Padukan Layar E-Ink dan Keyboard Mekanis, Freewrite Traveler Didedikasikan untuk Penulis Sejati

Bagi seorang blogger seperti saya, keyboard mekanis merupakan salah satu senjata utama untuk meningkatkan efisiensi dalam bekerja. Namun seberapa cepat dan presisi saya mengetik akan terasa percuma apabila perhatian gampang teralihkan, atau lebih parah lagi, ketika mata mulai kelelahan setelah menatap monitor terlalu lama.

Solusinya bisa menggunakan perangkat bernama Freewrite, yang memadukan keyboard mekanis dan layar e-ink demi memberikan medium bekerja yang paling efektif bagi para penulis. Masalahnya, Freewrite tergolong bongsor, sehingga mungkin akan lebih bijak membawa laptop ketimbang perangkat tersebut.

Freewrite Traveler

Baru-baru ini, Astrohaus selaku pengembangnya memperkenalkan versi lain Freewrite yang jauh lebih portable. Dinamai Freewrite Traveler, bagian layarnya bisa dilipat dan ditutup ketika sedang tidak digunakan. Dimensinya secara keseluruhan pun tidak lebih besar dari separuh laptop.

Layarnya sendiri masih menggunakan panel e-ink dengan bentang diagonal seluas 6 inci, sehingga mata dijamin tidak akan terasa lelah usai mengetik selama berjam-jam. Untuk keyboard-nya, Freewrite Traveler menggunakan switch mekanis Cherry MX Brown yang sangat ideal untuk mengetik.

Namun seperti yang bisa kita lihat, wujud tiap-tiap tombolnya tidak lagi setebal Freewrite orisinal. Kompromi ini harus diambil demi mencegah Traveler jadi kelewat tebal, tapi untungnya setiap tombolnya masih bisa memberikan key travel hingga sedalam 2 mm.

Freewrite Traveler

Sama seperti Freewrite orisinal, semua hasil ketikan akan disimpan ke cloud setiap kali Traveler tersambung ke koneksi internet via Wi-Fi. Layanan yang didukung mencakup Dropbox, Google Drive, Evernote, dan Postbox besutan Astrohaus sendiri.

Dalam satu kali pengisian, baterainya bisa bertahan sampai sekitar 30 jam. Itu adalah waktu yang sangat panjang untuk mengetik tanpa teralihkan perhatiannya (tanpa akses ke browser, media sosial maupun YouTube, kecuali Anda curang dan membuka smartphone), dan charging-nya juga sudah mengandalkan kabel USB-C.

Freewrite Traveler saat ini sedang ditawarkan melalui Indiegogo. Harga early bird yang paling murah sekarang adalah $319, jauh di bawah estimasi harga retail-nya yang dipatok di angka $599.

Sumber: The Verge.

Teknologi E Ink Dengan Dukungan 32 Ribu Warna Mulai Didistribusikan

Teknologi tinta elektronik/ePaper telah dikomersialisasikan sejak lebih dari 20 tahun silam, dan Anda mungkin sudah lama memanfaatkan perangkat yang mengusung teknologi ini. Electronic ink mempunyai karakteristik seperti tinta di atas kertas, membuatnya sangat ideal dimanfaatkan sebagai layar perangkat-perangkat e-reader karena tidak membuat mata cepat lelah.

Mungkin kekurangan terbesar dari tinta elektronik adalah penampilannya yang tidak secerah dan seatraktif layar berbasis OLED. Selain itu, mayoritas e-reader yang tersedia untuk konsumen saat ini hanya menyajikan warna monokromatis. Padahal sebetulnya, tinta elektronik berwarna telah E Ink Corp. singkap dua tahun lalu. Dan baru di bulan Agustus ini kabarnya teknologi bernama Advanced Color ePaper mulai didistribusikan.

