Induk Danacita Akuisisi Startup Edtech Doyobi

ErudiFi, induk startup fintech lending yang fokus ke pembiayaan pendidikan Danacita, mengumumkan akuisisinya terhadap platform edutech Doyobi. Tidak disebutkan besaran nilai akuisisi yang digelontorkan. Diketahui, baik ErudiFi dan Doyobi adalah portofolio Monk’s Hill Ventures.

Berbasis di Singapura, Doyobi dikenal dengan produk edukasi berbasis gamifikasi yang ditujukan untuk anak usia 8-16 tahun. Pembelajar di dalamnya berupa aneka kompetensi abad ke-21, literasi, dan bahasa Inggris. Startup ini juga sempat menjadi salah satu pemenang MIT Solve Octava Social Innovation Challenge.

Kelas virtual interaktif yang dijajakan Doyobi / Doyobi
Kelas virtual interaktif yang dijajakan Doyobi / Doyobi

“John dan Penny [founder Doyobi] telah mendedikasikan beberapa tahun terakhir di Doyobi untuk menciptakan produk yang disukai pelanggan mereka—sebuah alat peningkatan keterampilan yang membantu penguasaan siswa terhadap keterampilan penting abad ke-21,” ujar ujar Co-Founder & CEO ErudiFi Naga Tan.

Ia melanjutkan, “Kami sangat senang menyambut mereka ke dalam tim ErudiFi saat kami berupaya untuk mencapainya memperdalam kemitraan sekolah kami dan menjembatani kesenjangan pendidikan-ke-pekerjaan bagi siswa peminjam kami. Keahlian mereka akan berperan penting dalam memajukan misi kami untuk memperluas akses terhadap pendidikan di wilayah ini dan mewujudkan tujuan jangka panjang kami dalam mendorong dampak antargenerasi.”

Sementara itu Co-Founder Doyobi John Tan menyampaikan, “Misi kami di Doyobi adalah menciptakan pengalaman pendidikan yang menarik dan berdampak bagi anak-anak. Bergabung dengan ErudiFi akan memungkinkan kami meningkatkan misi ini dengan menghubungkan penguasaan keterampilan penting abad ke-21 dengan kesiapan karier, memastikan bahwa setiap orang memiliki peluang untuk berkembang bersama akses yang tepat terhadap pendidikan.”

Selain Danacita, ErudiFi juga mengoperasikan platform fintech Bukas di Filipina. Dalam proses kerjanya, ErudiFi bekerja sama dengan universitas dan sekolah kejuruan untuk menawarkan paket cicilan biaya sekolah kepada siswa dan orang tua. Mengutip situsnya, Danacita telah melayani lebih dari 27 ribu pengguna, bekerja sama dengan 148 institusi pendidikan, dan menyalurkan dana lebih dari 404 miliar Rupiah.

Selain Naga, ErudiFi turut didirikan Ketty Lie dan Susli Lie. Namun per akhir 2020, Susli sudah tidak aktif lain menjadi founder dan beralih fokus ke VC dengan mendirikan Moonshot Ventures yang berfokus pada impact fund. Bersamaan itu, ia juga kini menjabat sebagai Partner di Monk’s Hill Ventures.

ErudiFi terakhir mengumumkan pendanaan seri A pada awal 2021. Putaran yang dipimpin oleh Monk’s Hill Ventures dan Qualgro ini membukukan nilai investasi $5 juta. Startup yang tergabung dalam program akselerator Y Combinator (W18) ini sempat membukukan pendanaan awal dari sejumlah investor, termasuk Monk’s Hill Ventures, Intudo Ventures, Y Combinator, Convergence Ventures, Patamar Capital, dan beberapa lainnya. Mereka debut tahun 2017 di Indonesia, baru mulai menjelajah pasar Filipina pada April 2019.

Di Indonesia ada beberapa startup pembiayaan untuk pendidikan. Selain Danacita, ada DANAdidik, Pintek, KoinWorks, JULO, dan EiduPay.

Application Information Will Show Up Here

Platform Edtech Doyobi Fokus Hadirkan Kurikulum STEM di Sekolah

Besarnya peranan pengajaran berbasis Science, Technology, Engineering dan Math (STEM) untuk anak menjadi salah satu alasan mengapa platform seperti Doyobi hadir. Didirikan pada tahun 2020 di Singapura, secara khusus platform ini memberdayakan para guru melalui penerapan metode pembelajaran berbasis STEM. Perusahaan di bulan Oktober ini telah menerima pendanaan Pra-Seri A yang dipimpin Monk’s Hill Ventures.

