Menyimak Curhatan Para Investor Terhadap Startup di Indonesia

Dalam sesi diskusi yang digelar di JSC Hive Jakarta, enam investor yang cukup aktif berinvestasi kepada startup Indonesia yaitu Director Skystar Capital Abraham Hidayat, Investment Manager Venturra Capital Raditya Pramana, Head of Investment Mandiri Capital Aldi Adrian Hartanto, Associate East Ventures Agung Bezharie, Vice President CyberAgent Ventures Steven Vanada, dan Managing Partner Coffee Ventures Kevin Darmawan, menyampaikan “rasa frustrasinya” terhadap startup Indonesia yang belum signifikan berhasil menciptakan inovasi yang baru saat ini.

Sedikitnya jumlah investor yang memberikan pendanaan kepada startup baru tampaknya menjadi bukti nyata rasa frustrasi dan pesimis.

“East Ventures selama ini cukup aktif memberikan pendanaan untuk Indonesia dan Singapura. Namun akhir-akhir ini kami memutuskan untuk lebih fokus kepada startup di luar Indonesia dan Singapura,” kata Agung.

Sempitnya inovasi baru dari startup asal Indonesia serta minimnya pengetahuan dari para founder asal Indonesia terkait dengan bisnis secara umum dan teknologi pada khususnya, merupakan beberapa alasan mengapa pada akhirnya Kevin Darmawan dari Coffee Ventures menganjurkan kepada para Founders untuk menguasai pemahaman bisnis dan teknologi, terkait dengan ide dan inovasi yang bakal dibuat.

“Idealnya para pendiri startup tersebut harus melakukan uji coba terlebih dulu dan tentunya menguasai bisnis yang ada. Namun demikian saat ini cost dari uji coba tersebut sudah tergolong mahal biayanya, menyulitkan kami investor untuk meneruskan investasi.”

Kevin juga menambahkan masih banyak startup baru menerapkan pola yang sama, yaitu membangun bisnis yang sebelumnya sudah ada dan terbilang sukses seperti Tokopedia, GO-JEK dan Traveloka. Hal tersebut menyulitkan investor untuk memiliki minat dan tertarik untuk berinvestasi.

“Dibutuhkan waktu yang cukup lama bagi startup tersebut bisa besar seperti ini. Saat ini ketika teknologi, demand dan ekspektasi semakin tinggi menyulitkan startup untuk tumbuh jika masih menerapkan pola yang serupa.”

Investor semakin “picky” dan berhati-hati

Meskipun saat ini makin banyak investor yang hadir di Indonesia, namun tidak semua investor lokal dan asing tersebut memiliki keyakinan kepada startup baru. Belajar dari pengalaman sebelumnya memberikan investasi kepada startup dan berakhir tidak sukses, pada akhirnya membuat investor harus mengencangkan ikat pinggang dan memilih dengan baik startup yang bakal diinvestasikan.

“Jika kita lihat saat ini pendanaan tahap seed hingga seri B dan C makin sedikit diberikan oleh investor. Salah satu alasannya adalah extra picky dan extra filtering dari investor dalam hal pemberian dana,” kata Vice President CyberAgent Ventures Steven Vanada.

Pemilihan yang ketat tersebut juga dilakukan oleh Head of Investment Mandiri Capital Aldi Adrian Hartanto.

“Bukan hanya startup yang saat ini evolving tapi investor juga evolved. Investor semakin hati- hati saat melakukan investasi dengan mencari tahu terlebih dahulu rencana atau goals dari startup. Investor ingin melihat path dari startup 2-3 tahun ke depan,” kata Aldi.

Aldi juga menambahkan orisinalitas dan produk yang bisa memberikan solusi terbaik merupakan jenis startup yang memiliki potensi dan bakal di lirik oleh investor.

Kekurangan talenta dan dukungan dari pemerintah yang belum memberikan impact

Selama ini pemerintah dan pihak terkait lainnya sudah mulai cukup agresif menghadirkan wadah hingga platform yang bertujuan untuk membantu calon pelaku startup mengembangkan bisnisnya. Namun masih belum terlihat startup yang berkualitas hasil dari program tersebut. Hal ini terjadi menurut Investment Manager Venturra Capital Raditya Pramana adalah masih kurangnya talenta untuk engineer di Indonesia.