Proses pengapalan Advanced Color ePaper baru ditujukan pada para klien, khususnya perusahaan-perusahaan pembuat reklame. Selanjutnya, mereka dipersilakan mengembangkan unit controller dan software untuk menampilkan gambar berbeda di layar. E Ink Corp. berharap teknologi ini bisa memasuki tahap produksi massal di akhir 2018 dan mulai memberikan keuntungan di tahun depan.

Sebelumnya, E Ink Corp. sempat meluncurkan tiga sistem layar berwarna sebelum ACeP (kependekan dari Advanced Color ePaper), yaitu Spectra, Prism, dan Triton. Namun ketika Triton cuma memiliki tiga jenis pigmen, lalu Triton dengan 4.096 warna dan 16 tingkatan grayscale-nya, tiap pixel pada ACeP mampu menghasilkan warna apapun dengan output yang jauh lebih cerah.

Advanced Color ePaper sanggup menghasilkan 32.000 warna berbeda di satu panel, dengan resolusi 1600×2500-pixel dan kepadatan 150PPI, serta diklaim mempunyai jangkauan reproduksi warna ‘full color gamut‘. Di bagian dalam, produsen memanfaatkan lapisan cairan electrophoretic yang dikombinasikan bersama TFT, dikendalikan dengan aliran listrik. E Ink Corp. menyediakan dua opsi ukuran buat kliennya, yakni 13,3- dan 32-inci.

Dan seperti model monokromatisnya, ACeP sangat irit dalam konsumsi daya. Sifatnya sama seperti kertas, jadi secerah apapun kondisi cahaya di sekitarnya, konten yang ditampilkan Advanced Color ePaper tetap dapat terlihat jelas.

“Sejak debut ACeP beberpaa tahun silam, kami telah mendapatkan banyak kemajuan, misalnya dalam hal meningkatkan color gamut serta mempersingkat durasi update gambar,” tutur Johnson Lee selaku presiden E Ink Corp di blog. “Versi terkini dari ACeP merupakan ePaper warna paling canggih yang tersedia sekarang.”

Perlu diingat bahwa saat ini E Ink Corp. masih memfokuskan implementasi ACeP untuk reklame digital. Penerapannya buat eReader tidak dilakukan dalam waktu dekat, tapi sang presiden menjamin timnya tidak mengabaikan peluang tersebut.

Memomate Adalah Power Bank Sekaligus Tablet E-Ink Mini untuk Corat-Coret dalam Satu Kemasan

Buku catatan kecil dan power bank adalah dua barang yang umum berada di dalam tas seseorang. Bagaimana seandainya jika kedua benda itu bisa digabung, sehingga pada akhirnya tidak ada lagi skenario salah satu yang tertinggal?

Idenya mungkin terdengar nyeleneh, tapi tetap saja menarik. Mari berkenalan dengan Memomate, power bank sekaligus tablet e-ink mini dalam satu kemasan. Di satu sisi ia siap menyuplai tenaga ekstra untuk ponsel Anda, di sisi lain ia siap dijadikan medium corat-coret kapan saja Anda memerlukannya.

Wujud Memomate tidak jauh berbeda dari power bank pada umumnya, dengan kapasitas baterai sebesar 10.000 mAh. Ia dilengkapi dua output USB, serta input micro USB sekaligus Lightning. Namun di salah satu sisinya, Anda bakal disambut oleh sebuah layar e-ink seluas 6,5 inci.

Memomate

Layarnya ini tidak umum karena berwarna hitam. Menggunakan stylus yang tersedia, Anda siap menggambar atau mencatat di atasnya layaknya menggunakan kertas dan pensil. Pengembangnya mengklaim kinerja layar ini tanpa delay, serta didukung teknologi pressure sensing.

Selesai mencatat, hasilnya bisa difoto menggunakan ponsel – sayang tidak ada opsi untuk menyimpan secara digital ke ponsel. Setelahnya, tinggal masukkan kembali ke dalam tas. Anda tak perlu khawatir catatan Anda bakal terhapus, karena Anda cuma bisa menghapusnya dengan menekan tombol di sebelah input micro USB-nya.

