Bandung IoT Maker Day Episode 3 Ajak Pengembang Lokal Dalami Seputar Development Board

Dalam setahun terakhir ini, para pengembang lokal telah diberi kesempatan untuk mengasah bakatnya dan saling unjuk gigi di bidang Internet of Things (IoT) melalui acara Bandung IoT Developer Day Episode 1 dan Episode 2 yang diselenggarakan oleh DycodeEdu.

Guna mengulangi kesuksesan acara ngopbar (ngoprek bareng, bukan ngopi bareng) tersebut, DycodeEdu kembali menggelar event yang sama untuk ketiga kalinya, kali ini di bawah nama Bandung IoT Maker Day, Episode 3. Acara ini sekaligus menjadi event pertama Hackster Live yang diselenggarakan di kota pimpinan Kang Emil tersebut.

Dalam episode yang ketiga ini, tema yang hendak diangkat adalah seputar development board. Alasannya sederhana, yakni supaya para partisipan bisa lebih berfokus coding dan merealisasikan ide liarnya tanpa harus membuang banyak waktu untuk sekadar menyolder atau menyambungkan modul demi modul.

Dalam sesi satu hari penuh ini, akan dijelaskan secara mendetail mengenai berbagai macam development board yang bisa dimanfaatkan para maker untuk proyeknya masing-masing. Yang menarik, mayoritas dev board yang akan disorot adalah rancangan para maker lokal.

Detail mengenai acara Bandung IoT Maker Day, Episode 3 / DycodeEdu
Detail mengenai acara Bandung IoT Maker Day, Episode 3 / DycodeEdu

Acara akan dibagi menjadi dua zona untuk kategori peserta yang berbeda. Zona utama akan membahas bermacam-macam dev board, mulai dari Arduino dev board berbasis Bluetooth sampai varian istimewa seperti Intel Edison dev board. Di sini partisipan bisa langsung praktek ngoprek maupun sharing dengan para fasilitator yang sudah berpengalaman.

Zona kedua dijuluki “Kits for Kids”, diperuntukkan bagi para junior maker yang sudah mulai ngoprek sejak usia dini. Mungkin ini juga yang menjadi alasan di balik peralihan nama event dari “Developer Day” menjadi “Maker Day”, mengingat cakupannya kini lebih luas dan menjangkau para geek yang masih sangat belia.

Bandung IoT Maker Day, Episode 3 akan digelar pada tanggal 24 September 2016 di Digital Innovation Lounge Bandung. Bagi yang tertarik bisa mendaftarkan diri melalui tautan ini, gratis!

*Disclosure: DailySocial adalah media partner acara Bandung IoT Maker Day, Episode 3.

DOKU dan DyCodeEdu Berikan Penghargaan kepada Pemenang Kompetisi Indonesia IoT Challenge 2016

Kompetisi Indonesia Internet of Things (IoT) Challenge 2016 hasil kerja sama antara DOKU, layanan payment enabler, dan DyCodeEdu telah resmi berakhir pada 28 Juni 2016. Pemenang pun telah diumumkan. Sebanyak empat kelompok peserta dari 57 kelompok yang mendaftarkan diri berhasil memboyong sejumlah hadiah dari pihak sponsor.

Pemenang pertama diraih oleh tim X-Igent yang dipimpin Yudha Maulana dengan proyek IoT dinamai TopPay. Pemenang kedua diraih oleh tim The-EX yang dipimpin Rafi Fajar Hidayat dengan proyek PEDER (Smart Pet Feeder).

Pemenang ketiga diraih oleh tim TaniBox yang dipimpin oleh Asep Bagja Priandana dengan proyek The Kyuri Planner. Terakhir, pemenang favorit berhasil diraih oleh VATRIOT yang dipimpin oleh Budi Pamungkas dengan proyek DYRECS (Dinamics Control System).

Keempat pemenang tersebut akan mendapatkan benefit dari DOKU berupa kontrak kerja sama langsung dengan merchant, feedback support dari sisi teknologi, dan benefit lainnya.