Melalui platform coding tanpa perlu dasar kemampuan pemrograman, pendidik Doyobi mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis STEM dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Selain di negara-negara Asia, sejumlah sekolah di negara-negara benua Afrika juga telah mengadopsi kurikulum Doyobi.

Kepada DailySocial, CEO Doyobi John Tan menyebutkan, “Kami percaya guru merupakan bagian penting untuk mengubah pengalaman anak-anak di dalam kelas. Doyobi berfokus pada pemberdayaan guru dan memberikan dukungan dalam meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis STEM dan keterampilan abad ke-21.”

Belajar secara langsung


Memberikan materi dari kelas 1 hingga kelas 12 (SD hingga SMA), perusahaan ingin memosisikan guru sebagai pelatih, mentor atau pemandu dari siswa saat belajar di kelas.

“Untuk itu tim Doyobi memberikan pelatihan kepada para guru agar bisa tampil lebih percaya diri saat proses belajar secara langsung dilakukan. Dengan demikian fungsi mereka bukan hanya sebagai guru namun juga pemandu siswa,” kata John.

Beberapa sekolah yang saat ini sudah menjadi mitra Doyobi adalah Leap Surabaya, Codercadamy, HighScope Indonesia, Mutiara Harapan Islamic School, dan Stella Gracia School. Strategi monetisasi yang diterapkan adalah pengenaan biaya ke sekolah. Sejak diluncurkan, lingkungan pembelajaran virtual Doyobi telah digunakan oleh hampir 2 ribu guru di lebih dari 10 negara. Indonesia dan Filipina adalah dua pasar terbesar Doyobi.

Didukung semangat pemerintah yang mulai melihat pentingnya pengembangan wawasan dan skill STEM, Doyobi berharap dalam beberapa waktu ke depan akan lebih banyak lagi mitra di Indonesia yang bergabung.

“Ke depannya jika memungkinkan Doyobi bisa menjalin kerja sama strategis dengan pemerintah Indonesia dengan memberikan kurikulum STEM di sekolah. Kami melihat Mentri Pendidikan Indonesia, yang memiliki latar belakang teknologi, bisa mendukung program dan kurikulum dari kami,” kata John.

Pendanaan Pra-Seri A

Bulan Oktober ini Doyobi telah berhasil menyelesaikan putaran pendanaan Pra-Seri A senilai $2,8 juta (Rp39 miliar) yang dipimpin Monk’s Hill Ventures. Investor lainnya yang berpartisipasi dalam putaran ini adalah Tresmonos Capital, Novus Paradigm Capital, dan XA Network.

Turut terlibat dalam putaran kali ini adalah angel investor terkemuka Singapura, seperti Quek Siu Rui (CEO Carousell), Oswald Yeo dan Seah Ying Cong (Co-Founder Glints), dan Reuben Lai (Head of Grab Financial Group).

Dana segar tersebut akan dimanfaatkan untuk meluncurkan kursus dan pelatihan kelompok yang bertujuan meningkatkan keterampilan guru. Inisiatif ini ditujukan untuk mengembangkan sumber daya yang dibutuhkan untuk membantu guru mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis STEM secara efektif. Juga menjadi fokus adalah keterampilan terkini, seperti berpikir kritis dan kreatif di kelas.

Doyobi juga akan menggunakan dana tersebut untuk mendukung komunitas Teachers as Humans, sebuah komunitas online bagi para guru untuk saling mendukung dan mendapatkan peluang untuk mengembangkan diri secara profesional.

“Pendekatan yang dilakukan John dan timnya dalam menggabungkan metode pembelajaran berbasis STEM dengan keterampilan abad ke-21 yang disampaikan melalui lingkungan pembelajaran virtual akan mendorong sistem pendidikan ke depannya,” kata Co-Founder dan Managing Partner Monk’s Hill Ventures Peng T. Ong.

Di Indonesia sendiri platform pembelajaran sains, yang kebanyakan berhubungan dengan pembelajaran ilmu pemrograman, dilakukan secara informal. Sementara platform STEM untuk anak sekolah biasanya tercakup di platform edtech secara umum.

“Tujuan kami adalah bagaimana Doyobi bisa merangkul lebih banyak anak untuk belajar edukasi dan skill baru untuk mendukung karier mereka di masa depan,” tutup John.