Begitu tombol ini diklik, layar perangkat pun langsung bersih seketika dan siap dicorat-coret kembali. Selama tombol ini tidak tertekan tanpa sengaja, catatan Anda tidak akan hilang.

Memomate

Memomate datang bersama sebuah folio case untuk memproteksi perangkat sekaligus menjadi tempat penyimpanan stylus. Uniknya, tersedia opsi casing yang mengemas wireless charger, sehingga Anda hanya perlu meletakkan ponsel yang kompatibel di atas Memomate untuk mengisi ulang baterainya.

Bagi yang tertarik, Memomate saat ini sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo. Harganya untuk sekarang adalah $45 (non-wireless charging) dan $54 (wireless charging).

Berbekal E-Ink, Fitur Pintar Smartwatch Hybrid Gligo Bisa Aktif Sampai 180 Hari

Penggunaan jenis layar berbead di perangkat wearable bergantung dari siapa konsumen target sebuah brand. Samsung dan Apple mengusung OLED di smartwatch mereka agar konten tampil atraktif, sedangkan Garmin menjagokan transflective display karena panel ini efektif menyam-paikan info terlepas dari kondisi cahaya saat itu. Dan satu produsen baru memilih teknologi e-ink.

Perusahaan yang dicetus oleh dua inventor lulusan Maastricht University Belanda dan Hong Kong School of Design (hanya nama depannya yang diketahui, yaitu Johan dan Antony) memperkenal-kan Gligo. Gligo ialah smartwatch berkonsep hybrid, memadukan mekanisme time-keeping tradisional dengan elemen digital. Display e-ink digunakan karena produsen fokus pada daya tahan baterai serta bermaksud mengendepankan desain minimalis.

Sesuai komitmen itu, penampilan Gligo memang terlihat sederhana. Tak ada UI berlebihan dan notifikasi tanpa akhir yang berpeluang mengalihkan perhatian Anda. Smartwatch ini mempunyai tubuh hitam bundar seperti arloji klasik dengan diameter 41mm dan ketebalan 12mm. Case-nya terbuat dari baja anti-karat 316L, lalu layarnya dilindungi oleh kaca mineral. Kemudian, produsen menyematkan strap 20mm pada lug-nya.

Gligo 1

Anda mungkin penasaran apakah display e-ink merupakan pilihan tepat. Faktanya, ia mempunyai sejumlah keunggulan dibanding LCD: konsumsi energinya sangat efisien, lalu jenis layar ini juga memiliki tingkat pantulan yang rendah sehingga konten mudah dibaca walaupun panel berada di bawah sinar matahari langsung. Sensasinya hampir sama seperti membaca teks di kertas. Selanjutnya, Anda dipersilakan mengganti warna latar belakangnya – hitam atau putih.

Gligo 2

Dan sebagaimana smarwatch sejati, tentu Gligo dilengkapi sejumlah kemampuan pintar. Smartwatch ini dapat menyampaikan notifikasi email, pesan, dan panggilan masuk, serta update pada app. Selain itu, Gligo turut menyimpan kapabilitas fitness tracking. Ia mampu menghitung detak jantung, banyaknya langkah, jarak tempuh, melacak pola tidur, hingga mengingatkan pengguna untuk beristirahat.

Gligo 3

Pada dasarnya, mekanisme Gligo terbagi dua. Fungsi pelacak waktunya memanfaatkan sistem quartz dengan daya tahan baterai hingga dua tahun. Lalu display e-ink-nya ditenagai secara terpisah. Durasinya memang tidak selama fungsi time-keeping, tetapi tetap jauh lebih lama dibanding produk smartwatch populer: sampai 180 hari tanpa charging. Gligo juga sudah memiliki sertifikasi IP65 – tetap aman meski terkena tumpahan air.

