Discord Luncurkan Fitur ala Clubhouse, LinkedIn Juga Garap Fitur Serupa

Daftar kompetitor Clubhouse terus bertambah. Bulan lalu, kita sudah melihat versi beta Twitter Spaces yang diluncurkan untuk platform Android. Kalau melihat status Clubhouse yang sampai sejauh ini masih bisa dibilang eksklusif (hanya tersedia di iOS, dan masih invite-only), sepertinya tren ini masih akan terus berlanjut.

Bahkan Discord pun sekarang juga punya fitur ala Clubhouse. Mereka menamaninya Stage Channel, dan ini berbeda dari fitur Voice Channel yang sudah menjadi ciri khas Discord selama ini. Kalau di Voice Channel semua orang bisa ikut berbicara, Stage Channel dirancang sebagai wadah agar beberapa orang tertentu bisa berbicara di hadapan sejumlah audiens.

Melihat premisnya, Stage Channel tentu sangat cocok untuk kegiatan-kegiatan spesifik seperti talk show atau AMA (Ask Me Anything). Itulah mengapa Stage Channel hanya tersedia pada Community Server saja, bukan pada server biasa yang dapat dibuat oleh siapapun bersama sejumlah temannya.

Saat bergabung pada suatu Stage Channel, kita sebagai pendengar akan otomatis di-mute mikrofonnya. Kalau kita ingin bertanya, kita bisa mengklik ‘mengangkat tangan’ dengan mengklik tombol bergambar tangan, dan dari situ moderator bisa meng-unmute mikrofon kita. Moderator juga berhak mendepak audiens dari Stage Channel seandainya mereka mengganggu jalannya kegiatan.

Fitur ini sekarang sudah tersedia di semua platform di mana Discord eksis, termasuk halnya via web app di browser. Namun ternyata bukan cuma Twitter dan Discord saja yang menyiapkan fitur khusus sebagai alternatif terhadap Clubhouse.

LinkedIn sedang garap fitur ala Clubhouse

Mockup fitur ala Clubhouse garapan LinkedIn / LinkedIn
Mockup fitur ala Clubhouse garapan LinkedIn / LinkedIn

Pada bulan Februari lalu, New York Times melaporkan bahwa Facebook sedang mengerjakan suatu produk audio chat untuk menyaingi Clubhouse. Sekarang, LinkedIn juga dikabarkan tengah menyiapkan hal serupa, dan mereka juga telah mengonfirmasinya sendiri kepada TechCrunch.

Gambar di atas adalah mockup dari tampilan antarmuka fitur ala Clubhouse yang sedang LinkedIn buat. Layout-nya tentu terasa familier untuk sebuah social audio experience, dengan daftar pembicara di atas, diikuti oleh daftar pendengar di bawah dan tombol-tombol pendukung, termasuk halnya tombol raise hand seperti yang Discord tawarkan tadi.

Yang bakal memberikan kesan berbeda adalah bagaimana semua ini akan terhubung dengan identitas profesional masing-masing pengguna. LinkedIn percaya bahwa ini bisa membantu memberikan rasa nyaman kepada pengguna, sehingga pada akhirnya sesi pun bisa terasa lebih engaging.

Di samping popularitas Clubhouse, alasan LinkedIn menggarap fitur ini juga berdasar pada permintaan komunitas penggunanya, yang selama ini mendambakan lebih banyak cara untuk berkomunikasi di LinkedIn. LinkedIn belum berani memastikan kapan fitur ini bakal tersedia untuk publik, akan tetapi fase pengujian beta-nya disebut akan segera dimulai.

Sumber: Discord dan TechCrunch.

Sony dan Microsoft Tawarkan Refund Cyberpunk 2077, Discord Dapat Investasi

Belum sebulan sejak Cyberpunk 2077 dirilis, muncul banyak protes tentang game itu, khususnya dari pemilik konsol lama, seperti PlayStation 4 dan Xbox One. Hal ini mendorong Sony dan Microsoft untuk menawarkan refund bagi orang-orang yang telah membeli game tersebut di PlayStation Store atau Microsoft Store. Selain itu, pada minggu lalu, Discord juga baru saja mendapatkan investasi.