“Kami akan berikan kepada pemenang dari apa yang kami miliki, yakni kontrak kerja sama dengan merchant yang sudah menjadi mitra Doku. Kami memang tidak memberikan kontrak ekslusif karena tidak ingin membatasi ruang lingkup para pemenang,” terang Ricky Richmond Aldien, VP Consumer Products DOKU, Rabu (27/7).

Pihaknya berharap pasca kompetisi berakhir para pemenang dapat dilirik oleh calon investor, entah itu dari perusahaan atau pribadi untuk mendapatkan pendanaan baru. Hal ini dimaksudkan agar semakin banyak produk berkonsep IoT lahir di Indonesia.

Bila para investor sudah mulai melirik potensi produk IoT, diharapkan juga memberi dampak kepada para talent untuk semakin inovatif.

“Kami juga berharap kompetisi Indonesia Internet of Things (IoT) Challenge dapat menjadi trigger, baik itu dari talent untuk semakin inovatif dan investor yang dapat melirik potensi itu,” ujarnya.

Untuk lebih jauh mendalami proyek-proyek yang berhasil memenangkan kompetisi ini, berikut penjelasannya:

TopPay by X-Igent

DSC02524-min

TopPay merupakan sebuah device yang dapat digunakan untuk transaksi cashless dengan menggunakan bluetooth versi 4.0. Pengembangan TopPay akan diarahkan menjadi tapless, swipeless, go green, dan less print.

Yudha Maulana, pemimpin tim X-Igent, menjelaskan sistem TopPay dibagi menjadi dua bagian: device untuk pengguna (user device) dan device untuk merchant (merchant device). Untuk pengguna, device-nya berbentuk gantungan kunci, sehingga memudahkan saat melakukan pembayaran dan meminimalisir potensi kehilangan.

Dia menerangkan untuk bukti pembayaran atau invoice akan dikirimkan melalui email sekaligus mengurangi penggunaan kertas. Adapun contoh penggunaannya bisa dilakukan untuk membayar tiket parkir gedung dan jalan, atau minimarket.

“Dalam prototype ini, kami menggunakan sistem pembayaran yang telah terintegrasi dengan API DOKU yang disediakan pada mode development,” ujarnya.

Saat ini timnya masih melakukan proses pengembangan dan penelitian mengenai stabilitas radius jarak yang dibutuhkan antara pengguna dan merchant. Dia berharap, saat TopPay sudah bisa dipasarkan, harganya dapat terjangkau sehingga menarik perhatian pengguna dan merchant, mengingat penggunaan TopPay hanya memerlukan bluetooth.

PEDER (Smart Pet Feeder) by The-EX

DSC02519-min

Inisiatif dasar tim The-EX dipimpin Rafi Fajar Hidayat adalah ingin menjawab kegelisahan para pemelihara hewan saat hendak keluar rumah mengenai keberadaan hewan peliharaannya. Rafi menjelaskan PEDER bertugas untuk monitoring serta memberikan makanan untuk binatang peliharaan secara jarak jauh.

PEDER terdiri dari dua bagian smart device, yaitu tempat makan dan wearable hewan peliharaan. Tempat makan versi PEDER mampu memberi makan secara otomatis, baik sesuai jadwal maupun dengan kondisi sensor. Sementara wearable device berupa kalung yang dapat digunakan hewan memiliki fungsi untuk memberikan data terkait kondisi suhu tubuh hewan.

Rafi melanjutkan, PEDER juga terintegrasi dengan aplikasi berbasis Android dengan fitur full monitoring news, misalnya menginformasikan suhu tubuh, jadwal makan, status wearable, nafsu makan berkala, setting yang mengatur jadwal makan, jumlah makan, dan pembelian makan hewan secara online.

“Nah, untuk pembelian makan secara online merupakan salah satu cara saat pengguna sedang berada di luar rumah dalam kurun waktu yang cukup lama. Pengguna pun tidak perlu khawatir kehabisan makanan, sebab sistem pembelian online melibatkan DOKU WALLET,” ujarnya.

Ke depannya, Rafi dan tim ingin mengembangkan PEDER menjadi lebih canggih lagi. Rencananya pihaknya ingin mengakomodasi fitur pengecekan kesehatan dan lokasi hewan.