“Krisis talenta yang berkualitas mempengaruhi startup asal Indonesia menghasilkan layanan yang baik memanfaatkan teknologi, karena alasan itulah program yang dilancarkan oleh pemerintah belum memiliki impact yang cukup masif untuk ekosistem startup di Indonesia.”

Tren startup favorit investor

Di akhir sesi diskusi tersebut, Director Skystar Capital Abraham Hidayat memberikan beberapa masukan kepada calon pelaku startup yang ingin mendirikan bisnis startup, di antaranya mulai untuk mencoba layanan edutech, healthtech hingga peer-to-peer lending. Layanan lain yang masih bisa digali potensinya adalah logistik.

“Saya menganjurkan kepada calon pelaku startup untuk terus mencari ide-ide baru dan meningkatkan kreativitas yang ada, agar bisa menghadirkan inovasi baru memanfaatkan teknologi yang berguna untuk orang banyak.”

Intinya jangan membangun startup hanya untuk mendapatkan funding atau menarik perhatian media saja. Namun bangun startup yang memiliki layanan dan produk yang baru memanfaatkan teknologi dan tentunya dibutuhkan.

Pada akhirnya para investor tersebut masih memiliki perhatian dan optimis kepada startup Indonesia. Namun hal tersebut kembali lagi kepada ide serta kreativitas yang dimiliki oleh founder agar bisa tampil beda dan unik dengan layanan yang bakal dihadirkan.

“Bisnis kita adalah memberikan funding kepada startup, jika tidak ada startup yang memiliki potensi akan menjadi percuma bisnis kita sebagai investor,” tutup Kevin.

Simak Rangkuman Diskusi Mengenai VR Oleh Para Praktisi Industri Teknologi Indonesia

Jika 2016 dikatakan sebagai tahunnya virtual reality, maka bulan Oktober besok merupakan momen krusial ‘kedua’ dalam perkembangan ekosistemnya selepas perilisan Oculus Rift dan HTC Vive. Alasannya, Oculus Connect 3 dan Steam Dev Days 2016 akan dilangsungkan bulan depan, lalu setelah ditunggu-tunggu, PlayStation VR rencananya juga segera meluncur di bulan Oktober.

Dan mendekati saat-saat penting tersebut, memang bukan kebetulan Berkarya!Indonesia mencoba mengumpulkan pemain di industri teknologi tanah air, dari mulai developer, produsen hardware, pencipta konten, praktisi industri digital sampai pengguna di satu forum khusus buat membahas VR. Para pakar diundang oleh tim pimpinan Ilham Habibie dalam diskusi bertajuk ‘Mari Bicara tentang Virtual Reality’ yang diadakan di Perpustakaan Habibie Ainun. Di sana, peserta dipersilakan bertukar pikiran dan mencoba mencari tahu apakah VR akan jadi the next big thing di Indonesia.

VR discussion 1

Ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh moderator, dan di bawah ini adalah rangkuman penjelasan dari para ahlinya:

Apakah teknologi virtual reality akan menjadi mainstream, atau tetap jadi tren niche?

Dedy Irvan selaku perwakilan dari media melihat bahwa sebetulnya kita sudah sedikit terlambat untuk membahas VR – khalayak global mulai menyorotinya sejak satu dua tahun lalu: Saat itu, Google telah menyediakan Cardboard dan Oculus VR juga melepas development kit Rift. Sekarang para raksasa teknologi telah mengalihkan fokus ke konsep lain, yaitu mixed reality (Microsoft) dan merged reality (Intel). Karena memungkinkan pengguna tetap bisa berinteraksi dengan orang dan lingkungan di sekitarnya, MR lebih mudah diaplikasikan di banyak industri.

VR discussion 7

VR sendiri mempunyai basis penyajian mengisolasi user demi membawa mereka ke dunia virtual. Dan berdasarkan alasan ini, ada kemungkinan ia akan tetap menjadi tren niche.