Sony Tarik Cyberpunk 2077 dari PlayStation 4, Tawarkan Refund

Sony Interactive Entertainment menarik Cyberpunk 2077 dari PlayStation Store. Mereka mengumumkan hal ini melalui situs PlayStation. Walau mereka tidak menjelaskan alasan mereka, banyak orang menduga, Sony melakukan hal itu karena banyak pemain PlayStation 4 yang memprotes performa dari game tersebut.

refund cyberpunk 2077
Cyberpunk 2077 akhirnya ditarik oleh Sony karena banyak protes dari pemain.

“SIE ingin memastikan pelanggan kami puas. Karena itu, kami menawarkan refund untuk semua pemain yang telah membeli Cyberpunk 2077 melalui PlayStation Store,” kata Sony, seperti dikutip dari GamesIndustry. “SIE juga akan menarik Cyberpunk 2077 dari PlayStation Store untuk saat ini.”

Microsoft Tawarkan Refund untuk Cyberpunk 2077

Sony bukan satu-satunya pihak yang memutuskan untuk menawarkan refund. Tak lama setelah Sony membuat pengumuman tentang penarikan Cyberpunk 2077, Microsoft mengumumkan, mereka akan menawarkan refund untuk Cyberpunk 2077 yang dibeli melalui Microsoft Store.

“Kami tahu bahwa para developer di CD Projekt Red telah bekerja keras untuk merilis Cyberpunk di tengah keadaan yang sulit,” kata juru bicara Microsoft dalam pernyataan resmi pada GamesIndustry. “Namun, kami juga sadar bahwa sejumlah pemain merasa tidak puas dengan performa game ini ketika mereka bermain di konsol lama.”

Lebih lanjut, dia berkata, “Sampai saat ini, kami telah memberikan refund pada sebagian besar pelanggan yang memang ingin uang mereka kembali. Untuk memastikan bahwa semua orang bisa mendapatkan pengalaman bermain yang memuaskan di Xbox, kami menawarkan refund penuh untuk semua orang yang telah membeli Cyberpunk 2077 melalui Microsoft Store.”

Discord Dapat Investasi US$100 Juta

Sementara itu, ada kabar baik untuk Discord. Platform chatting itu baru saja mendapatkan kucuran dana sebesar US$100 juta. Dengan ini, valuasi Discord mencapai US$7 miliar. Dalam waktu enam bulan, valuasi Discord sebagai perusahaan naik dua kali lipat. Tidak heran, mengingat jumlah pengguna Discord juga terus bertambah. Saat ini, jumlah pengguna Discord mencapai 140 juta orang.

Investasi ini merupakan bagian dari pendanaan ronde H untuk Discord. Ronde pendanaan ini dipimpin oleh perusahana investasi Greenoaks Capital. Perusahaan lain yang ikut menanamkan modal kali ini adalah perusahaan venture capital, Index Ventures, lapor GamesIndustry.

Total Jam Ditonton Twitch Pada November Capai 1,7 Miliar Jam

Pada November 2020, total hours watched di Twitch mencapai 1,7 miliar jam, menurut data dari Stream Elements. Angka ini naik sedikit jika dibandingkan dengan total hours watched pada Oktober 2020. Saat ini, Just Chatting menjadi kategori paling populer. Pada November 2020, total hours watched dari kategori itu mencapai 228 juta jam, naik 246% dari tahun lalu.

Just Chatting jadi kategori paling populer di Twitch saat ini. | Sumber: The Esports Observer
Just Chatting jadi kategori paling populer di Twitch saat ini. | Sumber: The Esports Observer

Sampai saat ini, gaming memang masih jadi konten utama Twitch. Namun, platform streaming game milik Amazon itu juga berusaha untuk memperkaya konten mereka. Pada Juli 2020 lalu, mereka membuat kategori khusus untuk olahraga tradisional, seperti sepak bola. Selain itu, Twitch juga mempromosikan konten untuk perempuan, seperti kosmetik.

