Genki Covert Dock Memungkinkan Nintendo Switch Dinikmati Secara Portable di Depan TV

Tak lama setelah Switch meluncur, Nintendo mengungkap fakta menarik terkait console hybrid mereka itu. Ternyata sebagian besar gamer lebih suka menggunakan perangkat di mode handheld ketimbang di depan TV. Hal ini menunjukkan bagaimana portabilitas menjadi faktor pertimbangan utama konsumen saat membeli Switch, tentu saja selain adanya game-game eksklusif Nintendo.

Namun ada kompensasi dari bermain Switch secara handheld. Tanpa dukungan docking dan layar televisi, kualitas visual konten jadi berkurang. Namun sepertinya konsumen sama sekali tak keberatan dengan hal tersebut, bahkan kondisi ini malah menyemangati Nintendo untuk menggarap varian Lite. Namun khusus Anda yang sudah mempunyai versi standar, tim Human Things telah menyiapkan aksesori unik bernama Genki untuk membuat pengalaman bermain Switch jadi lebih leluasa.

Human Things menyadari bahwa faktor portabilitas jadi hilang ketika Switch ditambatkan pada unit docking atau saat baterainya sedang diisi ulang. Genki Covert Dock sejatinya adalah versi portable dari dock standar. Aksesori ini memungkinkan kita menikmati game-game Nintendo secara ringkas, sempurna jika Anda dan kawan-kawan ingin bermain bersama tanpa dibatasi kendala mungilnya layar Switch.

Genki 2

Pengoperasian Genki sangat mudah. Pertama-tama, Anda perlu mencolokkan aksesori ini ke sumber listrik. Selanjutnya sambungkan Switch via kabel, dan jangan lupa pula pasang kabel HDMI dari televisi ke Genki Covert Dock. Genki menyimpan segala konektivitas fisik dan fitur esensial yang kita butuhkan. Di sana ada slot USB type-C, port USB 3.1, HDMI, lalu bagian colokan listriknya pun bisa dilipat.

Genki 4

Genki Covert Dock mempunyai dimensi 60x44x33-milimeter dan berbobot hanya 69-gram. Wujud mungil dan berat yang minimal ini memastikannya mudah untuk dibawa-bawa. Dengan menggunakannya, Switch mampu menghidangkan konten secara maksimal di resolusi full-HD, bukan 720p seperti ketika dimainkan di mode handheld. Port USB 3.1 di sana juga menyimpan kemampuan pass-through sehingga kita bisa menyambungkan aksesori lain ke Switch – misalnya controller berkabel atau adapter Ethernet.

Genki 3

Rahasia tak kasat mata dari Genki ialah pemanfaatan metode charging Gallium Nitride (disingkat GaN). Teknologi ini jauh lebih superior dari charger berbasis silikon. GaN bekerja secara lebih efisien, serta lebih ringan dan hemat tempat.

Genki Covert Dock dapat Anda pesan sekarang di situs crowdfunding Kickstarter seharga mulai dari US$ 60. Untuk melengkapi kemampuan aksesori ini, Human Things tak lupa menyediakan adapter/converter opsionalke colokan listrik berbeda sehingga Switch siap dibawa berlibur. Proses distribusi rencananya akan dilakukan mulai bulan Desember 2019, diutamakan bagi para backer.

Jumpgate Ialah Docking Serbaguna yang Siap Dukung Nintendo Switch Sampai MacBook

Uniknya konsep penyajian Switch serta lebih terbukanya Nintendo pada developer third-party dan kesediaan mereka menyuguhkan game-game retro membuat console hybrid itu jadi favorit produsen periferal. Ada beragam aksesori yang bisa membuat ber-gaming di Switch lebih praktis, dari mulai power bank hingga aksesori yang memungkinkan tablet Switch diposisikan vertikal.

Setelah sukses menggarap GripCase untuk Switch, kali ini, tim Skull & Co. mencoba menawarkan sebuah unit docking alternatif bernama Jumpgate. Dengannya, pemakaian Switch bisa menjadi jauh lebih fleksibel, lalu ia juga dapat membantu console current-gen Nintendo itu mengindari kerusakan. Hebatnya lagi, Jumpgate tak cuma kompatibel dengan Switch saja.

Jumpgate ialah docking berkonsep portable. Wujudnya sangat mungil, dengan dimensi hanya 107x100x25mm, sengaja didesain untuk bekerja sebagai dudukan Switch tanpa menutup bagian layar – mirip Adjustable Charging Stand. Lewat cara ini, kita bisa mengganti mode (dari TV ke tabletop) secara simpel dan kita tidak perlu melepas casing Switch sewaktu mau menaruhnya di docking.

Dalam perancangan Jumpgate, aspek sirkulasi udara turut menjadi perhatian Skull & Co. Aksesori ini mengusung struktur pop-op: tekan tubuhnya ke bawah untuk membuka celah ventilasi. Selain menopang Switch lebih mantap, celah ini berfungsi sebagai pintu masuk aliran udara. Dan karena tidak menutup tubuh console seperti Switch Dock standar, Jumpgate tidak akan membaret layar.

Jumpgate memperkenankan kita menikmati permainan di mode tabletop tanpa perlu cemas akan kehabisan baterai dan dapat disambungkan dengan dock standar Switch. Aksesori ini secara otomatis akan mengalihkan konten dari layar TV ke unit tablet jika kabel HDMI dicabut.