Sebagai salah satu pemain hardware, OmniVR berpendapat bahwa VR merupakan propaganda karena sebetulnya teknologi ini sudah lama diciptakan. Baru pada era Oculus Ramai ia ramai dibicarakan, apalagi setelah tim developer pimpinan Palmer Luckey/Brendan Iribe itu diakuisisi Facebook. Hal tersebut turut terbantu oleh berpartisipasinya Google dengan Cardboard, memungkinkan lebih banyak orang mencicipi pengalaman virtual reality berkat alternatif yang jauh lebih murah. Dan metode penyajian itu bisa dicontoh produsen lain.

VR discussion 6

VR menjadi mainstream adalah harapan besar untuk OmniVR, tapi saya bisa merasakan sedikit keraguan. Menurut head of business development Nicko Alyus, perkembangan teknologi virtual reality sangat sulit diprediksi. Kita tidak akan tahu apa yang terjadi minggu depan atau dua jam ke depan, apalagi sekarang VR masih berada di masa infancy. Konsumen mungkin sudah menyadari kecanggihannya, namun banyak dari mereka masih ragu membeli device-nya.

VR discussion 2

Intel memperlihatkan optimisme tinggi karena faktanya, pelaku hardware telah melakukan dorongan untuk mendukung VR. Jika sudah begitu, kemungkinan besar teknologi akan berkembang, dan ke depannya ada lebih banyak perangkat yang siap menyajikan virtual reality. Para pemain tinggal menentukan segmentasinya, misalnya di tingkatan produk seperti apa kepabilitas VR disuguhkan.

VR discussion 5

Industri apakah yang paling gampang beradaptasi atau yang cepat berkembang dengan adanya teknologi VR?

ShintaVR yakin, virtual reality akan memberi banyak manfaat bagi sektor real estate. Alasannya, VR dapat membantu memvisualisasikan ide tanpa menuntut terlalu banyak biaya. Sebelumnya desain hanya bisa ditampilkan dalam medium dua dimensi atau foto. Dengan dituangkan ke virtual reality, client dapat mudah membayangkan tempat tinggal sebelum rampung dibangun.

Mereka juga bilang, pasarnya akan cepat sekali terbentuk; bahkan boleh jadi sudah ada dan siap diimplementasikan. Pembuatannya tidak terlalu sulit dan tersedia banyak talenta ahli di Indonesia.

VR discussion 4

Memang secara teori VR bisa dimanfaatkan di beragam ranah – dari mulai pendidikan, hiburan, militer, penyampaian berita, manufaktur, pariwisata, kesehatan sampai fashion – tapi seperti yang diungkap oleh Digital Hapiness, pakar di masing-masing negara punya spesialisasi berbeda. Contohnya di Taiwan, khalayak lebih tertarik pada membuat hardware VR; sedangkan di tempat lain, software atau konten mungkin jadi minat utama pelaku industri.

Bahkan hingga sesi diskusi panjang ini selesai, tabir yang menutup rahasia-rahasia mengenai VR masih belum sepenuhnya tersibak. Walaupun membantu meningkatkan produktivitas, teknologi virtual reality di industri belum benar-benar menawarkan lompatan besar, dan itu sebabnya eksperimen harus terus dilakukan.

VR discussion 3

Mimpi dan imajinasi adalah elemen penting, tetapi saya juga mendengar ada satu hal esensial yang diperlukan supaya virtual reality bisa lebih berkembang pesat di nusantara: kekompakan dari semua pihak.