“Sebanyak 40 persen audiens gaming merupakan perempuan,” kata CEO StreamElements, Doron Nir, lapor VentureBeat. “Hal itu berarti, merek kosmetik akan tertarik untuk masuk ke platform livestreaming. Dalam 12 bulan belakangan, kami melihat, total hours watched kategori kecantikan di Twitch naik 260%. Beberapa merek kosmetik, seperti L’Oréal, MAC, Em, Hero, dan e.l.f. juga telah membuat kolaborasi di platform streaming game.”

Discord Luncurkan Fitur Mobile Screen Sharing

Di tengah masa pandemi seperti sekarang, Discord mungkin bisa dibilang merupakan alternatif tempat nongkrong yang lebih ideal daripada Zoom, Google Meet, maupun layanan video conference lainnya. Alasannya, kalau menurut saya pribadi, terletak pada fitur voice channel milik Discord, yang memungkinkan semua orang (yang terhubung dalam server), untuk bergabung atau keluar kapan saja mereka mau.

Sesuai namanya, voice channel hanya bisa mewadah interaksi audio saja. Namun pengguna juga bisa melakukan screen sharing di saat dibutuhkan. Kabar baiknya, fitur screen sharing Discord ini sekarang juga bisa dilakukan via aplikasi mobile-nya. Sebelum ini, pengguna wajib mengakses Discord dari PC atau laptop untuk bisa melakukan screen sharing.

Saat fitur mobile screen sharing ini diaktifkan, seluruh tampilan layar smartphone akan direkam sekaligus disiarkan secara real-time ke semua pengguna yang berada di dalam voice channel yang sama. Maka dari itu, mungkin akan lebih bijak jika Anda mengaktifkan fitur Do Not Disturb terlebih dulu sebelum melakukan screen sharing demi mencegah munculnya notifikasi di tengah sesi screen sharing.

Discord mobile screen sharing

Jadi ketimbang membagikan tautan video YouTube ke teman-teman di satu grup WhatsApp, Anda tinggal menontonnya dan menyiarkannya di Discord, lalu teman-teman Anda bisa langsung bergabung dan ikut menonton bersama-sama. Pamer sesi chicken dinner di PUBG Mobile juga tentu bakal lebih mudah dilakukan berkat fitur mobile screen sharing ini.

Yang tidak bisa adalah menonton Netflix bersama, sebab aplikasi Netflix memang tidak memperkenankan fitur screen recording sama sekali. Fitur ini tak hanya berguna untuk keperluan hiburan saja; Anda bisa juga membuka aplikasi augmented reality, menempatkan sebuah furnitur virtual di satu ruangan, lalu menanyakan pendapat teman Anda yang sehari-harinya bekerja sebagai desainer interior.

Dalam satu kesempatan, sesi mobile screen sharing ini dapat ditonton oleh 50 orang sekaligus, dan Discord tidak membatasi berapa banyak orang yang dapat melakukan screen sharing di dalam satu channel yang sama. Fitur ini kabarnya sudah diuji selama beberapa bulan, dan Discord memastikan bahwa sesi screen sharing bisa berjalan di frame rate yang tinggi sekaligus latency yang minimal.

Fitur mobile screen sharing ini sedang diluncurkan secara bertahap ke aplikasi Discord di Android sekaligus iOS, akan tetapi dukungan versi tablet-nya baru akan menyusul ke depannya.

Sumber: TechCrunch dan Engadget.

Slack Sedang Bereksperimen dengan Fitur Story ala Instagram dan Voice Channel ala Discord

Di titik ini, tidak berlebihan menganggap Slack sebagai platform komunikasi kepercayaan jutaan profesional di dunia, apalagi setelah mengetahui visi mereka yang ingin menjembatani komunikasi antar organisasi yang berbeda. Namun fakta tersebut rupanya tidak sedikit pun mencegah ketertarikan Slack untuk bereksperimen dengan fitur-fitur baru.

Dua yang paling gres baru saja adalah Video Stories dan Anytime Audio. Sesuai tebakan, fitur Video Stories ini benar-benar terinspirasi oleh fitur Stories yang ada di Instagram maupun sejumlah media sosial lainnya. Mungkin dalam hati Anda langsung bertanya-tanya, “Untuk apa harus berbagi story dengan rekan-rekan kerja, dan dalam konteks pekerjaan?”