Aspek terbaik lain dari Gligo adalah harganya. Selama kampanye crowdfunding-nya masih belangsung di Indie Gogo, smartwatch e-ink ini bisa Anda miliki cukup dengan mengeluarkan uang US$ 100 saja. Pengiriman rencananya akan dilakukan mulai bulan September 2018.

Selain untuk Corat-coret, E-Reader Berlayar Masif Ini Juga Bisa Dijadikan Monitor Tambahan

Meski mengemas layar e-ink monokrom, tidak semua e-reader diciptakan sama. Ada yang layarnya lebih terang dari biasanya, ada yang dilengkapi panel sentuh, lalu ada juga yang tampak bak raksasa ketika dijejerkan dengan e-reader yang lain.

Kategori yang terakhir itu dihuni oleh Onyx Boox Max 2 Professional, yang mengemas layar e-ink 13,3 inci dengan resolusi 2200 x 1650 dan 16 level warna greyscale. Saking besarnya layarnya, perangkat ini juga bisa dijadikan monitor tambahan kalau perlu berkat kehadiran input HDMI.

Anda mungkin tidak membutuhkan sebuah e-reader yang bisa dijadikan monitor, akan tetapi mereka yang sedang menulis jurnal atau sejenisnya, yang perlu meninjau referensi dari banyak buku bisa diuntungkan berkat kehadiran perangkat ini.

Onyx Boox Max 2 Professional

Namun kesannya sia-sia apabila layar semasif ini hanya digunakan untuk membaca saja. Maka dari itu, pengembangnya juga menyematkan komponen digitizer besutan Wacom, sehingga perangkat juga dapat menerima input dari jari ataupun stylus.

Yup, perangkat ini juga bisa digunakan untuk sesi corat-coret, kurang lebih sama seperti yang ditawarkan oleh reMarkable. Kalau dikaitkan dengan skenario penulis jurnal itu tadi, fitur corat-coret ini bakal sangat bermanfaat ketika hendak menandai atau membuat catatan khusus pada halaman e-book yang sedang dibaca.

Untuk ukuran e-reader, Max 2 mengusung spesifikasi yang cukup mumpuni, yang meliputi prosesor quad-core 1,6 GHz, RAM 2 GB, penyimpanan internal 32 GB, konektivitas Wi-Fi dan Bluetooth, serta menjalankan sistem operasi berbasis Android 6.0. Format dokumen yang didukung mencakup PDF, EPUB, MOBI, TXT dan DOC, lalu gambar JPG, PNG atau BMP juga bisa dibuka, demikian pula dengan audio MP3 atau WAV.

Onyx Boox Max 2 Professional

Dimensinya tergolong ringkas jika melihat layarnya yang besar, dengan tebal hanya 7,5 mm dan bobot 550 gram. Di bawah layarnya terdapat empat tombol navigasi, lalu ada juga jack audio 3,5 mm untuk mendengarkan audiobook, musik atau membuat rekaman pendek.

Baterai berkapasitas 4.100 mAh-nya diklaim punya waktu standby selama empat minggu. Onyx Boox Max 2 Professional jelas bukan untuk semua orang, dan banderol harganya di angka €671 pun juga berkata demikian. Pemasarannya akan dimulai pada 27 Desember ini.

Sumber: The Verge dan Liliputing.

YotaPhone 3 Akhirnya Resmi Diumumkan, Tersedia Dalam Dua Varian

Setelah lama dinantikan, smartphone berlayar ganda dengan teknologi E-ink, Yotaphone 3 akhirnya resmi diumumkan ke publik. Di debutnya, Yotaphone 3 akan tiba dalam dua varian namun sayang perusahaan belum membeberkan dengan gamblang spesifikasi keduanya. Tapi, yang terpenting dengan adanya pengumuman ini, maka tidak ada lagi tanda tanya di luar sana.