Bincang-Bincang Dengan Vice President Xiaomi, Hugo Barra

Kesuksesan Xiaomi dalam mengumpulkan dan membangun loyalitas konsumen tak lepas dari langkah pemasaran jitu yang mereka usung. Pada pendaratan resmi perdana di Indonesia, Xiaomi menerangkan dengan gamblang strategi mereka. Dan di peluncuran Redmi Note di Jakarta, para jurnalis diundang untuk berdiskusi bersama vice president Hugo Barra. Continue reading Bincang-Bincang Dengan Vice President Xiaomi, Hugo Barra

Microsoft Dilaporkan Sedang Mempertimbangkan Membeli Mojang, Tim Pencipta Minecraft

Apa yang bisa Anda beli dengan uang US$ 2 miliar? Uang sebanyak itu digunakan Facebook untuk mengakuisisi Oculus Rift, dan hanya berbekal separuhnya, Amazon membeli Twitch. Tanpa diduga, muncul laporan yang menyebutkan sebuah perusahaan gaming terbesar dunia tertarik untuk membeli Mojang, para talenta di balik game fenomenal Minecraft. Continue reading Microsoft Dilaporkan Sedang Mempertimbangkan Membeli Mojang, Tim Pencipta Minecraft

Catatan Dari Diskusi ‘Apa Kabar Musik Indonesia’ di Social Media Festival 2012

Masih tentang musik dan masih dari liputan diskusi acara di Social Media Festival 2012. Setelah kemarin dituliskan artikel presentasi Giring tentang industri musik Indonesia serta perkenalan layanan Kincir.com. Hari sebelumnya, Jumat 12 Oktober kemarin ada pula diskusi yang membahas tentang dunia musik di Indonesia.

Continue reading Catatan Dari Diskusi ‘Apa Kabar Musik Indonesia’ di Social Media Festival 2012

Yeah, SSL Is Back Baby!!

Needless to say, akhirnya setelah 7 bulan absen SSL (Sarasehan Startup Lokal) kami adakan kembali. Kali ini dengan bantuan dari teman-teman di NavinoT.com dan Wetiga.com yang selalu senantiasa membantu DS (lebay).

Kami mengundang semua online entrepreneurs, internet enthusiast, programmers, designers, social media fanboys, everyone! Kali ini kita kedatangan tamu spesial dari Kaskus, Mr. Danny Oei yang akan membahas mengenai online community di Kaskus, berbagi pengalaman, dan diskusi santai mengenai semua aspek di dalamnya. Dipimpin oleh MC/moderator kita : Akhmad Fathonih dari NavinoT.com

Trust me, you don’t want to miss this 🙂

Kalau sempat, silahkan datang dan berdiskusi dengan kami. Kalo tidak repot silahkan RSVP dulu, tapi tidak wajib kok. Yang penting ditunggu kedatangannya di sama.

Peta lokasi (markas Dagdigdug)

Featured in TemanMacet.com

Beberapa hari lalu saya bertemu dengan Ronald Widha, seorang praktisi IT Indonesia yang sekarang bekerja di Dubai sebagai Team Lead di sebuah perusahaan IT milik AS. Ronald saat itu memfollow saya di Twitter dan juga berkorespondensi via email dan komentar di Daily Social. Saat itu juga Ronald mengajak saya dalam sebuah program audio podcast bernama Teman Macet (i like the name) dan akhirnya kami pun berbincang lewat Skype untuk sesi pertamax dari podcast ini. Berarti ini adalah pertamax yang keduax setelah saya juga tampil perdana di NotSoGeeky.

Perbincangan seru seputar tentang emerging microblogging trend di Indonesia. Dari twitter sampai koprol, ( yang ternyata Ronald juga mengira saya adalah salah satu tim pendiri Koprol :p ) Dan pertanyaan yang terpenting : Apakah microblogging cuma sekedar bubble?

Tertarik untuk mendengarkan dan ikut diskusi? Silahkan dengarkan perbincangan saya dengan Ronald di Teman Macet. Jangan lupa untuk pengguna Twitter bisa follow Teman Macet dan Ronald untuk mengikuti updatesnya.

Diskusi Santai : Internet Entrepreneur

Ayo Ngankring!

Buat para pembaca sekalian yang memiliki usaha di bidang internet entah menjual produk, jasa, informasi. Kami undang untuk menghadiri diskusi santai sambil lesehan (plus nasi kucing beli sendiri) bersama Pak Didi Nugrahadi ( owner Dagdigdug ). Berikut rinciannya :

Continue reading Diskusi Santai : Internet Entrepreneur