Menurut Slack, ide di balik Video Stories adalah bagaimana metode asynchronous bisa memfasilitasi kolaborasi secara lebih fleksibel. Jadi kalau memang ada update dari tim tertentu yang ingin disampaikan, pesannya bisa langsung diunggah dalam bentuk video pendek (story) ketimbang harus menunggu sesi video conference massal selanjutnya.

Harapannya adalah masing-masing tim dapat memanfaatkan waktu secara lebih efisien. Tentu saja story di Slack tidak otomatis hilang begitu saja setelah 24 jam, dan filter aneh-aneh juga sama sekali belum ditemukan, setidaknya untuk sekarang.

Slack Anytime Audio

Lanjut ke Anytime Audio, saat mendengarkan penjelasannya, saya langsung teringat dengan fitur andalan Discord. Dengan Anytime Audio, kita bisa menciptakan channel khusus untuk percakapan lisan (audio-only) yang bisa dimasuki kapan saja diperlukan secara spontan. Kalau Anda pernah merasakan berada di sebuah voice channel di suatu server Discord, saya yakin Anda paham maksud saya bagaimana.

Menurut saya cukup lucu melihat Slack menerapkan fitur ini, sebab dari awal Discord kerap disebut-sebut sebagai “Slack-nya para gamer“, dan sekarang gantian Slack yang belajar dari Discord. Bicara soal Discord, kita juga tidak boleh lupa bahwa platform tersebut sekarang sudah pindah haluan dan tak lagi mau dicap gamer-centric.

Perlu dicatat, baik Video Stories maupun Anytime Audio sifatnya masih eksperimental dan belum dirilis ke publik. Slack sejauh ini juga belum berani memastikan apakah keduanya bakal terus dikembangkan sampai ke tahap final.

Sumber: Engadget dan Slack.

Discord Resmi Tinggalkan Image-nya Sebagai Platform Komunikasi untuk Gamer

Mengawali kiprahnya sebagai alternatif aplikasi VoIP yang ideal untuk dipakai selagi bermain game, Discord telah berevolusi menjadi media sosialnya para gamer. Asosiasi Discord dengan gaming juga sangat kuat karena pengembangnya sendiri memulai kariernya sebagai game developer.

Discord juga kerap dianggap sebagai Slack-nya dunia gaming. Namun belakangan penggunaan Discord di luar konteks gaming juga kian meningkat, utamanya sejak pandemi COVID-19 melanda. Di Perancis misalnya, Discord dipilih menjadi medium utama untuk melangsungkan kegiatan belajar-mengajar dari rumah setelah platform yang disiapkan oleh pemerintah setempat gagal memenuhi kebutuhan.

Alhasil menyebut Discord sebagai platform komunikasi untuk komunitas gaming di titik ini terkesan sudah tidak relevan. Discord terbukti banyak digunakan di luar lingkup gaming. Kalau institusi pendidikan di Perancis saja bisa menggunakannya untuk distance learning, tentunya Discord juga dapat dipakai oleh klub buku, komunitas penggemar bonsai, maupun kelompok-kelompok sosial lainnya.

Discord sendiri menyadari akan hal itu, dan setelah mendengar banyak masukan dari komunitas penggunanya, mereka memutuskan untuk mengambil tindakan. Berbekal pendanaan baru senilai $100 juta, salah satu agenda terdekat Discord adalah ‘melunturkan’ image gaming yang melekat padanya. Kalau Anda membuka situs Discord sekarang, Anda akan disambut oleh tampilan baru yang tidak se-gaming dulu, plus slogan anyar “Your place to talk”.

Sejumlah lelucon yang ditanamkan ke aplikasi Discord juga sudah diubah agar tidak terlalu menjurus ke arah gaming dan mudah dipahami oleh semua penggunanya. Agenda lainnya adalah meningkatkan kapasitas fitur voice chat dan video chat-nya hingga 200%. Ini penting mengingat pertumbuhan pengguna Discord terbilang luar biasa meski umurnya baru lima tahun.

Catatan internal Discord menunjukkan bahwa mereka sekarang punya lebih dari 100 juta pengguna aktif setiap bulannya. Dalam sehari, total durasi percakapan yang dihabiskan pengguna Discord mencapai 4 miliar menit, dan itu semua tersebar pada 6,7 juta server yang aktif.