Jantung dari kapabilitas Jumpgate adalah bagian bernama ‘Core Drive’. Bagian ini bisa dikeluarkan dari Jumpgate dan dicolokkan langsung pada Switch jika Anda ingin menikmati game di mode handheld. Pada dasarnya, segala macam konektivitas fisik docking berada di Core Drive, dari mulai HDMI yang mendukung 4K di 30Hz, USB type-C dengan pasokan tenaga sampai 100W, sepasang port USB 3.0 dan slot kartu MicroSD/SD.

Itu berarti, Core Drive di Jumpgate juga kompatibel dengan laptop (termasuk MacBook) dan bisa menjadi sarana membaca konten thumb drive serta kartu SD via smartphone. Tak cuma itu, Jumpgate memiliki fungsi Samsung DeX, mempersilakan kita mengubah Galaxy S dan Note menjadi PC.

Selain fleksibilitas, harga juga menjadi faktor andalan Skull & Co. di Jumpgate. Untuk kemampuan ala Switch Dock (US$ 60), Apple AV Adaptor (US$ 70) dan Samsung DeX Pad (US$ 100), Jumpgate bisa Anda miliki cukup dengan membayarkan uang US$ 43 dolar selama periode kampanye crowdfunding-nya masih berlangsung di Kickstarter.

HP Omen Accelerator Siap Sulap Laptop Kerja Anda Jadi Perangkat Gaming Mumpuni

Penggunaan docking untuk menambah tenaga perangkat utama bukan lagi merupakan kosep baru, namun tersedianya teknologi Thunderbolt 3 turut memicu terobosan di sana. Setelah Razer memperkenalkan docking bernama Core demi mendukung ultrabook gaming Blade Stealth, produsen hardware PC lain seperti MSI dan Gigabyte berbondong-bondong mengambil langkah serupa.

Dan dalam acara yang dilangsungkan di kota Beijing minggu ini, Hewlett-Packard memperkenalkan solusi serupa bernama Omen Accelerator. Premisnya tak jauh berbeda dari konsep docking yang sudah ditawarkan kompetitor: sambungkan Omen Accelerator, dan laptop kerja Anda tiba-tiba berubah menjadi perangkat komputasi berperforma tinggi untuk menangani game-game blockbuster terbaru. Melaluinya, HP menjanjikan fleksibilitas untuk beralih dari pekerja profesional di siang hari menjadi gamer di malam hari.

Omen Accelerator mempunyai desain stylish. Tubuhnya berbentuk balok berwarna hitam, dipadu pencahyaan LED merah, berdiri secara diagonal berkat sepasang stand. Di sisi berlawanan dari logo Omen, tersedia rangkaian konektivitas krusial: ada port LAN RJ-45, empat buah USB 3.0 Super Speed, satu USB 3.1 type-C dan satu lagi USB type-C dengan Thunderbolt 3.

HP Omen Graphics Accelerator 1

Docking dilengkapi pintu yang memudahkan Anda menggonta-ganti kartu grafis serta menambah medium penyimpanan; kemudian ia juga dibekali unit pemasok tenaga 500W, sehingga sanggup mentenagai berbagai macam jenis kartu grafis paling baru. Omen Accelerator siap menunjang produk-produk GPU dari  Nvidia maupun AMD, serta mendukung hard drive 1TB 2,5-inci atau SSD 256GB.

Tersedia kabel power mandiri 60W yang memungkinkan Omen Accelerator men-charge baterai notebook sembari digunakan, dan Anda tidak perlu cemas kekurangan port buat menopang gaming gear karena semuanya bisa dikoneksikan dari docking. HP berjanji, Omen Accelerator kompatibel ke perangkat-perangkat mereka yang telah tersertifikasi Thunderbolt.

HP Omen

Berbicara soal aksesori, HP juga mengungkap tiga periferal gaming baru dengan branding Omen, yakni keyboard Omen 1100, mouse Omen 600, dan headphone Omen 800.

Omen 1100 adalah papan ketik gaming ber-switch mekanik yang dilengkapi fitur anti-ghosting N-key Rollover; Omen 600 ialah mouse ergonomis dengan bobot yang bisa dikustomisasi; kemudian Omen 800 merupakan headphone berdesain nyaman yang dispesialisasikan untuk menopang komunkasi rekan sesama tim.

Omen Accelerator akan mulai tersedia di bulan Agustus 2017 nanti, ditawarkan mulai seharga US$ 300 – tapi belum termasuk kartu grafis. Lalu keyboard Omen 1100, mouse Omen 600, serta headset Omen 800 masing-masing dijajakan seharga US$ 130, US$ 60 dan US$ 80.

Sumber: HP.

Mari Sulap Smartphone Jadi PC dan Console Game Dengan Andromium

Satu fakta menarik mengenai perkembangan teknologi: jumlah RAM di smartphone mungkin beberapa kali lebih banyak dibanding PlayStation 3, rumah bagi beragam judul game terbaik sepanjang masa. Dan tahukah Anda, CPU Snapdragon dalam device kita jauh lebih cepat dari supercomputer tercanggih di tahun 1996. Lalu kenapa fungsinya hanya untuk hal-hal sepele? Continue reading Mari Sulap Smartphone Jadi PC dan Console Game Dengan Andromium