The Kyuri Planter by TaniBox

DSC02494-min

Asep dan istrinya mengembangkan The Kyuri Planter atas inisiatif ingin melakukan inovasi atas bisnisnya berjualan pot dan produk tanaman hidroponik. Pada dasarnya, alat penanam sayuran tanpa tanah (hidroponik) cocok untuk bertanam sayuran yang memiliki buah seperti kyuri (timun jepang), terong, cabai, hingga melon.

Alat ini menggunakan teknik drip irrigation system dengan air diteteskan langsung ke akar tanah. Di dalam planter Tanibox terdapat sensor suhu dan kelembapan untuk memantau suhu ideal di sekitar tanaman, untuk memastikan apakah kipas pendingin dan humidifier untuk menambah jumlah uap air di udara perlu dinyalakan atau tidak, guna menjaga suhu tetap optimal. Diharapkan hasil panen terbaik bisa didapat.

Asep melanjutkan, di sisi bawah planter terdapat tombol pembelian cepat, bertugas memesan benih dan nutrisi tanaman yang sebelumnya sudah didefinisikan terlebih dahulu di web dashboard agar bisa diintegrasikan dengan DOKU.

Menurutnya Tanibox tidak hanya bisa diaplikasikan untuk satu pot tanaman saja tetapi bisa untuk seluruh tanaman yang ada di dalam green house dengan radius sekitar 4 meter. Sasaran pasar Tanibox adalah rumah tangga yang memiliki lahan cocok tanam.

“Sasaran konsumen kami adalah rumah tangga dan industri, terutama yang memiliki green house. Sekarang kan sedang tren modern farming, jadi kami menyasar konsumen seperti itu.”

DYRECS (Dynamic Residential Control System) by VATRIOT

DSC02526-min

DYRECS adalah aplikasi yang dapat mengendalikan peralatan rumah dari perumahan-perumahan dalam satu aplikasi dengan data yang dinamis. Aplikasi yang dikembangkan oleh Budi Pamungkas beserta tiga temannya tersebut memiliki fitur kontrol lampu, real time CCTV monitoring, kipas, alarm pintu, monitoring suhu, kelembaban, terminal, autofeeder dan scheduler, serta pengisian air otomatis.

DYRECS memiliki sistem yang dinamis, sehingga dengan mudah dapat melakukan pembaharuan data barang elektronik baru. Sementara ini, menurut Budi, maksimal 22 peralatan elektronik yang bisa tersambung dengan menggunakan DYRECS. Jumlah tersebut dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan.

Aplikasi tersebut bisa dikontrol via smartphone dan laptop lewat situs, namun sementara ini belum menyediakan versi aplikasinya. Untuk integrasi pembayaran listrik, pengguna bisa menggunakan aplikasi DOKU.


Disclosure: DailySocial adalah media partner kompetisi Indonesia IoT Challenge 2016

Pendaftaran Kompetisi Indonesia IoT Challenge Masih Dibuka, Yuk Ikutan!

Rangkaian acara Indonesia IoT Developer Day 2016 sudah dimulai sejak tanggal 17 April kemarin di Bandung. Salah satu acara menarik yang digagaskan oleh DycodeEdu selaku penyelenggara adalah IoT Challenge untuk komunitas developer.

Acara ini pada dasarnya merupakan kompetisi yang mengajak para developer lokal untuk mengembangkan berbagai solusi IoT yang inovatif, aplikatif dan bisa menyelesaikan beragam masalah yang timbul di masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Selain menawarkan hadiah uang total senilai 30 juta rupiah, Indonesia IoT Challenge juga akan memberangkatkan peserta pemenang ke acara makers di luar negeri, sebuah event IoT internasional.

Kompetisi ini terbuka untuk umum. Bagi yang tertarik, bisa mengumpulkan karya masing-masing di tautan berikut. Batas akhir pengumpulan diperpanjang kurang lebih seminggu dari tanggal awal. Jadi masih terbuka kesempatan untuk mereka yang ingin mendaftar. Jadi buat yang sebelumnya tidak sempat, masih ada sisa beberapa hari untuk ikut serta dalam kompetisi ini.