Jadi ketimbang menganggap Discord sebagai Slack-nya para gamer, sekarang mungkin akan terasa lebih tepat jika kita menyebutnya Slack untuk percakapan sehari-hari. Berhubung lingkup penggunanya kini sudah meluas (secara resmi), Discord turut memastikan bahwa kebijakan privasi maupun informasi lain yang berkaitan dengan keamanan penggunanya dapat diakses dengan mudah melalui laman Safety Center.

Sumber: TechCrunch dan Discord.

Discord Luncurkan Fitur untuk Mengeliminasi Suara Sekitar yang Mengganggu

Ada saja kendala selama bekerja/belajar dari rumah. Yang paling umum biasanya adalah perkara koneksi internet, tapi yang tidak kalah mengganggu sebenarnya adalah kebisingan di sekitar, terutama saat kita sedang dalam sesi video conference atau sebatas menelepon.

Entah itu suara seseorang membanting pintu, suara vacuum cleaner atau pengering rambut, suara anak kecil menangis, ada banyak faktor yang menjadikan rumah sendiri kurang ideal untuk bekerja atau belajar. Namun apa daya, kita harus tetap melaksanakannya sampai pandemi benar-benar berakhir.

Sebagai platform komunikasi yang popularitasnya membeludak belakangan ini, Discord mencoba menawarkan solusi dalam bentuk fitur Noise Suppression. Fitur ini Discord kembangkan bersama Krisp, startup ahli di bidang noise cancelling, yang teknologinya dapat diintegrasikan ke banyak platform.

Discord Noise Suppression

Di Discord versi desktop, fitur Noise Suppression ini sudah tersedia meski masih berstatus beta (versi mobile-nya akan menyusul). Untuk mengaktifkannya, pengguna bisa masuk ke menu App Settings, lalu pilih opsi “Voice and Video” > “Advanced” > “Noise Suppression”.

Setelah diaktifkan, suara-suara di sekitar pengguna seperti suara vacuum cleaner itu tadi akan langsung dieliminasi, sehingga yang terdengar oleh lawan bicara hanyalah suara sang pengguna itu sendiri.

Discord bilang fitur ini paling efektif ketika di sekitar ada banyak suara yang bukan berasal dari manusia. Kalau memang sekitar pengguna sudah cukup hening, matikan saja fitur ini. Faktor lain, seperti misalnya mikrofon yang dipakai, tentu tetap memegang peran yang lebih penting.

Sumber: Digital Trends dan Discord.

Discord Sempurnakan Fitur Live Streaming-nya Seiring Virus Corona Kian Mewabah

Belum lama ini, Google memutuskan untuk menggratiskan fitur-fitur berbayar Hangouts Meet sebagai dampak dari melonjaknya pemakaian layanan video conference tersebut semenjak virus corona mulai mewabah. Namun ternyata Hangouts bukan satu-satunya layanan yang semakin banyak digunakan pasca penyebaran wabah ini.

Adalah Discord yang juga melihat peningkatan jumlah pengguna secara cukup drastis. Discord memang diciptakan sebagai platform komunikasi di komunitas gaming, tapi pada praktiknya banyak juga pihak yang memanfaatkannya di luar konteks gaming, tidak terkecuali institusi pendidikan, yang melangsungkan kegiatan belajar-mengajarnya via fitur live streaming Discord.

Fitur bernama Go Live ini sebenarnya cukup terbatas, karena jumlah penonton di tiap sesi tidak bisa lebih dari 10 orang. Namun sebagai bentuk kepedulian Discord, mereka telah menambahkan kuota maksimal penonton menjadi 50 orang per sesi. Discord belum memastikan sampai kapan perubahan ini bakal mereka terapkan.

Yang disiarkan tidak harus sesi gaming, tapi bisa juga sesi mengajar / Discord
Yang disiarkan tidak harus sesi gaming, tapi bisa juga sesi mengajar / Discord

Sebagai informasi, Go Live merupakan fitur yang dapat diakses secara cuma-cuma oleh semua pengguna Discord – versi premiumnya hanya membuka opsi live streaming dengan resolusi di atas 720p. Siapapun bisa memulai sesi live streaming di laptop atau PC, lalu sisanya bisa menonton di perangkat desktop maupun mobile. Selagi tergabung, penonton bisa saling berinteraksi secara lisan (audio only).