YotaPhone 3 bakal ditawarkan dalam varian 64GB dan 128GB, untuk varian pertama sudah diketahui harganya di kisaran $350. Sedangkan untuk varian 128GB tak akan kurang dari $450 meski untuk saat ini tanggal peluncurannya masih ditutupi oleh YotaPhone. Kabar baiknya, ponsel masih akan menyuguhkan skema layar ganda, satu layar warna di bagian depan dan satu layar e-ink hemat daya yang mampu tetap bekerja kendati baterai sudah dalam kondisi kritis.

Kabar kepastian soal generasi ketiga dari smartphone YotaPhone yang unik meluncur dari direktur umum BaoliYota Technologi dalam ajang China-Russia expo akhir pekan lalu. Setelah ini seharusnya akan ada rincian resmi terkait spesifikasi, desain dan juga fitur yang disajikan oleh perangkat. Menurut laporan tak resmi, YotaPhone 3 disebutkan bakal tersedia di Rusia yang merupakan markas YotaPhone pada bulan September mendatang.

yotaphone_3

YotaPhone 3 telah menghiasi headline berbagai media sejak beberapa waktu yang lalu. Bahkan pengembangannya disebut telah dimulai pada tahun 2015 silam dan sejumlah rumor ikut memanaskan situasi dengan menyebut peresmiannya akan terealisasi di tahun 2016. Tapi kabar soal smartphone asal Rusia itu perlahan meredup sampai akhirnya pada bulan Maret 2017 muncul kabar di akun Instagram YotaPhone yang mengklaim ponsel bersangkutan masih sedang digarap di dapur mereka. Rumor pun kembali memanas.

Untuk mewujudkan punggawanya ini, YotaPhone disebut menggandeng pabrikan perangkat Tiongkok, ZTE dengan kapasitas produksi direncanakan sebanyak 100 ribu unit. Kini, dengan kepastian ini kita tinggal menunggu tanggal rilis dan juga rincian spesifikasi perangkat.

Sumber berita PhoneArenaTheVerge, gambar header ilustrasi YotaPhone 2.

Gvido Adalah Tablet Berlayar E Ink Ganda Khusus untuk Musisi

Aura elegan yang ditunjukkan sebuah grand piano beserta seseorang yang memainkannya terkadang bisa ‘rusak’ karena lembaran-lembaran musik yang kusam dan tidak beraturan. Semakin besar koleksinya, resiko berserakan pun semakin besar pula. Namun hal ini tidak berlaku jika Anda mengambil rute digital.

Untungnya ada perangkat seperti Gvido. Ia merupakan tablet berlayar E Ink ganda yang dibuat secara spesifik untuk menggantikan lembar musik. Selain tidak mungkin kusam dan kucel akibat terlalu sering dibolak-balik, satu perangkat Gvido saja sejatinya dapat menggantikan ribuan lembar musik.

Secara teknis, Gvido mengemas dua layar E Ink dengan ukuran masing-masing 13,3 inci, storage internal 8 GB plus slot microSD untuk menyimpan lembar musik berformat PDF dan sebuah stylus buatan Wacom ketika pengguna perlu menganotasi. Saat sedang tidak digunakan, Gvido bisa dilipat layaknya sebuah buku tipis.

Untuk membalik halaman, pengguna tinggal menyentuh sensor inframerah di samping layar, atau dengan menginjak pedal yang ditawarkan secara opsional. Perangkat dengan satu fungsi semacam ini memang tergolong sangat niche, tapi saya yakin kalangan musisi akan tertarik, apalagi setelah mengetahui bahwa perangkat ini dibuat oleh Vaio yang notabene merupakan pecahan dari Sony.

Yang jadi masalah, harganya kelewat tinggi. Mulai 20 September nanti, konsumen bisa meminang Gvido seharga $1.600, kurang lebih sekitar Rp 21,3 juta. Sebagai perbandingan, paper tablet berukuran raksasa dari Sony dihargai Rp 9,7 juta.