Selain untuk para pengembang, Indonesia IoT Developer Day 2016 juga mengajak rekan blogger untuk ikut serta meramaikan topik IoT yang saat ini sedang berkembang di tanah air. Hadiah total kompetisi blogging adalah 5 juta rupiah. Untuk keterangan lengkap bisa dilihat di poster di bawah ini.

Jangan terlewat untuk mendaftarkan diri ikut kompetisi Indonesia IoT Developer Day 2016. Bagi pengembang yang mendaftarkan project mereka akan berkesempatan untuk ikut serta pameran pada acara utama acara Indonesia IoT Developer Day 2016.

Iot poster

 

Disclosure: DailySocial adalah media partner acara Indonesia IoT Developer Day 2016.

DycodeEdu Selenggarakan Global Azure Bootcamp 2016 Bandung

Sabtu (16/04) DycodeEdu berkerja sama dengan Microsoft Indonesia dan ElasticION gelar Global Azure Bootcamp 2016 Bandung. Bertempat di Bale Motekar, acara ini diikuti oleh 64 peserta yang terdiri dari developer, IT profesional dan pelajar. Global Azure Bootcamp 2016 adalah acara global yang digelar serentak di tanggal yang sama di lebih dari 161 lokasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Dalam acara ini, serangkaian topik-topik seputar teknologi komputasi awan dengan platform Azure dibahas oleh praktisi-praktisi industri yang sudah berpengalaman. Membuka acara,  Budi Rahardjo selaku dosen Teknik Elektro ITB dan penggagas ID-CERT membawakan materi tentang keamanan komputasi awan. Dilanjutkan pembahasan integrasi Azure IoT Hub ke dalam proyek-proyek Internet of Things oleh Microsoft MVP Azure dan Lead Trainer DycodeEdu Andri Yadi.

Selain Andri dan Budi, Global Azure Bootcamp 2016 Bandung juga diisi oleh Bayu Yasaputro (CTO DyCode) yang berbicara mengenai integrasi HockeyApp sebagai sarana DevOps; Puja Pramudya (Microsoft MVP Azure dan Co-Founder Radyalabs) yang berbicara mengenai bagaimana menjalankan aplikasi web and mobile di layanan Azure App Service; Rudi Setyo Purnomo (Microsoft MVP Azure dan Cloud Architect Erudeye) yang membahas BCDR: SQL Server Always On Availability Group; dan Andik Susilo (Service Delivery Manager Erudeye) yang mempresentasikan mengenai implementasi Azure Backup sebagai solusi penyelamatan data di situasi-situasi darurat.

“Dengan diadakannya Global Azure Bootcamp 2016 di Bandung, kita berharap para developer dan startup mendapatkan banyak insight tentang apa dan bagaimana teknologi Microsoft Azure dapat mendukung produk maupun inovasi mereka selanjutnya. Selain itu, topik yang dibahas oleh para speaker pun diharapkan bisa menginspirasi mereka untuk menciptakan solusi terbaik berbasis cloud computing,” ujar Fauzan Alfi, perwakilan dari DycodeEdu.

DailySocial adalah media partner acara Global Azure Bootcamp 2016 Bandung.

Bandung IoT Developer Day Episode 1 Ajak Pengembang Muda Indonesia Mengenal IoT Lebih Dalam

Sabtu kemarin (14/11), DyCodeEdu bersama dengan komunitas IoT4Bandung menggelar kegiatan Bandung IoT Developer Day. Di kegiatan pertamanya ini, yang mereka sebut Episode 1, tema yang diangkat adalah “Developing for IoT with Web Technologies”. Melalui acara ini, para peserta diharapkan mendapat insight yang lebih mendalam tentang Internet of Things (IoT), pengembangan IoT, dan juga peluangnya.

Bertempat di Bale Motekar, Bandung IoT Developer Day ini berhasil menarik perhatian 60 peserta yang berasal dari berbagai daerah. Bukan hanya Bandung saja, tetapi ada pula yang berasal dari Bogor dan Purwokerto. Kegiatan dengan konsep seminar ini sendiri mendapat dukungan penuh dari DyCode, Geeknesia, dan DiLo Bandung.