Discord tidak lupa mengingatkan agar pengguna bisa maklum seandainya ada kendala teknis di server mereka seiring meningkatnya pemakaian fitur Go Live. Jadi jangan heran seandainya sesi live streaming tiba-tiba macet selama beberapa bulan ke depan.

Sumber: Discord dan Polygon.

Discord Tak Segan Menghapus Fitur yang Kurang Berguna Demi Menjaga Platform-nya Tetap Ringan

Sejak dirilis di tahun 2015, Discord sudah berevolusi menjadi lebih dari sebatas software voice chat-nya para gamer. Berbagai fitur baru Discord kembangkan hingga akhirnya menjadi platform yang matang; sejak 2018, mereka bahkan sudah resmi berjualan game layaknya Steam.

Masalahnya, tidak semua fitur baru itu berguna. Discord sendiri sadar akan hal ini, dan mereka pun memutuskan untuk ‘bersih-bersih’ demi menjaga platform-nya tetap ringan, serta tidak mengganggu fungsi utamanya sebagai medium chatting lisan maupun tulisan.

Dampak dari keputusan ini adalah, Discord telah menghapus fitur Activity Feed dan Library. Discord menjelaskan bahwa Activity Feed terkesan sia-sia semenjak mereka merilis fitur Channel Following. Keduanya sama-sama dirancang supaya pengguna bisa mengikuti kabar game terbaru. Bedanya, Channel Following jauh lebih berguna karena dapat dikustomisasi.

Untuk Library, penghapusannya didasari oleh masukan dari banyak pengguna yang merasa fitur ini tidak terlalu berguna. Pasalnya, walaupun kita membeli game dari Discord Store, game-nya tetap bisa diakses tanpa harus melalui Discord. Maka dari itu, fitur ini jelas semakin terkesan sia-sia buat mereka yang memilih Steam atau Epic Games Store sebagai toko langganannya.

Kalau Anda masih melihat tab Library di aplikasi Discord, Anda bisa menonaktifkannya melalui menu Appearances di dalam User Settings. Ke depannya, jangan kaget semisal Discord mengeliminasi fitur-fitur lain yang kurang berguna dan malah membebani platform-nya.

Sumber: SlashGear dan Discord.

Dapat Investasi, Game.tv Bakal Mudahkan Komunitas Buat Turnamen Amatir di Discord, Facebook, dan Twitter

Di tengah perkembangan pesat esports, semua mata tertuju pada para tim dan pemain superstar yang berlaga di turnamen level dunia. Namun, Rosen Sharma, CEO BlueStacks — software yang memungkinkan Anda untuk menjalankan aplikasi Android di komputer — percaya bahwa turnamen esports di tingkat grassroot penting. Karena itu, pada 2018, dia mendirikan Game.tv yang mengembangkan Tourney, platform turnamen esports untuk game mobile.

Berbeda dari kebanyakan platform turnamen esports lainnya, Tourney tidak memiliki aplikasi sendiri. Sebagai gantinya, platform ini diintegrasikan di media sosial dan aplikasi chatting seperti Facebook, Twitter, dan Discord. Dengan begitu, komunitas dapat mengakses dan menggunakan Tourney dengan lebih mudah. Game.tv mengatakan, Tourney kini telah digunakan oleh ratusan streamer untuk mengadakan turnamen di kalangan para fans mereka. Selain itu, Tourney juga digunakan oleh komunitas game, seperti komunitas dari Animal Tower Battle yang aktif di Discord. Mereka menggunakan Tourney untuk menyelenggarakan turnamen setiap minggu.

“Kami menggunakan Discord seperti pemain basket menggunakan lapangan basket untuk bermain,” kata Yuriy Yaroyov, Vice President of Growth Marketing, Game.tv, seperti dikutip dari VentureBeat. Game.tv tadinya menjadi bagian dari BlueStack. Namun, melihat tingginya minat para pengguna, sekarang mereka telah menjadi perusahaan mandiri dengan markas di California, Amerika Serikat.