Sumber: The Verge.

Sering Menganotasi Dokumen? Tablet E-Ink Berukuran Masif dari Sony Ini Cocok Buat Anda

Sony ingin Anda, terutama para pengacara, peneliti universitas maupun profesi-profesi lain yang kerap menangani dokumen fisik, untuk meninggalkan kertas dan bolpen dan beralih ke Digital Paper. Ini bukan pertama kalinya Sony datang dengan inisiatif serupa, namun mereka kini punya perangkat baru yang lebih superior.

Dijuluki Sony DPT-RP1, ia merupakan tablet raksasa yang mengemas panel layar berteknologi e-ink, sama seperti yang dipakai Amazon Kindle dan lain sejenisnya. Layarnya memiliki bentang diagonal sepanjang 13,3 inci, sama persis seperti ukuran kertas A4, dengan resolusi 2200 x 1650 sehingga konten bakal terlihat amat tajam meski monokrom.

Bukan, tablet ini bukan untuk menggambar macam iPad Pro, melainkan untuk menganotasi dokumen dalam format PDF. Sony telah menyediakan aplikasi Digital Paper App untuk komputer sehingga pengguna bisa mengubah dokumen ataupun halaman website menjadi format PDF dengan mudah.

Dibanding pendahulunya, Sony DPT-RP1 lebih ringan, lebih tipis dan lebih kencang / Sony
Dibanding pendahulunya, Sony DPT-RP1 lebih ringan, lebih tipis dan lebih kencang / Sony

Sony mengklaim DPT-RP1 punya layar anti-selip, tidak licin sederhananya. Fitur ini dimaksudkan supaya anotasi menggunakan stylus pendampingnya bisa senyaman ketika memakai kertas dan bolpen, kurang lebih sama seperti yang ditawarkan perangkat sejenis bernama reMarkable.

Selain mengemas layar yang lebih superior daripada pendahulunya, DPT-RP1 juga memiliki bodi yang lebih ringan (349 gram) dan lebih tipis – kira-kira setebal tumpukan 30 lembar kertas. Performanya diyakini juga meningkat cukup signifikan.

Perangkat ini rencananya bakal dipasarkan di Jepang mulai bulan Juni mendatang dengan kisaran harga 80.000 yen, atau kurang lebih sekitar Rp 9,7 juta. Kalau Anda tidak perlu menganotasi PDF setiap harinya, saya kira lebih baik dana sebesar itu Anda alihkan ke tablet biasa saja.

Sumber: The Verge dan Sony.

Magic Calendar Gabungkan Kelebihan-Kelebihan Kalender Fisik dan Digital

Saya termasuk orang yang sudah tidak pernah menggunakan kalender fisik, dimana semua agenda saya tersimpan dalam Google Calendar. Namun di luar sana saya yakin masih ada banyak orang yang belum bisa move on dari kalender fisik, dan lagi informasi yang tertera pada kalender fisik bisa dilihat kapan saja tanpa perlu mengeluarkan ponsel dari kantong terlebih dulu.

Kendati demikian, mengatur agenda masih jauh lebih gampang menggunakan ponsel. Dari situ seorang desainer asal Jepang bernama Hiroo Tsuboi punya ide untuk menggabungkan elemen-elemen positif kalender fisik dan kalender digital.

Buah pemikirannya adalah Magic Calendar, yang pada dasarnya merupakan perangkat super-minimalis berlayar e-ink yang dapat disinkronisasikan dengan smartphone untuk menampilkan agenda penggunanya. Jadi setiap kali Anda menambahkan informasi baru di Google Calendar, informasi yang sama akan langsung tertera di Magic Calendar.

Proyek ini masih dalam tahap pengembangan, dan merupakan bagian dari program Android Experiments, dimana kreator dapat memamerkan ide-idenya akan gadget inovatif yang masih dalam ekosistem Android. Dalam kasus ini, Magic Calendar mengandalkan sebuah aplikasi Android untuk melangsung sinkronisasi dengan ponsel.