Sebagai pembicara, hadir Senior Technical Evangelist Microsoft Indonesia Norman Sasono, CEO DyCode Andri Yadi, CEO Geeknesia Martin Kurnadi, dan para pengurus Komunitas IoT4Bandung. Para pembicara tersebut membawakan beragam topik seperti, pengenalan IoT, pengembangan IoT (menggunakan Rasperberry Pi 2, Windows 10 IoT Core, dan Node.js), penggunaan Espruino pada microcontroller, sharing bersama komunitas IoT4Bandung, dan pengenalan beberapa perangkat IoT yang telah berfungsi dengan cloud platform.

P51114-163003

Terkait dengan latar belakang digelarnya kegiatan ini, Andri menjelaskan, “Ekosistem Industri IoT di Indonesia masih sangat awal, tidak banyak support yang bisa didapatkan. […] Melihat kondisi tersebut, DyCode melalui DycodeEdu berniat untuk sedikit berkontribusi melalui aktivitas-aktivitas yang bersifat grassroots dan langsung menyentuh hal-hal fundamental, yaitu sumber daya manusia. Harapannya, sedikit kontribusi tersebut [dapat] bersifat nyata dan langsung berdampak baik pada ekosistem.”

Peluang pengembangan bisnis IoT

Bersama dengan istilah lainnya seperti Big Data dan Cloud Computing, Internet of Things juga digadang-gadang sebagai adopsi teknologi masa depan sejak dua puluh tahun lalu. Namun, adopsinya kini masih berada pada tahap awal di Indonesia, meski sudah mulai terlihat. Paling kentara terkait adopsi IoT ini bisa kita lihat dari konsep smart city yang sedang digodok di mana-mana.

(Baca juga: Kesiapan Indonesia Mengadopsi Internet of Things)

Dengan kondisi seperti ini, artinya masih banyak peluang bagi IoT untuk tumbuh. Menurut Norman, IoT ini memiliki potensi sebesar 70 persen untuk bisnis dengan model B2B dan 30 persen sisanya adalah untuk model B2C.

Norman mengatakan:

IoT bukan hanya meliputi alat atau benda saja, melainkan meliputi perpaduan dari alat atau benda, konektivitas, data, dan analisis. […] IoT memiliki potensi sebesar 70 persen untuk bisnis secara B2B (Business To Business) dan 30 persen B2C (Business To Consumer). Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan bagi para pelaku industri untuk mengefisiensikan inventaris mereka.”

P51114-121426

Setali tiga uang, Andri dan Martin mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda. Menurut Andri, bagaimana IoT berkembang akan bergantung pada pendekatan yang dilakukan. Contoh yang diberikan Andri adalah perangkat Allegra yang dikembangkan oleh Dycode yang diklaim sudah mendapatkan klien dan revenue.

(Baca juga: Masih Banyak PR Untuk Sukseskan Adopsi Internet of Things di Tanah Air)

Sementara itu Martin menyebutkan bahwa IoT bisa juga sebagai tools, bukan tampak muka produk atau layanannya. “Jadi tampak muka di depannya bisa apa saja, namun ‘alat’ untuk menjalankan atau mendukungnya dengan IoT,” ujarnya.

Menurut Andri, acara dan kegiatan seperti  Bandung IoT Developer Day ini direncanakan untuk menjadi kegiatan rutin dan lebih terstruktur dari sisi tema, bila dibandingkan dengan acara lain dengan tema sama. Tak menutup kemungkinan juga tema yang diangkat pun akan lebih spesifik dan berbeda dengan tema-tema sebelumnya yang sudah diangkat.

(Baca juga: Memasyarakatkan Perangkat Wearable dan Internet of Things di Indonesia)

Penetrasi IoT di Indonesia memang belum begitu terasa layaknya penetrasi internet dan mobile itu sendiri. Pun demikian, kegiatan-kegiatan seperti Bandung IoT Developer Day dan pendekatan komunitas bisa dijadiakan sebagai saluran untuk dapat bantu meningkatkan penetrasi IoT . Setidaknya, di tahap awal yang sedang dialami oleh Indonesia.


Disclosure: DailySocial adalah media partner acara Bandung IoT Developer Day