“Kami melihat adanya potensi besar untuk pengadaan turnamen esports seiring tumbuhnya komunitas. Jadi, kami membuat perusahaan terpisah,” kata Yaroyov. Setiap hari, Tourney digunakan untuk menyelenggarakan sekitar 300 turnamen. Dan angka ini masih terus naik. “Kami fokus pada esports secara global dan mengembangkan pondasi untuk komunitas esports dan pemain amatir.”

Sumber: VentureBeat
Sumber: VentureBeat

Yaroyov menambahkan, sekarang, komunitas esports sangat fokus pada para pemain profesional yang berlaga di turnamen bergengsi seperti The International atau League of Legends World Championship. “Tidak ada orang yang mempertanyakan bagaimana para pemain itu bisa menjadi profesional. Kami berusaha untuk membangun jalan ke sana. Kami menghilangkan halangan yang ada,” ujarnya. Memang, berbeda dengan olahraga tradisional yang sudah memiliki struktur yang jelas untuk mengembangkan atlet amatir menjadi atlet profesional, esports belum memiliki struktur yang jelas.

Game.tv baru saja mendapatkan kucuran dana sebesar US$25 juta. Pengumpulan dana kali ini dipimpin oleh Intel Capital. Arun Chetty, Managing Director, Intel Capital berkata, “Ketika platform milik Game.tv menembus 10 ribu turnamen dalam waktu singkat, kami merasa bahwa ini memiliki potensi besar. Sebagai pendukung dari esports dan teknologi baru, Intel selalu mencari cara untuk meningkatkan adopsi esports. Kami percaya, Game.tv memiliki visi dan teknologi yang unik. Dan dengan pedanaan ini, mereka akan bisa memberikan kontribusi besar untuk pasar esports.”

Dana ini akan digunakan untuk mengembangkan Tourney. Dengan investasi ini, keberadaan bot Discord, dan aplikasi web, Game.tv berharap mereka akan bisa terus mengembangkan komunitas gaming mereka melalui sponsorship untuk turnamen dan plugin ekstra lainnya.

Discord Berhenti Tawarkan Koleksi Game Gratis untuk Pelanggan Nitro

Xbox Game Pass, EA Access, Uplay+, Google Play Pass dan Apple Arcade, semuanya merupakan layanan gaming subscription dari nama-nama besar di industri. Eksistensi layanan-layanan ini rupanya membuat Discord berpikir keras mengenai masa depan layanan subscription-nya sendiri.

Discord, seperti yang kita tahu, memiliki layanan bernama Nitro yang bisa didapat dengan biaya berlangganan sebesar $10 per bulan. Secara spesifik, Nitro memang bukanlah gaming subscription, melainkan hanya sebatas akses untuk membuka sejumlah fitur premium di Slack-nya kalangan gamer tersebut.

Meski demikian, tahun lalu Discord mencoba menghadirkan deretan game gratis bagi para pelanggan Nitro, bersamaan dengan dilancarkannya invasi mereka terhadap Steam. Sebagian besar game-nya merupakan game indie dan judul-judul lawas yang populer, dan ini semua dapat dimainkan secara cuma-cuma khusus buat mereka yang berlangganan Nitro.

Sayangnya per tanggal 15 Oktober nanti, koleksi game gratis buat para pelanggan Nitro tersebut akan sirna. Berdasarkan hasil survei Discord, rupanya sebagian besar pelanggan Nitro sama sekali tidak memainkan bonus game gratisan tersebut. Jadi ketimbang harus terus mengeluarkan biaya untuk satu fitur yang nyaris tidak digunakan, Discord memilih untuk menyetopnya.

Discord pada dasarnya menyadari bahwa mereka tak akan bisa menyaingi layanan subscription dari nama-nama besar seperti di atas tadi. Xbox Game Pass misalnya, juga menawarkan sederet game indie yang populer. Keputusan untuk menghentikan fitur Nitro Games ini juga berarti mereka dapat lebih berfokus mengembangkan fitur baru maupun menyempurnakan fasilitas yang sudah ada buat para pelanggannya.

Sumber: Polygon dan Discord.