Karena mengadopsi layar e-ink, Magic Calendar sejatinya bisa dimanfaatkan untuk menampilkan berbagai macam informasi. Dan karena mengadopsi layar e-ink pula konsumsi dayanya amat kecil; hanya perlu di-charge sekitar tiga bulan sekali menurut pengembangnya.

Tidak ada informasi terkait kapan Magic Calendar bisa diwujudkan dari sebatas prototipe menjadi produk final. Saya pribadi menaruh harapan besar pada gadget simpel nan menarik seperti ini, dan saya yakin Anda juga berpendapat sama setelah menonton videonya di bawah ini.

Sumber: The Verge dan Android Experiments.

Didefinisikan Paper Tablet, reMarkable Mengemas Layar Sentuh Tanpa Berlapis Kaca

Teknologi e-ink kerap diasosiasikan dengan perangkat e-reader macam Amazon Kindle. Namun sebuah perusahaan asal Norwegia bernama reMarkable percaya e-ink juga bisa diadaptasikan menjadi alat bantu produktivitas dan kreativitas. Berangkat dari ide tersebut, lahirlah reMarkable “paper tablet“.

Ya, ini bukan sekadar tablet biasa yang ditujukan untuk bersaing dengan iPad dan kawan-kawannya. Pengembangnya mendefinisikan reMarkable sebagai kertas digital untuk membaca, menulis dan menggambar. Gaming dan multimedia sama sekali tidak terlibat di sini.

Sebelum ini sebenarnya sudah ada perangkat dengan konsep serupa, yakni Noteslate dan Sony Digital Paper. Namun reMarkable menyimpan sesuatu yang tidak dimiliki kedua perangkat tersebut, yakni layar sentuh kapasitif tanpa berlapis kaca. Sebagai gantinya, mereka menerapkan teknologi rancangan mereka sendiri yang dijuluki Canvas, dengan permukaan seperti, well, kanvas.

Permukaan layar reMarkable tidak licin dan menyerupai kanvas sungguhan / reMarkable
Permukaan layar reMarkable tidak licin dan menyerupai kanvas sungguhan / reMarkable

Layar monokrom ini diklaim sanggup memberikan sensasi mencorat-coret yang sangat mendekati kertas dan bolpen. Karena tidak berlapis kaca, menulis atau menggambar di atasnya dijamin tidak terasa licin, dan layar pun tidak akan tampak silau meski sedang berada tepat di bawah sinar matahari.

Ukuran penampang layar sebesar 10,3 inci dan resolusi 1872 x 1404 pixel memastikan semuanya tampak tajam dengan tinta digital yang hitam pekat. Semua ini turut didukung oleh latency serendah 55 milidetik supaya input terasa responsif, secepat menggunakan kertas dan bolpen. reMarkable pun datang bersama sebuah stylus yang punya 2.048 tingkat sensitivitas tekanan dan tidak perlu di-pair maupun di-charge sama sekali.

Khusus untuk membaca, menulis dan menggambar, jangan harapkan reMarkable untuk gaming atau menonton film / reMarkable
Khusus untuk membaca, menulis dan menggambar, jangan harapkan reMarkable untuk gaming atau menonton film / reMarkable

reMarkable dibekali kapasitas penyimpanan sebesar 8 GB, kira-kira dapat menampung sekitar 100.000 halaman. Baterai 3.000 mAh-nya diyakini mampu bertahan selama berhari-hari sebelum perlu diisi ulang, dan bobot serta tebal perangkat cuma berkisar 350 gram dan 6,7 mm agar dapat digunakan dengan nyaman.

Pre-order reMarkable saat ini sudah dibuka dengan banderol $379 yang mencakup stylus beserta folio case. Harga retail-nya diperkirakan bakal melonjak menjadi $716.

Sumber: New Atlas dan reMarkable.