnya memberlakukan peraturan yang harus dipatuhi oleh para pengunjung yang akan datang ke ESL Katowice 2020 guna mengurangi kemungkinan penyebaran virus Corona di Polandia. Para pengunjung diharuskan untuk melewati screening terlebih dahulu sebelum memasuki venue ESL Katowice. Screening ini bertujuan untuk mendeteksi suhu tubuh para pengunjung. Apabila kedapatan pengunjung yang memiliki suhu tubuh yang tinggi, pengunjung tersebut tidak diperbolehkan untuk memasuki venue acara. Pihak ESL telah bekerja sama dengan pemerintah Polandia dalam pengadaan tenaga medis dan pos sanitasi selama ESL Katowice 2020 berjalan. Bukan hanya untuk berjaga, tenaga medis yang ada akan mengedukasi para pengunjung mengenai kebersihan.

Sumber: Tubefilter
Sumber: Tubefilter

Selain pengunjung, pemain juga akan diminta untuk menyertakan surat keterangan sehat. Untuk memastikan kesehatan para pemain terutama mereka yang berasal dari negara yang positif terjangkit virus Corona. Pasalnya, Tyloo juga akan mengikuti ESL Katowice 2020 ini. Tindakan ESL ini memang harus dilakukan. Pasalnya, ESL Katowice akan menjadi tempat berkumpulnya ribuan orang. Risiko penyebaran virus Corona akan semakin besar.

Update: ESL Meniadakan penonton di tempat acara

 

Pada tanggal 28 Februari 2020, ESL mengumumkan pelarangan pengunjung untuk datang ke venue. Jaroslaw Wieczorek selaku Gubernur Silesia membatalkan izin acara ESL Katowice 2020 di detik-detik akhir. Hal ini akibat dari pemerintah Polandia yang sangat concern terhadap penyebaran virus Corona. Dengan demikian, pihak ESL mengabarkan bahwa mereka akan mengembalikan uang tiket yang sudah dibeli oleh para penonton.

Penjualan dan Produksi Nintendo Switch terkena dampak virus Corona

Sumber: CGMagazine
Sumber: CGMagazine

Penjualan Nintendo Switch dikabarkan mengalami penurunan yang signifikan. Pasalnya, Nintendo Switch hanya terjual 10.000 unit pada minggu ke-3 di bulan Februari 2020 ini. Sebelumnya, penjualan Nintendo Switch tidak pernah berada di bawah angka 70.000 unit setiap minggunya. Hal ini diakibatkan oleh produksi dan distribusi komponen Nintendo Switch di Tiongkok harus dikurangi sehingga juga berdampak pada proses produksi pabrik perakitan Nintendo di Vietnam. Dikarenakan penyebaran virus Corona yang sudah menyebar luas, Bloomberg memperkirakan akan terjadi kekurangan dalam ketersediaan Nintendo Switch di dunia.